Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG


CACAR AIR ATAU VARISELLA DI SDN 1 BUDONG-BUDONG,
KABUPATEN MAMUJU TENGAH

WILDANA
11. 1101. 058
B11

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas segala nikmat dan
rahmatNyalah sehingga penyusunan skripsi dengan judul Hubungan antara
Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Cacar Air/Varisella di SDN 1 BudongBudong, Kabupaten Mamuju Tengah dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, banyak
mendapat kesulitan. Tanpa bantuan dan petunjuk dari berbagai pihak, maka
penyusunan skripsi ini tidak akan selesai dengan baik.
Untuk itu, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik untuk
membangun karya tulis ilmiah ini agar karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat
dengan baik.
Akhir kata, penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat
bermanfaat sebagaimana mestinya.

Makassar, April 2015

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit campak merupakan penyakit yang dapat di cegah dengan
imunisasi yang disebabkan oleh virus morbili. Penyakit ini di tandai dengan
gejala awal demam, batuk, pilek, dan biasanya di ikuti dengan konjungtivitas
yang kemudian di ikuti bercak kemerahan pada kulit. Campak biasanya
menyerang anak-anak dengan derajat ringan sampai sedang.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah memberikan peringatan atas
berkembangnya penyakit ini. Pada tahun 2011 telah terjadi 6500 kasus campak.
Campak dapat menyebabkan anak dalam kondisi yang tidak nyaman dan dapat
menyebabkan komplikasi yang mengancam nyawa anak-anak. (WHO, 2011).
Campak merupakan penyakit Endemic di banyak Negara terutama di
Negara berkembang. Angka kesakitan di seluruh dunia mencapai 5-10 kasus
per 10.000 dengan jumlah kematian 1-3 kasus per 1000 orang. Campak masih
di temukan dinegara maju. (Widoyono, 2011).
Sejak tahun 2002, kematian akibat campak di dunia mencapai 777.000.
di antaranya 202.000 berasal dari Negara ASEAN. Di Indonesia 30.000 anak
meninggal/ tahun akibat komplikasi campak. artinya tiap 20 menit - 1 anak
meninggal. Setiap tahun, lebih dari 1 juta anak belum terimunisasi campak.
(Depkes R.I, 2007).
Indonesia adalah negara keempat terbesar penduduknya di dunia yang
memiliki angka kesakitan campak sekitar 1 juta pertahun dengan 30.000
kematian, yang menyebabkan Indonesia menjadi salah satu dari 47 negara
prioritas yang di identifikasi oleh WHO dan UNICEF untuk melaksanakan

akselerasi dan menjaga kesinambungan dari reduksi campak. Strategi untuk


kegiatan ini adalah cakupan rutin yang tinggi (> 90%) di setiap kabupaten/kota
serta memastikan semua

anak mendapatkan kesempatan kedua untuk

imunisasi campak. (Depkes, RI. 2009).


Angka Kesakitan campak di Indonesia tercatat 30.000 per tahun yang di
laporkan, meskipun pada kenyataannya hampir semua anak setelah usia balita
pernah terserang campak. Pada zaman dahulu ada anggapan bahwa setiap anak
harus terkena campak sehingga tidak perlu diobati. Masyarakat berpendapat
bahwa penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya bila ruam merah pada kulit
sudah timbul, yang

berakibat ada usaha usaha untuk mempercepat

timbulnya ruam. Mereka beranggapan jika ruam tidak keluar kulit, maka
penyakit ini akan menyerang ke dalam tubuh dan menimbulkan akibat yang
lebih fatal daripada penyakitnya sendiri. (Widoyono, 2011).
Sebelum penggunaan vaksin campak, penyakit ini biasanya menyerang
anak anak yang berusia 5-10 tahun. Setelah masa imunisasi (mulai tahun
1977), campak sering menyerang anak yang berusia remaja dan orang dewasa
muda yang tidak mendapat vaksinasi sewaktu kecil, atau mereka yang
diimunisasi pada saat usia lebih dari 15 bulan, Penelitian di rumah sakit selama
tahun 1984-1988 melaporkan bahwa campak paling banyak terjadi pada usia
balita, dengan kelompok tertinggi pada usia 2 tahun (20,3%), diikuti oleh bayi
(17,6%), anak usia 1 tahun (15,2%), usia 3 tahun (12,3%), dan usia 4 tahun
(8,2%). (Widoyono, 2011).

Berbagai upaya telah dilakukan di Kabupaten Mamuju Tengah untuk


mengurangi kasus campak seperti imunisasi rutin serta Bulan Imunisasi Anak
Sekolah (BIAS). Namun tingginya cakupan imunisasi campak belum dapat
menekan insiden campak, hal ini dapat disebabkan karena belum meratanya
cakupan imunisasi di seluruh wilayah sasaran. Karena penyakit ini sangat
menular dan potensial untuk menimbulkan KLB maka diperlukan kerjasama
berbagai pihak terutama masyarakat serta adanya pemantauan yang rutin dari
petugas kesehatan. (Laporan penyelidikan Epidemiologi campak di kabupaten
Mamuju Tengah tahun 2015).
Berdasarkan data sekunder dari Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu,
dalam kurun tahun 2004 - 2011, yaitu; tahun 2004 ada 19 kasus, tahun 2005
ada 177 kasus. Adapun kasus terbanyak pada tahun 2006 yaitu : 436 kasus
dan tahun 2007 sebanyak 199 kasus. Sedangkan pada tahun 2008 2010 tidak
ditemukan kasus campak, Dan pada tahun 2011 yaitu terdapat 131 Kasus.
( Dinkes II Kabupaten Dompu, 2011).
Berdasarkan data yang di peroleh dari Puskesmas Dompu Barat Jumlah
Kasus campak Pada tahun 2011 sebanyak 69 kasus. (Unit Program P2
Surveilas Puskesmas Dompu Barat Tahun 2011)
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian di SDN 1 Budong-Budong untuk mengetahui Hubungan antara
Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Penyakit campak/Varisella dalam bentuk
karya tulis ilmiah.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah diatas, maka dapat


dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah gambaran kejadian Campak berdasarkan Pengetahuan ibu
di SDN 1 Budong-Budong Kabupaten Mamuju Tengah 2015?
2. Bagaimanakah gambaran kejadian Campak berdasarkan Sikap ibu di SDN
1 Budong-Budong Kabupaten Mamuju Tengah 2015?
3. Bagaimanakah gambaran kejadian Campak berdasarkan Pekerjaan ibu di
SDN 1 Budong-Budong Kabupaten Mamuju Tengah 2015?
4. Bagaimanakah gambaran kejadian Campak berdasarkan status Imunisasi
Campak di SDN 1 Budong-Budong Kabupaten Mamuju Tengah 2015?
5. Bagaimanakah gambaran kejadian Campak berdasarkan Status Gizi anak
dalam masa pertumbuhan di SDN 1 Budong-Budong Kabupaten Mamuju
Tengah 2015?
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini dapat di pilah menjadi 2 yakni tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan Umum :
1.

Untuk mendapatkan gambaran pengetahuan Ibu tentang cacar air atau

2.

varisella di SDN 1 Budong-Budong Kabupaten Mamuju Tengah.


Untuk mendapatkan gambaran sikap Ibu tentang cacar air atau varisella di
SDN 1 Budong-Budong Kabupaten Mamuju Tengah.

Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui gambaran kejadian Campak berdasarkan Pengetahuan
ibu.
2. Untuk mengetahui gambaran kejadian Campak berdasarkan Sikap ibu.
3. Untuk mengetahui gambaran kejadian Campak berdasarkan Pekerjaan ibu.
4. Untuk mengetahui gambaran kejadian Campak berdasarkan status
Imunisasi Campak.

5. Untuk mengetahui gambaran kejadian Campak berdasarkan Status Gizi


Balita.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Bagi peneliti menjadi bahan acuan atau referensi untuk mengkaji lebih
2.

dalam sejauh mana pengetahuan dan sikap Ibu tentang Cacar air/Varisella.
Bagi Siswa, Sebagai informasi dan masukan untuk membantu dirinya
dalam mengetahui dan menyikapi penyakit Cacar air/Varisella agar dapat
menghindarinya dan mengobatinya.

3.

Bagi Mahasiswa, Diharapkan dapat dijadikan bahan pelajaran atau rujukan


kedepannya jika sudah terjun kelapangan sebagai seorang penyuluh
kesehatan.

4.

Bagi orang tua, sebagai masukan akan pentingnya mengetahui pencegahan


dan pengobatan Cacar air/ Varisella untuk dapat lebih menjaga kesehatan
keluarga.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Penyakit Campak
1. Definisi
Penyakit campak adalah penyakit akut yang sangat menular yang
disebabkan oleh virus. Penyakit ini di tandai dengan gejala awal demam, batuk,
pilek, dan konjungtivitas yang kemudian di ikuti bercak kemerahan pada kulit.
Campak biasanya menyerang anak-anak dengan derajat ringan sampai sedang.
Penyakit ini dapat meninggalkan gejala sisa kerusakan neurologis akibat
peradangan otak. (Widoyono, 2011).
Campak adalah salah satu penyakit infeksi yang banyak menyerang anakanak saat ini sedang menjalar di beberapa negara-negara di Eropa dan sekitarnya.
Tingginya tingkat penyebaran diperkirakan karena banyak anak-anak yang tidak
mendapatkan imunisasi campak. (Kristina B, 2011).
Campak adalah penyakit Infeksi pernapasan akibat virus campak atau
morbili. Campak dapat menyerang anak-anak maupun orang dewasa muda.
Campak bisa menyebabkan penyakit atau akibat yang serius, terutama pada orang
dewasa muda, beberapa di antaranya termasuk infeksi telinga bagian tengah,
radang paru-paru, radang otak, yang menyebabkan kerusakan pada otak, bahkan
kematian. (Mutaroh A, 2010).
2. Penyebab
Penyakit ini desebabkan virus campak dari family Paramyxovirus, genus
Morbilitas. Virus campak adalah virus RNA yang dikenal hanya mempunyai satu

antigen. Struktur virus itu mirip dengan virus penyebab paroritis epidemic dan
parainfluenza. Setelah timbulnya ruam kulit, virus aktif dapat ditemukan pada
secret nasofaring, darah, dan air kencing dalam waktu sekitar 34 jam pada suhu
kamar. (Widoyono, 2011).
Virus campak dapat bertahan lama beberapa hari pada temperatur 0 oC
dan selama 15 minggu pada sediaan beku. Di luar tubuh manusia Virus ini mudah
mati. Pada suhu kamar sekalipun, virus ini akan kehilangan Infektifitasnya sekitar
60% selama 3-5 hari. Virus campak mudah hancur oleh sinar ultraviolet.
(Widoyono, 2011).
3. Gejala dan Tanda-Tanda
Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-12 hari
dan kemudian timbul gejala serta tanda-tanda timbulnya penyakit campak di bagi
dalam 3 stadium:
a. Stadium kataral / Prodromal
Pada stadium awal kataral, berlangsung 2-4 hari di tandai dengan demam
yang diikuti dengan batuk, pilek, farings merah, nyeri menelan, dan
konjungtivitas. Menjelang akhirnya stadium ini timbul bercak koplik ( bercak
berwarna putih kelabu) (Atikah Proverawati, 2009).
b. Stadium erupsi
Pada stadium erupsi di tandai dengan timbulnya ruam maculo popular
yang bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya ruam dii mulai dari batas rambut
dibelakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher, dan akhirnya ke
ekstrimitas. (Atikah Proverawati, 2009).

c. Stadium konvalesen (Penyembuhan)


Setelah 3 hari ruam berangsur-angsur menghilang sesuai urutan
timbulnya. Ruam kulit menjadi kehitaman dan mengelupas yang akan menghilang
setelah 1-2 minggu. (Atikah Proverawati, 2009).
4. Cara Penularan
Virus Campak Mudah menularkan penyakit. Virulensinya sangat tinggi
terutama pada anak anak yang rentan dengan kontak keluarga, sehingga hampir
90% anak rentan akan tertular. Virus campak ditularkan melalui droplet di udara
oleh penderita sejak 1 hari sebelum timbulnya gejala klinis sampai 4 hari sesudah
munculnya ruam. Masa inkubasinya antara 10-12 hari. (Widoyono, 2011).
Ibu yang pernah menderita campak akan menurunkan kekebalannya
kepada janin yang dikandungnya melelui plasenta, dan kekebalan ini bisa bertahan
sampai bayi berusia 4-6 bulan. Pada usia 9 bulan bayi diharapkan membentuk
antibodinya sendiri secara aktif setelah menerima Vaksinasi campak. (Widoyono,
2011).
5. Pencegahan
Pemberian Imunisasi Campak yang di berikan pada bayi berusia 9 bulan
merupakan pencegahan yang paling Efektif. Vaksin campak berasal dari virus
hidup yang sudah di lemahkan. Pemberian vaksin dengan cara penyuntikan yang
diberikan di bawah kulit dalam (subkutan) atau (intramuscular) dengan dosis 0, 5
cc.
Pemberian imunisasi campak satu kali akan memberikan kekebalan
selama 14 tahun, sedangkan untuk mengendalikan penyakit diperlukan cakupan

imunisasi paling sedikit 80% per wilayah secara merata selama bertahun tahun.
(Widoyono, 2011).
6. Komplikasi
Penyakit infeksi akan mempengaruhi konsumsi makanan, penggunaan
makanan dan kebutuhan makanan, sehingga penyakit infeksi akan mempengaruhi
gizi seseorang. Pada penyakit campak anak yang tidak mendapatkan makanan
yang baik (bergizi) ddan kurang beristirahat akan menyebabkan anak yang
kekurangan gizi tersebut mengalami komplikasi. Oleh karena terjadinya
penurunan konsumsi kalori dan protein akibat nafsu makan yang berkurang maka
akan timbul komplikasi seperti :
a. Infeksi telinga (otitis media akuta)
b. Pneumonia (radang paru0
c. Bronchitis
d. Diare
e. Radang otak (esefalitas).
Kematian pada penderita campak sebagian besar disebabkan oleh karena
adanya komplikasi tersebut. (Athitson, 2000).
7. Pengobatan
Pengobatan campak berupa perawatan umum seperti pemberian cairan
dan kalori yang cukup. Obat sistomatik yang perlu diberikan antara lain:
1. Antidedmam
2. Antibatuk
3. Vitamin A

4.

Antibiotik diberikan bila ada indikasi, misalnya campak disertai dengan


komplikasi.
Pasien tampa komplikasi dapat berobat jalan di puskesmas atau unit
pelayanan kesehatan lain, sedangkan pasien Campak dengan komplikasi
memerlukan rawat inap di rumah sakit. (Widoyono, 2011).

8. Program Pemberantasan Penyakit Campak


The World Summit for children telah menyepakati program reduksi
campak pada tahun 2000. Reduksi campak adalah hilangnya wilayah kantung
campak secara epidemiologi, daerah rawan campak dikelompokan menjadi :
1. Daerah reservoir: yaitu desa yang selama 3 tahun berturut turut terdapat kasus
campak.
2. Daerah kantung, yaitu desa dengan cakupan imunisasi campak <80% selama 3
tahun terakhir.
Kegiatan yang di lakukan adalah akselerasi reduksi campak yang berupa
imunisasi campak pada balita yang berusia 9 hingga 59 bulan. Sesuai laporan
yang termuat dalam profil Departemen Kesehatan 2000, sampai saat ini masih
banyak terdapat daerah rawan campak di Indonesia. (Widoyono, 2011).
Tahapan Pemberantasan Campak
WHO mencanangkan beberapa tahapan dalam upaya pemherantasan
campak, dengan tekanan strategi yang berbeda-beda pada setiaptahap yaitu :
1. Tahap Reduksi
Tahap ini dibagi dalam 2 tahap:
a. Tahap pengendalian campak

Pada tahap ini ditandai dengan upaya peningkatan cakupan imunisasi


campak rutin dan upaya imunisasi tambahan di daerah dengan morbiditas campak
yang tinggi. Daerah-daerah ini masih merupakan daerah endemis campak, tetapi
telah terjadi penurunan insiden dan kematian, dengan pola epidemiologi kasus
campak menunjukkan 2 puncak setiap tahun.
b. Tahap Pencegahan KLB
Cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi > 80% dan merata, terjadi
penurunan tajam kasus dan kematian, insiden campak telah bergeser kepada umur
yang lebih tua, dengan interval KLB antara 4-8 tahun.
2. Tahap Eliminasi
Cakupan imunisasi sangat tinggi > 95% dan daerah-daerah dengan
cakupan imunisasi rendah sudah sangat kecil jumlahnya. Kasus campak sudah
jarang dan KLB hampir tidak pernah terjadi. Anak-anak yang dicurigai rentan
(tidak terlindung) harus diselidiki dan diberikan imuniasi campak.
3. Tahap Eradikasi.
Cakupan imunisasi sangat tinggi dan merata, serta kasus campak sudah
tidak ditemukan. Transmisi virus campak sudah dapat diputuskan, dan negaranegara di dunia sudah memasuki tahap eliminasi.
9. Epidemiologi Campak
Campak merupakan penyakit Endemic di banyak Negara terutama di
Negara berkembang. Angka kesakitan di seluruh dunia mencapai 5-10 kasus per
10.000 dengan jumlah kematian 1-3 kasus per 1000 orang. Campak masih di
temukan dinegara maju. Sebelum ditemukan Vaksin pada tahun 1963 di Amerika

Serikat, terdapatlebih dari 1,5 juta kasus campak setiap tahunnya. Pada tahun
1963 kasus campak menurun drastic dan hanya di temukan kurang dari 100 kasus
pada tahun 1998. (Widoyono, 2011).
Di Indonesia, campak masih menempati urutan ke-5 dari 10 penyakit
utama pada bayi dan anak balita (1-4 tahun) berdasarkan laporan SKRT tahun
1985 1986. Angka Kesakitan campak di Indonesia tercatat 30.000 per tahun
yang di laporkan, meskipun pada kenyataannya hamper semua anak setelah usia
balita pernah terserang campak. Pada zaman dahulu ada anggapan bahwa setiap
anak harus terkena campak sehingga tidak perlu diobati. Masyarakat berpendapat
bahwa penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya bila ruam merah pada kulit
sudah timbul, yang berakibat ada usaha usaha untuk mempercepat timbulnya
ruam. Mereka beranggapan jika ruam tidak keluar kulit, maka penyakit ini akan
menyerang ke dalam tubuh dan menimbulkan akibat yang lebih fatal daripada
penyakitnya sendiri. (Widoyono, 2011).
Sebelum penggunaan vaksin campak, penyakit ini biasanya menyerang
anak anak yang berusia 5-10 tahun. Setelah masa imunisasi (mulai tahun 1977),
campak sering menyerang anak yang berusia remaja dan orang dewasa muda
yang tidak mendampak vaksinasi sewaktu kecil, atau mereka yang diimunisasi
pada saat usia lebih dari 15 bulan, Penelitian di rumah sakit selama tahun 19841988 melaporkan bahwa campak paling banyak terjadi pada usia balita, dengan
kelompok tertinggi pada usia 2 tahun (20,3%), diikuti oleh bayi (17,6%), anak
usia 1 tahun (15,2%), usia 3 tahun (12,3%), dan usia 4 tahun (8,2%). (Widoyono,
2011).

B. Tinjauan Umum Tentang Variabel yang DiTeliti


1. Pengetahuan Ibu
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui panca indra manusia yakni indra penglihat, pendengaran, penciuman,
perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga (Notoatmodjo, 2007 ).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
berbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2007 ).
Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku didasarkan oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Penelitian Roger (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan yakni:
a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut disini sikap subjek
sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.

e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan


kesadaran dan sikapnya oleh stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan
bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut diatas
(Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan yang di cakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan yaitu :
a. Tahu ( Know )
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima Tahu ini adalah merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa seseorang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan,
mendefenisikan, mengatakan dan sebagainya.
b. Memahami ( Comprehesion )
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretesikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan dan menyebutkan contoh, mengimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya terhadap objek yang di pelajari.
c. Aplikasi ( aplication )

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang


dipelajari pada situasi dan kondisi real. Aplikasi dapat diartikan penggunaan
hukum-hukum, rumus-rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.
d. Analisis ( analysis )
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.
e. Sintesis ( syntesis )
Sintesis menunjukkan sebagai kemampuan seseorang untuk merangkum,
meletakkan

atau

menghubungkan

bagian-bagian

dalam

suatu

bentuk

kecenderungan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah sautu kemampuan
menyusun formulasi yang telah ada. (Notoatmodjo, 2010).
f. Evaluasi ( evaluating )
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini
dengan sendirinya didasarkan suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri atau
norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat. (Notoatmodjo, 2010).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian/responden, kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita

ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas. (Notoatmodjo,


2007).
Tingkat pengetahuan Ibu yang tinggi akan memberikan respon yang baik
terhadap program kesehatan. Pengetahuan itu timbul karena rasa takut akan
sesuatu yang mungkin terjadi, rasa takut ini akan menyebabkan seseorang menjadi
lebih banyak ingin tahu mengenai penyakit campak meliputi gejala, bahaya,
penyebab, penularan, pencegahan dan pengobatannya.
Contoh: seorang ibu mendengar (tahu), penyakit campak (penyebabnya,
cara penularannya, cara pencegahannya, sebagainya). Pengetahuan ini akan
membawa si ibu untuk berfikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena
penyakit campak. Dengan cara mengimunisasikan anaknya untuk mencegah
supaya anaknya tidak terkena campak. (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan yang di miliki oleh seorang ibu akan mempengaruhi dalam
pengambilan keputusan dan juga akan berpengaruh pada perilakunya. Ibu dengan
pengetahuan gizi baik kemungkinan akan memberikan gizi yang cukup bagi
bayinya. Hal ini terlebih lagi kalau seorang ibu tersebut memasuki masa ngidam,
di mana perut rasanya mual dan muntah yang tidak karuan. Walaupun dalam
kondisi yang demikian jika seseorang memiliki pengetahuan yang baik maka ia
akan berupaya untuk memenuhi kebutuhan gizinya dan juga bayinya. (Atika
Proferawati. 2009).

2. Sikap Ibu (Attitude)

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek


tertentu, yang sudah melibatkan factor pendapat dan emosi yang bersangkutan
(senag-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik- tidak baik, dan sebagainya).
(Notoatmodjo, 2010).
Campbell (1950) sikap itu adalah suatu sindroma atau atau kumpulan
gejala dalam merespon stimulus atau objek, sehingga sikap itu menimbulkan
pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. (Notoatmodjo, 2010).
Newcomb, salah seorang ahli psikologi social manyatakan, bahwa sikap
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan
tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup). (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Allport (1954) sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu:
1.

Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan terhadap objek, artinya bagaimana


keyakinan dan pendapat atau pikiran seseorang terhadap objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana


penilaian (terkandung di dalamnya factor emosi) orang tersebut terhadap objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupakan
komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. (Notoatmodjo, 2007).
Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang
utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan,
pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Contoh: seorang ibu
mendengar (tahu), penyakit campak (penyebabnya, cara penularannya, cara

pencegahannya, sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa si ibu untuk berfikir


dan berusaha supaya anaknya tidak terkena penyakit campak. Dalam berfikir ini
komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga si ibu tersebut berniat akan
mengimunisasikan anaknya untuk mencegah supaya anaknya tidak terkena
campak. Sehingga si Ibu ini mempunyai sikap tertentu terhadap objek yang
berupa penyakit campak itu. (Notoatmodjo, 2007).
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini juga terdiri dari berbagai
tingkatan, yakni:
1. Menerima ( Receiving )
Menerima, di artikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima
stimulus yang di berikan (objek).
2. Menanggapi (responding)
Menanggapi, di artikan memberikan jawaban atau tanggapan pertanyaan
atau objek yang hadapi.
3. Menghargai (valuing)
Menghargai di artikan subjek, atau seseorang memberikan nilaii yang
positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti, membahasnya sengan orang lain
dah bahkan mengajak atau mempengaruhi, menganjurkan orang lain merespon.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab
terhadap apa yang telah diyakininya, seseorang yang telah mengambil sikap
tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko bila ada
orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain. (Notoatmodjo, 2010).

Pengukuran sikap di lakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara


langsung di tanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap
suatu objek. Secara tidak langsung dapat di lakukan dengan pernyataanpernyataan hipotesis, kemudian di tanyakan pendapat responden. (Notoatmodjo,
2007).
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata di perlukan
factor pendukung atau kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.
Sikap Inu yang sudah positif terhadap imunisasi tersebut harus mendapat
konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar
ibu tersebut mengimunisasikan anaknya. Di samping fasilitas juga di perlukan
factor dukungan (support) dari pihak lain, misalnya suami atau istri, mertua dan
orang tua sangat penting untuk mendukung praktik keluarga berencana.
(Notoatmodjo, 2007).
3. Pekerjaan Ibu
a. Pengertian
Pekerjaan ialah kegiatan fisik dan mental manusia untuk menghasilkan
barang atau jasa bagi orang lain maupun dirinya yang dilakukan atas kemauan
sendiri dan atau dibawah perintah orang lain dengan menerima upah atau tidak.
Dalam pengertian ini tercakup setiap pekerjaan yang dijalankan atas dasar
borongan dalam suatu perusahaan, baik oleh orang yang menjalankan sendiri
maupun orang yang membantunya. (img/artikel/14_20090709132546.jpg).

Pengertian Pekerjaan berdasarkan Klasifikasi Jabatan Nasional adalah


sekumpulan kedudukan yang memiliki persamaan kewajiban atau tugas-tugas
pokoknya. Satu pekerjaan dapat diduduki oleh satu orang atau beberapa orang
yangtersebar di berbagai tempat. (img/artikel/14_200907091 32546.jpg).
Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan manusia untuk tujuan tertentu
yang di lakukan dengan cara yang baik dan benar. Pekerjaan sering juga di sebut
sebagai profesi. Biasanya manusia bekerja untuk mendapatkan imbalan berbentuk
uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Alasan bekerja selain untuk
mendapatkan uang adalah untuk mengembangkan potensi atau kemampuan diri.
(Nila, 2007).
Namun ada juga pekerjaan yang di lakukan untuk kepentingan bersama
dan menghasilkan uang. (Nila, 2007).
Pekerjaan lebih banyak di lihat dari kemungkinan keterpaparan khusus
dan tingkat / derajat keterpaparan tersebut serta besarnya risiko menurut sifat
pekerjaan, lingkungan kerja, dan sifat sosiodemografi karyawan pada pekerjaan
tertentu. Ada berbahagai hal yang mungkin berhubungan erat kaitanya dengan
sifat pekerjaan seperti jenis kelamin, umur, status perkawinan, serta tingkat
pendidikan yang juga sangat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan pekerja.
(Nasry Noor, 2008).
a. Alasan orang bekerja
1. Memenuhi kebutuhan hidupnya
2. Meningkatkan pendapatan
3. Memperoleh kehidupan yang layak

4. Menyalurkan potensi diri sebagai hobi


b. Jenis Jenis pekerjaan
Banyaknya pekerjaan yang baik di lakukan sesuai dengan kemampuan
dalam ketrampilan seseorang pekerja antara manusia yang satu dengan manusia
yang lain ada yang sama, dan adapun yang berbedah. (Nila, 2007).
1. Pedagang
2. Petani
3. Karyawan / pegawai
4. Sopir
5. Paramedic / dokter
6. Polisi dan TNI, Dll
4. Status Imunisasi Campak
a. Pengertian
Imunisasi berasal dari kata Imun kebal atau resisten. Anak diimunnisasi,
berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak akan kebal atau
resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang
lain. (Notoatmodjo, 2007).
Imunisasi campak ditujukan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit campak, measles, atau rubella adalah penyakit virus akut yang
disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini sangat infeksius, menular sejak awal
masa prodromal (kataral) sampai lebih kurang 4 hari setelah menculnya ruam.
Infeksi disebarkan lewat udara (airborne). (Atikah proverawati, 2009).

Sistem imunisasi dapat mencegah antigen menginfeksi tubuh. Sistem


imunitas bersifat alami dan artificial. Imunitas alami bersifat spesifik dan
nonspesifi, saat antigen menginfeksi tubuh , imunitas nonspesifik yang terdiri dari
sel komplemen dan makrofag akan bertarung dengan cara memakan zat antigen
tersebut. (Atikah proverawati, 2009).
Imunisasi artificial, bekerja secara aktif dan pasif, bekerja secara aktif bila
sesuatu zat diindukasikan ke dalam tubuh yang bertujuan untuk merangsang
sistem imun mengeluarkan antibodi, sebagai contoh adalah imunisasi. Bekerja
secara pasif jika menyutikan serum yang berisi antibody kedalam tubuh, sebagai
contoh serum bisa ular. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti resisten atau
kebal.(Atikah proverawati,2009).
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukan
antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten
terhadap penyakit tertentu. Sistem imun tubuh mempunyai suatu sistem memori
(daya ingat), ketika vaksin masuk kedalam tubuh tersebut dan system memori
akan menyimpannya sebagai suatu pengalaman. Jika nantinya tubuh terpapar dua
atau tiga kalinya oleh antigen yang sama dengan vaksin maka antibodi akan
tercipta lebih cepat dan banyak walaupun antigen bersifat lebih kuat dari vaksin
yang sudah pernah dihadapi sebelumnya. Oleh karena itu imunisasi efektif
mencegah penyakit infeksius. (Atikah proverawati, 2009).
Imunisasi dapat dilakukan pada orang dewasa ataupun anak-anak, pada
anak-anak karena sistem imun yang belum sempurnah. Sedangkan pada usia 60
tahun terjadi penurunan system imun nonspesifik seperti produksi air mata

menurun, mekanisme batuk tidak efektif, gangguan pengaturan suhu, dan


perubahan fungsi sel system imun, baik seluler maupun humoral. Dengan
demikian usia lanjut lebih rentan terkena infeksi , penyakit autoimun dan
keganasan. Namun usia lanjut masih menunjukan respon yang baik terhadap
polisakarida bakteri, sehingga pemberian vaksin dapat meningkatkan antibodi
dengan efektif. (Atikah proverawati, 2009).
b. Macam-macam kekebalan
Kekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat di golongkan menjadi 2, yakni:
1. Kekebalan tidak spesifik
Yang di maksud dengan factor-faktor non-khusus adalah pertahanan tubuh
pada manusia yang secara alamiah dapat melindungi badan dari suatu penyakit,
misalnya kulit, air mata, cairan-cairan khusus yang ke luar dari perut (usus),
adanya refleks tertentu misanya batuk, bersin dan sebagainya. (Notoatmodjo,
2007).
2. Kekebalan spesifik
Dapat di peroleh dari dua sumber, yakni:
a. Genetik
Kekebalan yang berasal dari sumber genetic ini biasanya berhubungan
dengan ras (warna kulit), dan kelompok etnis, misanya orang kulit hitam
cenderung lebih resisten terhadap penyakit malaria jenis vivax. (Notoatmodjo,
2007).
b. Kekebalan yang diperoleh (acquaied immunity)

Kekebalan ini diperoleh dari luar tubuh anak atau orang yang
bersangkutan. Kekebalan dapat bersifat aktif dan dapat bersifat pasif. Kekebalan
aktif dapat diperoleh setelah orang sembuh dari penyakit tertentu. Misalnya anak
yang telah sembuh dari penyakit campak ia akan kebal terhadap penyakit campak.
(Notoatmodjo, 2007).
Kekebalan pasif diperoleh dari ibunya melalui plasenta. Ibu yang telah
memperoleh kekebalan terhadap penyakit tertentu, misalnya campak, malaria, dan
tetanus maka anaknya (bayi), akan memperoleh kekebalan terhadap penyakit
tersebut untuk beberapa bulan pertama. (Notoatmodjo, 2007).
c. Efek Samping
Hingga 15 % pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan
selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah Vaksinasi.
d. kontraindikasi
Pemberian Imunisasi tidak boleh dilakukan pada orang yang mengalami
Immunodefisiensi atau individu yang di duga menderita gangguan respon imun
karena leukemia, dan limfoma.
e. Tujuan Program Imunisasi
Program Imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian dari penyakit yang dapat di cegah dengan Imunisasi. Pada saat ini
penyakit-penyakit tersebut adalah disentri, tetanus, campak, polio, dan
tuberculosis.
5. Status Gizi Balita

Gizi berasal dari bahasa arab yaitu Ghidza. Gizi adalah suatu proses
penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal oleh suatu organism
melalui proses digensi, absorbs, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energy.
(Erna Kusumawati, 2010).
Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk
memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi
ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan.
Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga
diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan
menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Manuju Sehat
(KMS). (Erna Kusumawati, 2010).
Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah angka kamatian
bayi (AKB), atau Infani Mortality Rate (IMR). Status gizi ibu pada waktu
melahirkan, dan gizi bayi itu sendiri sebagai factor tidak langsung maupun
langsung sebagai penyebab kematian bayi. Bayi dan anak balita yang kekurangan
gizi sangat rentan terhadap penyakit-penyakit infeksi, termasuk diare, pneumonia.
Oleh sebab itu, perbaikan gizi masyarakat yang difokuskan pada perbaikan gizi
bayi dan anak balita merupakan awal dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Sebaiknya kekurangan gizi pada bayi dan anak balita akan berakibat
terhadap munculnya masalah kesehatan yang lain, dan akhirnya akan berdampak
terhadap menurunnya derajat kesehatan masyarakat. (Notoatmodjo, 2007).

Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan oleh tubuh untuk
melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energy, membangun dan memelihara
jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan. Ilmu yang mempelajari tentang
gizi di sebut status gizi, yaitu suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang
makanan dan hubunganya dengan kesehatan tubuh. (Mutaroh Akmal, 2010)
Kekurangan zat-zat gizi pada makanan bayi dapat mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan dan perkembangan. Di samping itu, bayi menjadi
lebih rentan terhadap penyakit infeksi dan selanjutnya

bahkan dapat

mengakibatkan kematian bayi tersebut. (Notoatmodjo, 2007).


Malnutrisi yaitu gizi buruk atau Kurang Energi Protein (KEP) dan
defisiensi mikronutrien merupakan masalah yang membutuhkan perhatian khusus
terutama di negara-negara berkembang, yang merupakan faktor risiko penting
terjadinya kesakitan dan kematian pada ibu hamil dan balita1. Di Indonesia KEP
dan defisiensi mikronutrien juga menjadi masalah kesehatan penting dan darurat
di masyarakat terutama anak balita2. Kasus kematian balita akibat gizi buruk
kembali berulang, terjadi secara masif dengan wilayah sebaran yang hampir
merata di seluruh tanah air. (Diah Krisnansari, 2010)
Sejauh pemantauan yang telah dilakukan temuan kasus tersebut terjadi
setelah anak-anak mengalami fase kritis. Sementara itu, perawatan intensif baru
dilakukan setelah anak-anak itu benar-benar tidak berdaya. Berarti sebelum anakanak itu memasuki fase kritis, perhatian terhadap hak hidup dan kepentingan
terbaiknya terabaikan. (Diah Krisnansari, 2010)

Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi


pemantauan pertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengan kejadian
luar biasa gizi seperti campak dan diare melalui kegiatan surveilans. Prevalensi
balita yang mengalami gizi buruk di indonesia masih tinggi. (Diah Krisnansari,
2010)
Status gizi merupakan suatu akibat dari penggunaan atau konsumsi
makanan dan zat gizi lainya.seseorang dapat memiliki status gizi yang baik
maupun buruk. Orang dengan status gizi baik artinya telah tercukupi kebutuhan
zat gizi yang diperlukan untuk penunjang kehidupanya. Begitu pula sebaliknya.
Status gizi yang baik biasanya selalu ditunjang dengan berbagai jenis makanan
yang seimbang, yaitu berbagai jenis makanan nabati dan hewani yang
mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Biasanya status
gizi seseorang juga berkaitan dengan keadaan ekonomi. (Mutaroh Akmal, 2010).

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis

penelitian

ini

adalah

penelitian

observasional

dengan

menggunakan pendekatan deskriptif dengan maksud untuk menggambarkan


keadaan pengetahuan dan sikap Ibu dalam menangani penyakit campak di SDN
1 Budong-Budong tahun 2015.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Budong-Budong Kabupaten
Mamuju Tengah.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada 15 April 10 Mei Tahun 2015 di
SDN 1 Budong-Budong Kabupaten Mamuju Tengah.
C. Populasi dan sampel penelitian
1. Populasi
Adapun Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak berusia
5-12 tahun yang ada di SDN 1 Budong-Budong Kabupaten Mamuju
Tengah Tahun 2015.
2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah anak berusia 5-12 tahun yang
pernah menderita Campak berdasarkan pengakuan anak dan orang tua
yang telah mengalami penyakit tersebut pada anaknya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data sebagai berikut:
1. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari
rekam medic atau kartu pasien di Puskesmas Budong-budong dan
pengakuan anak.
2. Data primer
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara wawancara
langsung dengan responden yang ditemui pada saat penelitian dan terpilih
sebagai sampel, dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang
telah disediakan. Penentuan penderita campak melalui catatan rekam
medic Pasien dan jika semasa penyembuhan hanya dilakukan dengan obat
traditional maka data tersebut yang dijadikan acuan dasar.
E. Pengolahan Data
1. Editing
Merupakan

kegiatan

memeriksa

kembali

kuesioner

(daftar

pertanyaan) yang telah diisi pada saat pengumpulan data.


2. Koding
Merupakan kegiatan merubah data ke dalam bentuk yang lebih
ringkas dengan menggunakan kode kode tertentu.
3. Tabulasi data

Proses pengolahan data yang bertujuan untuk membuat tabel-tabel


yang dapat memberikan gambaran statistic.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai