WILDANA
11. 1101. 058
B11
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas segala nikmat dan
rahmatNyalah sehingga penyusunan skripsi dengan judul Hubungan antara
Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Cacar Air/Varisella di SDN 1 BudongBudong, Kabupaten Mamuju Tengah dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, banyak
mendapat kesulitan. Tanpa bantuan dan petunjuk dari berbagai pihak, maka
penyusunan skripsi ini tidak akan selesai dengan baik.
Untuk itu, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik untuk
membangun karya tulis ilmiah ini agar karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat
dengan baik.
Akhir kata, penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat
bermanfaat sebagaimana mestinya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit campak merupakan penyakit yang dapat di cegah dengan
imunisasi yang disebabkan oleh virus morbili. Penyakit ini di tandai dengan
gejala awal demam, batuk, pilek, dan biasanya di ikuti dengan konjungtivitas
yang kemudian di ikuti bercak kemerahan pada kulit. Campak biasanya
menyerang anak-anak dengan derajat ringan sampai sedang.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah memberikan peringatan atas
berkembangnya penyakit ini. Pada tahun 2011 telah terjadi 6500 kasus campak.
Campak dapat menyebabkan anak dalam kondisi yang tidak nyaman dan dapat
menyebabkan komplikasi yang mengancam nyawa anak-anak. (WHO, 2011).
Campak merupakan penyakit Endemic di banyak Negara terutama di
Negara berkembang. Angka kesakitan di seluruh dunia mencapai 5-10 kasus
per 10.000 dengan jumlah kematian 1-3 kasus per 1000 orang. Campak masih
di temukan dinegara maju. (Widoyono, 2011).
Sejak tahun 2002, kematian akibat campak di dunia mencapai 777.000.
di antaranya 202.000 berasal dari Negara ASEAN. Di Indonesia 30.000 anak
meninggal/ tahun akibat komplikasi campak. artinya tiap 20 menit - 1 anak
meninggal. Setiap tahun, lebih dari 1 juta anak belum terimunisasi campak.
(Depkes R.I, 2007).
Indonesia adalah negara keempat terbesar penduduknya di dunia yang
memiliki angka kesakitan campak sekitar 1 juta pertahun dengan 30.000
kematian, yang menyebabkan Indonesia menjadi salah satu dari 47 negara
prioritas yang di identifikasi oleh WHO dan UNICEF untuk melaksanakan
timbulnya ruam. Mereka beranggapan jika ruam tidak keluar kulit, maka
penyakit ini akan menyerang ke dalam tubuh dan menimbulkan akibat yang
lebih fatal daripada penyakitnya sendiri. (Widoyono, 2011).
Sebelum penggunaan vaksin campak, penyakit ini biasanya menyerang
anak anak yang berusia 5-10 tahun. Setelah masa imunisasi (mulai tahun
1977), campak sering menyerang anak yang berusia remaja dan orang dewasa
muda yang tidak mendapat vaksinasi sewaktu kecil, atau mereka yang
diimunisasi pada saat usia lebih dari 15 bulan, Penelitian di rumah sakit selama
tahun 1984-1988 melaporkan bahwa campak paling banyak terjadi pada usia
balita, dengan kelompok tertinggi pada usia 2 tahun (20,3%), diikuti oleh bayi
(17,6%), anak usia 1 tahun (15,2%), usia 3 tahun (12,3%), dan usia 4 tahun
(8,2%). (Widoyono, 2011).
2.
Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui gambaran kejadian Campak berdasarkan Pengetahuan
ibu.
2. Untuk mengetahui gambaran kejadian Campak berdasarkan Sikap ibu.
3. Untuk mengetahui gambaran kejadian Campak berdasarkan Pekerjaan ibu.
4. Untuk mengetahui gambaran kejadian Campak berdasarkan status
Imunisasi Campak.
dalam sejauh mana pengetahuan dan sikap Ibu tentang Cacar air/Varisella.
Bagi Siswa, Sebagai informasi dan masukan untuk membantu dirinya
dalam mengetahui dan menyikapi penyakit Cacar air/Varisella agar dapat
menghindarinya dan mengobatinya.
3.
4.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Penyakit Campak
1. Definisi
Penyakit campak adalah penyakit akut yang sangat menular yang
disebabkan oleh virus. Penyakit ini di tandai dengan gejala awal demam, batuk,
pilek, dan konjungtivitas yang kemudian di ikuti bercak kemerahan pada kulit.
Campak biasanya menyerang anak-anak dengan derajat ringan sampai sedang.
Penyakit ini dapat meninggalkan gejala sisa kerusakan neurologis akibat
peradangan otak. (Widoyono, 2011).
Campak adalah salah satu penyakit infeksi yang banyak menyerang anakanak saat ini sedang menjalar di beberapa negara-negara di Eropa dan sekitarnya.
Tingginya tingkat penyebaran diperkirakan karena banyak anak-anak yang tidak
mendapatkan imunisasi campak. (Kristina B, 2011).
Campak adalah penyakit Infeksi pernapasan akibat virus campak atau
morbili. Campak dapat menyerang anak-anak maupun orang dewasa muda.
Campak bisa menyebabkan penyakit atau akibat yang serius, terutama pada orang
dewasa muda, beberapa di antaranya termasuk infeksi telinga bagian tengah,
radang paru-paru, radang otak, yang menyebabkan kerusakan pada otak, bahkan
kematian. (Mutaroh A, 2010).
2. Penyebab
Penyakit ini desebabkan virus campak dari family Paramyxovirus, genus
Morbilitas. Virus campak adalah virus RNA yang dikenal hanya mempunyai satu
antigen. Struktur virus itu mirip dengan virus penyebab paroritis epidemic dan
parainfluenza. Setelah timbulnya ruam kulit, virus aktif dapat ditemukan pada
secret nasofaring, darah, dan air kencing dalam waktu sekitar 34 jam pada suhu
kamar. (Widoyono, 2011).
Virus campak dapat bertahan lama beberapa hari pada temperatur 0 oC
dan selama 15 minggu pada sediaan beku. Di luar tubuh manusia Virus ini mudah
mati. Pada suhu kamar sekalipun, virus ini akan kehilangan Infektifitasnya sekitar
60% selama 3-5 hari. Virus campak mudah hancur oleh sinar ultraviolet.
(Widoyono, 2011).
3. Gejala dan Tanda-Tanda
Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-12 hari
dan kemudian timbul gejala serta tanda-tanda timbulnya penyakit campak di bagi
dalam 3 stadium:
a. Stadium kataral / Prodromal
Pada stadium awal kataral, berlangsung 2-4 hari di tandai dengan demam
yang diikuti dengan batuk, pilek, farings merah, nyeri menelan, dan
konjungtivitas. Menjelang akhirnya stadium ini timbul bercak koplik ( bercak
berwarna putih kelabu) (Atikah Proverawati, 2009).
b. Stadium erupsi
Pada stadium erupsi di tandai dengan timbulnya ruam maculo popular
yang bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya ruam dii mulai dari batas rambut
dibelakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher, dan akhirnya ke
ekstrimitas. (Atikah Proverawati, 2009).
imunisasi paling sedikit 80% per wilayah secara merata selama bertahun tahun.
(Widoyono, 2011).
6. Komplikasi
Penyakit infeksi akan mempengaruhi konsumsi makanan, penggunaan
makanan dan kebutuhan makanan, sehingga penyakit infeksi akan mempengaruhi
gizi seseorang. Pada penyakit campak anak yang tidak mendapatkan makanan
yang baik (bergizi) ddan kurang beristirahat akan menyebabkan anak yang
kekurangan gizi tersebut mengalami komplikasi. Oleh karena terjadinya
penurunan konsumsi kalori dan protein akibat nafsu makan yang berkurang maka
akan timbul komplikasi seperti :
a. Infeksi telinga (otitis media akuta)
b. Pneumonia (radang paru0
c. Bronchitis
d. Diare
e. Radang otak (esefalitas).
Kematian pada penderita campak sebagian besar disebabkan oleh karena
adanya komplikasi tersebut. (Athitson, 2000).
7. Pengobatan
Pengobatan campak berupa perawatan umum seperti pemberian cairan
dan kalori yang cukup. Obat sistomatik yang perlu diberikan antara lain:
1. Antidedmam
2. Antibatuk
3. Vitamin A
4.
Serikat, terdapatlebih dari 1,5 juta kasus campak setiap tahunnya. Pada tahun
1963 kasus campak menurun drastic dan hanya di temukan kurang dari 100 kasus
pada tahun 1998. (Widoyono, 2011).
Di Indonesia, campak masih menempati urutan ke-5 dari 10 penyakit
utama pada bayi dan anak balita (1-4 tahun) berdasarkan laporan SKRT tahun
1985 1986. Angka Kesakitan campak di Indonesia tercatat 30.000 per tahun
yang di laporkan, meskipun pada kenyataannya hamper semua anak setelah usia
balita pernah terserang campak. Pada zaman dahulu ada anggapan bahwa setiap
anak harus terkena campak sehingga tidak perlu diobati. Masyarakat berpendapat
bahwa penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya bila ruam merah pada kulit
sudah timbul, yang berakibat ada usaha usaha untuk mempercepat timbulnya
ruam. Mereka beranggapan jika ruam tidak keluar kulit, maka penyakit ini akan
menyerang ke dalam tubuh dan menimbulkan akibat yang lebih fatal daripada
penyakitnya sendiri. (Widoyono, 2011).
Sebelum penggunaan vaksin campak, penyakit ini biasanya menyerang
anak anak yang berusia 5-10 tahun. Setelah masa imunisasi (mulai tahun 1977),
campak sering menyerang anak yang berusia remaja dan orang dewasa muda
yang tidak mendampak vaksinasi sewaktu kecil, atau mereka yang diimunisasi
pada saat usia lebih dari 15 bulan, Penelitian di rumah sakit selama tahun 19841988 melaporkan bahwa campak paling banyak terjadi pada usia balita, dengan
kelompok tertinggi pada usia 2 tahun (20,3%), diikuti oleh bayi (17,6%), anak
usia 1 tahun (15,2%), usia 3 tahun (12,3%), dan usia 4 tahun (8,2%). (Widoyono,
2011).
atau
menghubungkan
bagian-bagian
dalam
suatu
bentuk
kecenderungan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah sautu kemampuan
menyusun formulasi yang telah ada. (Notoatmodjo, 2010).
f. Evaluasi ( evaluating )
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini
dengan sendirinya didasarkan suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri atau
norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat. (Notoatmodjo, 2010).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian/responden, kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita
Kekebalan ini diperoleh dari luar tubuh anak atau orang yang
bersangkutan. Kekebalan dapat bersifat aktif dan dapat bersifat pasif. Kekebalan
aktif dapat diperoleh setelah orang sembuh dari penyakit tertentu. Misalnya anak
yang telah sembuh dari penyakit campak ia akan kebal terhadap penyakit campak.
(Notoatmodjo, 2007).
Kekebalan pasif diperoleh dari ibunya melalui plasenta. Ibu yang telah
memperoleh kekebalan terhadap penyakit tertentu, misalnya campak, malaria, dan
tetanus maka anaknya (bayi), akan memperoleh kekebalan terhadap penyakit
tersebut untuk beberapa bulan pertama. (Notoatmodjo, 2007).
c. Efek Samping
Hingga 15 % pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan
selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah Vaksinasi.
d. kontraindikasi
Pemberian Imunisasi tidak boleh dilakukan pada orang yang mengalami
Immunodefisiensi atau individu yang di duga menderita gangguan respon imun
karena leukemia, dan limfoma.
e. Tujuan Program Imunisasi
Program Imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian dari penyakit yang dapat di cegah dengan Imunisasi. Pada saat ini
penyakit-penyakit tersebut adalah disentri, tetanus, campak, polio, dan
tuberculosis.
5. Status Gizi Balita
Gizi berasal dari bahasa arab yaitu Ghidza. Gizi adalah suatu proses
penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal oleh suatu organism
melalui proses digensi, absorbs, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energy.
(Erna Kusumawati, 2010).
Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk
memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi
ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan.
Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga
diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan
menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Manuju Sehat
(KMS). (Erna Kusumawati, 2010).
Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah angka kamatian
bayi (AKB), atau Infani Mortality Rate (IMR). Status gizi ibu pada waktu
melahirkan, dan gizi bayi itu sendiri sebagai factor tidak langsung maupun
langsung sebagai penyebab kematian bayi. Bayi dan anak balita yang kekurangan
gizi sangat rentan terhadap penyakit-penyakit infeksi, termasuk diare, pneumonia.
Oleh sebab itu, perbaikan gizi masyarakat yang difokuskan pada perbaikan gizi
bayi dan anak balita merupakan awal dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Sebaiknya kekurangan gizi pada bayi dan anak balita akan berakibat
terhadap munculnya masalah kesehatan yang lain, dan akhirnya akan berdampak
terhadap menurunnya derajat kesehatan masyarakat. (Notoatmodjo, 2007).
Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan oleh tubuh untuk
melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energy, membangun dan memelihara
jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan. Ilmu yang mempelajari tentang
gizi di sebut status gizi, yaitu suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang
makanan dan hubunganya dengan kesehatan tubuh. (Mutaroh Akmal, 2010)
Kekurangan zat-zat gizi pada makanan bayi dapat mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan dan perkembangan. Di samping itu, bayi menjadi
lebih rentan terhadap penyakit infeksi dan selanjutnya
bahkan dapat
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis
penelitian
ini
adalah
penelitian
observasional
dengan
Sampel dalam penelitian ini adalah anak berusia 5-12 tahun yang
pernah menderita Campak berdasarkan pengakuan anak dan orang tua
yang telah mengalami penyakit tersebut pada anaknya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data sebagai berikut:
1. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari
rekam medic atau kartu pasien di Puskesmas Budong-budong dan
pengakuan anak.
2. Data primer
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara wawancara
langsung dengan responden yang ditemui pada saat penelitian dan terpilih
sebagai sampel, dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang
telah disediakan. Penentuan penderita campak melalui catatan rekam
medic Pasien dan jika semasa penyembuhan hanya dilakukan dengan obat
traditional maka data tersebut yang dijadikan acuan dasar.
E. Pengolahan Data
1. Editing
Merupakan
kegiatan
memeriksa
kembali
kuesioner
(daftar