Anda di halaman 1dari 3

Etiologi Menurut penelitian Peng pada tahun 2007, kebanyakan penyebab fraktur dental adalah

benturan atau trauma terhadap gigi yang menimbulkan disrupsi atau kerusakan email, dentin,
atau keduanya. Disamping itu, faktor lain yang ditambahkan oleh American Dental Association
(ADA) yaitu kebiasaan buruk, kehilangan sebagian besar struktur gigi, paparan email gigi
terhadap suhu ekstrim, tambalan pada gigi, gigi pasca rawatan endodontik dan kesalahan dokter
gigi
1. Trauma Dalam satu penelitian yang dilaku oleh Schwartz, katakan selama masa remaja,
cedera olahraga merupakan kasus yang umum namun pada usia dewasa, kasus seperti
cedera olahraga, kecelakaan sepeda motor, kecelakaan industri, dan kekerasan dalam
rumah tangga merupakan penyebab potensial trauma. Olahraga yang melibatkan kontak
fisik merupakan penyebab umum fraktur dental, seperti sepakbola dan bola basket.
Olahraga tanpa kontak fisik seperti berkuda terdapat menyebabkan fraktur dental.
Benturan atau trauma, baik berupa pukulan langsung terhadap gigi atau berupa pukulan
tidak langsung terhadap mandibula, dapat menyebabkan pecahnya tonjolan-tonjolan gigi,
terutama gigi-gigi posterior. Selain itu, tekanan oklusal yang berlebihan terutama
terhadap tumpatan yang luas dan tonjol-tonjolnya tak terdukung oleh dentin dapat pula
menyebabkan fraktur.
Keparahan fraktur bisa hanya sekedar retak saja, pecahnya prosesus, atau sampai
lepasnya gigi yang tidak bisa diselamatkan lagi. Trauma secara langsung kebanyakan
mengenai gigi anterior, dan karena arah pukulan mengenai permukaan labial, garis
retakannya menyebar ke belakang dan biasanya menyebab fraktur horizontal atau miring.
Pada fraktur yang lain, tekanan hampir selalu mengenai permukaan oklusal, sehingga
fraktur pada umumnya vertikal.
2. Kebiasaan Buruk Kebiasaan buruk yang sering menjejaskan kualitas gigi. Sebagai
contoh, banyak orang menggunakan gigi mereka sebagai alat pembuka botol dan
kemasan plastik atau mencabut label harga pada baju. Kebiasaan ini dapat menyebabkan
efek traumatis pada gigi, melemahkan tepi gigi bahkan bisa menyebabkan maloklusi.
Menggigit pensil atau pulpen juga merupakan kebiasaan yang paling sering dilakukan
oleh banyak orang. Sama halnya dengan mengunyah es batu, menggigit benda keras bisa
menyebabkan email gigi mengalami penipisan dan fraktur. Apalagi, dilanjut dengan
kebiasaan mengunyah batu es terutama sehabis meminum minuman dingin. Bentuknya
yang keras dan temperatur dingin dari batu es, sebenarnya dapat mengikis email dan
menyebabkan fraktur gigi.
3. Kehilangan Sebagian Besar Struktur Gigi Kehilangan bagian email dan dentin gigi
umumnya disebabkan oleh kondisi karies yang meluas. Gigi yang mengalami karies yang
meluas akan mengurang kekuatan gigi untuk menahan daya untuk kegiatan harian
terutama mengunyah yang menyebabkan gigi lebih rentan fraktur. Karies pada gigi yang
meluas pada garis servikal menambah resiko fraktur berjadi.
4. Suhu Ekstrim Orang yang mepaparkan email gigi kepada suhu ekstrim seperti makan
makanan panas kemudian minum air es. Perlakuan ini melemahkan email gigi dan
memudahkan terjadi fraktur gigi.
5. Tambalan Salah satu kebiasaan yang terjadi fraktur adalah ketika gigi mempunyai
tambalan yang besar. Kekuatan gigi yang rendah disebabkan oleh bahan tambalan gigi

yang tidak sama kuat dibandingkan dengan email atau dentin, dapat menimbulkan resiko
gigi menjadi fraktur.
6. Gigi Pasca Rawatan Endodontik Pelemahan struktur mekanik gigi terjadi waktu akses
persiapan rongga, sedangkan pembersihan dan pembentukan saluran akar meningkatkan
kemungkinan gigi fraktur. Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar dan diisikan
dengan gutta perca atau pasak akan mempunyai resiko fraktur yang sangat tinggi
dibandingkan dengan gigi yang asli. Waktu gigi dipreparasi untuk diisi akan
menyebabkan struktur gigi menjadi lemah dan lebih mudah fraktur. Penggunaan sekrup
dan post adalah aspek lain dari fraktur akar gigi karena efek tolak-menolak (wedging).
Post runcing dan berulir lazimnya menghasilkan kejadian fraktur akar tertinggi, diikuti
dengan post meruncing dan sejajar.
7. Kesalahan Dokter Gigi Sebelum melakukan pencabutan gigi, mungkin dokter gagal
melakukan diagnosis yang tepat. Haruslah dokter gigi melakukan anamnesis terhadap
pasien supaya mengetahui riwayat medis pasien dan dapat memberikan rawatan yang
betul. Pemeriksaan radiografi dilakukan supaya diagnosis lebih tepat.Sikap seseorang
dokter juga sangat penting bila memberikan diagnosis dan rawatan kepada pasien. Dokter
harus sabar dan penuh semangat untuk memberikan rawatan yang terbaik kepada pasien.
Keadaan seperti pemilihan instrumen waktu ekstraksi gigi, tang yang diguna harus sesuai
dengan gigi yang diekstraksi supaya mengurangi kecelakaan waktu aplikasi daya.

Klasifikasi WHO
I.
Kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa
1. Retak mahkota (enamel infraction), yaitu suatu fraktur yang tidak sempurna pada
email tanpa kehilangan struktur gigi dalam arah horizontal atau vertikal.
2. Fraktur email yang tidak kompleks (uncomplicated crown fracture), yaitu fraktur
email yang tidak kompleks (uncomplicated crown fracture) yaitu suatu fraktur
yang hanya mengenai lapisan email saja.
3. Fraktur email-dentin (uncomplicated crown fracture), yaitu fraktur pada mahkota
gigi yang hanya mengenai email dan dentin saja tanpa melibatkan pulpa.
4. Fraktur mahkota yang kompleks (complicated crown fracture), yaitu fraktur yang
mengenai email, dentin, dan pulpa.
II.
Kerusakan pada jaringan keras gigi, pulpa, dan tulang alveolar
1. Fraktur mahkota-akar, yaitu suatu fraktur yang mengenai email, dentin, dan
sementum. Fraktur mahkota akar yang melibatkan jaringan pulpa disebut fraktur
mahkota-akar yang kompleks (complicated crown-root fracture) dan fraktur
mahkota-akar yang tidak melibatkan jaringan pulpa disebut fraktur mahkota-akar
yang tidak kompleks (uncomplicated crown-root fracture).
2. Fraktur akar, yaitu fraktur yang mengenai dentin, sementum, dan pulpa tanpa
melibatkan lapisan email.
3. Fraktur dinding soket gigi, yaitu fraktur tulang alveolar yang melibatkan dinding
soket labial atau lingual, dibatasi oleh bagian fasial atau lingual dari dinding
soket.
4. Fraktur prosesus alveolaris, yaitu fraktur yang mengenai prosesus alveolaris
dengan atau tanpa melibatkan soket alveolar gigi.

III.

IV.

5. Fraktur korpus mandibula atau maksila, yaitu fraktur pada korpus mandibula atau
maksila yang melibatkan prosesus alveolaris, dengan atau tanpa melibatkan soket
gigi.
Kerusakan pada jaringan periodontal
1. Concusion, yaitu trauma yang mengenai j aringan pendukung gigi yang
menyebabkan gigi lebih sensitif terhadap tekanan dan perkusi tanpa adanya
kegoyangan atau perubahan posisi gigi.
2. Subluxation, yaitu kegoyangan gigi tanpa disertai perubahan posisi gigi akibat
trauma pada jaringan pendukung gigi.
3. Luksasi ekstrusi (partial displacement), yaitu pelepasan sebagian gigi ke luar dari
soketnya. Ekstrusi menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih panjang.
4. Luksasi, merupakan perubahan letak gigi yang terjadi karena pergerakan gigi ke
arah labial, palatal maupun lateral, hal ini menyebabkan kerusakan atau fraktur
pada soket alveolar gigi tersebut. Trauma gigi yang menyebabkan luksasi lateral
menyebabkan mahkota bergerak ke arah palatal
5. Luksasi intrusi, yaitu pergerakan gigi ke dalam tulang alveolar, dimana dapat
menyebabkan kerusakan atau fraktur soket alveolar. Luksasi intrusi menyebabkan
mahkota gigi terlihat lebih pendek.
6. Laserasi (hilang atau ekstrartikulasi) yaitu pergerakan seluruh gigi ke luar dari
soket.
Kerusakan pada gusi atau jaringan lunak rongga mulut
1. Laserasi merupakan suatu luka terbuka pada jaringan lunak yang disebabkan oleh
benda tajam seperti pisau atau pecahan luka. Luka terbuka tersebut berupa
robeknya jaringan epitel dan subepitel.
2. Kontusio yaitu luka memar yang biasanya disebabkan oleh pukulan benda tumpul
dan menyebabkan terjadinya perdarahan pada daerah submukosa tanpa disertai
sobeknya daerah mukosa.
3. Luka abrasi, yaitu luka pada daerah superfisial yang disebabkan karena gesekan
atau goresan suatu benda, sehingga terdapat permukaan yang berdarah atau lecet.

Anda mungkin juga menyukai