Anda di halaman 1dari 3

Sistem Legowo

Tanaman Jagung
Oleh Administrator
Selasa, 30 April 2013 13:29

Sistem tanam legowo umumnya dikenal pada pertanaman padi sawah dengan tujuan utama untuk
meningkatkan hasil gabah per satuan luas lahan. Ada beberapa tipe cara tanam legowo yang biasa
diterapkan petani diantaranya tipe legowo (2:1), (3:1) dst. Tanam legowo 2:1 berarti setiap dua
baris tanaman diselingi satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar
baris. Untuk menggantikan populasi tanaman pada baris yang kosong, jumlah tanaman pada setiap
baris yang berdekatan dengan baris yang kosong ditambah sehingga jarak tanam dalam barisan
menjadi lebih rapat. Sebagaimana diketahui, barisan tanaman padi yang berada di bagian pinggir
mempunyai pertumbuhan yang relatif lebih baik dibandingkan di bagian tengah. Atas dasar inilah
maka diterapkan sistem tanam legowo agar sebagian besar tanaman menjadi tanaman pinggir dan
diharapkan anakan yang dibentuk menjadi lebih banyak karena intensitas matahari yang diterima
lebih optimal, dan akhirnya produktivitas dapat meningkat.
Legowo pada Tanaman Jagung
Selain pada tanaman padi, sistem tanam legowo ternyata juga dapat diterapkan pada pertanaman
jagung. Berbeda dengan padi, tanaman jagung tidak membentuk anakan sehingga penerapan
sistem legowo pada tanaman jagung lebih diarahkan pada:
1. Meningkatkan penerimaan intensitas cahaya matahari pada daun dan diharapkan hasil
asimilat meningkat sehingga pengisian biji dapat optimal.
2. Memudahkan pemeliharaan tanaman, terutama penyiangan gulma baik secara manual
maupun dengan herbisida, pemupukan, serta pemberian air.
3. Memudahkan penanaman untuk pertanaman II dengan sistem tanam sisip yang dilakukan
2 minggu sebelum pertanaman I dipanen (khusus untuk wilayah potensial penanaman
jagung 2 kali berturut-turut) sehingga menghemat periode pertumbuhan tanaman di
lapangan.
Wilayah Pengembangan
Cara tanam legowo dapat diterapkan pada lahan sawah maupun lahan kering dengan tingkat
kesuburan tanah dan ketersediaan sumber air yang cukup. Mengingat maksud penanaman sistem
logowo ini bukan semata untuk meningkatkan hasil, maka penerapannya diutamakan dan
dikaitkan dengan upaya peningkatan indeks pertanaman (IP) jagung. Dengan peningkatan IP maka
hasil panen dapat meningkat dan pengelolaan lahan menjadi lebih produktif.
Menentukan Jarak Tanam
Anjuran populasi tanaman untuk jagung adalah berkisar antara 66.000 71.000 tanaman/ha.
Untuk dapat tercapainya populasi tersebut, maka jarak tanam biasa yang diterapkan adalah 75 cm
x 20 cm (1 tanaman/lubang) atau 70 cm x 20 cm (1 tanaman/lubang). Pada wilayah yang
mempunyai masalah tenaga kerja, dapat diterapkan jarak tanam 75 cm x 40 cm (2
tanaman/lubang) atau 70 cm x 40 cm (2 tanaman/lubang). Jika penanaman dilakukan dengan cara
tanam legowo, agar populasi tanaman tetap berkisar antara 66.000 71.000 tanaman/ha, maka
jarak tanam yang diterapkan adalah sebagai berikut:
1. (100 - 50) cm x 20 cm (1 tanaman/lubang) atau (100 50) cm x 40 cm (2
tanaman/lubang) (populasi 66.000 tanaman/ha) (Gambar 1)
2. (100 - 40) cm x 20 cm (1 tanaman/lubang) atau (100 40) cm x 40 cm (2 tanaman/lubang

(populasi 71.000 tanaman/ha) (Gambar 2).


Cara A diterapkan jika varietas jagung yang ditanam mempunyai penampilan tanaman yang tinggi
dan helai daun terkulai, sedangkan cara B diterapkan jika tanaman mempunyai tipe tumbuh
pendek dan helai daun tegak. Jarak tanam dalam barisan adalah 20 cm atau 40 cm. Jika
menggunakan jarak tanam 20 cm maka satu tanaman per lubang, dan jika jarak tanam 40 cm
jumlah tanaman dua per lubang.
Untuk penanaman berikutnya (pertanaman kedua) maka sistem tanam sisip dapat diterapkan, yaitu
dengan menanam pada barisan kosong pertanaman dua minggu menjelang pertanaman I dipanen
(lihat Gambar 2). Dengan penerapan tanam sisip maka ada penghematan waktu pemanfaatan
lahan, dan juga pemanfaatan air. Cara penanaman untuk pertanaman II, seperti pada Gamar 2.

MENENTUKAN JARAK TANAM PADA JAGUNG

Sumber Gambar: Dok. Pribadi


Faktor-faktor yang perlu dipertimbangan dalam menentukan jarak tanam, antara lain, adalah:
kondisi tanah, musim, dan varietas. Pada tanah yang subur jarak tanam pada umumnya semakin
lebar. Hal ini karena pertumbuhan jagung juga semakin subur sehingga kemungkinan tanaman
saling menutupi. Sedangkan pada tanah yang kurang subur jarak tanam dapat dipersempit. Pada
musim hujan kecukupan akan air lebih terjamin sehingga pertumbuhan tanaman semakin baik.
Oleh karena itu, pada musim hujan jarak tanam diperlebar, sedangkan pada musim kemarau jarak
tanam dapat dipersempit. Terdapat beberapa varietas yang pertumbuhannya cepat (jagur) dengan
batang dan daun-daun yang tumbuh lebih besar dibandingkan dengan varietas lain. Untuk varietas
seperti ini jarak tanam dapat dibuat lebih lebar.
Jarak tanam menentukan populasi. Semakin rapat jarak tanamnya semakin banyak populasinya.
Pada kondisi seperti ini kemungkinan terjadinya persaingan semakin besar dalam hal
mendapatkan faktor-faktor tumbuh (CO2, cahaya, air dan hara). Akan tetapi, dengan jarak tanam
yang lebar populasinya semakin sedikit, tidak efisien dalam pemanfaatan lahan, terjadi kebocoran
energi matahari, tanah terbuka sehingga memacu pertumbuhan gulma terutama gulma berdaun
sempit. Oleh karena itu jarak tanam harus diatur untuk mendapatkan populasi yang optimum
sehingga diperoleh hasil yang maksimum.
Pada umumnya untuk mendapatkan populasi yang optimum (66.000 - 75.000 tanaman per
hektar), jarak tanam dapat dibuat 75 cm x 20 cm (1 tanaman per lubang) atau 75 cm x 40 cm (2
tanaman per lubang) untuk tanah-tanah subur atau tanaman di musim hujan. Jarak tanam 70 cm x
20 cm (1 tanaman per lubang) atau 70 cm x 40 cm (2 tanaman per lubang) untuk tanah-tanah
yang kurang subur atau tanaman di musim kemarau. Penanaman 2 biji dalam satu lubang
kemungkinan terjadinya persaingan antar tanaman lebih besar.
Sistem tanam jajar legowo dapat juga dilakukan, dengan pengaturan jarak tanam (100 cm - 50
cm) x 20 cm. Pada musim penghujan saluran drainase dapat dibuat di antara baris tanaman yang
berjarak lebar.
Untuk mendapatkan jarak tanam dan baris tanam yang lurus dan teratur, dilakukan penganjiran.
Penganjiran dilakukan dengan tali yang telah diberi tanda jarak tanam tertentu. Pelaksanaannya
adalah sebagai berikut:
1.Siapkan pancang atau patok pada sudut lahan. Tarik tali sepanjang bedengan untuk menentukan
jarak tanam pada baris.
2.Tentukan jarak barisan tanaman dengan menentukan sudut siku-siku sehingga tanaman antar
baris dengan baris yang lain terlihat lurus dan siku.
3.Sebaiknya barisan tanaman dalam bedengan dibuat menurut arah Timur-Barat. Hal ini
dimaksudkan agar tanaman mendapatkan penyinaran yang penuh dari pagi hingga sore. Setelah
anjir terpasang penanaman dapat segera dimulai.

Anda mungkin juga menyukai