retensi.
Klas III : Kecil (Sulit untuk memerima retensi dan stabilitas yang baik) (Gambar 2.19)
Kontur ridge
Ridges harus diinspeksi dan dipalpasi. Ridge harus teraba untuk spikula tulang yang
menghasilkan nyeri saat dipalpasi. Ridges dapat diklasifikasikan berdasarkan kontur
sebagai berikut:
Ridge tinggi dengan puncak datar dan sisi paralel (paling ideal) (Gambar. 2.23)
Terdapat klasifikasi lain untuk kontur ridge. Menurut klasifikasi itu, ridge pada maksila
dan mandibula diklasifikasikan secara terpisah.
Klasifikasi kontur ridge rahang atas:
Klas III:Datar
Klas I : Seperti bentuk U terbalik (Dinding parallel, lingir sedang hingga tinggi
dengan broad ridge crest) (Gambar 2.26)
Klas II : Seperti bentuk U terbalik (pendek dengan puncak datar) (Gambar. 2.27).
o Undercut (hasil dari adanya labioversi atau lingoversi pada gigi) (Gambar
2.31).
Relasi ridge
Relasi ridge didefinisikan sebagai, "Hubungan posisional dari ridge mandibula ke ridge
maksila" - GPT.
Selama memeriksa hubungan ridge, pola resorpsi lengkung maksila dan mandibula harus
diingat (maksila resorpsi ke atas dan ke dalam saat mandibula resorpsi ke bawah dan ke
luar). Relasi ridge mengacu pada hubungan posterior anterior antara ridge.
Angle menklasifikasikan hubungan ridge seperti ini:
Klas I: Kedua ridge yang sejajar dengan bidang oklusal (Gambar 2.35.).
Klas II: Ridge mandibula ridge membelok dari bidang oklusal anterior (Gbr.
2.36).
Klas III: Ridge maksila membelok dari bidang oklusal secara abterior atau kedua
ridge membelok dari bidang oklusal secra anterior. (Gambar 2.37)
Namun, stabilitas gigi tiruan meningkat pada pasien ini karena penurunan gaya tuas yang
bekerja pada gigi tiruan. Spasi antar lengkung dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kelas I: Spasi
(Gambar 2.38.)
Klas III: Spasi antar lengkung yang tidak memadai untuk mengakomodasi gigi
geligi tiruan (Gambar. 2.40).
Defek ridge
Defek ridge dilengkapi exostosis dan pivots yang dapat menimbulkan masalah saat
fabrikasi gigi tiruan lengkap.
Jaringan berlebih
Merupakan hal umummenemukan flabby tissue menutupi puncak residual ridge.
Jaringan-jaringan bergerak cenderung menyebabkan pergerakan gigi tiruan ketika
diberikan gaya. Hal ini menyebabkan hilangnya retensi.
Jaringan hyperplastic
Lesi hiperplastik paling umum adalah fissuratum epulis, hiperplasia papiler mukosa dan
lipatan hiperplastik. Pengobatan untuk lesi ini meliputi istirahat, penyejuk jaringan dan
penyesuaian gigi tiruan. Pembedahan dipertimbangkan jika pengobatan yang disebutkan
di atas gagal.
Palatum durum
Bentuk palatum durum mulut harus diperiksa. Palatum durum dapat diklasifikasikan
menjadi:
V-shaped: Retensi sedikit, sebagai peripheral seal mudah untuk hancur (Gambar.
2.42).
Klas I: Horizontal dan menunjukkan gerakan otot kecil. Dalam hal ini cakupan
jaringan yang lebih mungkin untuk posterior palatal seal (Gambar. 2.44).
Klas II: Palatum mole membuat sudut 45 ke palatum durum. Jaringan tertutup
untuk posterior palatal seal. (Gambar 2.45)
Klas III: Palatm mole membuat sudut 70 ke palatum durum. Jaringan tertutup
untuk posterior palatal seal minimum. (Gambar. 2.46).
Perlu diperhatikan di sini bahwa palatum mole kelas III umumnya terkait dengan bentuk
kubah palatal V dan kelas I atau kelas II-palatum mole berhubungan dengan bentuk
kubah palatal datar.
Klasifikasi bentuk palatal throat
Klasifikasi House pada hubungan antara palatum mole dan palatum durum disebut
klasifikasi bentuk palatal throat. House menklasifikasikan bentuk palatal throat sebagai
berikut:
Klas I: Bentuk besar dan normal, relatif dengan band bergerak pada jaringan 5
sampai 12 mm dari garis distal yang ditarik di tepi distal tuberositas (Gambar
2.47.).
Klas II: Ukuran sedang dan bentuk normal, dengan band bergerak pada jaringan 3
sampai 5 mm dari garis distal hingga ke haris yang digambarkan disebrang distal
edge tuberositas (Gambar. 2.48).
Klas III: Biasanya menyertai maksila kecil. Tirai jaringan lunak ternyata turun
tiba-tiba 3 sampai 5 mm dianterior untuk garis yang ditarik di seluruh palatum di
tepi distal tuberositas (Gbr. 2.49).