Case Asma Bronkhial Final
Case Asma Bronkhial Final
PENDAHULUAN
44
Kelurahan
Flamboyan
Rimbo Kaluang
Ujung Gurun
Padang Pasir
Kampung Jao
Purus
Olo
Belakang Tangsi
Kampung Pondok
Berok Nipah
Jumlah
Jumlah
4.695
3.862
4.734
4.648
4.120
6.673
5.093
2.850
3.881
4.765
45.321
Asma merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat di kontrol
jika menghindari faktor pencetusnya. Salah satu penderita asma di wilayah kerja Puskesmas
Padang Pasir adalah Lindawati seorang wanita berusia 32 tahun. Lindawati sudah menderita
asma sejak 5 tahun yang lalu. Beberapa pertimbangan pemilihan keluarga Lindawati sebagai
keluarga binaan yaitu karena :
-
terdapat faktor pencetus yang jelas dan dapat dimodifikasi. Faktor pencetusnya berupa
debu dan cuaca dingin.
asma ini adalah penyakit keturunan sehingga besar kemungkinan anak pasien juga
menderita asma, sehingga perlu antisipasi sejak dini.
meskipun status ekonomi pasien tergolong kurang mampu, namun untuk memodifikasi
kondisi lingkungan agar tidak menjadi trigger bagi penyakit asma tidak membuthkan
banyak biaya.
44
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Asma merupakan suatu kelainan inflamasi kronis pada saluran nafas yang
melibatkan sel dan elemen-elemen seluler. Inflamasi kronis tersebut berhubungan dengan
hiperresponsif dari saluran pernafasan yang menyebabkan episode wheezing, apneu,
sesak nafas dan batuk-batuk terutama pada malam hari atau awal pagi. Episode ini
berhubungan dengan luas obstruksi saluran pernafasan yang bersifat reversibel baik
secara spontan ataupun dengan terapi1,2.
Definisi asma menurut WHO pada tahun 1975, yaitu keadaan kronik yang
ditandai oleh bronkospasme rekuren akibat penyempitan lumen saluran napas sebagai
respon terhadap stimulus yang tidak menyebabkan penyempitan serupa pada banyak
orang3.
2.2 Epidemiologi
Asma dapat ditemukan pada laki laki dan perempuan di segala usia, terutama
pada usia dini. Perbandingan laki laki dan perempuan pada usia dini adalah 2:1 dan
pada usia remaja menjadi 1:1. Prevalensi asma lebih besar pada wanita usia dewasa.
Laki-laki lebih memungkinkan mengalami penurunan gejala di akhir usia remaja
dibandingkan dengan perempuan.4
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hingga saat ini jumlah
penderita asma di dunia diperkirakan mencapai 300 juta orang dan diperkirakan angka ini
akan terus meningkat hingga 400 juta penderita pada tahun 2025.5
Hasil penelitian International Study on Asthma and Allergies in Childhood
(ISAAC) pada tahun 2005 menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi penyakit asma
meningkat dari 4,2% menjadi 5,4%. Diperkirakan prevalensi asma di Indonesia 5% dari
seluruh penduduk Indonesia, artinya saat ini ada 12,5 juta pasien asma di Indonesia.6
2.3 Etiologi dan Faktor Risiko7
Secara umum faktor risiko asma dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
1. Faktor genetik
(a) Hiperreaktivitas
(b) Atopi/Alergi bronkus
44
sapi, telur)
Obat-obatan tertentu (misalnya golongan aspirin, NSAID, beta-blocker dll)
Bahan yang mengiritasi (misalnya parfum, household spray dll)
Ekspresi emosi berlebih
Asap rokok dari perokok aktif dan pasif
Polusi udara di luar dan di dalam ruangan
Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika melakukan aktivitas
tertentu
(j) Perubahan cuaca
Exercised induced asthma merupakan obstruksi jalan napas yang berhubungan
dengan exercised tanpa mempertimbangkan ada tidaknya asma bronkial. Beberapa
literatur menyebutnya sebagai exercised induced bronchospasm (EIB). Exercised induced
asthma
harus dibedakan antara penderita asma dengan atlit. Pada EIB, didapatkan
Pemicu: Alergen dalam ruangan seperti tungau, debu rumah, binatang berbulu (anjing,
kucing, tikus), alergen kecoak, jamur, kapang, ragi, serta pajanan asap rokok.
Pemacu: Rhinovirus, ozon, pemakaian 2 agonist.
Pencetus: Infeksi viral saluran napas, aeroalergen seperti bulu binatang, alergen dalam
rumah (debu rumat, kecoa, jamur), seasonal aeroalergen seperti serbuk sari, asap rokok,
polusi udara, pewangi udara, alergen di tempat kerja, udara dingin dan kering,
olahraga, menangis, tertawa, hiperventilasi, dan kondisi komorbid (rinitis, sinusitis, dan
gastroesofageal refluks).
obstruksi
Faktor Genetik
Sensitisasi
inflamasi
Gejala Asma
Faktor Lingkungan
Gen kandidat yang diduga berhubungan dengan penyakit asma, serta penyakit yang
Pemicuasma
(inducer)
PemacuGen
(enhancer)
Pencetus
terkait dengan penyakit
sangat banyak.
MHC manusia
yang(trigger)
terletak pada
kromosom 6p, khususnya HLA telah dipelajari secara luas dan sampai saat ini masih
merupakan kandidat gen yang banyak dipelajari dalam kaitannya dengan asma. HLA-DR
merupakan MHC (major histocompatibility complex) klas II, suatu reseptor permukaan
sel yang disandikan oleh kompleks antigen leukosit manusia (HLA/ Human Leukocyte
Antigen) yang terletak pada kromosom 6 daerah 6p21.317.
2.4 Patogenesis
Asma merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel dan ditandai oleh
serangan batuk, mengi dan dispnea pada individu dengan jalan nafas hiperreaktif. Tidak
semua asma memiliki dasar alergi, dan tidak semua orang dengan penyakit atopik
mengidap asma. Asma mungkin bermula pada semua usia tetapi paling sering muncul
pertama kali dalam 5 tahun pertama kehidupan. Mereka yang asmanya muncul dalam 2
dekade pertama kehidupan lebih besar kemungkinannya mengidap asma yang
44
diperantarai oleh IgE dan memiliki penyakit atopi terkait lainnya, terutama rinitis alergika
dan dermatitis atopik9,10.
Langkah pertama terbentuknya respon imun adalah aktivasi limfosit T oleh
antigen yang dipresentasikan oleh sel-sel aksesori, yaitu suatu proses yang melibatkan
molekul Major Histocompability Complex atau MHC (MHC kelas II pada sel T CD4+ dan
MHC kelas I pada sel T CD8 +). Sel dendritik merupakan Antigen Precenting Cells (APC)
utama pada saluran respiratori. Sel dendritik terbentuk dari prekursornya di dalam
sumsum tulang, lalu membentuk jaringan yang luas dan sel-selnya saling berhubungan di
dalam epitel saluran respiratori. Kemudian, sel-sel tersebut bermigrasi menuju kumpulan
sel-sel limfoid di bawah pengaruh GM-CSF, yaitu sitokin yang terbentuk oleh aktivasi sel
epitel, fibroblas, sel T, makrofag, dan sel mast. Setelah antigen ditangkap, sel dendritik
pindah menuju daerah yang banyak mengandung limfosit. Di tempat ini, dengan
pengaruh sitokin-sitokin lainnya, sel dendritik menjadi matang sebagai APC yang
efektif9,10.
Reaksi fase cepat pada asma dihasilkan oleh aktivasi sel-sel yang sensitif terhadap
alergen Ig-E spesifik, terutama sel mast dan makrofag. Pada pasien dengan komponen
alergi yang kuat terhadap timbulnya asma, basofil juga ikut berperan. Reaksi fase lambat
pada asma timbul beberapa jam lebih lambat dibanding fase awal. Meliputi pengerakan
dan aktivasi dari sel-sel eosinofil, sel T, basofil, netrofil, dan makrofag. Juga terdapat
retensi selektif sel T pada saluran respiratori, ekspresi molekul adhesi, dan pelepasan
newly generated mediator. Sel T pada saluran respiratori yang teraktivasi oleh antigen,
akan mengalami polarisasi ke arah Th2, selanjutnya dalam 2 sampai 4 jam pertama fase
lambat terjadi transkripsi dan transaksi gen, serta produksi mediator pro inflamasi, seperti
IL2, IL5, dan GM-CSF untuk pengerahan dan aktivasi sel-sel inflamasi. Hal ini terus
menerus terjadi, sehingga reaksi fase lambat semakin lama semakin kuat9,10.
Pada remodeling saluran respiratori, terjadi serangkaian proses
yang
Hiperaktivitas
Bronkus
44
Faktor Risiko
Obstruksi
Bronkus
Gejala
adanya pemeriksaan klinis termasuk uji faal paru dapat menentukan klasifikasi menurut
berat-ringannya asma yang sangat penting dalam penatalaksanaannya. 11
Asma diklasifikasikan atas asma saat tanpa serangan dan asma saat serangan
(akut)11 :
1. Asma saat tanpa serangan
Pada orang dewasa, asma saat tanpa atau diluar serangan, terdiri dari: 1)
Intermitten; 2) Persisten ringan; 3) Persisten sedang; dan 4) Persisten berat.
Tabel 2. Klasifikasi derajat asma berdasarkan gambaran klinis secara umum pada orang
dewasa11.12
seorang pasien asma persisten berat dapat mengalami serangan ringan saja, tetapi ada
kemungkinan pada pasien yang tergolong episodik jarang mengalami serangan asma
berat, bahkan serangan ancaman henti napas yang dapat menyebabkan kematian.
Tabel 3. Klasifikasi asma menurut derajat serangan11,12
2.6 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium, dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
Anamnesis meliputi adanya gejala yang episodik, gejala berupa batuk,
sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan variabiliti yang berkaitan dengan
cuaca. Faktor faktor yang mempengaruhi asma, riwayat keluarga dan adanya
riwayat alergi.13
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien asma tergantung dari derajat obstruksi
saluran napas. Tekanan darah biasanya meningkat, frekuensi pernapasan dan
denyut nadi juga meningkat, ekspirasi memanjang diserta ronki kering, mengi.11
Pemeriksaan Laboratorium
Darah (terutama eosinofil, Ig E), sputum (eosinofil, spiral Cursshman,
kristal Charcot Leyden).13
Pemeriksaan Penunjang12
o Spirometri
44
Bronkitis kronik
Bronkitis kronik ditandai dengan batuk kronik yang mengeluarkan sputum
3 bulan dalam setahun untuk sedikitnya 2 tahun. Gejala utama batuk yang disertai
sputum dan perokok berat. Gejala dimulai dengan batuk pagi, lama kelamaan
disertai mengi dan menurunkan kemampuan jasmani.
44
Emfisema paru
Sesak napas merupakan gejala utama emfisema, sedangkan batuk dan
mengi jarang menyertainya.
Gagal jantung kiri
Dulu gagal jantung kiri dikenal dengan asma kardial dan timbul pada
malam hari disebut paroxysmal nocturnal dispnea. Penderita tiba-tiba terbangun
pada malam hari karena sesak, tetapi sesak menghilang atau berkurang bila
2.8 Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan mempertahankan
kualiti hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan
aktiviti sehari-hari.14
Tujuan penatalaksanaan asma14:
44
Penyuluhan
Pengendali emosi
Pemakaian oksigen
Pengobatan medikamentosa
Pengobatan ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi jalan
napas, terdiri atas pengontrol dan pelega.14
Pengontrol (Controllers)
Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang untuk mengontrol asma,
diberikan setiap hari untuk mencapai dan mempertahankan keadaan asma terkontrol pada
asma persisten. Pengontrol sering disebut pencegah, yang termasuk obat pengontrol :
Kortikosteroid inhalasi
Kortikosteroid sistemik
Sodium kromoglikat
Nedokromil sodium
Metilsantin
Leukotrien modifiers
44
Lain-lain
Glukokortikosteroid inhalasi
Pengobatan jangka panjang yang paling efektif untuk mengontrol asma.
Penggunaan
steroid
inhalasi
menghasilkan
perbaikan
faal
paru,
menurunkan
hiperesponsif jalan napas, mengurangi gejala, mengurangi frekuensi dan berat serangan
dan memperbaiki kualiti hidup. Steroid inhalasi adalah pilihan bagi pengobatan asma
persisten (ringan sampai berat).
Tabel 4. Dosis glukokortikosteroid inhalasi dan perkiraan kesamaan potensi14
Dewasa
Dosis rendah
Dosis medium
Dosis tinggi
Beklometason dipropionat
200-500 ug
500-1000 ug
>1000 ug
Budesonid
200-400 ug
400-800 ug
>800 ug
Flunisolid
500-1000 ug
1000-2000 ug
>2000 ug
Flutikason
100-250 ug
250-500 ug
>500 ug
Triamsinolon asetonid
Anak
Obat
400-1000 ug
Dosis rendah
1000-2000 ug
Dosis medium
>2000 ug
Dosis tinggi
Beklometason dipropionat
100-400 ug
400-800 ug
>800 ug
Budesonid
100-200 ug
200-400 ug
>400 ug
Flunisolid
500-750 ug
1000-1250 ug
>1250 ug
Flutikason
100-200 ug
200-500 ug
>500 ug
Triamsinolon asetonid
400-800 ug
800-1200 ug
>1200 ug
Obat
Glukokortikosteroid sistemik
44
Cara pemberian melalui oral atau parenteral. Harus selalu diingat indeks terapi
(efek/ efek samping), steroid inhalasi jangka panjang lebih baik daripada steroid oral
jangka panjang.
Kromolin (sodium kromoglikat dan nedokromil sodium)
Pemberiannya secara inhalasi. Digunakan sebagai pengontrol pada asma persisten
ringan. Dibutuhkan waktu 4-6 minggu pengobatan untuk menetapkan apakah obat ini
bermanfaat atau tidak.
Metilsantin
Teofilin adalah bronkodilator yang juga mempunyai efek ekstrapulmoner seperti
antiinflamasi. Teofilin atau aminofilin lepas lambat
Lama
Formoterol
Prokaterol
Salbutamol/ Albuterol
Terbutalin
Pirbuterol
Lambat
Salmeterol
44
Leukotriene modifiers
Obat ini merupakan antiasma yang relatif baru dan pemberiannya melalui oral.
Mekanisme kerja menghasilkan efek bronkodilator minimal dan menurunkan
bronkokonstriksi
akibat
alergen,
sulfurdioksida
dan
exercise.
Selain
bersifat
preparatnya dalam bentuk tablet (oral) sehingga mudah diberikan. Saat ini yang beredar
di Indonesia adalah zafirlukas (antagonis reseptor leukotrien sisteinil).
Pelega (Reliever)
Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos, memperbaiki
dan atau menghambat bronkostriksi yang berkaitan dengan gejala akut seperti mengi, rasa
berat di dada dan batuk, tidak memperbaiki inflamasi jalan napas atau menurunkan
hiperesponsif jalan napas. Termasuk pelega adalah 14:
Antikolinergik
Aminofillin
Adrenalin
Metilsantin
Termasuk dalam bronkodilator walau efek bronkodilatasinya lebih lemah
dibandingkan agonis beta-2 kerja singkat.
Antikolinergik
Pemberiannya secara inhalasi. Mekanisme kerjanya memblok efek penglepasan
asetilkolin dari saraf kolinergik pada jalan napas. Menimbulkan bronkodilatasi dengan
menurunkan tonus kolinergik vagal intrinsik, selain itu juga menghambat refleks
bronkokostriksi yang disebabkan iritan. Termasuk dalam golongan ini adalah ipratropium
bromide dan tiotropium bromide.
Adrenalin
Dapat sebagai pilihan pada asma eksaserbasi sedang sampai berat. Pemberian
secara subkutan harus dilakukan hati-hati pada penderita usia lanjut atau dengan
gangguan kardiovaskular. Pemberian intravena dapat diberikan bila dibutuhkan, tetapi
harus dengan pengawasan ketat (bedside monitoring).
Cara pemberian pengobatan
Pengobatan asma dapat diberikan melalui berbagai cara yaitu inhalasi, oral dan
parenteral (subkutan, intramuskular, intravena). Kelebihan pemberian pengobatan
langsung ke jalan napas (inhalasi) adalah 14:
beberapa obat hanya dapat diberikan melalui inhalasi, karena tidak terabsorpsi
pada pemberian oral (antikolinergik dan kromolin). Waktu kerja bronkodilator
adalah lebih cepat bila diberikan inhalasi daripada oral.
44
Alternatif
Asma
pengontrol
lain
Asma
harian
Tidak perlu
--------
-------
Intermiten
Asma
Glukokortikoste
------
Persisten
roid
Ringan
(200-400
inhalasi
ug
BD/hari
atau
ekivalennya)
Kromolin
Leukotriene modifiers
Glukokortikosteroid inhalasi (400-800 Ditambah
Asma
Kombinasi
Persisten
inhalasi
agonis
Sedang
glukokortikoster
beta-2
oid
(400-800
BD/hari
ug
atau
ekivalennya)
dan
agonis
kerja lama
inhalasi
dosis
atau
Glukokortikosteroid inhalasi (400-800
ug BD atau ekivalennya) ditambah
44
kerja lama
oral, atau
Ditambah
teofilin
lepas
lambat
Asma
Kombinasi
leukotriene modifiers
Prednisolon/
metilprednisolon
Persisten
inhalasi
selang sehari 10 mg
Berat
glukokortikoster
oid (> 800 ug
BD
atau
ekivalennya)
dan agonis beta2
kerja
lama,
ditambah 1 di
bawah ini:
teofilin
oral
lepas
lambat
leukotriene
modifiers
glukokortikost
eroid oral
2.9 Komplikasi12
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :
1. Pneumotoraks
2. Pneumomediastinum dan emfisema subkutis
3. Atelektasis
4. Gagal napas
5. Bronchitis
6. Fraktur iga
44
2.10 Prognosis
Mortalitas akibat asma sedikit nilainya. Gambaran yang paling akhir
menunjukkan kurang dari 5000 kematian setiap tahun dari populasi beresiko yang
berjumlah kira-kira 10 juta. Sebelum dipakai kortikosteroid, secara umum angka
kematian penderita asma wanita dua kali lipat penderita asma pria. Juga kenyataan bahwa
angka kematian pada serangan asma dengan usia tua lebih banyak, kalau serangan asma
diketahui dan dimulai sejak kanak kanak dan mendapat pengawasan yang cukup kirakira setelah 20 tahun, hanya 1% yang tidak sembuh dan di dalam pengawasan tersebut
kalau sering mengalami serangan common cold 29% akan mengalami serangan ulang.15
Pada penderita yang mengalami serangan intermitten angka kematiannya 2%,
sedangkan angka kematian pada penderita yang dengan serangan terus menerus angka
kematiannya 9%.15
44
BAB III
KELUARGA BINAAN
DOKTER MUDA ROTASI II PUSKESMAS PADANG PASIR PERIODE 15 DESEMBER
2011-18 JANUARI 2012
KELUARGA BINAAN
Nama Kepala Keluarga
: Ahmadi
Jenis Kelamin
: laki-laki
Umur
: 35 tahun
Pekerjaan
: Kurir
Agama
: Islam
Pendidikan
: tamat SMA
Alamat
: jalan Sawo no 31
Status Imunisasi
: tidak diketahui
ANGGOTA KELUARGA:
1. ISTRI
Nama
Umur
Pekerjaan
: Lindawati (pasien)
: 32 tahun
: ibu rumah tangga dan penjual minyak dan
beras
: tamat SMA
: Islam
: tidak diketahui
: ilustrasi kasus.
Pendidikan
Agama
Status imunisasi
Riwayat penyakit yang pernah diderita
2. ANAK
44
Nama
: Fitri Yuliandri
Umur
: 4 tahun
Pekerjaan
: belum bekerja
Pendidikan
: belum sekolah
Agama
: Islam
Status imunisasi
: lengkap
3. IBU PASIEN
Nama
: Kumbuh
Umur
: 60 tahun
Pekerjaan
Pendidikan
: tamat SMP
Agama
: Islam
Status imunisasi
: tidak diketahui
ILUSTRASI KASUS
Tanggal periksa
: 21 Desember 2011
: 1 orang
44
b. Status Ekonomi
perbulan. Dari hasil pekerjaan suami sebagai seorang kurir dan pasien menjual beras dan
minyak tanah.
c. KB
: Tidak ada
d. Kondisi Rumah
Rumah permanen dari batu bata tanpa plester. Pekarangan tidak ada. Langit-langit
rumah tidak ada. Lantai semen kasar. Luas rumah 80 m 2. Ruangan yang ada 1 ruang
tamu, 2 kamar tidur, 1 dapur dan 1 kamar mandi beserta jamban yang terletak di
dalam rumah.
Dalam rumah terdapat beberapa jerigen minyak tanah dan tumpukan beras yang dijual
pasien.
Pencahayaan cukup.
Kamar mandi ada, 1 buah didalam rumah terdiri dari 1 jamban jongkok dan 1 buah
bak mandi. Lantai kamar mandi dari semen.
e. Kondisi lingkungan keluarga : pasien tinggal besama suami, 1 orang anak dan ibu pasien
(4 Orang). Tinggal di daerah perkotaan dan padat penduduk.
44
44
3. Keluhan utama
-
Sesak nafas menciut sejak 1 hari sebelum ke Puskesmas. Sesak dirasakan makin lama
makin meningkat bila cuaca dingin dan malam hari. Sesak juga dirasakan ketika
pasien menyapu rumah dan pada saat pasien batuk atau flu.
Bila pasien sesak, pasien tidak bisa melakukan pekerjaan sehari-hari. Pasien biasanya
istirahat dengan berbaring ketika sesak dan meminum obat yang didapatkan dari
puskesmas. Bila sesak sudah berkurang, pasien melanjutkan lagi kegiatannya.
Batuk ada sejak 3 hari yang lalu, berdahak kental berwarna hijau. Darah tidak ada.
Pasien sudah menderita asma sejak 5 tahun yang lalu. Serangan pertama kali ketika
pasien hamil anak 1 dengan usia kandungan 8 bulan dan mendapatkan perawatan
hingga anaknya lahir (21 hari) di RSUP dr. M. Djamil.
1 tahun yang lalu pasien juga merasakan sesak sehingga dibawa ke RSUD dr. Rasidin
Padang dan kemudian mendapatkan nebulisasi.
Pasien 2 tahun ini sering berobat ke Puskesmas dengan keluhan yang sama.
Suami dan anak pasien tidak menderita asma, penyakit jantung, DM, dan penyakit
kejiwaan.
6. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Umum
Kesadaran
: Komposmentis
Keadaan umum
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 75 x/menit
Nafas
: 25 x/menit
Suhu
: 36.5 C0
BB/ TB
: 93 kg / 160 cm
Pemeriksaan Fisik
Kepala
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat isokor, diameter 3 mm,
refleks cahaya +/+
44
Thoraks
Paru
o Inspeksi
o Palpasi
o Perkusi
o Auskultasi
Jantung
o Inspeksi
o Palpasi
o Perkusi
o Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: perut supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi
: timpani
Auskultasi
8. Pemeriksaan anjuran
-
Spirometri
9. Diagnosis kerja
-
11. Manajemen
a. Preventif
-
Hindari faktor pencetus seperti cuaca dingin (memakai jaket / selimut) dan debu
(menggunakan masker).
Menyirami halaman rumah dan jalan yang ada di depan rumah untuk mengurangi
debu masuk kedalam rumah.
Hindari stress dan istirahat yang cukup serta menghindari kelelahan fisik dan psikis
Asupan nutrisi dan gizi seimbang untuk meningkatakan daya tahan tubuh.
44
Mengatur pola makan untuk mengurangi berat badan sesuai dengan anjuran pojok
gizi. Berat badan ideal untuk pasien ini sekitar 54 kg 56 kg. diharapkan pasien dapat
mengurangi berat badannya sesuai berat badan ideal.
Olah raga teratur, minimal 30 menit sehari atau 3 kali seminggu, seperti jalan-jalan
pagi atau sore hari.
b. Promotif
-
Memberikan edukasi pada pasien mengenai asma seperti faktor pencetus, gejala, dan
tanda bahaya pada saat serangan asma terjadi
Memberikan edukasi pada pasien bahwa asma bisa diturunkan, sehingga anak pasien
diharapkan menghindari faktor-faktor pencetus asma seperti dingin/ debu
Memberikan edukasi tentang syarat-syarat rumah sehat seperti jumlah ventilasi udara
dan pencahayaan yang baik.
c. Kuratif
-
Ephedrine 25 mg 3 x tablet
d. Rehabilitatif
-
Rujukan ke RSUD agar pasien bisa mendapatkan obat inhaler sehingga penggunaan
ephedrine dapat dikurangi atau dihentikan.
44
Tanggal
: 21 Desember 2011
Pro : Lindawati
Umur : 32 Tahun
44
Follow up
1. 26 Desember 2011
a. S:
Sesak napas menciut masih ada, tetapi frekuensinya jarang yaitu 2kali
dalam seminggu.
Batuk masih ada , tetapi tidak sering, berdahak
Pilek sudah tidak ada, demam tidak ada.
Pasien minum obat secara teratur
Rumah sudah mulai kelihatan bersih walaupun masih ada disana sini
pencetus asma.
Sampah tidak lagi dibakar di depan rumah tapi dikumpulkan kemudian
diletakkan di tempat penggantungan sampah kemudian diangkut petugas.
c. Tindakan
Menyarankan jika pasien dan anggota keluarga , ada yang sesak napas
2. 9 Januari 2012
a. S:
Sesak napas menciut tidak ada pada waktu dilakukan kunjungan,, tetapi
menurut pasien masih ada dengan frekuensi yang jarang yaitu 2kali dalam
seminggu.
Batuk sudah berkurang ,
Pilek sudah tidak ada, demam tidak ada.
Pasien rajin pergi ke puskesmas serta minum obat secara teratur
c. Tindakan
Menyarankan jika pasien dan anggota keluarga , ada yang sesak napasa
menciut agar segera dibawa berobat ke tempat pelayanan kesehatan.
3. 16 Januari 2012
a. S:
Sesak napas menciut tidak ada pada waktu dilakukan kunjungan,, tetapi menurut
pasien masih ada dengan frekuensi yang jarang dan sudah kurang sekali dalam
minggu ini
Batuk tidak ada
Pilek sudah tidak ada, demam tidak ada.
Pasien minum obat secara teratur
44
BAB IV
DISKUSI
dianggap bermakna. Uji dengan kegiatan jasmani dilakukan dengan menyuruh pasien berlari
cepat selama 6 menit sehingga mencapai denyut jantung 80-90% dari maksimum. Bermakna bila
menunjukan penurunan APE (arus puncak respirasi) paling sedikit 10%. Uji provokasi dengan
allergen, hanya dilakukan pada pasien yang alergi terhadap allergen yang diuji.
Terapi pada pasien ini berupa preventif berupa menghindari faktor pencetus seperti cuaca
dingin (memakai jaket / selimut) dan debu (menggunakan masker). Karena dari anamnesis
didapatkan riwayat sesak nafas jika cuaca dingin. Menjaga kebersihan lingkungan rumah dan
perorangan dalam keluarga tujuannya untuk menghindari salah satu faktor pencetus seperti debu.
Hindari stress dan istirahat yang cukup serta menghindari kelelahan fisik dan psikis karena salah
satu faktor pencetus sesak dapat berupa kelelahan fisik dan psikis. Asupan nutrisi dan gizi
seimbang untuk meningkatakan daya tahan tubuh serta mengurangi berat badan.
Promotif berupa menjelaskan kepada pasien bahwa asma dapat timbul jika terdapat faktor
pemicu: alergen dalam ruangan seperti tungau, debu rumah, binatang berbulu (anjing, kucing,
tikus), alergen kecoak, jamur, kapang, ragi, serta pajanan asap rokok. Pemacu: Rhinovirus, ozon,
pemakaian 2 agonist. Dan pencetus: Infeksi viral saluran napas, aeroalergen seperti bulu
binatang, alergen dalam rumah (debu rumat, kecoa, jamur), seasonal aeroalergen seperti serbuk
sari, asap rokok, polusi udara, pewangi udara, alergen di tempat kerja, udara dingin dan kering,
olahraga, menangis, tertawa, dan kondisi komorbid (rinitis, sinusitis, dan gastroesofageal
refluks). Gejala-gejala asma berupa frekuensi pernapasan meningkat, ekspirasi memanjang
diserta ronki kering, mengi, dan tanda bahaya pada saat serangan asma terjadi seperti biru, sesak
yang semakin bertambah (pasien sukar berbicara). Memberikan edukasi tentang kompilikasi
asma serta pengobatan yang akan didapatkan oleh penderita. Memberikan edukasi pada pasien
bahwa asma bisa diturunkan, sehingga anak pasien diharapkan menghindari faktor-faktor
pencetus asma seperti dingin/ debu. Memberikan edukasi tentang syarat-syarat rumah sehat
seperti ventilasi udara dan pencahayaan
Pada pasien ini diberikan pengobatan antara lain: Aminophillin 200 mg 3 x1 tablet
Ephedrine 25 mg 3 x tablet Glyceryl Guaicolate 100 mg 3 x 1 tablet Amoxicillin 500 mg 3 x 1
tablet.
44
44
Pasien juga sudah mengetahui bahwa faktor pencetus dari asma pasien adalah debu dan
cuaca dingin sehingga sedapat mungkin pasien menghindari hal-hal tersebut untuk mengurangi
serangan asma.
Asma merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun dapat dikontrol dengan
cara menghindari faktor risiko dan minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter
44
DAFTAR PUSTAKA
1. OByrne P, Bateman ED, Bousquet J, Clark T, Paggario P, Ohta K, dkk. Global Initiative
For Asthma. Medical Communications Resources, Inc ; 2006.
2. Alsagaff H, Mukty A. Dasar - Dasar Ilmu Penyakit Paru. Edisi ke 2. Surabaya :
Airlangga University Press. 2002. h 263 300.
3. Nataprawira HMD. Diagnosis Asma Anak. dalam: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto
DB, penyunting. Buku Ajar Respirologi Anak. edisi pertama. Jakarta : Badan Penerbit
IDAI ; 2008. h.105-18.
4. Morris MJ. Asthma. [ updated 2011 June 13; cited 2011 June 29]. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/296301-overview#showall
5. Partridge MD. Examining The Unmet Need In Adults With Severe Asthma. Eur Respir
Rev 2007; 16: 104, 6772
6. Dewan Asma Indonesia. You Can Control Your Asthma : ACT NOW!. Jakarta. 2009 May
4th. Available from: http://indonesianasthmacouncil.org/index.php?
option=com_content&task=view&id=13&Itemid=5
7. Direktorat Jenderal PPM & PLP, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman
Pengendalian Penyakit Asma. Departemen Kesehatan RI ;2009; 5-11.
8. John M. Weiler, Sergio Bonini, Robert Coifman, Timothy Craig, Lus Delgado, Miguel
Capa o-Filipe. Asthma & Immunology Work Group Report : Exercise-induced asthma.
Iowa City, Iowa, Rome and Siena, Italy, Millville, NJ, Hershey, Pa, Porto, Portugal, and
Colorado Springs, Colo : American Academy of Allergy : 2007
9. Supriyatno B, Wahyudin B. Patogenesis dan Patofisiologi Asma Anak. dalam: Rahajoe
NN, Supriyatno B, Setyanto DB, penyunting. Buku Ajar Respirologi Anak. edisi pertama.
Jakarta : Badan Penerbit IDAI ; 2008. h.85-96.
10. Rahmawati I, Yunus F, Wiyono WH. Patogenesis dan Patofisiologi Asma. Jurnal Cermin
Kedokteran. 2003; 141. 5 6.
11. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1023/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Pengendalian Penyakit
Asma. Jakarta. 3 Nopember 2008.
12. Heru Sundaru, Sukamto. Asma Bronkial. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. IPD FKUI.
Jakarta.2007.h.245-254.
44
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KELUARGA BINAAN
DOKTER MUDA ROTASI II
PUSKESMAS PADANG PASIR
PERIODE 15 DESEMBER 2011 18 JANUARI 2012
ASMA BRONKHIAL
Mengetahui,
Preseptor Fakultas Kedokteran
44