FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2015
ABSTRAK
Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia
Tenggara, termasuk Indonesia. Penggunaan kulit pisang ambon sebagai penyembuh
luka di masyarakat dengan cara ditempelkan langsung dikulit sangat tidak praktis dan
tidak nyaman. Oleh karena itu perlu dibuat suatu bentuk sediaan penyembuh luka
yang nyaman, aman, dan efektif. Salah satunya adalah sediaan salep.
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk membuat formulasi salep dari ekstrak kulit
pisang Ambon (Musa paradisiaca L.) dan uji daya penyembuhan luka terbuka.
Pembuatan formulasi salep menggunakan ekstrak kulit pisang Ambon dengan
menggunakan hewan uji sebanyak 18 ekor dengan 6 kelompok perlakuan, yaitu luka
tanpa perlakuan, kontrol negatif, kontrol positif, salep kulit pisang ambon 10%, salep
kulit pisang ambon 15% dan salep kulit pisang ambon 20%. Semua tikus dilukai
sepanjang 1.5 cm. Luka diolesi tiga kali sehari dengan salep yang diuji. Pengamatan
luka dilakukan setiap hari (hari ke-0 sampai ke-8). Semua data kuantitatif diuji secara
statistic menggunakan ANOVA (Analysis Of Variant) dan dilanjutkan dengan uji LSD
(Least Significant Different) sedangkan data kualitatif disajikan secara deskriptif.
Kata Kunci : Penyembuh luka, kulit pisang ambon, Ekstrak etanolik kulit pisang
ambon, salep.
Outline:
I.
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis kulit normal akibat proses
patalogis yang berasal dari internal dan eksternal dan mengenai organ tertentu.
Penyakit yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah seperti luka sering terjadi
di masyarakat di kehidupan sehari hari. Pendarahan ini tidak dapat dianggap remeh
karena jika dibiarkan dapat menyebabkan infeksi dan jika dibiarkan dapat
menyebabkan kematian. hal inilah yang menjadi alasan para peneliti melakukan
penelitian untuk mencari obat alternatif yang dapat menyembuhkan tanpa harus
mengeluarkan biaya yang mahal .
Penggunaan obat luka yang banyak di pasaran adalah obat obat yang
kandungannya berasal dari bahan bahan kimia yang besar kemungkinannya
menyebabkan gejala-gejala toksik seperti reaksikulit, hipersensitivitas, dan lainnya.
Oleh sebab itu, perlu dipikirkan penggunaan tanaman obat tradisional dalam
penyembuhan luka. Obat tradisional memiliki sifat yang alamiah sehingga lebih aman
dan baik digunakan karena memiliki efek samping yang minimal.
Kulit pisang ambon (Musa paradisiaca L.) merupakan salah satu tanaman
yang berpotensi sebagai penyembuh luka. Kulit pisang mengandung flavonoid, tanin,
saponin, dan steroid. Flavonoid dipercaya sebagai salah satu komponen penting
dalam proses penyembuhan luka karena dapat menginhibisi pertumbuhan fibroblast
sehingga memberikan keuntungan pada perawatan luka (Khan, 2012). Tanin memiliki
kemampuan sebagai antimikroba serta dapat meningkatkan epitelialisasi. Steroid
bersifat sebagai antiinflamasi (Akpuaka and Ezem,2011). Saponin dapat
mempercepat proses penyembuhan luka akibat adanyaaktivitas antimikroba
(Khan,2012).
Menurut penelitian yang dilakukan Supriadi (2012), ekstrak etanol kulit pisang
ambon memiliki efek mempercepat durasi penyembuhan luka. Kandungan senyawa
dalam ekstrak kulit pisang adalah flavonoid dan saponin.
Penggunaan kulit pisang ambon sebagai penyembuh luka belum banyak
didokumentasikan. Penggunakan kulit pisang untuk penyembuhan luka sudah pernah
dilakukan namun tidak diekstraksi, melainkan dibuat dalam bentuk gel. (Atzingen,
2011).
Sediaan topikal dalam bentuk salep memiliki stabilitas yang baik, berupa sediaan
halus, mudah digunakan, mampu menjaga kelembapan kulit, tidak mengiritasi kulit
dan mempunyai tampilan yang lebih menarik (Ansel, 2005).
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah
ektrak etanolik kulit pisang ambon dapat juga menyembuhkan luka terbuka dan untuk
mengetahui efektivitas penggunaan ekstrak kulit pisang ambon dalam sediaan topical
dalam bentuk salep.
II.
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah ekstrak etanol kulit pisang ambon memiliki kemampuan
dalam penyembuhan luka terbuka
2. Bagaimana efektifitas ekstrak etanolik kulit pisang ambon dalam
sediaan salep
III.
TUJUAN
Mengetahui bagaimana aktifitas ekstrak etanolik kulit pisang ambon
dalam penyembuhan luka terbuka dan mengetahui efektifitasnya dalam
sediaan salep. Menjadikan kulit pisang ambon sebagai alternatif obat
penyembuh luka.
IV.
MANFAAT
adalah memperkenalkan kepada masyarakat luas mengenai kulit Pisang
Ambon sebagai alternatif yang dapat digunakan untuk mempercepat
penyembuhan dan dasar pengembangan formulasi penyembuh luka dalam
bentuk sediaan salep karena dapat digunakan dengan nyaman, aman, dan
V.
efektif
Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini ialah eksperimen deskriptif laboratorium. Dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yaitu 6 (enam) perlakuan
dan masing-masing perlakuan diulangi sebanyak 3 (tiga) kali. Dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KULIT
2.1.1 Definisi Kulit
kulit merupakan lapisan permukaan tubuh yang memiliki
fungsi sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan ataupun
rangsangan dari luar. Perlindungan yang dilakukan terjadi dengan cara
seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus, respirasi
platelet.
Platelet
yang
dibentuk
berfungsi
untuk
Keluarga : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca
Varietas : Sapientum
Kandungan gizi buah Pisang Ambon antara lain kaya akan mineral seperti
kalium, magnesium, fosfor, besi dan kalsium. Pisang Ambon juga mengandung
vitamin yaitu, B6, B kompleks, vitamin C, dan serotonin yang aktif sebagai
neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak (Sunarjono, 2002).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan ialah batang pengaduk, blender, cawan penguap,
erlenmeyer, gelas ukur, kapas, kandang, lumpang&alu, penangas air, pencukur
bulu, penggaris, surgical blade sterile, pot salep, maserator, rotary evaporator,
termometer, timbangan analitik, timbangan hewan, sarung tangan, masker, oven,
pisau, aluminium foil, kertas saring, kamera, pinset, label, soklet, water bath dan
cawan petri.
Sedangkan bahan yang digunakan ialah Ekstrak kulit pisang Ambon, adeps
lanae, vaselin album, alkohol 70%, Betadine salep, tikus putih jantan galur wistar
dan aquades.
3.2. Prosedur Kerja
3.2.1. Preparasi dan Ekstraksi
Kulit pisang ambon sebanyak 300 gram dihaluskan dengan blender
sehingga terbentuk bubur. Bubur kulit pisang raja dimasukkan dalam wadah
% Rendemen =
dalam krus, diuapkan, dipijarkan hingga bobot tetap, ditimbang. Kadar abu
dihitung terhadap berat ekstrak dan dinyatakan dalam % b/b (Depkes RI,
2000).
3.2.3. Identifikasi Kandungan Fitokimia
Dilakukan tiga uji fitokimia, yaitu uji alkaloid, uji flavonoid, dan uji saponin.
3.2.3.1. Uji Alkaloid
Contoh tumbuhan sebanyak 2-4 gram digerus dalam lumpang, ditambah
sedikit kloroform dan pasir. Kemudian ditambahkan 10 mL larutan 0,05 N
ammonia dalam kloroform. Campuran dikocok selama 1 menit, kemudian
disaring ke dalam tabung reaksi. Kedalam filtrate tambahkan H2SO4 2 N
dan dikocok dengan teratur, biarkan sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan
atas dipisahkan dan diuji dengan pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorft.
Adanya senyawa alkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya endapan putih
dengan pereaksi Mayer, endapan kuning kecoklatan dengan pereaksi
Wagner, dan endapan jingga dengan pereaksi Dragendorf.
3.2.3.2.Uji Flavonoid
Identifikasi flavonoid dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Uji dengan pereaksi Shinoda (Logam Mg + HCl). Contoh sebanyak 0,5
gram yang telah dihaluskan diekstrak dengan 5 mL etanol panas selama 5
menit didalam tabung reaksi. Selanjutnya hasil ekstraksi disaring dan kepada
filtratnya ditambahkan beberapa tetes HCl pekat. Setelah itu dimasukkan
kurang lebih 0,2 mg logam Mg. Bila timbul warna merah tua menandakan
contoh positif flavonoid.
b. Uji dengan NaOH 10%. Kedalam ekstrak etanol yang diperoleh dengan
cara diatas, ditambahkan 2 tetes NaOH 10%. Adanya flavonoid ditandai
dengan perubahan warna kuning-orange-merah.
3.2.3.3. Uji Saponin (Uji Busa)
Kulit pisang ditambahkan air suling sehingga seluruh bagian terendam dan
didihkan selama 2 menit. Setelah itu didinginkan dan kocok kuat-kuat. Bila
timbul buih/busa yang stabil menunjukkan adanya saponin.
3.2.4. Pembuatan Salep Ekstrak Kulit Pisang Ambon
Formula standar dasar salep menurut Goeswin Agoes (2006) ialah :
R/ Adeps lanae
15 g
Vaselin album
85 g
m.f. salep
100 g
Sediaan salep yang akan dibuat dalam penelitian ini memiliki konsentrasi
ekstrak Kulit pisang Ambon yang berbeda-beda, yaitu 10%, 15% dan 20%
sebanyak 20 g untuk 3 kali pemakaian dalam sehari selama 8 hari pengamatan.
1) Formulasi salep ekstrak kulit pisang Ambon 10%
R/ Ekstrak kulit pisang Ambon 2 g
Adeps Lanae 2.7 g
Vaselin Album 15.3 g
Aquades 0.05 ml
m.f. salep 20 g
2) Formulasi salep ekstrak kulit pisang Ambon 15%
R/ Ekstrak kulit pisang Ambon 3 g
Adeps Lanae 2.55 g
Vaselin Album 14.45 g
Aquades 0.05 ml
m.f. salep 20 g
3) Formulasi salep ekstrak kulit pisang Ambon 20%
R/ Ekstrak kulit pisang Ambon 4 g
Adeps Lanae 2.4 g
Vaselin Album 13.6 g
Aquades 0.05 ml
m.f. salep 20 g
3.2.5. Penyiapan Hewan Uji dan Pembuatan Luka
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini ialah tikus putih jantan galur
wistar sebanyak 18 ekor dengan berat badan 260-280 g. Sebelum pembuatan
luka, tikus diaklimatisasi selama 5 hari. Sehari sebelum pembuatan luka, hewan
uji dicukur bulunya didaerah punggung sampai licin kemudian dibersihkan
dengan alkohol 70%. Selanjutnya dibuat luka sayatan dengan ukuran panjang
1.5 cm.
3.2.6. Perlakuan dan Pengamatan atau Pengumpulan Data
Perlakuan dan pengamatan atau pengumpulan data pada penelitian ialah
sebagai
berikut :
a. Sebelum perlakuan, ditentukan tikus putih jantan dengan cara pengacakan.
b. Setelah tikus putih jantan dibuat luka, kemudian diukur luas luka awal
sebelum dilakukan perlakuan.
c. Masing-masing tikus putih jantan diberi perlakuan sebagai berikut :
Perlakuan A : Luka tanpa perlakuan
Perlakuan B : Luka diberi dasar salep
Perlakuan C : Luka diberi Betadine salep
Perlakuan D : Luka diberi salep ekstrak kulit pisang Ambon 10%
Perlakuan E : Luka diberi salep ekstrak kulit pisang Ambon 15%
Perlakuan F: Luka diberi salep ekstrak kulit pisang Ambon 20%
d. Kemudian dilakukan pengamatan selama 8 hari untuk melihat diameter
penutup luka.
e. Sediaan salep diberikan dengan cara mengoleskan secara merata pada daerah
luka tiga kali sehari.
dx ( 1 ) +dx ( 2 )+ dx (3)
3
dodx
x 100
do
DAFTAR PUSTAKA
Bryant, Ruth. 2007. Acute & Chronic Wounds; Current Manangement Concept.
Philadelphia : Mosby Elsevier.
Djuanda, Adhi. 2003. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Balai Penerbit FK UI. Jakarta
Kozier, 1995. Fundamental of Nursing. New York: Addison Wesley.
Pane, Elfira Rosa. Uji Aktivitas Senyawa Antioksidan dari Ekstrak Metanol Kulit
Pisang Raja (Musa paradisiaca Sapientum).ISSN. 2013. 3: 76-81
Pongsipulung Grace Riani; Paulina V. Y. Y, Yos Banne. FORMULASI dan
PENGUJIAN SALEP EKSTRAK BONGGOL PISANG AMBON (Musa
paradisiaca var. sapientum (L.)) TERHADAP LUKA TERBUKA PADA KULIT
TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus).Unsrat.Manado
Suryadi, Antara Iwan; AAGN Asmarajaya, Sri Maliawan. 2010.
Penyembuhan dan Penanganan Luka.
Proses
Udayana. Denpasar
Tranggono. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengantar Kosmetik. Jakarta: PT. Gramedia