Anda di halaman 1dari 31

TUTORIAL IMUNISASI

Tutor : dr. Debbie latuperissa. Sp.A

Amaliah Harumi Karim


Eri Juhaeriah
Syarifah Rofah

Dasar Imunisasi

(Pencegahan penyakit)

Pencegah
an primer

Upaya menghindari terjadinya sakit atau kejadian yang


mengakibatkan sakit, cedera atau cacat
Vaksinasi, imunisasi, menjaga sanitasi, gizi dll

Pencegah
an
sekunder

Deteksi dini, intervensi dan koreksi segera bila ada


penyimpangan. Mencegah komplikasi, gejala sisa, cacat
fisik/mental
Pengobatan sesuai diagnosis

Pencegah
an tersier

Membatasi berlanjutnya gejala sisa, dengan upaya pemulihan


agar pasien mandiri
Terapi rehab medik.

Dasar Imunisasi

(Kekebalan Tubuh)

Imunitas
pasif

Secara alami: transplasental, antibodi ibu melewati


plasenta kepada janin
Secara buatan: pemberian antibodi yang telah
disiapkan. Seperti imunoglobulin hep B kepada bayi
dengan ibu HbSAg +

Imunitas
aktif

Secara alami: bila seorang anak terjangkit suatu


penyakit, dan tubuh memproduksi antibodi
Secara buatan: pemberian vaksin yang
merangsang tubuh membentuk antibodi, dan kebal
terhadap antigen

Dasar Imunisasi

(pengertian dan tujuan)

Pengertia
n

Imunisasi : Suatu pemindahan/ transfer


antibodi secara pasif
Vaksinasi : Pemberian vaksin (antigen) yang
dapat merangsang pembentukan imunitas
(antibodi) dari sistem imun di dalam tubuh.

Tujuan

Mencegah terjadinya penyakit tertentu


pada sesorang
Menghilangkan penyakit tertentu dari dunia
dan populasi tertentu.

Dasar Imunisasi

Proliferasi
dan
diferensiasi
sel limfosit
B

Kompleks
Ag+Ab

Terikat
dengan
complemen
(AgAbC)

Mempel
pada sel
dendrit
folikel

Terbentuk
sel plasma

Menghasilka
n antibodi
dan sel B
memori

Sel B memori di
sirkulasi dan sel
plasma migrasi ke
sumsum tulang

Sel B
memori

Sel T
Memor
i

(peran utama vaksinasi)

Sel APC akan


mempresenta
sikan pada sel
limfosit T

Sekresi
sitokin

Proliferasi sel
T dengan Ag
spesifik dan
diferensiasi

Menghasilkan
sel efektor
dan sel
memori

Keberhasilan Imunisasi dan faktor yang


mempengaruhi
1. Status Imun Pejamu
Antibodi spesifik pada pejamu. Contoh: neonatus yang mendapat
antibodi maternal spesifik terhadap virus campak. Dan ASI
mengandung sIgA terhadap polio, kadar rendah saat bayi 5
bulan.
. Maturitas imunologik. Contoh: pemberian vaksin pada neonatus
memiliki hasil yang kurang baik.
. Keadaan gizi buruk, konsumsi obat imunosupresan, menderita
defisiensi imun.
2. Faktor Genetik pejamu. Contoh: defisiensi imun yang berkaitan
dengan gen tertentu
3. Kualitas dan Kuantitas Vaksin, contoh:

Jenis
Vaksin

Live
attenuated
(kuman atau
virus hidup
yang
dilemahkan)

Vaksin
Inactivated
( kuman,virus,
atau
komponennya
yang dibuat
tidak aktif)

Vaksin mikroorganisme yang


dihasilkan yg dihasilkan
masih memiliki kemampuan
untuk replikasi dan
menimbulkan kekebalan
tetapi tidak menyebabkan
penyakit
Vaksin
berbasis
protein
Terdiri atas
(toksoid)
seluruh tubuh
virus/ bakteri/
Berbasis
komponen
polisakarida
dari kedua
organisme
tersebut.
Vaksin
penggabunga
n

Vaksin Hidup Attenuated


Sifat
Labil dan dapat mengalami
kerusakan bila kena panas atau
sinar, maka harus dilakukan
pengelolaan dan penyimpanan
dengan baik.

Contoh
Vaksin campak, gondongan
(parotitis), rubela, polio,
rotavirus, demam kuning
Berasal dari bakteri: vaksin BCG
dan demam tifoid oral

Vaksin Inactivated

Selalu membutuhkan
dosis multipel

Bakteri : Pertusis, tifoid, kolera,lepra.


Virus : Influenza, polio (injeksi), rabies,
hepatitis A
Toksoid
Polisakarida murni
Gabungan polisakarida

Vaksin polisakarida
Sifat
terdiri atas rantai panjang molekul gula
yang membentuk permukaan kapsul
bakteri.
Respon imun : sel T independen
(stimulasi sel B tanpa bantuan sel Th)

Contoh
Vaksin polisakarida murni :
Pneumokokus,
Meningokokus, dan
Haemophillus influenzae type b

Vaksin recombinan
Antigen vaksin yang
dihasilkan dengan
cara teknik rekayasa
genetik

Vaksin hepatitis
B
Vaksin tifoid
Vaksin rotavirus

Prosedur Pemberian Imunisasi


1. Menyiapkan dan membawa vaksin
2. Mempersiapkan anak dan orang tua
3. Memberikan pejelasan kepada orang tua dan pengasuh tentang
risiko imunisasi dan risiko apabila tidak diimunisasi
4. Mendapat persetujuan dari orang tua
5. Tinjau kembali indikasi kontra terhadap vaksin yang akan diberikan
6. Periksa identitas penerima vaksin
7. Periksa jenis vaksin dan pastikan vaksin sudah disimpan dengan
baik
8. Periksa tanda kadaluarsa vaksin
9. Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal
10.Teknik penyuntikan yang aman dengan pemilihan jarum suntik yang
benar, dan tempat suntik yang dianjurkan

Prosedur penyuntikan (1)


Sebagian besar vaksin diberikan melalui suntikan IM atau subkutan
dalam, kecuali pada vaksin OPV dan BCG (intradermal)
Penyuntikan IM, disuntikan dengan sudut 45oC sampai 60oC ke dalam
otot vastus lateralis (diarahkan kelutut) atau otot deltoid (arahkan ke
pundak)
Umur
Tempat
Ukuran jarum
Bayi (012 bulan)

Otot vastus lateralis pada daerah


paha anterolateral

Ukuran 22-25, panjang 22-25


mm

1-3 tahun Otot vastus lateralis pada paha


anterolateral sampai massa otot
deltoid

Ukuran 22-25, panjang 16-32


mm

> 3 tahun Otot deltoid (dibawah akromion)

Ukuran 22-25, panjang 25-32


mm

Suntikan subkutan lengan atas, jarum ukuran 25 dengan panjang 16


mm, bayi kecil ukuran 27 dengan panjang 12 mm
Suntikan intradermal vaksin BCG dipakai jarum ukuran 25-27 dengan
panjang 10 mm

Vaksin Hepatitis B (1)


Jenis imunisasi
Imunisasi pasif HBIg
Imunisasi aktif vaksin rekombinan

Pemberian Imunisasi pasif


Hanya pada kondisi pasca paparan
Sebaiknya diberikan bersama vaksin HB

Pemberian Imunisasi aktif


Diberikan secara intramuskular. Anterolateral paha/regio deltoid
Jadwal imunisasi hepatitis B, di anjurkan pada usia 0,1,6 bulan :
HepB-1 diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir
HepB-2 diberikan setelah 1 bulan dari hepB-1 (umur 1 bulan)
hepB-3 diberikan pada umur 3-6 bulan, dengan interval min 2 bulan

Vaksin Hepatitis B (2)

Dosis imunisasi
HBsAg Ibu
Positif

Imunisasi
HBIg (0,5 ml) dan
vaksin HB (0,5 ml)

Negatif atau
Vaksin HB
tidak diketahui

KETERANGAN
Dosis 1: <12 jam pertama
Dosis 1 : segera setelah lahir
Bila dalam 7 hari ibu HBV +
HBIg

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi


Reaksi lokal yang ringan dan bersifat sementara
Dapat menimbulkan demam ringan 1-2 hari

Vaksin Poliomielitis
Jenis vaksin
Sediaan oral (OPV) : aman dan efektif, murah dan mudah.
Namun dapat menyebabkan kelumpuhan unt setiap 3 juta
dosis
vaksin inaktivasi (IPV): tidak memiliki resiko vaccine
assosiated polio paralytic, dapat bermultipikasi dalam
usus dan menyebar melalui feses, mahal dan butuh
Pemberian
tenaga terlatih
OPV diberikan pada semua bayi baru lahir sebanyak 2
tetes atau 0,1 ml. Dilanjutkan usia 2,4,6,18/24 dan 5
tahun dengan OPV atau IPV

Vaksin Bacille Calmette Guerin(1)


Fungsi
Tidak mencegah infeksi TB
Mencegah komplikasi TB (meningitis, TB milier)

Karakteristik
Dibuat dari basil Mycobacterium bovis yang dilemahkan
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan

Pemberian
Diberikan sekali pada usia 2-3 bulan, anak >3 bulan dilakukan test
mantux terlebih dahulu
Dosis untuk anak <1 tahun 0,05 ml dan >1 tahun 0,1 ml
Diberikan secara intra kutan pada deltoid kanan
Jangan terkena matahari, disimpan pada 2 oC-8oC, tidak beku.
Bila sudah diencerkan harus dipergunakan dalam waktu 8 jam

Vaksin Bacille Calmette Guerin (2)

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)


2-6 minggubisul kecil/papula yang semakin membesar
2-4 bulan ulserasi, dapat menyembuh secara
perlahan,
menimbulkan
jaringan
parut
tanpa
pengobatan khusus
Limfadenitis supuratif KGB aksila/leher, sembuh
sendiri
BCG-itis diseminasi
Manajemen
KIPI
Bila ulkus keluar cairan, di kompres dengan antiseptik,
bila cairan bertambah banyak, bawa ke dokter.
Limfadenitis yang melekat dan menimbulkan fistula
dapat dibersihkan dan diberikan OAT oral.

Vaksin Bacille Calmette Guerin (3)

kontraindikasi
Reaksi uji tuberkulin > 5 mm
Menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromais akibat penggunaan kortikosteroid,
obat imuno-supresif, mendapat pengobatan radiasi,
penyakit keganasan yang mengenai sumsum tulan
atau sistem limfe
Gizi buruk
Demam tinggi
Pernah TB
Kehamilan

Vaksin Difteria, Pertusis, Tetanus


Jenis vaksin

KIPI

Terdiri dari toksoid pertusis, toksoid


tetanus, dan vaksin pertusis
Dapat diberikan kombinasi dengan Hib dan
Hepatitis B
Toksoid tetanus tidak perlu diulang bila
terlambat
Vaksin pertusis terdiri dari vaksin aselular
dan whole cell

Reaksi lokal pada tempat


injeksi
Demam ringanhiperpireksia
Gelisah, menangis terus
selama beberapa jam
setelah penyuntikan
Kejang demam
Ensefalopati akut atay
reaksi anafilaktik

Pemberian

Diberikan secara intramuskular.


Anterolateral paha/regio deltoid
Jadwal imunisasi pada usia 2,4,6,18/24 dan
usia 5 tahun

Pemberian

Riwayat anafilaksis,
ensefalopati dan
keadaan khusus pada
vaksin sebelumnya

Vaksin Haemophyllus Influenza B

Karakteristik
Dibuat dari konjugasi polyribosyribitol phospate (PRP) Hib
dengan protein dari berbagai komponen bakteri lain (di
IndonesiaNisseria Menigitidis (PRP-OMP) /tetanus (PRPT)

Pemberian

PRP-OMP diberikan 2 kali (2,4 bulan) PRP-T diberikan 3 kali


(2,4,6 bulan) jarak 2 bulan
Diulang pada umur 18 bulan, 1 kali di usia 1-5 tahun
Dapat diberikan dalam bentuk kombinasi
Satu dosis vaksin Hib berisi 0,5 ml, diberikan secara
intramuskular

Vaksin Pneumococcus (1)

Jenis vaksin
Berisi polisakarida murni, 23 serotipe Pneumococcus
polysaccharidae (PPV23)
Generasi kedua berisi vaksin polisakarida konjugasi, 7
serotipe disebut pneumococcal conjugate vaccine
(PCV7)

Pemberian

PCV7 dikemas dalam prefilled syringe 5 ml diberikan


secara IM
Untuk bayi BBLR (<1500 gram) vaksin diberikan
setelah umur 6-8 minggu, tanpa memperhatikan umur

Vaksin Pneumococcus (2)


Perbedaan PPV23 dan PCV7
PPV23
PCV7
T-cell independent
T cell dependent (memory cell)
Tidak imunogenik pada umur <2
Imunogenik pada umur < 2 tahun
tahun
Indikasi : anak sehat dan resiko
tinggi
Indikasi : umur > 2 tahun, resiko
tinggi
Umur 2 bulan-5 tahun
mempunyai imunitas jangka
Mempunyai imunitas jangka
pendek
panjang
Jadwal
dan pemberian sesuai
umur
vaksin PCV7
(sanofi-pasteur)
: Prevenar
(Wyeth)
Nama : Pneumo-23
Nama
Dosis 1 (bulan)

Imunisasi dasar

Imunisasi ulangan

2-6

3 dosis, interval 6-8 minggu

1 dosis, 12-15 bulan

7-11

2 dosis, interval 6-8 minggu

1 dosis, 12-15 bulan

12-23

2 dosis, interval 6-8 minggu

> 24

1 dosis

Vaksin Rotavirus

Vaksin Influenza

Pemberian

Pemberian

Vaksin hidup yang


mengandung 1,4,
dan 5 strain
rotavirus
(monovalen,
tetravalen,
KIPI
pentavalen)
Demam, feses
berdarah, muntah,
diare, nyeri perut,
gastroenteritis,
dehidrasi

Rekomendasi IDAI: semua anak usia


>6 bulan-18 tahun, dan berisiko
tinggi (penyakit jantung dan ginjal
kronis, HIV, anak di asrama)
diberikan setip tahun. <3 tahun
(0,25 ml). >3 tahun (0,5 ml)
Suntikan IM di otot deltoid/paha
anterolateral

KIPI

Reaksi lokal ditempat penyuntikan,


demam, nyeri otot, sendi, sakit
kepala,

Vaksin Campak (1)

Pemberian
Dosis : 0,5 ml secara subkutan
Jadwal : 9 bulan, saat sekolah (kelas 1 SD)
Rekomendasi bila terlambat :
Umur 9-12 bulan kapan saja
Umur 1 tahun berikan MMR
Bila booster belum didapat setelah umur 6 tahun diberikan kapan saja
Apabila telah mendapat imunisasi MMR pada usia 15-18 bulan dan
ulangan umur 6 tahun campak ulangan SD kelas 1 tidak diperlukan

Kontraindikasi
Anak dengan imunodefisiensi primer, pasien TB yang tidak diobati, pasien
kanker atau tranplantasi organ, pengobatan imunosupresif jangka panjang,
anak immunocompromised yang terinfeksi HIV.

Vaksin Campak (2)

KIPI
demam >39,5 C, dijumpai pada hari ke 5-6 ,setelah
imunisasi, terjadi selama 2 hari
Ruam timbul di hari 7-10, berlangsung selama 2-4 hari
Ensefalitis dan ensefalopati pasca imunisasi

Manajemen KIPI
Jika demam : bisa diberikan parasetamol 10-15 mg/kgbb
setiap 3-4 jam bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24
jam.
Bekas suntikan yang nyeri : dapat dikompres dengan air
dingin.

Vaksin Varisella
Karakteristik
vaksin

Vaksin dalam bentuk


bubuk-kering
Disimpan dalam suhu
2oC-8oC

Kontra indikasi
Demam tinggi
Pengobatan
kortikosteroid
( 2mg/kgbb per
hari/lebih)
Alergi pada neomisin

Pemberian
Diberikan : pada umur 5 tahun
Untuk anak yang kontak dengan
pasien varisela dapat dicegah bila
diberikan dalam kurun waktu 72 jam
setelah kontak (catatan : kontak harus
segera dipisahkan)
Dosis 0,5 ml, subkutan, 1 kali
>13 tahun atau dewasa, diberikan 2
kali dengan jarak 4-8 minggu.

KIPI

Demam, ruam-papula-vesikel ringan

Vaksin Measles, Mumps, Rubella


Karakteristik vaksin

KIPI

Vaksin kering yang mengandung virus


hidup,
Harus disimpan pada temperature <28oC, terhindar dari cahaya
Harus digunakan 1 jam setelah
tercampur pelarut

Malaise, demam,
ruam, 1 minggu
pascaimunisasi
selama 2-3 hari
Dapat kejang demam,
meningoensefalitis

Dosis tunggal 0,5 ml secara


intramuskular atau subkutan dalam.
Diberikan pada usia 15 bulan dan usia
5-6 tahun
Dapat diberikan secara bersamaan

Pasien keganasan,
imunosupresif, alergi
berat, demam akut,
mendapat vaksin
hidup lainnya dalam
waktu 4 minggu

Pemberian

Kontra indikasi

Vaksin Tifoid oral

Karakteristik vaksin
Dibuat dari kuman Salmonella typhi galur non patogen
yang telah dilemahkan.
Penyimpanan : suhu 2 C- 8 C.

Pemberian
1 kapsul diberikan pada hari 1,3 dan 5. Dimakan 1 jam
sebelum makan dengan minuman yang <37 C. Kapsul
ditelan utuh dan tidak boleh dibuka
tidak boleh diberikan bersamaan dengan
antibiotik,sulfonamid, anti malaria yg aktif terhadap
salmonella.

Vaksin Tifoid parenteral

Karakteristik vaksin

Kontra indikasi

Setiap 0,5 ml mengandung


kuman Salmonella typhi ,
polisakarida 0,025 mg, fenol dan
larutan buffer (NaCl,disodium
fosfat, monosodium fosfat, dan
pelarut untuk suntikan)
Penyimpanan : suhu 2 C- 8 C,
kadaluwarsa dalam 3 tahun

Alergi, demam.

Pemberian

Diberikan secara IM atau


subkutan

Reaksi samping
lokal

demam, nyeri kepala,


pusing, nyeri sendi,
nyeri otot,pruritus,
ruam kulit, urtikaria

Vaksin Hepatitis A

Karakteristik vaksin
monovalen, vaksin kombinasi HepB/HepA

Pemberian
Diberikan : pada umur > 2 tahun
Vaksin kombinasi HepB/hepA diindikasikan >
12 bulan, terutama untuk catch-up
immunisation
Dosis pediatrik 720 ELISA units diberikan 2x

Vaksin Human papilloma virus

Karakteristik vaksin
vaksin bivalen ( tipe 16,18)
vaksin quadrivalen ( tipe 6,11,16,18)

Pemberian
Imunisasi vaksin HPV diperuntukkan pada anak
perempuan sejak umur >10 tahun
Dosis 0,5 ml, secara intramuskular pada daerah deltoid
Jadwal :
Vaksin HPV bivalen = jadwal 0,1,6 bulan
Vaksin HPV kuadrivalen jadwal 0, 2 , bulan

Referensi
Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi 4. Jakarta: Badan
Penerbitan Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai