Anda di halaman 1dari 81

Kebijakan Publik

Teguh Kurniawan
Lektor Kepala
Ketua Prodi S1 Administrasi Publik DIA
FISIP UI

Outline
Waktu

Sesi

Materi

09.45 - 10.30
WIB

Sesi 1

Kebijakan Publik , knowledge-based


and evidence-based policy

10.30 - 11.15
WIB

Sesi 2

Perumusan Kebijakan

11.15 - 12.00
WIB

Sesi 3

Partisipasi dalam Perumusan


Kebijakan dan Advokasi terhadap
Kebijakan

KEBIJAKAN PUBLIK, KNOWLEDGEBASED DAN EVIDENCE-BASED


POLICY

Apakah Kebijakan Publik


Kebijakan Publik adalah keputusan
pemerintah untuk mengatur
berbagai bidang kehidupan dalam
negara
Kebijakan publik adalah apapun yang
pemerintah pilih untuk dilakukan
atau tidak dilakukan (Dye, 2005, 1-3)

Perumusan Kebijakan dalam Siklus


Kebijakan
Proses pembuatan sebuah kebijakan publik
melibatkan berbagai aktivitas yang kompleks
Pemahaman terhadap proses pembuatan
kebijakan oleh para ahli dipandang penting
dalam upaya melakukan penilaian terhadap
sebuah kebijakan publik
Untuk membantu melakukan hal ini, para ahli
kemudian mengembangkan sejumlah kerangka
untuk memahami proses kebijakan (policy
process) atau seringkali disebut juga sebagai
siklus kebijakan (policy cycles)

Process

Activity

Participants

Problem Identification

Publicizing societal problems.


Expressing demands for government
action

Mass media, interest groups,


citizen initiatives, public
opinion

Agenda Setting

Deciding what issues will be decided,


what problems will be addressed by
government

Elites, including presidents,


congress; Candidates for
elective office; Mass Media

Policy Formulation

Developing policy proposals to


resolve issues and ameliorate
problems

Think tanks, President and


executive office,
Congressional committees,
Interest groups

Policy legitimation

Selecting a proposal, developing


political support for it, enacting it into
law, deciding on its constitutionality

Interest groups, president,


congress, courts

Policy implementation

Organizing departments and


agencies, providing payments or
services, levying taxes

President and white house


staff, executive departments
and agencies

Policy evaluation

Reporting outputs of government


programs, Evaluating impacts of
policies on target and nontarget
groups, proposing changes and
reforms

Executive departments and


agencies, congressional
oversight committees, mass
media, think tanks

Policymaking as a process

Dye, 2005: 32

Terminologi
Kebijakan

Tahap 1:
Agenda
Kebijakan

Tahap 2:
Perumusan
Kebijakan

Tahap 3:
Adopsi
Kebijakan

Tahap 4:
Implementa
si
Kebijakan

Tahap 5:
Evaluasi
Kebijakan

Definisi

Sejumlah
permasalaha
n
diantara
banyak
permasalaha
n
lainnya yang
mendapat
perhatian
serius
dari pejabat
publik

Pengembang
an
usulan akan
tindakan
yang
terkait dan
dapat
diterima
untuk
menangani
permasalaha
n
publik

Pengembang
an
dukungan
terhadap
sebuah
proposal
tertentu
sehingga
sebuah
kebijakan
dapat
dilegitimasi
atau
disahkan

Aplikasi
kebijakan
oleh mesin
administrasi
pemerintah

Upaya
pemerintah
untuk
menentukan
apakah
kebijakan
efektif, serta
mengapa
efektif atau
tidak efektif

Common
sense

Membuat
Apa yang
Membuat
Aplikasi
Apakah
pemerintah
diusulkan
pemerintah
kebijakan
kebijakan
untuk
untuk
untuk
pemerintah
bekerja baik?
mempertimb dilakukan
menerima
terhadap
angkan
terhadap
solusi
masalah
tindakan
masalah
tertentu
terhadap
terhadap
Anderson,
2006,
4
(diadaptasi
dari Anderson, Brady dan
masalah
masalah

Sumber:
Bullock III, 1984)

Langkah Pembuatan
Kebijakan
5 langkah pembuatan kebijakan
Definisikan/tentukan sasaran
Kumpulkan informasi yang relevan
Buat pilihan kebijakan yang mungkin
untuk dilakukan
Pembuatan kebijakan Resiko dan
konsekuensi harus dipertimbangkan
Implementasi dan Evaluasi
Adair, 2007,25-38

Proses Kebijakan
Pembuatan Kebijakan:
1.Agenda Setting
2.Policy formulation
3.Policy adoption

Pelaksanaan Kebijakan:
1.Implementers
2.Situasi kondisi
3.Mindset implementers

Evaluasi Kebijakan:
1.Cara
2.Alat ukur
3.Pihak yang terlibat

Cooper et.al, 1998

Mengapa Knwoledge-Based
Policy
knowledge as the key to future
growth, jobs and social cohesion
we need policies that reinforce this
knowledge base
Education and training are a
prerequisite for a fully functioning
"knowledge triangle (education
research innovation)
Commission of the European Communities, 2007

Knowledge,
Knowledge,
research,
research,
technology,
technology,
innovations,
innovations,
entrepreneurship
entrepreneurship
are
are the
the key
key words
words in
in different
different strategies
strategies
and
and policies
policies all
all over
over the
the world.
world.

Mengapa Networking?
More knowledge and ideas
Knowledge from different fields, skills,
cultures
More human and financial resources
Learn from others
Possibilities for better products, services
With network larger possibilities to
business also internationally
Positive human contacts also for the future

The Concept of Evidence


In public policies jargon, evidence means
any form of argument, proof or data which
can help people make well-informed
decisions about policies, programmes and
projects. It is a piece of knowledge,
deemed to be believable and sustainable
because it is produced by professionals
and obtained through objective means.
Davies, Nutley, Smith, 2000

Sources of Evidence
Such information can be obtained from the
following sources:
research findings;
statistics (both national and
international);
evaluation reports;
stakeholder consultation;
expert knowledge (e.g. provided by thinktanks or professional associations);
economic or demographic modelling.
Weiss, 1992

The Concept of Evidence-Based


Policy Making
Debate not new (19th -20th centuries)
World War II : increased attention for social
knowledge
social engineering and role for research
(Janowitz 1972)
UK government use of evidence and research
in policy making (1992)
evidence-based practice (2000)
what is being done is wothwhile and that it is
being done in the best possible way, even if it
might not always meet its objectives (Argyrous,

Evidence Based Policy


Making
2001 No child left behind preference for
scientifically founded practice
2007 OECD and from evidence based to
evidence informed
2007 EU knowledge based policy and practice
in education and training
No one would think of getting to the Moon or of wiping
out a disease without research. Likewise, one cannot
expect reform efforts in education to have significant
effects without research knowledge to guide them. This
implies that education cannot just build on folk wisdom;
there is need for rigorous, sustained, scientific research.

Evidence Based Policy


Making
helps people make well informed decisions
about policies, programmes and project by
putting the best available evidence from
research at the heart of policy development and
implementation Davies, 1992
is the conscientius use of current best
evidence in making decisions and choosing
between policy options OECD 2007
improving the use and impact of knowledge for
developing policies and practices to improve the
quality and governance of education systems .

EU 2007

There is nothing a government


hates more than to be well
informed; for it makes the process
of arriving at decisions much more
complicated and difficult

J.M Keynes (EU 2007 report)

Evidence Based Policy


Making
Monitoring and
evaluation

identification

implementation

Formulation/adoption

Adapted from
Levin, 2004

Issues Emerging in Evidence


Talks
Creation
Communication networks
Communication tools
Working as a team
Using evidence

Evidence & Policy Making

Administrative, monitoring and strategic


evidence
Ad hoc, periodic, random
Research and policy making
The wider context where policy making
takes place

Evidence has no meaning


if ...
there is no culture of evidence
there is no VISION
there is no INNOVATION drive
There is little capacity
There is little wide spread
understanding of evaluation and
evidence

It Doesnt Happen by
Chance
WHAT and HOW have same value
Cost of evidence and cost of no
evidence or misused evidence
Brokers and broker insitutions

PERUMUSAN KEBIJAKAN

Prosedur Perumusan
Kebijakan - 1
Tahapan perumusan kebijakan merupakan
tahap kritis dari sebuah proses kebijakan
terkait dengan proses pemilihan alternatif
kebijakan oleh pembuat kebijakan yang
biasanya mempertimbangkan besaran
pengaruh langsung yang dapat dihasilkan dari
pilihan alternatif utama tersebut
Proses ini biasanya akan mengekspresikan dan
mengalokasikan kekuatan dan tarik menarik
diantara berbagai kepentingan sosial, politik
dan ekonomi
Sidney, 2007, 79 (dalam Fischer, Miller and Sidney,
2007)

Prosedur Perumusan
Kebijakan - 2

tahap perumusan kebijakan melibatkan aktivitas identifikasi


dan atau merajut seperangkat alternatif kebijakan untuk
mengatasi sebuah permasalahan; serta mempersempit
seperangkat solusi tersebut sebagai persiapan dalam
penentuan kebijakan akhir.
Dengan mengutip pendapat dari Cochran dan Malone
(1999), perumusan kebijakan mencoba menjawab terhadap
sejumlah pertanyaan apa, yakni:
apa rencana untuk menyelesaikan masalah?
Apa yang menjadi tujuan dan prioritas?
Pilihan apa yang tersedia untuk mencapai tujuan
tersebut?
Apa saja keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan?
Eksternalitas apa, baik positif maupun negatif yang
Sidney, 2007,
79alternatif?
(dalam Fischer, Miller and Sidney,
terkait dengan
setiap
2007)

Prosedur Perumusan
Kebijakan - 3
perumusan seperangkat alternatif akan melibatkan
proses identifikasi terhadap berbagai pendekatan
untuk menyelesaikan masalah; serta kemudian
mengidentifikasi dan mendesain seperangkat
perangkat kebijakan spesifik yang dapat mewakili
setiap pendekatan
Tahap perumusan juga melibatkan proses penyusunan
draft peraturan untuk setiap alternatifyang isinya
mendeskripsikan diantaranya mengenai sanksi, hibah,
larangan, hak, dan lain sebagainyaserta
mengartikulasikan kepada siapa atau kepada apa
ketentuan tersebut akan berlaku dan memiliki dampak
Sidney, 2007, 79 (dalam Fischer, Miller and Sidney,
2007)

Prosedur Perumusan
Kebijakan - 4
didalam tahap perumusan kebijakan,
permasalahan kebijakan, usulan proposal
dan tuntutan masyarakat ditransformasikan
kedalam sejumlah program pemerintah
Perumusan kebijakan dan juga adopsi
kebijakan akan meliputi definisi sasaran
yakni apa yang akan dicapai melalui
kebijakanserta pertimbanganpertimbangan terhadap sejumlah alternatif
yang berbeda
Jann dan Wegrich, 2007, 48 (dalam Fischer, Miller and Sidney,
2007)

Prosedur Perumusan
Kebijakan - 5

perumusan kebijakan melibatkan proses pengembangan


usulan akan tindakan yang terkait dan dapat diterima
(biasa disebut dengan alternatif, proposal atau pilihan)
untuk menangani permasalahan publik
Perumusan kebijakan tidak selamanya akan berakhir
dengan dikeluarkannya sebagai sebuah produk peraturan
perundangundangan
Seringkali pembuat kebijakan memutuskan untuk tidak
mengambil tindakan terhadap sebuah permasalahan dan
membiarkannya selesai sendiri
Atau seringkali pembuat kebijakan tidak berhasil mencapai
kata sepakat mengenai apa yang harus dilakukan terhadap
suatu masalah tertentu.
Namun demikian, pada umumnya sebuah proposal
Anderson, 2006,
103-109
kebijakan biasanya ditujukan untuk membawa
perubahan
mendasar terhadap kebijakan yang ada saat ini

Kriteria untuk Memilih Alternatif - 1


Terdapat sejumlah kriteria yang
membantu dalam menentukan
pemilihan terhadap alternatif
kebijakan untuk dijadikan sebuah
kebijakan, misalnya: kelayakannya,
penerimaan secara politis, biaya,
manfaat, dan lain sebagainya
Sidney, 2007, 79 (dalam Fischer, Miller and Sidney,
2007)

Kriteria untuk Memilih Alternatif - 2


dua faktor utama yang menentukan sejauhmana alternatif
kebijakan akan diadopsi menjadi kebijakan, yakni:
(1) penghilangan alternatif kebijakan akan ditentukan oleh sejumlah
parameter susbtansial dasarmisalnya kelangkaan sumberdaya untuk
dapat melaksanakan alternatif kebijakan. Sumberdaya ini dapat berupa
sumberdaya ekonomi maupun dukungan politik yang didapat dalam
proses pembuatan kebijakan. Apabila dalam proses pembuatan
kebijakan suatu alternatif kebijakan banyak mendapat kritikan secara
politik, maka alternatif tersebut layak untuk dihilangkan karena
kurangnya dukungan politik
(2) alokasi kompetensi yang dimiliki oleh berbagai aktor juga
memainkan peranan penting dalam penentuan kebijakan

Peranan penting dari akademisi yang berperan sebagai


penasehat kebijakan atau pemikir (think tanks) Pengetahun
dari para penasehat ini seringkali berpengaruh dalam proses
perumusan kebijakan
Jann dan Wegrich, 2007, 50-51 (dalam Fischer, Miller and Sidney,
2007)

Hal yang Harus


Dipertimbangkan

perumus kebijakan perlu mempertimbangkan sejumlah hal


yang dapat meningkatkan peluang berhasilnya proposal
kebijakan yang dirumuskannya. Sejumlah hal tersebut
adalah:
(1) apakah proposal memadai secara teknis? Apakah
proposal diarahkan kepada penyebab permasalahan?
Sejauhmana proposal akan menyelesaikan atau
mengurangi permasalahan?
(2) apakah anggaran yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan masuk akal atau dapat diterima? Hal ini
penting untuk diperhatikan khususnya apabila terkait
dengan program kesejahteraan sosial.
(3) apakah secara politik proposal dapat diterima?
Dapatkah proposal mendapatkan dukungan dari anggota
parlemen atau pejabat publik lainnya?
Anderson, 2006, 104
(4) jika proposal telah menjadi peraturan perundang-

Aktor dalam Implementasi


Kebijakan
Birokrasi
Organisasi administratif
Politik administratif (aturan permainan; pimpinan;
pengawasan parlemen; pengadilan; badan administratif
lainnya; pemerintahan lainnya; kelompok kepentingan;
partai politik; dan media komunikasi)
Pembuatan kebijakan administratif (aturan pelaksanaan;
ajudikasi; penegakan aturan; dan operasionalisasi
program)

Legislatif bagaimana mempengaruhi perilaku


administrator
Pengadilan melalui gugatan/tindakan yudisial
Kelompok-kelompok penekan
Organisasi masyarakat
Anderson, 2006, 205-229

Permasalahan Implementasi
Kebijakan
Perbedaan mindset dan pemahaman
Perbedaan kepentingan
Integritas

Mengubah Mindset
program (konten),
konteks (iklim dan budaya
organisasi),
proses (bagaimana akan dilakukan -Bagaimana meminimalisir resistensi
-- terkait informasi, tidak mampu,
ketidakmauan),
manusia (trust)

Empat StrategiPerubahan
1. Strategi komunikasi
2. Strategi penyediaan sumberdaya
3. Strategi Pembenahan Struktur
Organisasi
4. Strategi reward pegawai
Levine, 2007

Strategi Komunikasi
Mengkomunikasikan dengan jelas mengapa
perubahan itu penting.
Pesan mengenai perubahan itu perlu konsisten
disampaikan secara terus menerus.
Komunikasi bukan hanya ke pegawai, tetapi
juga ke anggota Dewan, kelompok-kelompok
terkait, dan komunitas masyarakat secara
luas.
cara penyampaian pesan perubahan dikemas
secara radikal

Strategi Penyediaan
Sumberdaya
Menyediakan sumberdaya yang diperlukan
untuk implementasi program
kerjasama dengan berbagai lembaga :
transfer knowledge melalui pelatihan
menyediakan biaya keikutsertaan pegawai
untuk peningkatan kapasitas
membentuk dan mendukung dua unit baru :
1. Operations Improvement and Development
2. Information Technology
membentuk kelompok peningkatan pegawai

Strategi Pembenahan
Struktur
Struktur organisasi yang
memungkinkan inovasi pegawai
Fokus pada perubahan pola
komunikasi dan pola kerja.
Memahami dan menempatkan
pegawai sesuai dengan kapasitas
masing-masing

Strategi Reward Pegawai


Pengaturan kembali insentif untuk memberi
penghargaan (reward) bagi yang berprestasi.
kenaikan tunjangan biaya hidup
mengubah pola lama pemerintah
Reward diberikan dengan cara penilaian yang
berbeda
Salah satu inovasi : kapasitas manajerial
pegawai
Inisiatif melakukan sebuah studi bersama
Badan Kepegawaian

Evaluasi Kebijakan
Dilakukan guna menguji kemampuan suatu kebijakan dalam
mengatasi masalah
Dapat memberikan informasi tentang keberhasilan dan
kegagalan sebuah kebijakan
Kegiatan untuk menilai sejauhmana kefektifan sebuah
kebijakan publik guna dipertanggungjawabkan pada
konstituennya dan sejauhmana tujuan tercapai
Kegiatan yang bertujuan menilai manfaat suatu kebijakan
(Jones,1984)
Kegiatan yang ditujukan untuk melihat sebab-sebab
kegagalan suatu kebijakan atau untuk mengetahui apakah
kebijakan publik yang telah dilaksanakan meraih dampak yg
diinginkan
Akan menentukan kelanjutan dari sebuah kebijakan

Apakah Evaluasi Kebijakan


Anderson (1979): the appraisal of assesstment of
policy including its content implementation and
impact (penilaian atau pengukuran kebijakan
termasuk pelaksanaan isi dan dampaknya)
Jones (1987): an activity designed to judges the
merits of government programs which varies
significancy in the spesificationof objects, the
techniques measurement and methods of analysis
(suatu aktivitas yg dirancang untuk menilai
keberhasilan program- program pemerintah yang
berbeda secara tajam dalam spesifikasi obyeknya,
tehnik pengukurannya serta metode analisanya)

Mengapa Evaluasi Kebijakan


merupakan satu tahapan dalam siklus
Kebijakan
mengetahui keberhasilan/ kegagalan
atau kebijakan
mengetahui penyebab kegagalan
mengetahui apakah dampak kebijakan
publik sesuai dengan yang diharapkan
menilai manfaat suatu kebijakan

Manfaat Evaluasi
Memperoleh informasi tentang kinerja
kebijakan
Mendorong seseorang untuk lebih
memahami maksud, kualitas dan dampak
kebijakan
Umpan balik bagi manajemen dalam
rangka perbaikan/ penyempurnaan
implementasi
Memberikan rekomendasi pada pembuat
kebijakan

Penggunaan Hasil Evaluasi


Memperbaiki praktek dan prosedur adm
Menambah atau mengurangi strategi
dan tehnik implementasi
Melembagakan program ke tempat lain
Mengalokasikan sumber daya ke
program lain
Menolak atau menerima pendekatan/
teori yang digunakan sebagai asumsi

Hal yang Perlu Diketahui dari


Evaluasi
Siapa yang memperoleh akses dari
input dan output program ?
Bagaimana mereka bereaksi
terhadap program tersebut ?
Bagaimana program tersebut
mempengaruhi perilaku sasaran
kebijakan ?

Aspek Evaluasi

Proses pembuatan kebijakan


Proses implementasi kebijakan
Konsekuensi kebijakan
Efektivitas dampak kebijakan
Evaluasi dapat dilakukan sebelum
(evaluasi sumatif), pada saat
(evaluasi implementasi) dan sesudah
kebijakan diimplementasikan
(evaluasi formatif)

Jenis Evaluasi
Effort evaluation: Mengevaluasi input program
Performance evaluation: Mengkaji output
dibandingkan dengan input program
Effectiveness evaluation: Mengkaji apakah
pelaksanaanya sesuai dengan sasaran dan
tujuan
Efficiency evaluation: Membandingkan biaya
dengan output yang dicapai
Process evaluation: Mengkaji metode
pelaksanaan, aturan dan prosedur dalam
pelaksanaan

Kegiatan Evaluasi
Specification : menyangkut obyek
yang dinilai
Measurement : memilih tehnik
pengukuran yang tepat untuk menilai
Analysis : Melakukan analisa
informasi yang disajikan

Kriteria Evaluasi
Relevansi: mampu memberikan informasi yang tepat pada
pembuat dan pelaku kebijakan, menjawab secara benar
pertanyaan dalam waktu yangg tepat
Signifikansi: mampu memberikan informasi yang baru dan
penting melebihi yang sudah ada
Validitas: mampu memberikan pertimbangan yang
persuasif dan seimbang tentang hasil nyata kebijakan
Reliabilitas: dapat membuktikan bahwa hasilnya diperoleh
dengan penelitian yang teliti
Obyektif: tidak memihak /bias
Tepat waktu
Daya guna: bisa dimengerti dan dimanfaatkan oleh pelaku
dan pembuat kebijakan

Evaluasi Dampak
Menentukan apakah program telah membawa
dampak yang diinginkan terhadap individu, rumah
tangga dan lembaga
Menilai apakah dampak tersebut berkaitan dengan
intervensi program
Mengeksplore akibat yang tidak diperkirakan baik
positif maupun negatifnya
Permasalahan yang disoroti pada bagaimana
program mempengaruhi peserta program dan
apakah perbaikan kondisi peserta program betulbetul disebabkan oleh program ataukah faktor lain

Pengertian RIA
alat evaluasi kebijakan, sebuah metode yang
bertujuan menilai secara sistematis pengaruh
negatif dan positif regulasi yang sedang
diusulkan ataupun yang sedang berjalan
digunakan untuk menilai suatu regulasi dalam
hal: a) relevansi antara kebutuhan masyarakat
dan sasaran kebijakan, b) kebutuhan terhadap
intervensi pemerintah, c) efisiensi antara output
dan input, d) efektifitas antara sasaran kebijakan
dan hasil, e) keberlanjutan antara kebutuhan
masyarakat dan hasil sebelum diterapkannya
atau dirubahnya suatu regulasi

Tuntutan Pokok dari RIA


1. memberi alasan perlunya intervensi
pemerintah, regulasi adalah alternatif
terbaik, dan regulasi memaksimumkan
manfaat sosial bersih dengan biaya
minimum
2. mendemonstrasikan bahwa konsultasi
yang cukup telah dilakukan,
3. menunjukkan mekanisme kepatuhan dan
implementasi yang sesuai telah
ditetapkan

Tujuan RIA
menyediakan secara terperinci dan
sistematis penilaian potensi dampak dari
peraturan baru sehingga dapat
memberikan penilaian mengenai apakah
mungkin sebuah peraturan dapat
mencapai tujuan yang diinginkan
untuk memastikan bahwa peraturan akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dari sudut pandang keuntungan akan
melebihi biaya yang harus dikeluarkan

Panduan Evaluasi Kebijakan sesuai kerangka berpikir RIA


1. Apakah masalahnya telah didefinisikan
dengan benar?

Masalah dinyatakan secara tepat, ada bukti serta menjelaskan mengapa


hal tersebut muncul .

2. Apakah tindakan pemerintah sudah


tepat?

Intervensi pemerintah harus didasarkan pada bukti eksplisit bahwa


tindakan pemerintah dibenarkan

3. Apakah regulasi yang ada merupakan


yang terbaik untuk pemerintah?

Regulator harus menyajikan informasi perbandingan berbagai peraturan


dan non-peraturan dari instrumen kebijakan dengan mempertimbangkan
biaya, manfaat, efek distribusi dan persyaratan administrasi.

4. Apakah sebuah peraturan memiliki


dasar hukum?

menghormati "rule of law";

5. Berapa tingkatan birokrasi pemerintah


yang dilibatkan dalam koordinasi terkait
regulasi yang dibuat?

Regulator harus memilih tingkat yang paling tepat dari struktur pemerintah
dan merancang sistem yang efektif dalam hal koordinasi diantara tingkat
pemerintahan.

6. Apakah regulasi yang ada bermanfaat,


dibandingkan dengan biayanya ?

Perkiraan total biaya dan manfaat yang diharapkan dari setiap usulan dan
alternatif peraturan.

7. Apakah distribusi akan dampaknya


transparan di masyarakat?

transparansi peraturan distribusi biaya dan manfaat diantara kelompokkelompok sosial.

8. Apakah peraturan tersebut jelas,


konsisten, dapat dipahami dan diakses
oleh pengguna?

Regulator harus memastikan bahwa struktur teks dan aturan dibuat sejelas
mungkin.

9. Apakah semua pihak yang


berkepentingan memiliki kesempatan
yang sama untuk menyampaikan
pandangan mereka?

Peraturan harus dikembangkan secara terbuka dan transparan, dengan


prosedur yang tepat yang efektif dan tepat waktu dalam mengakomodir
masukan dari berbagai pihak.

10. Bagaimana kepatuhan terhadap


regulasi dapat dicapai?

Regulator harus menilai insentif dan lembaga-lembaga melalui peraturan


yang akan berlaku, dan harus merancang strategi pelaksanaan tanggap
yang dapat menghasilkan penggunaan terbaik dari aturan yang dibuat.

Proses Perancangan RIA


1. Definisi / Definition (policy objective, policy
context)
2. Identifikasi / Identification (regulatory
options)
3. Penilaian / Assesment (cost, benefit, other
impact)
4. Konsultasi / Consultation (involving
stakeholders)
5. Desain / Design (Enforcement, compliance
and monitoring mechanisms)

7 Tahapan dalam Mereview Regulasi


1.
2.
3.
4.

perumusan masalah
identifikasi tujuan
alternatif penyelesaian masalah
analisis manfaat dan biaya setiap
alternatif
5. konsultasi publik
6. penentuan alternatif terbaik dalam
menyelesaikan masalah
7. perumusan strategi implementasi

Permasalahan dalam Implementasi


RIA

Faktor Kunci (OECD, 2008):


komitmen politik, integrasi RIA secara tepat waktu dalam proses
pembuatan kebijakan, serta adanya tim RIA dalam sebuah lembaga
pemerintahan

Permasalahan menurut Bappenas (2009):


Prosedur yang relatif rinci memerlukan pelatihan khusus bagi
penggunanya, terutama untuk memadukan antara pendekatan
kualitatif dengan kuantitatif
Untuk melaksanakan RIA atas satu peraturan membutuhkan waktu
yang relatif cukup lama (kurang lebih 3 bulan) sehingga tidak praktis
untuk melakukan pemetaan dan analisis atas jumlah regulasi yang
cukup banyak
Memerlukan pembenahan dari sisi kelembagaan secara fundamental
dan harus dipimpin langsung oleh Kepala Pemerintahan
Memerlukan keberanian untuk mereformasi sistem regulasi nasional

Pemanfaatan RIA di Indonesia


RIA masih belum banyak dan belum optimal digunakan dalam

penyusunan berbagai regulasi/kebijakan di Indonesia.


Pemanfaatan RIA di Pemerintah Daerah

14%

43%

43%

Pemda yang tetap


menggunakan RIA
setelah bimtek dari
pusat (Kab.
Gorontalo)
Pemda yang tidak
menggunakan RIA
setelah bimtek dari
pusat (Kab. Solok,
Kab. Bantul dan Kota
Pekalongan
Pemda yang tidak
menggunakan RIA
dan tidak
mendapatkan
bimtek dari pusat
(Kab. Brebes, Kab.
Bandung dan Kab.
Pekalongan

Untuk 3 (tiga) daerah


yang belum
menggunakan metode
RIA, 2 (dua) daerah
diantaranya yakni
Kabupaten Bandung dan
Kabupaten Pekalongan
relatif memiliki aparatur
yang memiliki
pengetahuan tentang
RIA, sementara 1 (satu)
daerah lain yakni
Kabupaten Brebes sama
sekali tidak memiliki
aparatur yang
mengetahui tentang RIA.

Penggunaan RIA di Indonesia


Penyebab belum diimplementasikannya RIA adalah sebagai

akibat dari tidak didukungnya RIA oleh aturan yang secara


eksplisit mewajibkan penggunaan RIA.
RIA dalam banyak hal sulit untuk diterapkan secara sepenuhnya

di Indonesia. Perlu ada berbagai penyesuaian terhadap RIA


sesuai dengan konteks dan kondisi Indonesia.
Sebagai sebuah metode, RIA dikembangkan oleh Negara-negara

yang memiliki karakteristik yang dalam banyak hal berbeda


dengan Indonesia.
Resistensi yang muncul dari para aparat dapat diatasi dengan

kemauan kuat dari pimpinan yang member dukungan penuh


dalam pelaksanaan program san memiliki kepercayaan diri dan
kemampuan untuk menggalang dukungan dari berbagai pihak.

Manfaat RIA
1. RIA menghasilkan kebijakan lebih akuntabel, transparan,
konsisten, serta dapat membantu dalam pencapaian
kesejahteraan ekonomi dan sosial.
Dalam prakteknya dapat dilihat bahwa regulasi umumnya memiliki banyak
dampak dan dampak ini seringkali sulit untuk diramalkan tanpa studi yang rinci
serta konsultasi dengan pihak-pihak yang terkena dampak seperti penyusunan
kebijakan mengenai kakao dan rotan oleh Kementerian Perdagangan RI.

2. RIA bagi pembuat kebijakan dapat membantu melahirkan


kebijakan secara efisien dan efektif.
Aspek efisiensi dapat dilihat pada kemanfaatan yang akan diperoleh dengan
kebijakan yang ada, tujuan utama dari RIA adalah untuk memastikan bahwa
peraturan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari sudut pandang
keuntungan akan melebihi biaya yang harus dikeluarkan.
Sedangkan pada aspek efektifitas didasari dengan keterlibatan semua
pemangku kepentingan sejak awal perumusan masalah sampai pada tahapan
penyusunan opsi yang ada, sehingga resistensi (penolakan) yang mungkin
terjadi sudah dapat diminimalisir dari awal.

Manfaat RIA
3. RIA dapat menilai secara sistematis pengaruh negatif dan positif
kebijakan yang sedang diusulkan ataupun yang sedang berjalan
dengan memperhatikan pada analisis biaya dan manfaat atas opsi
yang ada.
4. Keterlibatan pemangku kepentingan dalam proses yang
berlangsung akan lebih mendekatkan relevansi antara
permasalahan yang dihadapi dan kebutuhan masyarakat dengan
sasaran kebijakan yang akan dihasilkan.
5. Penggunaan RIA dapat meningkatkan kualitas kebijakan yang
dihasilkan. Hal ini didasarkan tersedianya informasi atas potensi
dampak dari kebijakan sehingga dapat memberikan penilaian
mengenai mungkin tidaknya sebuah kebijakan dapat mencapai
tujuan yang diinginkan.

Permasalahan dan Kendala


RIA

1. Kurangnya komitmen pimpinan dalam melaksanakan


RIA
2. Kurangnya pengetahuan SDM aparatur tentang RIA
3. Sosialisasi tentang RIA yang minim
4. Keterbatasan anggaran pemerintah daerah untuk
memanfaatkan RIA
5. Adanya pandangan formalistis yang menyatakan
bahwa tidak ada pernyataan tekstual yang
mengharuskan penggunaan metode RIA dalam
penyusunan kebijakan
6. Mindset aparatur terkait RIA sebagai metode yang
rumit dan berbiaya mahal
7. Persepsi bahwa RIA hanya cocok untuk kebijakan yang
mengatur sektor ekonomi

PARTISIPASI DALAM PERUMUSAN


KEBIJAKAN DAN ADVOKASI TERHADAP
KEBIJAKAN

Keterlibatan Aktor - 1
pembuat kebijakan resmi (official policy-makers)
mereka yang memiliki kewenangan legal untuk
terlibat dalam perumusan kebijakan publik
legislatif; eksekutif; badan administratif; serta
pengadilan
peserta non pemerintahan (nongovernmental
participants) penting atau dominannya peran
mereka dalam sejumlah situasi kebijakan tetapi
mereka tidak memiliki kewenangan legal untuk
membuat kebijakan yang mengikat
menyediakan informasi; memberikan tekanan;
mencoba untuk mempengaruhi; menawarkan
proposal kebijakan kelompok
kepentingan;
Anderson, 2006, 46-67
partai politik; organisasi penelitian; media

Keterlibatan Aktor - 2
tahap perumusan kebijakan diharapkan melibatkan peserta
yang lebih sedikit dibandingkan dalam tahapan penetapan
agenda
yang lebih banyak diharapkan adalah kerja dalam
merumusakan alternatif kebijakan yang mengambil tempat
diluar mata/perhatian publik
Dalam sejumlah teks standar kebijakan, tahap perumusan
disebut sebagai sebuah fungsi ruang belakang
Detail dari kebijakan biasanya dirumuskan oleh staff dari
birokrasi pemerintah, komite legislatif, serta komisi khusus
Proses perumusan ini biasanya dilakukan di ruang kerja
dari para aktor perumus tersebut
(Sidney, 2007, 79 dalam Fischer, Miller and
Sidney, 2007)

Keterlibatan Aktor Lain dan


Masyarakat ?
meskipun pada akhirnya perumusan alternatif
kebijakan dilakukan lebih banyak oleh para aktor
tersebut, tidak sepenuhnya bisa dipisahkan dari
masyarakat umum dalam perumusan kebijakan.
Para perumus senantiasa berinteraksi dengan aktor
sosial dan membentuk pola hubungan kebijakan
(policy networks) yang stabil diantara mereka.
Jadi meskipun pada akhirnya kebijakan ditentukan
oleh institusi yang berwenang, keputusan diambil
setelah melalui proses informal negosiasi dengan
berbagai pihak yang berkepentingan
Dengan demikian keterlibatan aktor lain dalam
pemberian ide terhadap proses perumusan kebijakan
Jann dan Wegrich, 2007, 49 dalam Fischer, Miller and Sidney, 2007
tetap atau sangat diperlukan

Pro dan Kontra Keterlibatan


Masyarakat
Kontra
Masalah terlalu
kompleks bagi publik
untuk memahami
publik : kepentingan
kelompok vs.
kepentingan publik
pengambilan kepts
rasional vs.
demokratis beda
tujuan: efisiensi vs.
partisipasi

Pro
Memungkinkan
digunakan/
dipertimbangkanny
a berbagai
pandangan
diskresi
administrasi
tidak sejalan
dengan demokrasi
dan pluralisme.

Maksud/tujuan keterlibatan
masyarakat
dua tujuan (purpose) melibatkan publik :
(1) upaya mendapatkan informasi (2)
mencapai penerimaan (acceptance) oleh
publik.
Thomas (1995):
> Tinggi bila penerimaan thd
kebijakan penting,
Tujuan dari mengikutsertakan publik analisis
>
Rendah
bila kualitas
kebijakan
adalah:
keputusan/kebijakan penting

1. Discovery Aid in the search for definitions, alternatives, or criteria.


2. Education Educate the public about an issue and proposed
alternative.
3. Measurement Assess public opinion regarding a set of options.
4. Persuasion Persuade the public toward a recommended alterative.
5. Legitimization comply with public norms or legal requirements.

Policy
Development
Stages
1. Define the
Problem
2. Identify
criteria

Participation Purposes
1. Discover Aid in the search of
definitions
1. Discover Aid in the search of criteria

1. Discover Aid in the search of


alternatives, and/or
3. Generate
2. Educate Aducate public about issue
alternatives
and/or proposed alternatives, and/or
5. Legitimize comply with public norms
2. Educate Aducate public about issue
and/or proposed alternatives, and/or
4. Evaluate
3. Measure Assess public opinion
alternatives
regarding a set of options, and/or
5. Legitimize comply with public norms
2. Educate Aducate public about issue
5. Recommend
and/or proposed alternatives, and/or
an
4. Persuade Persuade public toward a
alternative
recommended alternative, and/or
5. Legitimize comply with public norms

Dimensi Partisipasi
Masyarakat
masyarakat harus diyakinkan akan kebutuhan
untuk melaksanakan hak dan kewajibannya
secara seimbang bagaimana
membangunkan kesadaran masyarakat
mengenai hal-hal yang dapat dilakukannya
untuk kebaikan bersama (OConnel, 1999)
diperlukan peletakan masyarakat pada posisi
baik secara konsepsual maupun operasional
bisa berperan untuk memberdayakan dirinya
(Thoha, 2004)

Dimensi Partisipasi
Masyarakat
diperlukannya rasa saling percaya antara
administrator publik dengan warga masyarakat
guna meningkatkan keterlibatan masyarakat
dalam penyelenggaraan Administrasi Publik
kepercayaan memiliki 4 (empat) dimensi, yakni
(offe, 1999):
kepercayaan
masyarakat
kepercayaan
kepercayaan
kepercayaan

warga masyarakat kepada sesama warga


masyarakat terhadap elit
elit politik terhadap sesama elit
elit politik terhadap warga masyarakat
Yang, 2005

Dimensi Partisipasi
Masyarakat
visi bersama dan sejumlah atribut lainnya guna
terwujudnya kemitraan yang efektif antara
pemerintah dan masyarakat
kompatibilitas antar peserta berdasarkan kepercayaan
dan penghargaan yang saling menguntungkan
keuntungan bagi semua mitra
kesetaraan kekuatan dengan mitra
saluran komunikasi
kemampuan beradaptasi
keberadaan integritas, kesabaran dan kemauan untuk
menyelesaikan permasalahan
Mitchell, 2005

Dimensi Partisipasi
Masyarakat
menyelesaikan permasalahan dilematis yang
dihadapi oleh masyarakat ketika akan
berpartisipasi
dilema terkait besaran dari masyarakat
dilema terkait kelompok-kelompok masyarakat yang
termarjinalkan
dilema terkait resiko
dilema terkait teknologi dan keahlian
dilema terkait waktu
dilema terkait barang-barang bersama (common good)

Roberts, 2004 dalam Callahan, 2007

Dimensi Partisipasi
Masyarakat
penguatan kapasitas terhadap masyarakatnya
sendiri sehingga pada akhirnya masyarakat dapat
terberdaya serta mampu dan mau untuk
berpartisipasi secara aktif dan efektif

Mendorong Partisipasi
Faktor yang mempengaruhi
partisipasi

Cara bekerjanya

Target kebijakan yang diinginkan

Can do (dapat melakukan)

Sumberdaya individual yang dimiliki masyarakat untuk


memobilisasi dan mengorganisasikan (berbicara, menulis,
dan kemampuan teknis lainnya, serta kepercayaan diri
untuk menggunakan kemampuan tersebut) akan membuat
kapasitas yang berbeda dalam melakukan partisipasi

Peningkatan Kapasitas: ukuran dukungan khusus


atau pengembangan target

Like to (ingin melakukan)

Agar berkomitmen untuk berpartisipasi membutuhkan


kesadaran untuk terlibat dalam entitas publik yang menjadi
fokus keinginannya

Kesadaran komunitas; pelibatan masyarakat,


modal sosial, dan citizenship

Enabled to (mungkin
melakukan)

Infrastruktur kemasyarakatan dari kelompok-kelompok dan


organisasi payung dapat membuat perbedaan dalam
berpartisipasi dikaitkan dengan struktur kesempatan yang
dibuat agar masyarakat dapat berpartisipasi

Membangun infrastruktur kemasyarakatan


sehingga kelompok-kelompok dan organisasi di
sekitarnya dapat memfasilitasi partisipasi

Asked to (diminta untuk


melakukan)

Memobilisasi masyarakat untuk berpartisipasi dengan


menanyakan input kepada mereka dapat membuat
perbedaan besar dalam partisipasi

Skema bagi partisipasi publik yang beragam,


menarik, dan refleksif

Responded to (tanggap untuk)

Ketika masyarakat yang ditanya menyatakan akan terlibat


jika mereka didengar, tidak sepenuhnya setuju, tetapi
mampu melihat tanggapan

Sistem pembuatan kebijakan yang dapat


menunjukkan kapasitas untuk menanggapi

Dimensi Partisipasi
Masyarakat
pemberdayaan masyarakat yang efektif
memerlukan dukungan dari 4 (empat) elemen
utama yaitu (Narayan, 2002):

akses terhadap informasi


inklusi/keterlibatan dan partisipasi
Akuntabilitas
kapasitas pengorganisasian dari masyarakat

harus lebih diarahkan pada pengembangan dan


penguatan iterasi masyarakat atau yang
disebutnya sebagai pendekatan iterasi
fungsional dan bukan hanya sekedar
pendekatan partisipasi semata (Ariasingam,
1999)

Advokasi Kebijakan Publik


upaya untuk memperbaiki atau
merubah suatu kebijakan sesuai
dengan kehendak atau kepentingan
mereka yang mendesakkan terjadinya
perbaikan atau perubahan tersebut.

JARINGAN KERJA ADVOKASI

KERJA PENDUKUNG
(Supporting units)
Dana, logistik, informasi,
data, akses

KERJA GARIS DEPAN


(Front lines)
Melaksanakan fungsi juru bicara,
Lobby, negosiasi, terlibat dalam
Proses legislasi dan litigasi,
Menggalang sekutu

KERJA BASIS
(Ground works)
dapur gerakan advokasi :
Membangun basis masa,
Pend. Politik kader, mbtk lingkar inti
Mobilisasi aksi, kampanye

PROSES PROSES
LEGISLASI & JURISDIKSI
(pengajuan usul, konsep
tanding,
Dan pembelaan)

PROSES-PROSES
POLITIK BIROKRASI
(Mempengaruhi pembuat
& pelaksana putusan

PROSES-PROSES
SOSIALISASI &
MOBILISASI
(Membentuk
pendapat
umum
Dan tekanan politik)

- legal drafting
- Counter draft
- Judicial review
- litigasi

Lobby
negosiasi
mediasi
kolaborasi

kampanye, siaran pers


unjuk rasa, mogok, boykot
pengorganisasian basis
pendidikan politik

ISI/NASKAH
HUKUM

TATA
PEMBENTUKAN/
LAKSANA PERUBAHAN
HUKUM
KEBIJAKAN
PUBLIK

BUDAYA
HUKUK

Anda mungkin juga menyukai