Anda di halaman 1dari 9

PERBANDINGAN SIFAT SENYAWA ION DAN SENYAWA KOVALEN

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah agar praktikan dapat mengetahui dan menjelaskan
pengaruh jenis ikatan suatu senyawa terhadap sifat fisis dan sifat kimia dari senyawa tersebut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Ikatan kimia
Ikatan kimia adalah ikatan yang terjadi karena adanya gaya tarik antar partkel - partikel
yang berikatan. Atom unsur yang sangat elektropositif dapat melepaskan 1 atau 2 elektron yang
terdapat pada kulit terluarnya dan atom unsur yang elektronegatif dapat menerima 1 atau 2
elektron yang dilepaskan oleh atom unsur yang elektropositif. Istilah polar kadang kadang
dipergunakan sebagai penggani istilah elektrovalen. Menurut Lagmuir, senyawa yang terbentuk
karena adanya serah terima elektron pada atom atom pembentuknya disebut senyawa
elektrovalen atau senyawa ionis, dan ikatan pada senyawa tersebut dinamakan ikatan
elektrovalen, atau ikatan ionis. Pada suhu kamar, senyawa ionis terdapat dalam bentuk kristal
yang disebut kristal ion. Kristal ion tersebut terdiri dari ion ion positif dan ion ion negatif
( Syarifuddin, 1994 ).
Menurut Lewis, Langmuir, Kosel, suatu atom berikatan dengan atom atom lain dan
membentuk senyawa, maka atom atom tersebut mengalami perubahan yang sedemikian rupa
sehingga mempunyai konfigurasi elektron yang menyerupai konfigurasi elektron yang
menyerupai elektron gas mulia ( Syarifuddin, 1994 ).
Unsur yang cenderung menerima elektron atau nilai keelektronegatifannya 2,0 disebut
unsur elektronegatif. Unsur ini terletak pada bagian atas dan kanan blok p pada sistem periodik
dan ditambah hidrogen. Kecenderungan unsur elektronegatif menerima elektron disebabkan
adanya dorongan untuk mencapai kestabilan, agar elektron valensinya seperti gas mulia ( Syukri,
1999 ).
II.2 Perbedaan senyawa ionik dan senyawa kovalen

Ikatan ion merupakan ikatan antara ion ion positif dan ion ion negatif, yang terjadi
karena partikel yang muatannya saling berlawanan akan mengakibatkan terjadinya tarik menarik
antar ion ion tersebut . Ion positif dan ion negatif akan terbentuk apabila terjadi serah terima
elektron antar atom (Syarifuddin, 1994 ).
Dua unsur ( satu cenderung melepas elektron dan yang lain cenderung menerima), bila
bersentuhan belum tentu menjadi senyawa ion, sebab bergantung pada tingkat energi sebelum
dan sesudah reaksi. Senyawa ion bukanlah sederhana, tetapi merupakan molekul raksasa yang
terbentuk dari ion positif dan negatif yang selang seling sedemikian rupa hingga teratur
( Syukri, 1999 ).
Kecenderungan ion untuk menarik elektron lain yang muatannya berlawanan dan menolak
ion yang muatannya sama mengkibatkan penataan ion tiga dimensi menjadi teratur. Tiga
pengaruh utama yang dibentuk senyawa ion adalah sebagai berikut :
1. Muatan ion
2. Ukuran relatif kedua ion yang terlibat
3. Kemudahan ion tersebut untuk tedistorsi atau terpolarisasi ( Sukardjo, 1990 )
Senyawa ion yang terbentuk dari ion positif dan negatif tersususun selang seling
membentuk molekul raksasa tersebut akan mempunyai sifat tertentu, yaitu:
1. Titik lebur dan titik didih, daya tarik antara ion positif dan negatif dalam senyawa ion cukup
besar, satu ion berikatan dengan beberapa ion yang muatannya berlawanan. Akibatnya, titik lebur
dan titik didih senyawa ion lebih tinggi.
2.

Kelarutan, pada umumnya senyawa ion larut dalam pelarut polar ( seperti air dan amonia ),
karena sebagian molekul pelarut menghadapkan kutub negatifnya ke ion positif, dan sebagian
lagi menghadapkan kutub positifnya ke ion negatif, akhirnya ion ion terpisah satu sama lain )

3. Hantaran listrik, hantaran listrik terjadi bila medium mengandung partikel bermuatan yang dapat
bergerak bebas, seperti elektron dalam sebatang logam, senyawa ion berwujud padat, tidak
menghantarkan listrik, karena ion posittif dan negatif terikat kuat satu sama lain. Akan tetapi
cairan senyawa ion akan menghantarkan lisrik karena ion ionnya menjadi lepas dan bebas.
Senyawa ion juga dapat menghantarkan listrik, bila larut dalam pelarut polar ( senyawa misalnya
air ) karena terionisasi

4.

Kekerasan, Karena kuatnya ikatan antara ion positif dan negatif, maka senyawa ion berupa
padatan keras dan berbentuk kristal, permukaan kristal itu tidak mudah digores atau digeser
( Syukri, 1999 ).
Ikatan kovalen merupakan ikatan yang terjadi antara dua atom dengan pemakaian bersama
sama. Brom, karbon dioksida, Heksana, Amoia, dan etil alohol merupakan contoh dari senyawa
semnyawa kovalen. Titit leleh dan titik didih senyawa kovalen cenderung lebih rendah daripada
senyawa ion. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa untuk melelehkan dan manguapkan suatu zat
padat maupun cairan molekul hanya membutuhkan energi secukupnya untuk menglahkan energi
gaya tarik Van der waals antar molekul (Audrey,1991).
Sebagai syarat pembentukan molekul menurut teori orbital molekul adalah bahwa orbial
yang terlibat dalam pembentukan ikatan harus hanya berisi satu elektron. Dua atom yang akan
terikat harus mempunyai kedudukan sedemikian rupa hingga satu orbital yang terisi satu elektron
mengalami overlap atau saling tindih dengan orbital yang lain. Bila hal ini terjadi, maka dua
orbital bergabung untuk membentuk orbital ikatan tunggal yang ditempati oleh dua elektron. Dua
buah elektron yang menempati orbital harus mempunyai arah spin yang berlawan, yaitu
berpasangan.Makin besar overlap orbital orbital atom, makin kuat ikatan yang terbentuk.
Ikatan inilah yang seing disebut ikatan kovalen ( Hardjono, 1987).
Satu atau lebih pasangan elektron disero oleh kedua atom. Ketika elektron elektron ini
megelilingi atom atom tersebut, elektron menghabiskan waktu lebih lama diantara kedua atom
itu, dibandingkan dengan tempat lainnya, sehingga menghasilkan gaya tarik. Contohnya H 2 ,
molekul hidrogen yang elektron elektronnya dimiiki bersama oleh kedua proton lebih dari
cukup menyetimbangkan repulsi langsung disekitarnya. Jika proton berdekatan, akan tetapi
repulsinya menjadi dominan dan molekulnya tidak stabil( Arthur,1987 ).
Perbedaan antara senyawa ion dan senyawa kovalen terletak pada :

1. Pada senyawa ion, titik leleh rendah, sdangkan pada senyawa kovalen titik leleh tinggi.
2. Senyawa ion larut dalam air dan hanya sebagian yang larut dalam pelarut no polar, sedangkan
pada senyawa kovalen, larut dalam pelarut non polar, namun hanya sebagian yang larut dalam
air.
3. Senyawa ion pada suhu kamar berupa padatan, sedangkan senyawa kovalen dalam suhu kamar,
berupa gas atau cairan.

4.

Senyawa ion dapat menghantarkan arus listrik., sedangkan senyawa kovalen hanya sebagian
yang dapat menghantarkan arus listrik.

5. Senyawa ion dapat terbakardan tidak berbau, sedangkan pada senyawa kovalen dapat terbakar
dan berbau ( Petrucci, 1990)
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Alat alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, termometer, gelas piala,
elektroda karbon, lampu spiritus, sudip kaca, dan pipet tetes.
A. Bahan
Bahan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah urea, naftalena, kristal NaCl, Kl,
MgSO, dan Isopropil alkohol.
IV. PROSEDUR KERJA
A. Perbandingan titik leleh
1. Sejumlah kecil ( 1 2 sudip ) urea dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian dimasukkan
termometer ke dalam tabung reaksi tersebut.
2.

Tabung reaksi dipanaskan dengan lampu spiritus, dan dicatat suhu tepat saat urea meleleh.
Kisaran suhu ini merupakan kisaran titik leleh dari sampel urea.

3.

Percobaan dilakukan sebanyak 3 kali.

4. Prosedur yang sama dilakukan untuk senyawa naftalena.


5. Prosedur di atas dilakukan untuk senyawa NaCl, KI, dan MgSO.
6. Data titik leleh dicari dari buku acuan dan dibandingkan dengan hasil pengamatan
B. Perbandingan Kelarutan..
1. Tabung reaksi diisi dengan air ( tabung I ) dan tabung reaksi lain diisi dengan karbon tetraklorida
( tabung II ).
2. Sedikit urea dimasukkan ke dalam masing masing tabung, lalu campuran dalam setiap tabung
dikocok.
3. Tabung I dan tabung II diamati masing masing, apakah urea larut atau tidak.

4.

Prosedur yang sama dilakukan untuk naftalena, isopropil alkohol, NaCl, Kl, dan MgSO.
Kemudian diamati kelarutan senyawa dari masing masing tabung.

C. Perbandingan daya hantar.


1.

Diisikan 50 ml akuades ke dalam gelas piala. Dimasukkan elektroda karbon yang telah
dihubungkan dengan arus listrik dan lampu.

2.

Diulangi prosedur diatas dengan ditambahkan beberapa tetes isopropil alkohol dan perubahan
yang terjadi diamati.

3.

Dilakukan kembali prosedur yang sama, namun masing masing ditambahkan dengan urea,
naftalena, NaCl, Kl, MgSO.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
I. Perbandingan titik leleh
No
1

Sejumlah

Langkah percobaan
urea dimasukkan

kedalam

tabung reaksi, dicatat suhu tepat bereaksi

Hasil pengamatan
Percobaan I , kisaran titik
leleh : 98 C
Percobaan II, kisaran titik
leleh : 98 C
Percobaan III, kisaran titik

1.

Sejumlah naftalena dimasukkan ke dalam

leleh : 98C
Percobaan I , kisaran titik

tabung reaksi, dicatat suhu tepat bereaksi

leleh : 100 C
Percobaan II, kisaran titik
leleh : 100C
Percobaan III, kisaran titik

Data titik leleh tersebut dibandingkan

leleh : 100C
-

dengan buku referensi.

II. Perbandingan Kelarutan


No
1

Langkah percobaan
Urea dimasukkan pada tabung I

Hasl pengamatan
Larut

Urea dimasukkan pada tabung II


2

Tidak larut
Tidak larut

Naftalena dimasukkan pada tabung I


Naftalena dimasukan pada tabung II

Isopropil akohol dimasukkan pada tabung

Tidak larut
Tidak larut

I
Isopropil
4

alkohol

dimasukkan

pada

tabung II
NaCl dimasukkan pada tabung I

Larut
Larut

NaCl dimasukkan pada tabung II


5

KI dimasukkan pada tabung I

Tidak larut
Larut

KI dimasukkan pada tabung II


6

MgSO4 dimasukkan pada tabung I MgSO4

Tidak larut
Larut

dimasukkan pada tabung II


Tidak larut
III. Perbandingan Daya Hantar
No
1

Langkah percobaan
Elektroda karbon dimasukkan ke dalam

Hasil pengamatan
Tidak mengalami perubahan

gelas piala berisi akuades


2

Elektroda karbon dimasukkan ke dalam

Tidak mengalami perubahan

gelas piala berisi akuades, ditambahkan


3

isopropil alkohol.
Elektroda karbon dimasukkan ke dalam

Tidak mengalami perubahan

gelas piala berisi akuades, ditambahkan


4

urea.
Elektroda karbon dimasukkan ke dalam

Tidak mengalami perubahan

gelas piala berisi akuades, ditambahkan


5

naftalena
Elektroda karbon dimasukkan ke dalam

Mulai menyala pda 7,5 volt

gelas piala berisi akuades, ditambahkan

dan menggelembung

NaCl
Elektroda karbon dimasukkan ke dalam

Mulai menyala pada 12 volt

gelas piala berisi akuades, ditambahkan

dan menggelembung

KI
Elektroda karbon dimasukkan ke dalam

Mulai menyala pada 13,5

gelas piala berisi akuades, ditambahkan

volt dan menggelembung

MgSO4
B. Pembahasan
Dalam percobaan ini dilakukan pengujian perbandingan titik leleh, kelarutan, dan daya
hantar listrik, untuk dapat membandingkan perbandingan sifat senyawa ionik dan senyawa
kovalen. Dalam menentukan suatu senyawa tersebut senyawa ionik ataupun kovalen, kita tidak
bisa hanya dengan melihat salah satu sifatnya saja, tetapi kita juga harus melihat keseluruhan
dari sifat sifat tersebut, Karena ada sebagian sifat dari senyawa ionik yang dimiliki senyawa
kovalen, agar kita dapat membedakan kedua senyawa tersebut, kita melakukan percobaan di
bawah ini :
1. Perbandingan titik leleh
Dari hasil percobaan yang telha dilakukan, diperoleh hasil kisaran titik leleh saat urea
dimasukkan adalah 98C, hasil tersebut di dapat dari percobaan I, II, dan III yang menunjukkan
hasil yang sama, hal ini jauh berbeda dengan literatur, karena menurut literatur, titk leleh urea
berkisar antara 132C sampai 133C ( Belser, 1987 ). Kisaran titik leleh naftalena pada saat
percobaan adalah 100C, hasil tersebut pun diperoleh dari percobaan I, II, III yang menunjukkan
hasil yang sama, sedangkan apabila dibandingkan dengan literatur, hasil tersebut sangat berbeda,
karena pada literatur, kisaran titik leleh senyawa naftalena adalah 80C sampai dengan 82C
( Belser, 1987 ). Sebenarnya perbedaan dari hasil percobaan dan literatur dapat disebabkan
beberapa faktor, salah satunya ketidaktelitian parktikan dalam melihat titik leleh saat praktikum
berlangsung.
Dari literatur didapatkan data, titik leleh senyawa NaCl yang berkisar antara 801C sampai
804C, titik senyawa KI 681C titik leleh MgSO 4 1124C (Belser, 1987 ). Senyawa kovalen pada
umumnya menunjukkan titik leleh rendah dibandingkan senyawa ionik, yaitu 350C,
sedangkan senyawa ionik menunjukkan titik leleh yang tinggi 350C - 1000C (Sukardjo,

1990). Sehingga dapat disimpulkan bahwa urea dan naftalena yang titik lelehnya 350C
termasuk di dalam senyawa kovalen, sedangkan KI, MgSO 4, dan NaCl termasuk ke dalam
senyawa ionik.
2. Perbandingan kelarutan
Dari percobaan yang telah dilakukan, Urea, NaCl, KI, dan MgSO 4 saat dimasukkan
dalam tabung I yang berisi air, larut, namun saat naftalena dan isopropil alkohol dimasukkan
dalam air, tidak larut, hal ini disebabkan karena air merupakan senyawa polar yang hanya dapat
melarutkan senyawa senyawa yang beriktan ionik. Namun ada kerancuan dalam hasil
percobaan ini, yaitu terdapat urea yang larut dalam air, padahal seharusnya urea yang termasuk
senyawa kovalen tidak larut dalam air, hal ini mungkin terjadi karena ketidaktelitian praktikan
saat melakukan percobaan. Sebaliknya saat urea, NaCl, KI, MgSO 4, serta naftalena dimasukkan
dalam tabung I yang berisi karbon tetra klorida, kelima senyawa tersebut tidak larut, hal ini
disebabkan karena karbon tetra klorida atau CCl 4 termasuk senyawa non polar yang hanya dapat
melarutkan senyawa kovalen disinipun terdapat sedikit kerancuan, yaitu larutnya NaCl, KI,
MgSO4 dalam CCl4 , padahal ke tiga senyawa tersebut adalah senyawa ionik, yang seharusnya
tidak dapat larut dalam karbon tetraklorida tersebut, hal ini pun mungkin disebabkan
ketidaktelitian praktikan dalam percobaan.
3 Perbandingan daya hantar
Dari percobaan diketahui bahwa, H2O, Isopropil alkohol, urea dan naftalena tidak dapat
menghantarkan arus listrik, karena saaat dilakukan percobaaan, senyawa senyawa tersebut tidak
mengalami perubahan, sehingga senyawa tersebut dapat dikategorikan dalam snyawa kovalen,
karena salah satu ciri senyawa kovalen adalah tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Lain halnya lagi dengan NaCl, KI, MgSO4. Pada NaCl saat volt 7,5, diketahui jika
elektroda karbon menyala dan timbul gelembung gelembung gas, Begitu pula KI, pada volt 12,
elektroda karbon mulai menyala dan timbul gelembung geembung, MgSO4 pun mengalami hal
yang sama, yaitu pada 13,5 volt, mulai menyala dan timbul gelembung gelembung. Hal ini
menunjukkan ketiga senyawa tersebut dapat menghantarkan arus listrik, dan dapat dikategorikan
sebagai senyawa ionik, karea senyawa ionik dapat menghantarakan arus listrik.
VI. KESIMPULAN
1. Titik leleh senyawa kovalen cenderung lebih rendah dari senyawa ion.

2. Pada umumnya senyawa kovalen mudah larut dalam pelarut non polar, sedangkan senyawa ion
mudah larut dalam air.
3.

Pada senyawa ion, dapat menghantarkan arus listirik, namun pada senyawa kovalen hanya
sebagian saja yang dapat menghantarkan arus listrik.

4.

Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa yang termasuk senyawa kovalen adalah isopropil
alkohol, urea, dan naftalena, sedangkan yang termasuk senyawa ion adalah, NaCl, KI, MgSO4.
DAFTAR PUSTAKA
Belser. A. 1987.Konsep Fisika Modern. Erlangga. Jakarta.
Companion, A.L. 1991. Ikatan kimia. ITB. Bandung.
Sukardjo. 1990. Ikatan Kimia. Rineka Cipta. Yogyakarta.
S. Syukri. 1999. Kimia Dasar 1. ITB. Bandung.
Sukardjo. 1990. Ikatan Kimia. Rineka Cipta. Yogyakarta.
Syarifuddin N. 1994. Ikatan Kimia. Gadjah mada University Press. Bandung.
Petrucci, R.H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. ITB. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai