Anda di halaman 1dari 6

I.

PENDAHULUAN.
Fakta tentang semakin menipisnya cadangan minyak bumi dari waktu ke waktu bukan
lagi isapan jempol. Sensitifnya harga minyak dunia selama ini telah membuktikan hal itu
sekaligus memberikan pesan kepada umat manusia agar tidak bergantung sepenuhnya
lagi kepada bahan bakar yang berasal dari fosil. Hampir semua negara di dunia telah
meneliti serta mengembangkan energi alternatif sebagai pengganti minyak bumi. Tak
terkecuali Indonesia,walaupun pelaksanaannya agak terlambat. Hal tersebut tak jadi
soal,dari pada tidak sama sekali.
Seiring dengan kenaikan harga BBM di dalam negeri,sejak tahun 2005 hingga kini
nama Bioethanol kemudian menjadi booming lagi di Indonesia karena terbukti bisa
dijadikan sebagai salah satu bahan alternatif pengganti BBM, Lebih murah serta bersifat
ramah lingkungan.
Secara umum pembuatan Bioethanol dapat dilakukan menggunakan 3 (tiga) sumber
bahan baku,antara lain :

Bahan baku yang banyak mengandung unsur Karbohidrat atau kandungan


pati,seperti : Singkong (ubi kayu atau ketela pohon),Gandum, Ubi Jalar, Kentang,
Beras, Sweet Sorgum, Jagung, Sagu, Ganyong, Talas, dan sebagainya.

Bahan baku yang banyak mengandung unsur gula,seperti : Nira Kelapa, Nira Aren,
Molase (tetes), Air Kelapa,Tebu, Mangga, Jambu, Nenas, Pepaya, Jambu Mete,
Pisang,dan sebagainya.

Bahan baku yang mengandung Sellulose (serat),seperti : Jerami Padi, Sampah


Organik, Tandan Sawit, Bonggol Jagung, limbah kayu, dan sebagainya.

I.1. Latar Belakang.

Tapai singkong dalam bentuk utuh alias peuyeum sudah lama kondang sebagai buah
tangan khas Bandung. Meski dari Bandung, sebenarnya yang awal mempopulerkan
peuyeum ini justru warga Desa Bendul, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Mereka mengenalkan peuyeum ketika mengadu nasib di Desa Citatah, Kecamatan


Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Tempat ini yang kemudian terkenal sebagai
sentra peuyeum di Bandung. Dari sini, peuyeum lantas menyebar ke mana-mana.
Sekarang, ada lebih dari 100 kios yang menjual peuyeum di kelokan jalan raya Cipatat
sebelum masuk Padalarang, kalau dari arah Puncak, Bogor. Di sentra itu, penganan nan
manis serta legit itu dijual Rp 6.000 - Rp 7.000 per kilogram (kg).

Pedagang peuyeum di daerah Citatah sudah ada sejak tahun 1980. Awalnya pembuatan
peuyeum ini dikenalkan penduduk Bendul, Kabupaten Purwakarta. Kala itu, masyarakat
Bendul menyewa kios-kios di pinggir jalan raya Cipatat untuk berjualan peuyeum. Tak
lama kemudian, masyarakat Desa Citatah meniru cara pembuatan peuyeum dan
kemudian memproduksi lalu menjualnya sendiri. Dulu peuyeum di sini sering disebut
peuyeum bendul, namun karena sudah menyebar ke mana-mana maka namanya
berubah menjadi peuyeum gantung. Karena laris manis, banyak warga Citatah yang
beralih profesi dari petani singkong menjadi pembuat dan juga sebagai

penjual

peuyeum.

Selain sebagai sentra penjualan peuyeum, desa Citatah, kecamatan Cipatat, Kabupaten
Bandung Barat dikenal juga sebagai penghasil peuyeum. Peuyeum Citatah telah
dipasarkan ke berbagai daerah di Jawa Barat. Umumnya, peuyeum dibawa para
pedagang yang berasal dari Citatah juga.

Semarak pusat perdagangan peuyeum di Desa Citatah, Kecamatan Cipatat, Kabupaten


Bandung Barat kini mulai meredup. Sentra peuyeum ini mulai sepi dari pembeli sejak
jalan tol Cikampek-Padalarang (Cipularang) beroperasi pada 2006 silam. Guna
menyiasati penurunan omzet, banyak pedagang melengkapi kiosnya dengan barang
dagangan lain seperti, produk-produk kerajinan. Tapi, sejak sepi pembeli, banyak juga
yang memutuskan pindah lokasi berjualan. Banyak pedagang yang pindah berjualan ke
daerah lain, umumnya mereka masih berjualan di wilayah Jawa Barat juga, seperti
Bandung, Cipanas, Cikampek, Padalarang, Cileunyi, Nagreg dan lain-lain. Adapun di luar
Jawa Barat, ada yang berjualan hingga ke Jakarta dan Merak, Banten. Kendati sudah
keluar kampung, mereka masih menjual peuyeum-peuyem asli buatan Kampung Citatah.
Ini juga yang membuat produksi peuyeum di kampung ini sampai saat ini masih bertahan.

I.2.

Makud dan Tujuan

Karena daerah kecamatan Cipatat terutama di desa Citatah merupaka sentra


pembuatan peuyeum bandung dan disana terdapat banyak pengrajin peuyeum, maka
tentu akan terdapat limbah berupa peuyeum yang kadaluarsa, yang tidak laku terjual.
Limbah peuyeum ini selama ini hanya dimanfaatkan untuk campuran pakan atau bahkan
dibuang begitu saja.

Melihat cukup banyaknya limbah peuyeum ini, kami tergerak untuk memanfaatkan
limbah ini untuk diolah menjadi barang yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu dengan

membuat BIOETHANOL. Kadar alkohol yang terdapat di dalam limbah cukup tinggi
sehingga cocok kalau dimanfaatkan untuk bahan pembuat bioethanol.

II.

DASAR TEORI.
Salah satu energi alternatif yang menjanjikan adalah bioetanol. Bioethanol adalah
ethanol yang bahan utamanya dari tumbuhan dan umumnya menggunakan proses
farmentasi. Ethanol atau ethyl alkohol C2H5OH berupa cairan bening tak berwarna,
terurai secara biologis (biodegradable), toksisitas rendah dan tidak menimbulkan polusi
udara yg besar bila bocor. Ethanol yig terbakar menghasilkan karbondioksida (CO2) dan
air. Ethanol adalah bahan bakar beroktan tinggi dan dapat menggantikan timbal sebagai
peningkat nilai oktan dalam bensin. Dengan mencampur ethanol dengan bensin, akan
mengoksigenasi campuran bahan bakar sehingga dapat terbakar lebih sempurna dan
mengurangi emisi gas buang seperti karbon monoksida (CO).
Bioethanol dapat dibuat dari singkong. Singkong (Manihot utilissima) sering juga
disebut sebagai ubi kayu atau ketela pohon, merupakan tanaman yang sangat populer
di seluruh dunia, khususnya di negara-negara tropis. Di Indonesia, singkong memiliki arti
ekonomi terpenting dibandingkan dengan jenis umbi-umbian yang lain Selain
itu kandungan pati dalam singkong yang tinggi sekitar 25%-30% sangat cocok untuk
pembuatan energi alternatif. Dengan demikian, singkong adalah jenis umbi-umbian
daerah tropis yang merupakan sumber energi paling murah sedunia. Potensi singkong
di Indonesia cukup besar maka dipilihlah singkong sebagai bahan baku utama.
Bioethanol dari singkong dibuat secara farmentasi menggunakan ragi tape.
Jasad renik yang terisolasi dari berbagai ragi tape merek-merek dari tempat-tempat
yang Berbeda dan pasar-pasar di Indonesia adalah suatu kombinasi Amylomyces rouxii,
Rhizopus oryzae, Endomycopsis burtonii, Mucor sp., Candida utilis, Saccharomycopsis
fibuligera, Sacharomyces cerevisiae, dan beberapa bakteri :Pediococcus sp., Baksil sp
(Gandjar et. al., 1983; Gandjar &Evrard, 2002; Ko, 1972; Ko 1977; Ko 1986; Saono et.
al.,1974; Saono et. al., 1982; Basuki l985; Steinkraus, 1996).
Adonan di dalam ragi tape bersifat amylolytic kuat dan menurunkan pangkat sebagian
besar karbohidrat dari beras atau beras diuraikan ke dalam gula-gula yang sederhana
yang lalu yang diuraikan lebih lanjut oleh ragi-ragi hingga mengandung alcohol.

III.

GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN KELOMPOK.

III.1.

Gambaran Umum Wilayah.

Cipatat adalah kecamatan yang terletak disebelah barat kabupaten Bandung Barat yang
berbatatasan dari sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Haurwangi Kabupaten
Cianjur, sebelah utara dengan kecamatan Cipeundeuy, sebelah selatan dengan
Kecamatan Saguling dan dari sebelah timur dengan Kecamatan Padalarang. Daerahnya
terdiri dari pegunungan dan perbukitan kapur yang terjal dan lembah lembah yang subur
Secara geografis wilayah Cipatat terletak diantara dua wilayah Kabupaten kota yaitu
kabupaten Cianjur dan kabupaten Bandung induk, dan Cipatat sendiri berada di belahan
barat Kabupaten Bandung Barat (Citarum River West Bang), juga diapit oleh dua Waduk
besar di Jawa Barat, yaitu Waduk Saguling dan Waduk Cirata. Kondisi seperti tersebut
membuat Kecamatan Cipatat menjadi daerah yang subur,
Wilayah Kecamatan Cipatat dilalui oleh 2 (dua) buah sungai besar yaitu sungai citarum
dan sungai cimeta dan diakelilingi oleh deretan pegunungan dan bukit yang dapat
menyimpan cadangan air yang cukup banyak. Keadaan ini mempengaruhi kontur tanah
di cipatat jadi basah dan gembur, sehingga dapat ditanami oleh berbagai macam
spesies tumbuhan dan binatang air. Oleh karena hal tersebut, maka kekayaan alamnya
menjadi variatif dan melimpah.
Sumber alam yang menjadi andalan bagi masyarakat cipatat diantaranya : bidang
pertanian, terutama padi, palawija (pisang, singkong, mentimun, jagung, cabe dan lain
sebagainya), perikanan, peternakan, batu kapur, batu basato/andersit, marmer dan
pasir, dan benda inilah yang menjadi sumber kehidupan masayarakat Kecamatan
Cipatat
III.2.

Gambaran Umum Kelompok.


Nama Kelompok
Alamat
Tahun Berdiri
Jumlah anggota
Pembina
Pelindung
Penasehat
Ketua
Sekretaris
Bendahara
Anggota

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

IV.

PELAKSANAAN KEGIATAN.

IV.1.

Lokasi Tempat Usaha.

IV.2.

Tata Cara Pembuatan Ethanol.


a. Pemerasan tape (limbah tape).
Pertama-tama limbah tape diperas, untuk memisahkan cairan tape dan
ampasnya, dengan cara limbah tape dimasukan kedalam karung kemudian
diperas dengan menggunakan alat peras sederhana. Air hasil perasan inilah
yang akan menjadi bahan dasar pembuatan bioethanol.
b. Penyaringan
Air perasan tersebut kemudian disaring untuk memisahkan limbah padat (sludge)
dan cairan yang sudah mengandung ethanol berkadar rendah (biasanya berkisar
antara 5% hingga 10 %. Cairan hasil fermentasi (mash) ini kemudian disebut
Cairan Beer.
c. Destilasi (Penyulingan).
Destilasi atau lebih umum dikenal dengan istilah Penyulingan dilakukan untuk
memisahkan alkohol dari cairan beer hasil fermentasi. Dalam proses destilasi,
pada suhu 78C (setara dengan titik didih alkohol) ethanol akan menguap lebih
dulu ketimbang air yang bertitik didih 100C. Uap ethanol didalam destillator
akan dialirkan kebagian kondensor sehingga terkondensasi menjadi cairan
ethanol.
Kegiatan penyulingan ethanol merupakan bagian terpenting dari keseluruhan
proses produksi bioethanol. Dalam pelaksanaannya dibutuhkan tenaga operator
yang sudah menguasai teknik penyulingan ethanol. Selain operator yang
berpengalaman, untuk mendapatkan hasil penyulingan ethanol yang optimal
dibutuhkan pemahaman tentang teknik fermentasi dan peralatan destillator yang
berkualitas.

Penyulingan Bioethanol dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara :

Penyulingan menggunakan teknik dan distillator tradisional (konvensional).


Dengan cara ini kadar ethanol yang dihasilkan hanya berkisar antara
antara 20% s/d 30%.

Penyulingan menggunakan teknik dan destillator model kolom reflux


(bertingkat). Dengan cara dan destillator ini kadar ethanol yang dihasilkan
mampu mencapai 20%-95 % melalui proses penyulingan berulang.

d. Dehidrasi (Pemurnian).
Hasil penyulingan (destilasi) beberapa kali hingga menghasilkan ethanol
berkadar 90% atau 95% belum dapat larut secara sempurna apabila langsung
dicampur (Blending) dengan bahan bakar bensin. Untuk substitusi BBM
diperlukan ethanol berkadar 99,6%-99,8% atau disebut ethanol kering. Untuk
pemurnian ethanol 93%-95% harus melalui tahapan proses dehidrasi/pemurnian
(destilasi absorbent) menggunakan alat dehidrator menggunakan 2 (dua) cara,
yaitu :

Cara Kimia dengan menggunakan batu gamping.

Cara Fisika ditempuh melalui proses penyerapan menggunakan zeolit


sintetis berukuran 3A.

Hasil proses dehidrasi berupa ethanol berkadar 99,6%-99,8% barulah dapat


dikatagorikan sebagai Full Grade Ethanol (FGE), sehingga layak digunakan
sebagai bahan bakar motor pengganti bensin, sesuai spesifiksi yang ditetapkan
pemerintah.

V.
V.1.
V.2.
V.3.

ANALISIS USAHA.
Aspek pembiayaan.
Proyeksi Pendapatan.
Perhitungan Untung Rugi.

VI.
VII.

PENUTUP.
LAMPIRAN.

Anda mungkin juga menyukai