Laporan Pengaruh Cahaya Terhadap Kecepatan Transpirasi
Laporan Pengaruh Cahaya Terhadap Kecepatan Transpirasi
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu proses penting yang terjadi di dalam tubuh tumbuhan yaitu
metabolisme. Proses tersebut berupa pemecahan molekul menjadi molekul yang
lebih kecil (katabolisme) dan penyusunan molekul dari molekul-molekul yang
lebih kecil (anabolisme). Dalam tubuh tumbuhan terjadi banyak reaksi kimia
yang kompleks dengan banyak tipe yang berbeda. Namun tidak pernah terjadi
kekacauan, hal ini disebabkan karena adanya suatu protein khusus yang
mengontrol metabolisme yang disebut enzim (Widarmayanti, P Ratih. 2012).
Enzim merupakan biokatalisator yang sangat efektif yang akan
meningkatkan kecepatan reaksi kimia spesifik secara nyata, dimana reaksi ini
tanpa enzim akan berlangsung lambat (Lehninger, 1995). Kebanyakan enzimenzim yang terdapat di tubuh organisme tidak bekerja secara sendiri-sendiri
tetapi saling bekerja sambung-menyambung satu dengan yang lain membentuk
sistem enzim (Isnawati, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,maka rumusan masalah dari praktikum
ini adalah bagaimana pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi
pengubahan amilum menjadi glukosa pada kecambah biji kacang hijau (Vigna
radiata)?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas,maka rumusan masalah dari praktikum
ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan
reaksi pengubahan amilum menjadi glukosa pada kecambah biji kacang hijau
(Vigna radiata)
1.4 Hipotesis
Ha
Ho
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kecambah kacang hijau (Vigna radiata)
Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Fabales
Famili
: Fabaceae
Genus
: Vigna
Spesies
: Vigna radiata
Enzim
Enzim merupakan katalisator biologi, sehingga dapat mengkatalis reaksi
kimia pada kondisi yang tidak ekstrim (suhu tubuh dan pH netral). Sebagian
besar enzim-enzim tubuh organisme tersusun atas protein yang mempunyai
struktur tersier (konformasi tiga dimesi). Protein penyusun enzim adalah
makromolekul yang sangat besar. Dengan demikian ukuran enzim jauh lebih
besar dibandingkan substratnya. Enzim fungsional disebut holoenzim (Isnawati,
2009).
Penggolongan enzim secara internasional telah dilakukan secara
sistematis.Sistem ini menempatkan semua enzim ke dalam enam kelas utama,
masing-masing dengan sub kelas, berdasarkan atas jenis reaksi yang dikatalisa
(Tabel 1).
Kelas
Oksidoreduktase
Pemindahan elektron
Transferase
Hidrolase
fungsional
ke air)
Liase
sebaliknya
Isomerase
Ligase
suhu
konsentrasi enzim
jenis substrat
pengaruh aktivator/penggiat
konsentrasi inhibitor
Suatu enzim hanya dapat bekerja spesifik pada suatu substrat untuk suatu
perubahan tertentu. Misalnya, sukrase akan menguraikan rafinosa menjadi
melibiosa dan fruktosa, sedangkan oleh emulsin, rafinosa tersebut akan terurai
menjadi sukrosa dan galaktosa (Salisbury, 1995).
Apabila suhu terlalu tinggi, struktur tiga dimensi enzim akan rusak, sehingga
substrat tidak lagi dapat terikat dengannya. Dengan demikian enzim tersebut
tidak akan dapat menjalankan fungsinya lagi sebagai biokatalisator. Pada
umumnya denaturasi ini bersifat tidak terbalikan atau permanen (Salisbury,
1995).
Enzim dihambat oleh molekul-molekul tertentu pada proses katalisisnya
(Isnawati, 2009):
penghambat
pada
enzim
menyebabkan
perubahan
Hambatan tidak dapat balik pada kerja enzim akan gugus fungsional
enzim secara permanen dan mengakibatkan kerusakan pada enzim
itu, sehingga enzim tidak dapat bekerja lagi.
Amilase
Salah satu enzim yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah amilase.
Amilase dapat diartikan sebagai segolongan enzim yang merombak pati,
glikogen dan polisakarida yang lain. Tumbuhan mengandung dan amilase,
hewan memiliki hanya amilase, dijumpai dalam cairan pankreas dan juga
(pada manusia dan beberapa spesies lain) dalam ludah. Amilase memotong
rantai polisakarida yang panjang, menghasilkan campuran glukosa dan maltosa.
Amilosa merupakan polisakarida yang terdiri dari 100-1000 molekul glukosa
yang saling berikatan membentuk rantai lurus. Dalam air, amilosa bereaksi
dengan iodin memberikan warna biru yang khas (Fox, 1991).
Amilase merupakan enzim yang penting dalam bidang pangan dan
bioteknologi. Amilase merupakan enzim yang mengkatalisis reaksi hidrolisis
pati menjadi gula sederhana. Amilase mengubah karbohidrat yang merupakan
polisakarida menjadi maltosa (alfa dan beta) ataupun glukosa (gluko amilase).
Pertumbuhan tanaman yang berasal dari biji diawali dari proses
perkecambahan. Dalam pertumbuhannya memerlukan energi, dan energi
tersebut berasal dari perombakan bahan-bahan organik seperti karbohidrat,
lemak, dan protein. Enzim yang digunakan untuk merombak protein adalah
enzim protease, perombakan lemak adalah enzim lipase dan pati memerlukan
enzim amilase. Enzim-enzim tersebut secara bersamaan dihasilkan tumbuhan
selama proses perkecambahan (Bahri, Syaiful dkk., 2012).
Larutan Buffer
Larutan buffer adalah larutan yang tahan terhadap perubahan pH
dengan penambahan asam atau basa. Larutan seperti itu digunakan dalam
berbagai percobaan biokimia dimana dibutuhkan pH yang terkontrol dan tepat (
Fardiaz, 1992 ). Larutan buffer bermanfaat untuk melarutkan kotoran yang masih
terikut di dalam endapan enzim tersebut sekaligus bisa mencegah enzim dari
denaturasi dan kehilangan fungsi biologisnya ( Fox, 1991 ). Buffer dapat
mempertahankan kondisi enzim presipitat agar tidak terjadi perubahan pH dan
mencegah agar enzim tidak mengalami inaktivasi (Winarno, 1995 ). Sedangkan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah percobaan eksperimental,hal ini dapat
dilihat
saat
proses
percobaan
ini
dilakukan
di
laboratorium
dan
Akuades
Buffer
Larutan KI-I2
Amilum
Alat
1 buah
8 buah
1 buah
1 buah
1 buah
5 buah
1 buah
1 buah
1 buah
ml
larutan
amilum
1%.
Mencatat
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Setelah melakukan praktikum di dapatkan hasil sebagai berikut :
1. Tabel
Tabel 1 pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi pengubahan
amilum pada kecambah kacang hijau (vigna radiata)
No
Konsentrasi Enzim
Waktu
(%)
(Menit)
Warna
Awal
Akhir
46
Biru (++++)
Coklat (+++)
25
36
Biru (++++)
Coklat (+++)
50
30
Biru (++++)
Coklat (+++)
100
22
Biru (++++)
Coklat (+++)
Keterangan
++
2. Grafik
50
45
Waktu reaksi (menit)
40
35
30
25
20
15
10
5
0
0
25
50
100
11
4.2 Analisis
Dari data yang telah diperoleh pada percobaan ini, kita dapat mengetahui
bahwa pada kadar enzim 0% dibutuhkan waktu 46 menit untuk mengubah
amilum menjadi glukosa. Hal ini di karenakan pada kadar enzim 0%,memiliki
kadar enzim yang sangat sedikit sehingga dalam proses pengubahan amilum
menjadi glukosa membutuhkan waktu yang cukup lama. Pada kadar enzim 25%
dibutuhkan waktu 36 menit untuk mengubah amilum menjadi glukosa,dalam
hal ini nampak bahwa pada kadar enzim 25% membutuhkan waktu lebih cepat
jika dibandingkan dengan kadar enzim 0%,yang disebabkan karena kadar enzim
25% lebih banyak jika dibandingkan dengan kadar 0%. Akibatnya pengubahan
amilum menjadi glukosa semakin cepat dan membutuhkan waktu yang lebih
cepat pula. Pada kadar enzim 50% dibutuhkan waktu 30 menit untuk mengubah
amilum menjadi glukosa,dalam hal ini nampak bahwa pada kadar enzim 50%
membutuhkan waktu lebih cepat jika dibandingkan dengan kadar enzim 0% dan
25%,yang disebabkan karena kadar enzim 50% lebih banyak jika dibandingkan
dengan kadar 0% dan 50%. Akibatnya pengubahan amilum menjadi glukosa
semakin cepat dan membutuhkan waktu yang lebih cepat pula. Sedangkan pada
kadar enzim 100% dibutuhkan waktu 22 menit untuk mengubah amilum
menjadi glukosa,dalam hal ini nampak bahwa pada kadar enzim 100%
membutuhkan waktu lebih cepat jika dibandingkan dengan kadar enzim 0%,25%
dan 50%,yang disebabkan karena kadar enzim 100% lebih banyak jika
dibandingkan dengan kadar 0%,25%dan 50%. Akibatnya pengubahan amilum
menjadi glukosa semakin cepat dan membutuhkan waktu yang lebih cepat pula.
4.3 Pembahasan
Dari analisis hasil data di atas pada konsentrasi enzim 0% yang
didapatkan dari 5 mL konsentrasi enzim 100% yang telah dipanaskan sampai
mendidih.
Pada
saat
dipanaskan
suhu
larutan
enzim
semakin
meningkat
12
konsentrasi enzim 25% terjadi perubahan warna yang pertama pada waktu
36 menit dari biru tua-kehitaman menjadi biru kecoklatan. Munculnya warna
biru gelap pada saat ditetesi satu tetes KI-I2 atau lugol menunjukkan adanya
amilum. Uji iodine adalah uji yang dilakukan untuk mengecek adanya
amilum. Larutan iodine, yang terurai dalam larutan kalium iodida (KI),
bereaksi dengan amilum menghasilkan produk berwarna biru kehitaman.
Reaksi ini adalah hasil pembentukan rantai polipeptida dari iodine dan
amilum. Amilopektin, yaitu bagian amilum yang bercabang, membentuk
heliks yang lebih pendek sehingga molekul iodine tidak dapat mengikatnya.
Akibatnya, apabila dilakukan uji iodine, warna yang terbentuk adalah oranye
atau kuning. Pada konsentrasi enzim 25% perubahan warna menjadi kuning
terjadi pada saat 36 menit. Begitupula pada konsentrasi enzim 50% terjadi
perubahan warna yang pertama lebih cepat yaitu dalam waktu 30 menit. Hal
ini menunjukkan adanya reaksi enzim amilase yang membentuk glukosa.
Pada konsentrasi enzim 100% menunjukkan perubahan warna dalam waktu
22 menit.
Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar enzim
yang ditambahkan pada larutan amilum maka semakin cepat reaksi enzim
amilase dalam mengubah amilum menjadi glukosa. Hal ini sesuai dengan
fungsi enzim sebagai katalisator biologi yaitu dapat mempercepat suatu
reaksi kimia dengan cara menurunkan energi aktivasi. Energi aktivasi adalah
energi yang diperlukan supaya molekul-molekul substrat berada pada
puncak transisi/ puncak ketidakstabilan (Isnawati, 2009).
Penambahan larutan buffer yaitu larutan yang tahan terhadap perubahan
pH dengan penambahan asam atau basa. Larutan seperti itu digunakan
dalam berbagai percobaan biokimia dimana dibutuhkan pH yang terkontrol
dan tepat ( Fardiaz, 1992 ). Kemudian penambahan KI-I2 satu tetes sebagai
13
uji iodine untuk menunjukkan ada/tidaknya amilum pada suatu larutan dan
untuk menunjukkan perubahan warna menjadi kuning sebagai indikator
adanya reaksi kimia antara enzim amilase dengan amilum dalam
membentuk glukosa.
4.4 Diskusi
1. Dari tes KI-I2 pada larutan amilum + enzim 100%, warna larutan
yang diperoleh ialah putih keruh. Warna ini merupakan indikator
bahwa dalam larutan tersebut telah terbentuk glukosa. Glukosa
ini merupakan hasil penguraian amilum (polisakarida) menjadi
maltosa (disakarida) oleh bantuan enzim amilase, dan penguraian
maltosa menjadi glukosa dibantu oleh enzim maltase.
2. Fosfat sitrat buffer berfungsi mempertahankan harga pH dari
larutan enzim. Sehingga ketika ada penambahan zat KI-I2
ataupun saat terjadi pengenceran, nilai pH larutan enzim tidak
berubah (tetap). Hal ini penting karena enzim dapat mengalami
perubahan konformasi bila nilai ph berubah-ubah.
3. Hal-hal yang dapat mempengaruhi kerja enzim di antaranya
adalah:
Suhu
konsentrasi enzim
jenis substrat
pengaruh aktivator/penggiat
konsentrasi inhibitor
14
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Ada pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi pengubahan
amilum menjadi glukosa pada kecambah kacang hijau (Vigna radiata),semakin
besar kadar enzim maka semakin cepat reaksi pengubahan amilum menjadi
glukosa,sedangkan semakin rendah kadar enzim maka semakin rendah pula
kecepatan pengubahan amilum menjadi glukosa pada kecambah kacang hijau
(Vigna radiata)
5.2 Saran
Saran untuk melakukan praktikum ini adalah saat kita akan
mengecambahkan
biji
kacang
hijau
(Vigna
radiata)
jangan
melakukan
15
DAFTAR PUSTAKA
Anam, Khairul.2010.Sekolah Pascasarjana Institute Pertanian Bogor:Produksi
Enzim Amilase(online),(http://khairulana.files.wordpress.com/2010/08/
enzim-amilase.pdf diakses pada 23 Maret 2015)
Bahri, Syaiful., Moh, Mirzan., dan Moh, Hasan. 2012. Karakterisasi Enzim
Amilase Dari Kecambah Biji Jagung Ketan (Zea mays ceratina L.). Journal
Natural Sciencies, 1:132-143.
BMC. 2012. Enzim. (http://biologimediacentre.com/enzim/, diakses pada
tanggal 22 Maret 2014).
Isnawati. 2009. Biokimia. Surabaya: UNESA University Press.
Rahayu, Sri Rahayu., dan Yuliani, dkk. 2014. Petunjuk Praktikum Mata kuliah
Fisiologi Tumbuhan. Surabaya : Laboratorium Fisiologi TumbuhanBiologi-UNESA
Salisbury, Frank B., dan Ross, C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2 Edisi
Keempat alih bahasa Lukman dan Sumaryono. Bandung: ITB.
Miladi,
Sahri.
2010.
Fungsi
Larutan
Penyangga.
(http://sahri.ohlog.com/fungsi-larutan-penyangga.oh81641.html,
diakses pada tanggal 23 Maret 2015).
Widarmayanti, Ratih. 2012. Pengaruh Kadar Enzim Terhadap Kecepatan Reaksi.
(http://id.scribd.com/doc/109719857/Pengaruh-Kadar-EnzimTerhadap-Kecepatan-Reaksi, diakses pada tanggal 23 Maret 2015).
16
LAMPIRAN
(Vigna radiata)
4.
Memasukkan
ekstrak
17
Gambar
5.
Memasukkan
ekstrak Gambar
6.
Supernatan
Kecambah
terjadi
18