Anda di halaman 1dari 3

Jejak-Jejak Iblis

03/28/2003
"Maka setan membisikkan (pikiran jahat) kepada keduanya untuk menampakkan
aurat keduanya yang tertutup kepada keduanya, dan setan berkata: 'Tuhanmu tidak
melarangmu dari mendekati pohon itu melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi
malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)'. Dia bersumpah
kepada keduanya, 'Sesungguhnya saya termasuk orang yang memberi nasihat
kepada kamu berdua.' Dia membujuk keduanya dengan tipu daya...." (Al-A'raf: 20-22).
Adam dan Hawa tinggal di surga. Iblis iri dibuatnya. Ia menyimpan dendam kesumat
terhadap keduanya. Iblis pun berjanji akan mendongkel mereka dari surga. Tidak
hanya itu, iblis juga berjanji menggelincirkan anak cucu Adam sampai kiamat. Demi
ambisinya, iblis bahkan meminta dispensasi kepada Allah untuk bisa hidup sampai
akhir zaman. Ia pun mencari celah untuk menggoda Adam dan Hawa. Celah itu
akhirnya ia temukan. Iblis membujuk keduanya agar mendekati pohon larangan.
Pohon yang Allah melarang keduanya untuk mendekati dan memakan buahnya.
Keduanya tertipu, mereka mendekati dan memakan buahnya. Iblis tertawa terbahak.
Akhirnya, mereka semua dikeluarkan dari surga.
Maka, setan membisikkan (pikiran jahat) kepada keduanya untuk menampakkan
aurat keduanya yang tertutup kepada keduanya.... Setan tahu jika keduanya
mendekati pohon larangan, aurat mereka akan tampak, karena mendekatinya adalah
larangan dan melanggar larangan adalah maksiyat kepada Allah. Fawaswasa
lahuma (Iblis kemudian membisiki keduanya). Waswasah adalah bisikan hati dan
suara yang pelan. Artinya, iblis melakukannya secara halus, melalui bisikan hati, dan
kadang tidak terdeteksi.
Setan berkata, "Tuhanmu tidak melarangmu dari mendekati pohon itu, melainkan
supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal di
surga."
Pintu tipu daya terbesar adalah ketika iblis berhasil mengidentifikasi keinginan Adam
dan Hawa untuk kekal di surga. Demikian dikatakan oleh Ibnu Qoyyim. Keinginan,
itulah yang banyak menjadi pintu tipu daya setan. Seperti maklum, setan menggoda
Anak Adam melalui aliran darah. Ia mencapai nafsu manusia dengan merasuk dan
menanyainya, termasuk menanyai apa yang disukai dan apa yang tak disukai; apa
yang diingini dan apa yang tak diingini. Anak Adam banyak terperdaya melalui pintu
ini.
Setelah iblis berhasil mengendus keinginan moyang kita, ia menerapkan politik
berikutnya. Apa itu? ia berkedok menjadi penasihat bagi keduanya. Tidak tanggungtanggung, untuk meyakinkan Adam dan Hawa, ia harus bersumpah dengan nama
Allah. Untaian kalimatnya pun dibuat simpatik, Waqaasamahumaa innii lakumaa laminan-naasihiin (Dia bersumpah kepada keduanya, 'Sesungguhnya saya termasuk
orang yang memberi nasehat kepada kalian berdua....').
Sebuah ungkapan yang membuai, Ada penegasan dengan sumpah
(waqaasamahumaa) , ada penegasan dengan kata sesungguhnya (inni), unsur objek
dikedepankan dari subjek (lakumaa sebelum naasihin) yang mengandung makna
pengkhususan, sehingga ayat tersebut bisa bermakna, "Nasihatku kuberikan khusus

untuk kalian berdua, dan manfaatnya kembali kepada kalian berdua, bukan
kepadaku."
Pekerjaan menasihati juga diungkapkan dengan isim fa'il yang menunjukkan sifat,
dan bukan fi'il yang menunjukkan kejadian yang baru terjadi, sehingga ia dapat
dimaknai: memberikan nasihat adalah sifat, watak, dan profesiku, bukan hal yang
bersifat insiden.
Iblis juga menggambarkan dirinya sebagai salah satu dari banyak penasihat
(laminan-naasihin), dengan begitu seolah dia berkata, "Banyak orang menasihatimu
dalam hal ini, sedangkan aku hanya salah seorang dari mereka." Ini serupa dengan
ungkapan, "Semua orang sependapat denganku dalam masalah ini, dan aku
hanyalah salah seorang yang menyuruhmu berbuat begitu."
Singkatnya, iblis menggunakan politik meyakinkan, membesarkan hati, dan
memberikan solusi untuk sebuah tindakan membohongi, menipu, dan memperdaya.
Untuk meyakinkan, ia tampil sebagai pemberi nasihat atau konsultan profesional,
yang pendapatnya diklaim mewakili pendapat kebanyakan. Bahkan, untuk menipu
Adam dan Hawa, Iblis perlu menjuluki pohon larangan dengan pohon kekekalan,
seperti dalam firman Allah, "Setan berkata: 'Wahai Adam, maukah kutunjukkan
kepadamu pohon kekekalan (syajaratul khuldi) dan kerajaan yang tidak akan
binasa'?" (Thaha: 120).
Politik Iblis banyak ditiru pengikut-pengikutnya. Termasuk pengikutnya dari golongan
manusia. Ada politik "penghalusan" semacam di atas. Kemungkaran banyak dijuluki
dengan nama cantik. Judi dinamakan adu ketangkasan. Dahulu, judi bahkan
dinamakan sumbangan dana sosial; pelacur dijuluki wanita idaman; riba disebut
bunga; pengingkaran terhadap ayat dinamakan kontekstualisasi; penyelewengan
Alquran diklaim membumikan Alquran; pembantaian penduduk sipil disebut
penegakan demokrasi. Memerangi Islam disebut memerangi teroris, dan seterusnya.
Mendompleng keinginan orang juga lazim digunakan para pengikut setan. Jika
mereka bermaksud mempengaruhi orang, agar maksud jahatnya terwujud, mereka
memulai menyinggung keinginan, kemauan, dan kebutuhan orang yang dipengaruhi,
seperti keinginan Adam dan Hawa untuk kekal di surga. Kadang "singgungan" itu
berupa rangsangan untuk menuju keinginan, kadang keinginan itu sendiri yang
dipenuhi sebagai semacam "suapan". Betapa banyak misionaris yang membujuk
umat Islam dengan kedok bantuan-bantuan kemanusiaan, terutama saat mereka
tertimpa musibah atau terdesak kebutuhan. Juga betapa sering bangsa Barat
memperalat pemerintahan negeri-negeri Islam untuk memerangi orang Islam
dengan iming-iming yang menggiurkan atau yang lazim disebut dengan politik stick
and carrot.
Sebagaimana iblis berkedok menjadi penasihat profesional, para pengikutnya di era
modern juga demikian. Penasihat yang memberikan arahan dan solusi. Jika iblis
melegalisasi profesionalismenya dengan sumpah atas nama Allah, dan dengan
penguatan-penguatan lain, para penasihat modern tampil dengan performa yang
meyakinkah, kredibel, bonafid, dan sejenisnya karena sebelumnya memang telah
diopinikan demikian. Maka, ketika sebuah negara sakit, mereka tampil menjadi
dokter. Orang sakit tentu susah dan kurang etis jika membantah sang dokter, tak
peduli diagnosanya keliru, juga tak peduli obat yang diberikan racun sekalipun.

Betapa banyak negeri yang sami'na waata'na didikte oleh lembaga semacam IMF
dengan dalih penyelamatan, meskipun sesungguhnya penjerumusan.
Jika setan suka mengatasnamakan orang banyak (sesungguhnya aku salah satu
pemberi nasihat), setan modern demikian juga. Untuk menjustifikasi kemauannya, ia
perlu menyatakan bahwa ia didukung oleh banyak pihak. Meski kadang dukungan
tersebut lebih bersifat klaim, misalanya penganugerahan nobel perdamaian dan
sejenisnya. Bukankah pada era modern opini media massa yang membentuk fakta
dan bukan fakta yang membentuk opini? Contoh menarik dewasa ini adalah daftar
kelompok teroris versi PBB yang diklaim atas masukan banyak negara, seolah daftar
tersebut mewakili aspirasi mayoritas penduduk dunia.
Akhirnya, marilah kita berlindung kepada Allah dari tipu daya setan, seperti diajarkan
Allah dalam Alquran, "Katakanlah: 'Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara
dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahaan bisikan
setan yang biasa bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada
manusia. Dari golongan jin dan manusia'." (An-Naas: 1--6). (Abu Zahrah).
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Anda mungkin juga menyukai