SENSORI PERSEPSI
PENGERTIAN
Ablasio berasal dari bahasa latin ablatio yang berarti
pembuangan atau terlepasnya salah satu bagian badan.
( Menurut Vera H. Darling dan Margaret R. Thorpe 2003)
menjelaskan bahwa ablasio retina lebih tepat disebut
dengan separasi retina. Disebutkan demikian karena
terdapat robekan retina sehingga terjadi pengumpulan
cairan retina antara lapisan basilus (sel batang) dan
komus (sel kerucut) dengan sel-sel epitelium pigmen
retina.
EPIDEMIOLOGI
Ablasio retina jarang terjadi pada populasi umum, tetapi
suatu unit pelayanan kesehatan mata yang melayani
sekitar 500.000 populasi kemungkinan menemukan
kasus ablasio retina tiga sampai empat kasus per
minggu. Meskipun kadang mengenai anak-anak, namun
insidens ablasio retina meningkat seiring bertambahnya
umur dan mencapai maksimum pada kelompok usia 5060 tahun. Kejadian ablasio retina sedikit meningkat pada
usia pertengahan (usia 20-30 tahun) akibat trauma .
KLASIFIKASI
1) Nonrematoghen ( tanpa robekan
retina )
Terjadi karena adanya eksudasi di
bawah lapisan retina, misalnya.
a) Inflamasi ocular: vought-koyanagiharada disease
) Sindrom Vogt-Koyanagi-Harada
(sindrom VKH) merupakan kelainan
multisistemik yang ditandai dengan
adanya panuveitis granulomatous.
Tanda
Visus menurun
Visus menurun tanpa disertai rasa nyeri
Pada pemeriksaan fundus okuli, tampak retina yang terlepas
bewarna pucat dengan pembuluh darah retina yang berkelok
kelok disertai robekan retina.
Penurunan tajam pandangan sentral atau hilangnya pandangan
sentral menunjukkan bahwa adanya keterlibatan macula.
kebutaan
glukoma
katarak
Dehidrasi luka oprasi akibat benang jahitan yang kendur dan kamera okuli
anterior yang rata atau prolapsus iris kedalam luka oprasi
Infeksi
PENATALAKSANAAN
a) Penderita tirah baring total
b) Mata yang sakit di tutup dengan bebat mata
c) Pada penderita dengan ablatio retina nonrhematogen, bila penyakit primernya sudah
di obati, tetapi masih terdapat ablasio retina, dapat di lakukan operasicerclage
d) Pada ablasio retina rhematogen :
)Fotokoagulasi retina: bila terdapat robekan dan belum terjadi separasi retina.
)Plombage local: dengan spon silicon di jahitkan pada episklera di daerah robekan
retina ( di control dengan oftalmoskop )
)Membuat radang steril pada koroid dan epitel pigmen pada daerah robekan retina
dengan jalan :
)Diatermi
)Pendinginan
)Operasi carclage
)Operasi ini di kerjakan untuk mengurangi tarikan badan kaca pada keadaan cairan
subretina dapat di lakukan fungsi lewat sklera.
ASKEP TEORI
A.
pengkajian
1.
IDENTITAS
RIWAYAT PENYAKIT
1. keluhan utama
Klien tidak bisa melihat benda jauh
2. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan
masalah primer pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan
kabur, pandangan ganda, atau hilangnya daerah penglihatan soliter.
Perawat harus menemukan apakah masalahnya hanya mengenai
satu mata atau dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita
kelainan ini.Riwayat mata yang jelas sangat penting.Apakah pasien
pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata? Penyakit apa
yang terakhir yang diderita pasien.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Hasil pemeriksaan diagnostic :
Oftalmoskopi tidak langsung menunjukkan
area gelap pada refleks merah yang
normalnya berwarna sama
Pemeriksaan lampu cerah (slit)
menunjukkan opasitas lensa
Teks ketajaman penglihatan menunjukkan
derajat gangguan penglihatan
Dorong dan berikan waktu kepada pasien untuk mengungkapkan ketakutan dan ansietas
Jawab seluruh pertanyaan pasien dengan jujur, empati, dan pengertian untuk
meningkatkan kepercayaan diri dan pengetahuan pasien
Jelaskan tentang rencana asuhan keperawatan pasca operasi dan ketersediaan staf
untuk mengurangi ansietas
Kaji tingkat penglihatan pasien saat ini dan bantu sesuai kebutuhan
Berikan lingkungan yang aman; orientasikan pasien pada lantai ruangan yang akan
ditempati, letak bel panggil, dan benda pribadi pasien
Jelaskan tentang persiapan pembedahan mata berdasarkan kebijakan rumah sakit dan
program dokter untuk melibatkan pasien dan mengurangi ketakutan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan persepsi sensori : penglihatan b/d penurunan ketajaman dan
kejelasan penglihatan
2. Resiko perluasan cedera b/d peningkatan aktivitas kurangnya pengetahuan
3. Ansietas b/d kurangnya pengetahuan
4. Resiko cedar b/d peningkatan TIO, perdarahan, kehilangan vitreus,
pelepasan buckling, kegagalan pelekatan retina.
5. Nyeri b/d luka pascaoperasi
6. Gangguan perawatan diri b/d penurunan penglihatan, pembatasan aktivitas
pasca operasi.
7. Resiko ketidak efektifan penatalaksanaan regimen teraupeutik b/d
kurangnya pengetahuan, kurang sumber pendukung