VHMVH
VHMVH
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peradangan peritoneum (membran serosa yang melapisi rongga abdomen
dan menutupi visera abdomen) merupakan penyakit berbahaya yang dapat
terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Keadaan ini biasanya terjadi akibat
penyebaran infeksi dari organ abdomen (mis., apendisitis, salpingitis),
perforasi saluran cerna, atau dari luka tembus abdomen. Organisme yang
sering menginfeksi adalah organisme yang hidup dalam kolon (pada kasus
rupture apendiks) yang mencakup Escheriela Coli atau Bacteroides,
sedangkan stafilokokus dan streptokokus seringkali masuk dari luar (Price &
Sylvia, 2005).
Berdasarkan penelitian Tarigan pada tahun 2012, peritonitis merupakan
salah satu penyebab kematian tersering pada penderita bedah dengan
mortalitas sebesar 10-40%. Peritonitis difus sekunder yang merupakan 90%
penderita peritonitis dalam praktek bedah dan biasanya disebabkan oleh suatu
perforasi gastrointestinal (http://www.repository.usu.ac.id/diakses 27 April
2014).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa memahami konsep teori dan asuhan keperawatan pada
pasien dengan peritonitis.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan dan memahami pengertian peritonitis.
b. Menjelaskan dan memahami etiologi peritonitis.
c. Menjelaskan dan memahami tanda dan gejala peritonitis.
d. Menjelaskan dan memahami patofisiologi peritonitis.
e. Menjelaskan dan memahami komplikasi peritonitis.
f. Menjelaskan dan memahami penatalaksanaan medis peritonitis.
g. Menjelaskan dan memahami pengkajian pada pasien dengan alergi.
h. Menjelaskan dan memahami diagnosa pada pasien dengan alergi.
i. Menjelaskan dan memahami intervensi pada pasien dengan alergi.
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam memberikan Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Peritonitis.
2. Bagi Institusi
Menambah kepustakaan dan sumber bacaan bagi mahasiswa yang
sedang mengikuti pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan FK
UNSRAT dan menjadi dasar dalam menentukan kebijakan pengembangan
proses belajar khususnya Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Peritonitis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Medis
1. Pengertian
Peritonitis (radang selaput otak) adalah suatu radang akut selaput perut
yang adalah lapisan dari rongga abdominal (Padila, 2012).
Peritonitis merupakan inflamasi akut maupun kronis pada peritoneum,
yaitu membran yang melapisi rongga abdominal dan menutupi organ
viseral. Inflamasi bisa meluas di seluruh peritoneum, atau bisa bersifat
setempat sebagai abses (Wolters, 2011)
Peritonitis adalah peradangan peritoneum yang biasanya disebabkan
oleh infeksi. Peritoneum adalah lapisan membran serosa rongga abdomen
dan meliputi viseral (Smeltzer & Bare, 2002).
Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang kaya akan
vaskularisasi dan aliran limfa berfungsi untuk membungkus organ perut
dan dinding perut sebelah dalam (Price & Wilson, 2006).
2. Etiologi
Menurut Harison (2000) penyebab terjadinya peritonitis, yaitu :
a.
4. Patofisiologi
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi rongga abdomen kedalam
rongga abdomen, biasanya diakibatkan dari inflamasi, infeksi, iskemia,
trauma atau perforasi tumor.
Awalnya matrial masuk kedalam rongga abdomen adalah steril tetapi
dalam beberapa jam terjadi kontaminasi bakteri.akibatnya timbul edema
jaringan dan pertambahan eksudat. Cairan dalam rongga abdomen menjadi
5. Komplikasi
Menurut Smeltzer & Bare (2002) komplikasi yang terjadi pada
peritonitis ialah inflamasi tidak lokal dan seluruh rongga abdomen menjadi
terkena pada sepsis umum. Sepsis adalah penyebab umum dari kematian
pada peritonitis. Syok dapat diakibatkan dari septikemia atau hipovolemik.
Proses inflamasi dapat menyebabkan obstruksi usus, yang terutama
berhubungan dengan terjadinya perlekatan usus.
Sedangkan menurut Corwin (2000) komplikasi yang terjadi pada
peritonitis ialah sepsis dan kegagalan multiorgan.
6. Penatalaksanaan Medis
Menurut Wolters Kluwer (2011) penatalaksanaan medis untuk klien
dengan peritonitis, yaitu :
Terapi
antibiotik
diberikan
untuk
organisme
khusus
yang
menyebabkan penyakit.
Untuk mengurangi peristaltis dan mencegah perforasi, klien sebaiknya
tidak menerima apa pun melalui mulut, Dari pada itu, ia membutuhkan
cairan dan elektrolit suportif secara parenteral.
Analgesik diberikan untuk meringankan nyeri.
Intubasi nasogastric (NG) digunakan untuk melepaskan tekanan usus.
Klien yang mengalami perforasi memerlukan pembedahan untuk
mengeliminasi sumber infeksi dengan mengevakuasi konten yang
meluap dan dengan memperbaiki perforasi organ.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama lengkap, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama,
pekerjaan, pendidikan, alamat, suku/bangsa, tanggal jam masuk rumah
sakit, tanggal/jam pengkajian, diagnosa medis, nomor rekam medik.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan atau gejala apa yang menyebabkan
pasien berobat atau keluhan saat awal dilakukan pengkajian pertama
kali masuk rumah sakit.
ini
disebabkan
oleh
bakterial
primer,
seperti
defekasi,
turgor
kulit
menurun
akibat
kesadaran,
dan
kemampuan
mendengar,
melihat,
10
11
reproduksi
dan
seksual
menggambarkan
periode
12
Cairan peritoneal
Urinalisis untuk mengetahui adanya penyakit pada saluran
kemih
2) Pemeriksaan Radiologi
Foto polos abdomen memperlihatkan distensi disertai edema
dan pembentukan gas dalam usus
USG
2. Diagnosa
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif.
c. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerana makanan.
d. Hipertemi berhubungan dengan penyakit
3. Intervensi
No
1
.
Diagnosa
Nyeri akut
Tujuan &
Kriteria Hasil
(NOC)
Nyeri berkurang
Intervensi (NIC)
1. Observasi
Rasional
1.
Mengidentifikasi
kualitas nyeri
kebutuhan untuk
pasien (skala,
intervensi dan
cidera fisik.
Ekspresi
frekuensi,
tanda-tanda
wajah
durasi).
komplikasi.
tampak
rileks.
Skala nyeri
2. Gunakan
komunikasi
13
2.
Pengalaman nyeri
akan menaikan
0-3
terapeutik
resistensi
untuk
terhadap nyeri.
mengetahui
pengalaman
nyeri pasien.
3. Berikan
3.
Meningkatkan
tindakan
relaksasi dan
kenyamanan,
mungkin
contoh pijatan
meningkatkan
punggung,
kemampuan
napas dalam,
koping pasien
latihan
dengan
relaksasi atau
memfokuskan
visualisasi.
kembali
perhatian.
4. Kolaborasi
4.
Nyeri biasanya
dengan dokter
berat dan
untuk
memerlukan
pemberian
pengontrol nyeri
analgetik
narkotik,
analgesik
dihindari dari
proses diagnosis
karena dapat
2
.
Kekurangan Dapat
volume
mempertahankan
cairan
cairan tubuh
1. Observasi
TTV.
menutupi gejala.
1. Membantu dalam
evaluasi derajat
defisit
cairan/keefektifan
dengan
penggantian
dengan KH :
kehilangan
cairan aktif.
Asupan dan
respons terhadap
keluaran
pengobatan
cairan
seimbang,
2. Pertahankan
2. Untuk
produksi urin
intake dan
mempertahankan
normal.
output yang
keseimbangan
Membran
adekuat.
cairan dan
elektrolit.
mukosa
lembab,
tanda-tanda
dehidrasi
hidrasi
tersebut
menurun
(kelembapan,
menunjukkan
membran
keilangan cairan
mukosa, nadi,
berlebihan.
dan tekanan
darah).
4. Kolaborasi
3
.
4. Untuk
untuk
memperbaiki
pemberian IV.
cairan yang
Ketidaksei-
Kebutuhan
mbangan
nutrisi
pengobatan
mengganggu
nutrisi:
terpenuhi,
dan tindakan
nafsu makan.
kurang dari
dengan KH :
tidak selama
kebutuhan
jam makan.
Nafsu
1. Jadwalkan
hilang.
1. Agar tidak
tubuh
makan
berhubungan
meningkat.
pemasangan
Tidak terjadi
NGT sesuai
ketidak-
mual dan
indikasi jika
mampuan
muntah,
klien tidak
mencerana
trugor kulit
dapat makan
dengan
2. Lakukan
makanan.
15
baik
dan minum
peroral.
3. Kolaborasi
3. Menurunkan
dengan dokter
mual/muntah
untuk
yang dapat
pemberian
meningkatkan
antiemeti.
tekanan/nyeri
intrabdomen.
4. Klaborasi
dengan ahli
gizi dalam
diet.
4
.
Hipertemi
Suhu tubuh
1. Kaji suhu
tubuh.
4. Agar dapat
memberikan
nutrisi yang tepat
pada klien
1. Tindakan ini
sebagai dasar
dengan
normal, dengan
untuk
penyakit
KH :
menentukan
intervensi.
Tidak
demam
Suhu tubuh
36-37c
2. Berikan
2. Kompres hangat
kompres
memberikan
hangat pada
efekvasodilatasi
dahi, ketiak,
pembuluh darah,
dan lipatan
sehingga
paha.
mempercepat
penguapan tubuh.
3. Anjurkan klien
untuk
menggunakan
pakaian yang
tipis.
16
3. Untuk mengontrol
panas.
4. Kolaborasi
4. Untuk
dengan dokter
menurunkan
untuk
panas.
pemberian
antipiretik
BAB III
PENUTUP
17
A. Kesimpulan
Peritonitis (radang selaput otak) adalah suatu radang akut selaput perut
yang adalah lapisan dari rongga abdominal. Peritonitis disebabkan oleh infeksi
bakteri, secara langsung dari luar, secara hematogen sebagai komplikasi
beberapa penyakit akut, dan peritonitis kimiawi. Peritonitis ditandai dengan
distensi abdomen,rigiditas abdomen, nyeri tekan pada abdomen, bising usus
menurun bahkan hilang, demam, mual bahkan muntah, takikardia, dan
takipnea. Komplikasi yang terjadi pada peritonitis ialah inflamasi tidak lokal
dan seluruh rongga abdomen menjadi terkena pada sepsis umum.
Pengobatannya dapat berupa terapi antibiotik, pemberian analgetik, dan
intubasi nasogastric. Untuk menentukan diagnosa keperawatan pasien dengan
peritonitis seorang perawat dapat melihat keluhan utama pasien.
B. Saran
Dalan Makalah ini diharapkan pembaca mampu untuk mamahami dan
melakukan asuhan keperawatan terhadap penyakit peritonitis. Sebagai
mahasiswa dan calon perawat juga harus mampu berperan sebagai pendidik.
Dalam hal ini melakukan penyuluhan mengenai pentingnya hal-hal yang dapat
memperbesar penyakit peritonitis dan bagimana cara pengobatannya.
DAFTAR PUSTAKA
18
19