Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM). Upaya peningkatan SDM yang berkualitas dimulai
dengan cara penanganan pertumbuhan anak sebagai bagian dari keluarga
dengan asupan gizi dan perawatan yang baik (Adisasmito, 2012).
Dampak gizi terhadap SDM sangat berpengaruh, jika gizi kurang dan
infeksi tumbuh kembang otak tidak optimal dan dapat bersifat permanen
sehingga mutu SDM rendah dan menghasilkan beban bagi negara. Sedangkan
jika gizi cukup dan sehat, akan tercipta generasi cerdas dan produktif
sehingga mutu SDM tinggi dan menghasilkan asset bagi negara (Unicef,
2002).
Indonesia memiliki permasalahan tentang gizi yang mencakup
beberapa aspek yaitu anemia, kekurangan vitamin A, overweight, kekurangan
iodium, dan kurang zat besi (Kompas, 2011). Masalah gizi yang sering
dijumpai di Indonesia ada empat yaitu Kurang Energi Protein (KEP), Anemia
Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat Yodium (GAKY), dan Kurang Vitamin A
(KVA) (Supariasa dkk., 2013).
Prevalensi status gizi dengan menggunakan pengukuran Indeks Massa
Tubuh (IMT) di Indonesia adalah sebagai berikut: kurus 14,8%, normal
66,1%, BB-lebih 8,8%, dan obesitas 10,3% (Riskesdas, 2007). Berdasarkan
data Riskesdas (2013) prevalensi status gizi pada penduduk > 18 tahun di

Indonesia yaitu (kurus 6,3%, normal 36,8%, dan gemuk 15,4%). Hal ini
menunjukkan adanya penurunan status gizi kurang dan status gizi normal dari
tahun 2007-2013 dan peningkatan status gizi gemuk dari tahun 2007-2013.
Berdasarakan data Riskesdas (2013) Sulawesi Tenggara memiliki
prevalensi IMT Kurus 13,7%, Normal 71,2%, BB-Lebih 7,2%, dan Obese
7,9% dan status gizi berdasarkan usia 16-18 tahun sebagai berikut: sangat
kurus 1,9%, kurus 7,5%, dan gemuk 7,3%. Sedangkan untuk usia di atas 18
tahun prevalensi status gizi sangat kurus 15%, kurus 23%, dan gemuk 35%.
Hal ini menyatakan bahwa terjadi peningkatan yang sangat signifikan antara
status gizi usia 16-18 tahun dengan usia di atas 18 tahun.
Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zatzat gizi di dalam tubuh terutama bagi remaja (Almatsier, 2011). Masalah gizi
pada remaja akan berdampak negatif misalnya penurunan konsentrasi belajar
dan penurunan kesegaran jasmani. Banyak penelitian telah dilakukan
menunjukkan kelompok remaja menderita banyak masalah gizi antara lain
anemia dan Indeks Masa Tubuh (IMT) kurang dari normal (kurus) dan lebih
dari normal (obese) (Damayanti, 2013).
Gangguan status gizi mengakibatkan rendahnya kadar hemoglobin
dalam darah sehingga sel darah merah juga ikut terganggu. Sel darah merah
dipenuhi oleh protein hemoglobin pembawa Oksigen (O2) (Histologi Dasar,
2007). Fungsi utama sel darah merah adalah membawa O2 kejaringan dan
mengembalikan Karbondioksida (CO2) dari jaringan ke paruparu (Hoffbrand
dkk., 2012). Hemoglobin merupakan protein heme sama seperti myoglobin,
myoglobin yang bersifat monomerik (mengandung satu subunit) banyak
ditemukan di otot, sedangkan hemoglobin yang ditemukan di dalam darah

memiliki empat subunit polipeptida maka disebut tetramerik (Murray dkk.,


2009).
Berdasarkan penelitian Rumpiati, dkk (2010) mengenai hubungan
status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri di kelas XI SMA
Muhammadiyah Kota Madiun diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa
sebagian remaja yaitu 79,3% status gizi kurang dan 8,7% status gizi lebih.
68% anemia ringan dan 12% tidak anemia. Sehingga terdapat hubungan
antara status gizi dengan kejadian anemia. Penelitian Nurhaedah (2013)
gambaran status gizi antropometri dan status hemoglobin siswa sekolah sepak
bola Anyelir dan sekolah sepak bola Bangau Putra Makassar didapatkan hasil
bahwa gambaran IMT kurus (66,7% normal dan 33,3% anemia), IMT normal
(52,5% normal dan 47,5% anemia), dan IMT gemuk (50,0% normal dan
50,0% anemia). Sedangkan penlitian Dea dan Apoina (2014) mengenai
hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putrid diperoleh
hasil bahwa tidak ada hubungan bermakna antara status gizi dengan kejadian
anemia pada remaja putri.
Studi pendahuluan dengan pendataan tinggi badan (TB) dan berat
badan (BB) yang dilakukan pada 120 mahasiswa angkatan 2012 Fakultas
Kedokteran Universitas Halu Oleo didapatkan status gizi underweight
sebanyak 13 orang, normal sebanyak 92 orang, berisiko sebanyak 9 orang,
dan obesitas sebanyak 6 orang. Sedangkan dari hasil wawancara singkat
didapatkan 40 orang mengalami kesulitan berkonsentrasi dalam menerima
materi dan sering mengantuk saat perkuliahan. Sedangkan berdasarkan
pemeriksaan fisis konjungtiva diperoleh 41 orang memiliki konjungtiva

pucat. Dengan melihat adanya perbedaan hasil penelitian sebelumnya maka


peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Status
Gizi dengan Profil Darah Lengkap Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Halu Oleo
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah terdapat hubungan status gizi dengan profil darah lengkap
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan status gizi dengan profil darah lengkap
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui status gizi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Halu Oleo.
b. Menilai profil darah lengkap mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Halu Oleo.
c. Menganalisis hubungan status gizi dengan profil darah lengkap
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Manfaat ilmiah penelitian ini adalah sebagai bahan bacaan yang
bermanfaat bagi penelitian lain. Khususnya mengenai hubungan status
gizi dengan profil darah lengkap.
2. Manfaat Praktis
Menambah pengetahuan mahasiswa tentang hubungan status gizi
dengan profil darah lengkap.
3. Manfaat Masyarakat
Penelitian ini dapat menambah informasi kepada masyarakat secara
umum untuk mengetahui status gizi dengan profil darah lengkap yaitu
dengan mengatur pola makan dan asupan makanan.

Anda mungkin juga menyukai