Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN

a. Pengantar
Dalam farmakologi, dasar-dasar kerja obat diuraikan dalam dua fase yaitu
fase farmakokinetik dan fase farmakodinamik. Dalam terapi obat, obat yang
masuk dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umumnya mengalami
absorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai ke tempat kerja ( reseptor ) dan
menimbulkan efek , kemudian dengan atau tanpa biotransformasi ( metabolisme )
lalu di ekskresi kan dari tubuh. proses tersebut dinyatakan sebagai proses
farmakokinetik. Farmakodinamik, menguraikan mengenai interaksi obat dengan
reseptor obat; fase ini berperan dalam efek biologik obat pada tubuh.
Jika dosis meningkat maka intensitas efek obat pada makhluk hidup juga
meningkat. Jika dosis berlebih maka akan menyebabkan over dosis bahkan
kematian karena rentang indeks terapinya terlalu rendah sehingga menimbulkan
efek toksik.
Jika dosis kurang maka tidak akan menimbulkan efek teurapeutik.
Analgetika merupakan suatu senyawa atau obat yang dipergunakan untuk
mengurangi rasa sakit atau nyeri (diakibatkan oleh berbagai rangsangan pada
tubuh misalnya rangsangan mekanis, kimiawi dan fisis) sehingga menimbulkan
kerusakan pada jaringan yang memicu pelepasan mediator nyeri seperti bradikinin
dan prostaglandin yang akhirnya mengaktivasi reseptor nyeri di saraf perifer dan
diteruskan ke otak. Uji efek analgesik dapat dilakukan dengan cara:
1. Metode induksi thermal
2. Metode refleks geliat
b. Tujuan Belajar
a. Mengenal cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek
analgetik suatu obat.
b. Memahami kurva hubungan dosis respon

BAB II PROSEDUR KERJA


a. Alat dan Bahan

Obat yang akan diuji : Parasetamol, Aspirin,


Metode refleks geliat
a. Hewan coba : mencit jenis kelamin jantan
b. Alat dan bahan :
- Alat suntik 1 ml
- Sonde oral
- Stopwatch
- Bejana pengamatan
- Asam asetat 0,6%
- Larutan CMC 1%
- Obat yang akan diuji : Paracetamol
b. Prosedur percobaan
a. Mahasiswa dibagi menjadi 2 kelompok besar ( kelompok aspirin dan
kelompok paracetamol
b. Masing masing kelompok besar dibagi menjadi 3 kelompok kecil
c. Setiap kelompok kecil akan mendapat 8 mencit
c. Metode refleks geliat (Writhing Refleks)
a. 4 mencit diberi tanda pada ekornya. Mencit 1 merupakan kontrol diberi
CMC 1% 0,3 ml, mencit 2 diberikan paracetamol

dosis 1 0,1ml,

mencit 3 diberikan paracetamol dosis 2 0,2ml , mencit 4 diberikan


paracetamol dosis 3 0,4ml, secara per oral
b. Setelah 30 menit mencit diinduksi nyeri dengan menggunakan asam
asetat (intraperitoneal) 0,2 mL
c. Setelah pemberian induktor nyeri, ditunggu 5 menit kemudian mencit
ditempatkan didalam bejana pengamatan
d. Amati gerakan geliatnya, Jumlah geliat dicatat setiap 5 menit selama
30 menit. refleks geliat dinilai kontraksi dinding perut, kepala kaki
tertarik ke belakang, perut menyentuh dasar atau gerakan meliuk dari
ekor mencit.
Keterangan :
Dosis Paracetamol: 5 mg, 10 mg, 20 mg
Dosis 5 mg 500 mg / 10 mL 5/500 x 10 mL = 0,1 mL (disonde)
Dosis 10 mg 500mg/10mL 10/500 x 10 mL = 0,2 mL(disonde)
Dosis 20 mg 500 mg/10 mL 20/500 x 10 mL = 0,4 mL (disonde)

BAB III. PEMBAHASAN


Hasil Praktikum
a. Tabel hasil pengamatan
Massa

Mencit

10

15

20

Jumlah

(gram)
18,09

Control

17

16,87
22,76
12,90

1
2
3

3
0
0

2
0
7

1
0
3

0
0
2

6
0
12

b. Grafik hubungan dosis respon

Kurva Dosis Respon


18
16
14
12
Jumlah Geliat

10
8
6
4
2
0
Dosis Control

Dosis 1

Dosis 2

Dosis 3

Dari tabel di atas terlihat bahwa hasil praktikum yang kami lakukan sesuai dengan teori
yang ada. Dimana jika dosis meningkat maka intensitas efek obat pada makhluk hidup
juga meningkat. Jika dosis berlebih maka akan menyebabkan over dosis bahkan
kematian karena rentang indeks terapinya terlalu rendah sehingga menimbulkan efek
toksik. Jika dosis kurang maka tidak akan menimbulkan efek teurapeutik.
Dimana mencit dengan dosis control (aquades) mengalami respon geliat yang paling banyak.
Sedangkan mencit dengan dosis 2 (0,2ml) tidak mengalami respon geliat. Dalam praktikum
ini tidak dapat ditentukan mana yang merupakan dosis teraupetik karena dosis paracetamol
yang diberikan belum disesuaikan dengan massa mencit dalam percobaan.
Penjelasan lebih lanjut tentang bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan diatas antara
lain, asam asetat. Dimana asam asetat berfungsi sebagai penginduksi nyeri, karena
mengandung asam dan sifat korosif. Setelah di sonde paracetamol, ditunggu 30 menit untuk
mengamati efek paracetamol pada mencit, hal ini dikarenakan obat harus diabsorbsi,
kemudian di distribusikan ke organ, untuk diikat oleh reseptor spesifik di membrane

plasma sehingga menimbulkan efek farmakodinamik pada tubuh mencit. Yang diamati
dalam percobaan kali ini adalah kontraksi otot perut mencit dengan cara menghitung jumlah
geliat pada kaki kepalanya yang tertarik ke belakang dan ekor tikus yang menggeliat, dalam
jangka waktu setiap 5 menit selama 30 menit.
Selain asam asetat, terdapat parasetamol. Paracetamol utamanya digunakan untuk
menurunkan panas badan yang disebabkan oleh karena infeksi atau sebab yang lainnya.
Disamping itu, paracetamol juga dapat digunakan untuk meringankan gejala nyeri dengan
intensitas ringan sampai sedang. Sifat analgesik parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri
ringan sampai sedang. Dalam golongan obat analgetik, parasetamol memiliki khasiat sama
seperti aspirin atau obat-obat non steroid antiinflamatory drug (NSAID) lainnya. Seperti
aspirin, parasetamol berefek menghambat prostaglandin (mediator nyeri) di otak tetapi
sedikit aktivitasnya sebagai penghambat postaglandin perifer.
Sedangkan fungsi aspirin adalah sebagai analgetik,antipiretik,dan sering pula digunakan
sebagai pencegah atau melepaskan dingin atau infeksi pernafasan akut. Dimana aspirin
merupakan obat bebas hasil reaksi asam asetil. Sedangkan efek samping dari aspirin yang
sering terjadi yaitu tukak lambung, kadang-kadang disertai anemia sekunder

BAB IV. KESIMPULAN


Dosis obat berpengaruh terhadap efek yang dihasilkan begitu juga dengan massa
mencit. Dosis yang diberikan terlalu rendah maka tidak akan menimbulkan efek,
tetapi apabila dosis yang diberikan tepat, maka akan menimbulkan efek teraupetik.
Dosis yang berlebihan akan menimbulkan efek toksik.

LAMPIRAN

Laporan Praktikum Farmakodinamik


Hubungan Dosis Respon Obat Analgesik

Disusun oleh :
Ain Yuanita Insani
Hilda Nur A.
M. Faizal Akbar
Hazmi Dwinanda N
Verantika Indra
Sofi Aliyatul
Ryan Ravi Is S
Nathania Putri
Lathifa Rusyda
Diana
I Nyoman Kurniawan
Saskia
Ahmad Syahrian
Agung Anugerah
Elita Ismi
Dasarina R.
Nur Aqmarina K.
T. Ariani Widiastini

142010101011
142010101012
142010101025
142010101032
142010101036
142010101037
142010101045
142010101048
142010101055
142010101058
142010101065
142010101067
142010101071
142010101079
142010101080
142010101090
142010101094
142010101108

Fakultas Kedokteran
Universitas Jember
2015

Anda mungkin juga menyukai