HOME
PARENTING
HOMESCHOOLING
VIDEO
DOWNLOAD
ARSIP
ABOUT
Anak-anak Karbitan
June 19, 2010 by Aar
101 Comments
Suka 12.039 orang menyukai ini. Daftar untuk mengetahui apa yang disukai teman
Anda.
Hari ini menemukan artikel lama yang menarik. Mudah-mudahan bermanfaat untuk refleksi kita
semua sebagai orangtua. Artikel ini ditulis oleh Dewi Utama Faizah, bekerja di Direktorat
pendidikan TK dan SD Ditjen Dikdasmen, Depdiknas, Program Director untuk Institut
Pengembangan Pendidikan Karakter divisi dari Indonesia Heritage Foundation.
Berikut ini artikel selengkapnya:
Anak-anak yang digegas Menjadi cepat mekar Cepat matang Cepat layu
Pendidikan bagi anak usia dini sekarang tengah marak-maraknya. Dimana mana orang tua merasakan pentingnya mendidik
anak melalui lembaga persekolahan yang ada. Mereka pun berlomba untuk memberikan anak-anak mereka pelayanan
pendidikan yang baik. Taman kanak-kanak pun berdiri dengan berbagai rupa, di kota hingga ke desa. Kursus-kursus kilat
untuk anak-anak pun juga bertaburan di berbagai tempat. Tawaran berbagai macam bentuk pendidikan ini amat beragam.
Mulai dari yang puluhan ribu hingga jutaan rupiah per bulannya. Dari kursus yang dapat membuat otak anak cerdas dan
pintar berhitung, cakap berbagai bahasa, hingga fisik kuat dan sehat melalui kegiatan menari, main musik dan berenang.
Dunia pendidikan saat ini betul-betul penuh dengan denyut kegairahan. Penuh tawaran yang menggiurkan yang terkadang
menguras isi kantung orangtua
Captive market! Kondisi diatas terlihat biasa saja bagi orang awam. Namun apabila kita amati lebih cermat, dan kita baca
berbagai informasi di intenet dan lileratur yang ada tentang bagaimana pendidikan yang patut bagi anak usia dini, maka kita
akan terkejut! Saat ini hampir sebagian besar penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak usia dini melakukan kesalahan. Di
samping ketidakpatutan yang dilakukan oleh orang tua akibat ketidak tahuannya!
Anak-Anak Yang Digegas
Ada beberapa indikator untuk melihat berbagai ketidakpatutan terhadap anak. Diantaranya yang paling menonjol adalah
orientasi pada kemampuan intelektual secara dini. Akibatnya bermunculanlah anak-anak ajaib dengan kepintaran intelektual
luar biasa. Mereka dicoba untuk menjalani akselerasi dalam pendidikannya dengan memperoleh pengayaan kecakapan-
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
kecakapan akademik di dalam dan di luar sekolah. Kasus yang pernah dimuat tentang kisah seorang anak pintar karbitan ini
terjadi pada tahun 1930, seperti yang dimuat majalah New Yorker. Terjadi pada seorang anak yang bernama William James
Sidis, putra seorang psikiater. Kecerdasan otaknya membuat anak itu segera masuk Harvard College walaupun usianya masih
11 tahun. Kecerdasannya di bidang matematika begitu mengesankan banyak orang. Prestasinya sebagai anak jenius
menghiasi berbagai media masa. Namun apa yang terjadi kemudian? James Thurber, seorang wartawan terkemuka, pada
suatu hari menemukan seorang pemulung mobil tua, yang tak lain adalah William James Sidis. Si anak ajaib yang begitu
dibanggakan dan membuat orang banyak berdecak kagum pada beberapa waktu silam.
Kisah lain tentang kehebatan kognitif yang diberdayakan juga terjadi pada seorang anak perempuan bernama Edith. Terjadi
pada tahun 1952, di mana seorang Ibu yang bernama Aaron Stern telah berhasil melakukan eksperimen menyiapkan
lingkungan yang sangat menstimulasi perkembangan kognitif anaknya, sejak si anak masih berupa janin. Baru saja bayi itu
lahir ibunya telah memperdengarkan suara musik klasik di telinga sang bayi. Kemudian diajak berbicara dengan
menggunakan bahasa orang dewasa. Setiap saat sang bayi dikenalkan kartu-kartu bergambar dan kosa kata baru. Hasilnya
sungguh mencengangkan! Di usia 1 tahun Edith telah dapat berbicara dengan kalimat sempurna. Di usia 5 tahun Edith telah
menyelesaikan membaca ensiklopedi Britannica. Usia 9 tahun ia membaca enam buah buku dan Koran New York Times
setiap harinya. Usia 12 tahun dia masuk universitas. Ketika usianya menginjak 15 tahun la menjadi guru matematika di
Michigan State University. Aaron Stem berhasil menjadikan Edith anak jenius karena terkait dengan kapasitas otak yang
sangat tak berhingga.
Namun khabar Edith selanjutnya juga tidak terdengar lagi ketika ia dewasa. Banyak kesuksesan yang diraih anak saat ia
menjadi anak, tidak menjadi sesuatu yang bemakna dalam kehidupan anak ketika ia menjadi manusia dewasa. Berbeda
dengan banyak kasus legendaris orang-orang terkenal yang berhasil mengguncang dunia dengan penemuannya. Di saat
mereka kecil mereka hanyalah anak-anak biasa yang terkadang juga dilabel sebagai murid yang dungu.
Seperti halnya Einstien yang mengalami kesulitan belajar hingga kelas 3 SD. Dia dicap sebagai anak bebal yang suka
melamun. Selama berpuluh-puluh tahun orang begitu yakin bahwa keberhasilan anak di masa depan sangat ditentukan oleh
faktor kognitif. Otak memang memiliki kemampuan luar biasa yang tiada berhingga. Oleh karena itu banyak orangtua dan
para pendidik tergoda untuk melakukan Early Childhood Training. Era pemberdayaan otak mencapai masa keemasannya.
Setiap orangtua dan pendidik berlomba-lomba menjadikan anak-anak mereka menjadi anak-anak yang super (Superkids).
Kurikulum pun dikemas dengan muatan 90 % bermuatan kognitif yang mengfungsikan belahan otak kiri. Sementara fungsi
belahan otak kanan hanya mendapat porsi 10% saja. Ketidakseimbangan dalam memfungsikan ke dua belahan otak dalam
proses pendidikan di sekolah sangat mencolok. Hal ini terjadi sekarang di mana-mana, di Indonesia.
Early Ripe, early Rot!
Gejala ketidakpatutan dalam mendidik ini mulai terlihat pada tahun 1990 di Amerika. Saat orangtua dan para professional
merasakan pentingnya pendidikan bagi anak-anak semenjak usia dini. Orangtua merasa apabila mereka tidak segera
mengajarkan anak-anak mereka berhitung, membaca dan menulis sejak dini maka mereka akan kehilangan peluang emas
bagi anak-anak mereka selanjutnya. Mereka memasukkan anak-anak mereka sesegera mungkin ke Taman Kanak-kanak (Pra
Sekolah). Taman Kanak-kanak pun dengan senang hati menerima anak-anak yang masih berusia di bawah usia 4 tahun.
Kepada anak-anak ini gurunya membelajarkan membaca dan berhitung secara formal sebagai pemula.
Terjadinya kemajuan radikal dalam pendidikan usia dini di Amerika sudah dirasakan saat Rusia meluncurkan Sputnik pada
tahun 1957. Mulailah Era Headstart merancah dunia pendidikan. Para akademisi begitu optimis untuk membelajarkan wins
dan matematika kepada anak sebanyak dan sebisa mereka (tiada berhingga). Sementara mereka tidak tahu banyak tentang
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
anaknya seperti halnya merawat karier dan harta mereka. Penuh dengan ambisi! Berbagai macam buku akan dibaca karena
ingin tahu isu-isu mutakhir tentang cara mengasuh anak. Mereka sangat percaya bahwa tugas pengasuhan yang baik seperti
halnya membangun karier, maka superkids merupakan bukti dari kehebatan mereka sebagai orangtua. Orangtua kelompok
ini memakaikan anak-anaknya baju-baju mahal bermerek terkenal, memasukkannya ke dalam program-program eksklusif
yang prestisius. Keluar masuk restoran mahal. Usia 3 tahun anak-anak mereka sudah diajak tamasya keliling dunia
mendampingi orangtuanya. Jika suatu saat kita melihat sebuah sekolah yang halaman parkirnya dipenuhi oleh berbagai merek
mobil terkenal, maka itulah sekolah banyak kelompok orangtua gourmet atau kelompok borju menyekolahkan anakanaknya.
College Degree Parents (ORTU INTELEK )
Kelompok ini merupakan bentuk lain dari keluarga intelek yang menengah ke atas. Mereka sangat peduli dengan pendidikan
anak-anaknya. Sering melibatkan diri dalam barbagai kegiatan di sekolah anaknya. Misalnya membantu membuat majalah
dinding dan kegiatan ekstra kurikular lainnya. Mereka percaya pendidikan yang baik merupakan pondasi dari kesuksesan
hidup. Terkadang mereka juga tergiur menjadikan anak-anak mereka Superkids , apabila si anak memperlihatkan
kemampuan akademik yang tinggi. Terkadang mereka juga memasukkan anak-anaknya ke sekolah mahal yang prestisius
sebagai bukti bahwa mereka mampu dan percaya bahwa pendidikan yang baik tentu juga harus dibayar dengan pantas.
Kelebihan kelompok ini adalah sangat peduli dan kritis terhadap kurikulum yang dilaksanakan di sekolah anak anaknya. Dan
dalam banyak hal mereka banyak membantu dan peduli dengan kondisi sekolah.
Gold Medal Parents (ORTU SELEBRITIS )
Kelompok ini adalah kelompok orangtua yang menginginkan anak-anaknya menjadi kompetitor dalam berbagai gelanggang.
Mereka sering mengikutkan anaknya ke berbagai kompetisi dan gelanggang. Ada gelanggang ilmu pengetahuan seperti
Olimpiade matematika dan sains yang akhir-akhir ini lagi marak di Indonesia . Ada juga gelanggang seni seperti ikut
menyanyi, kontes menari, terkadang kontes kecantikan. Berbagai cara akan mereka tempuh agar anak-anaknya dapat meraih
kemenangan dan menjadi seorang Bintang Sejati . Sejak dini mereka persiapkan anak-anak mereka menjadi Sang Juara,
mulai dari juara renang, menyanyi dan melukis hingga none abang cilik kelika anak-anak mereka masih berusia TK.
Sebagai ilustrasi dalam sebuah arena lomba ratu cilik di Padang puluhan anak-anak TK baik laki-laki maupun perempuan
tengah menunggu di mulainya lomba pakaian adat. Ruangan yang sesak, penuh asap rokok, dan acara yang molor menunggu
datangnya tokoh anak dari Jakarta. Anak-anak mulai resah, berkeringat, mata memerah karena keringat melelehi mascara
anak kecil mereka. Para orangtua masih bersemangat, membujuk anak-anaknya bersabar.
Mengharapkan acara segera di mulai dan anaknya akan kelular sebagai pemenang. Sementara pihak penyelenggara mengusir
panas dengan berkipas kertas. Banyak kasus yang mengenaskan menimpa diri anak akibat perilaku ambisi kelompok gold
medal parents ini. Sebagai contoh pada tahun 70-an seorang gadis kecil pesenam usia TK mengalami kelainan tulang akibat
ambisi ayahnya yang guru olahraga. Atau kasus bintang cilik Yoan Tanamal yang mengalami tekanan hidup dari dunia
glamour masa kanak-kanaknya. Kemudian menjadikannya pengguna dan pengedar narkoba hingga menjadi penghuni
penjara. Atau bintang cilik dunia Heintje yang setelah dewasa hanya menjadi pasien dokter jiwa. Gold medal parent
menimbulkan banyak bencana pada anak-anak mereka!
Pada tanggal 29 Mei lalu kita saksikan di TV bagaimana bintang cilik Joshua yang bintangnya mulai meredup dan
mengkhawatirkan orangtuanya. Orangtua Joshua berambisi untuk kembali menjadikan anaknya seorang bintang dengan
kembali menggelar konser tunggal. Sebagian dari kita tentu masih ingat bagaimana lucu dan pintarnya Joshua ketika berumur
kurang 3 tahun. Dia muncul di TV sebagai anak ajaib karena dapat menghapal puluhan nama-nama kepala negara. Kemudian
di usia balitanya dia menjadi penyanyi cilik terkenal. Kita kagum bagaimana seorang bapak yang tamatan SMU dan bekerja
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
di salon dapat membentuk dan menjadikan anaknya seorang superkid seorang penyanyi sekaligus seorang bintang film.
Do-it Yourself Parents
Merupakan kelompok orangtua yang mengasuh anak-anaknya secara alami dan menyatu dengan semesta. Mereka sering
menjadi pelayan professional di bidang sosial dan kesehatan, sebagai pekerja sosial di sekolah, di tempat ibadah, di Posyandu
dan di perpustakaan. Kelompok ini menyekolahkan anak-anaknya di sekolah negeri yang tidak begitu mahal dan sesuai
dengan keuangan mereka. Walaupun begitu kelompok ini juga bemimpi untuk menjadikan anak-anaknya Superkids
earlier is better. Dalam kehidupan sehari-hari anak-anak mereka diajak mencintai lingkungannya. Mereka juga mengajarkan
merawat dan memelihara hewan atau tumbuhan yang mereka sukai. Kelompok ini merupakan kelompok penyayang binatang,
dan mencintai lingkungan hidup yang bersih.
Outward Bound Parents (ORTU PARANOID)
Untuk orangtua kelompok ini mereka memprioritaskan pendidikan yang dapat memberi kenyamanan dan keselamatan
kepada anak-anaknya. Tujuan mereka sederhana, agar anak-anak dapat bertahan di dunia yang penuh dengan permusuhan.
Dunia di luar keluarga mereka dianggap penuh dengan marabahaya. Jika mereka menyekolahkan anak-anaknya maka mereka
lebih memilih sekolah yang nyaman dan tidak melewati tempat tempat tawuran yang berbahaya. Seperti halnya Do It
Yourself Parents, kelompok ini secara tak disengaja juga terkadang terpengaruh dan menerima konsep Superkids. Mereka
mengharapkan anak-anaknya menjadi anak-anak yang hebat agar dapat melindungi diri mereka dari berbagai macam
marabahaya. Terkadang mereka melatih kecakapan melindungi diri dari bahaya, seperti memasukkan anak-anaknya Karate,
Yudo, pencak Silat sejak dini. Ketidakpatutan pemikiran kelompok ini dalam mendidik anak-anaknya adalah bahwa mereka
terlalu berlebihan melihat marabahaya di luar rumah tangga mereka, mudah panik dan ketakutan melihat situasi yang selalu
mereka pikir akan membawa dampak buruk kepada anak. Akibatnya anak-anak mereka menjadi steril dengan
lingkungannya.
Prodigy Parents (ORTU INSTANT)
Merupakan kelompok orangtua yang sukses dalam karier namun tidak memiliki pendidikan yang cukup. Mereka cukup
berada, namun tidak berpendidikan yang baik. Mereka memandang kesuksesan mereka di dunia bisnis merupakan bakat
semata. Oleh karena itu mereka juga memandang sekolah dengan sebelah mata, hanya sebagai kekuatan yang akan
menumpulkan kemampuan anak-anaknya.
Tidak kalah mengejutkannya, mereka juga memandang anak-anaknya akan hebat dan sukses seperti mereka tanpa
memikirkan pendidikan seperti apa yang cocok diberikan kepada anak-anaknya. Oleh karena itu mereka sangat mudah
terpengaruh kiat-kiat atau cara unik dalam mendidik anak tanpa bersekolah. Buku-buku instant dalam mendidik anak sangat
mereka sukai. Misalnya buku tentang Kiat-Kiat Mengajarkan bayi Membaca karangan Glenn Doman , atau Kiat-Kiat
Mengajarkan Bayi Matematika karangan Siegfried, Berikan Anakmu pemikiran Cemerlang karangan Therese Engelmann,
dan Kiat-Kiat Mengajarkan Anak Dapat Membaca Dalam Waktu 9 Hari karangan Sidney Ledson.
Encounter Group Parents( ORTU NGERUMPI )
Merupakan kelompok orangtua yang memiliki dan menyenangi pergaulan. Mereka terkadang cukup berpendidikan, namun
tidak cukup berada atau terkadang tidak memiliki pekerjaan tetap (luntang lantung). Terkadang mereka juga merupakan
kelompok orangtua yang kurang bahagia dalam perkawinannya.
Mereka menyukai dan sangat mementingkan nilai-nilai relationship dalam membina hubungan dengan orang lain. Sebagai
akibatnya kelompok ini sering melakukan ketidakpatutan dalam mendidik anak-anak dengan berbagai perilaku gang
ngrumpi yang terkadang mengabaikan anak. Kelompok ini banyak membuang-buang waktu dalam kelompoknya sehingga
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
mengabaikan fungsi mereka sebagai orangtua. Atau pun jika mereka memiliki aktivitas di kelompokya lebih berorientasi
kepada kepentingan kelompok mereka. Kelompok ini sangat mudah terpengaruh dan latah untuk memilihkan pendidikan bagi
anak-anaknya. Menjadikan anak-anak mereka sebagai Superkids juga sangat diharapkan. Namun banyak dari anak anak
mereka biasanya kurang menampilkan minat dan prestasi yang diharapkan.
Milk and Cookies Parents-(ORTU IDEAL)
Kelompok ini merupakan kelompok orangtua yang memiliki masa kanak-kanak yang bahagia, yang memiliki kehidupan masa
kecil yang sehat dan manis. Mereka cenderung menjadi orangtua yang hangat dan menyayangi anak-anaknya dengan tulus.
Mereka juga sangat peduli dan mengiringi tumbuh kembang anak-anak mereka dengan penuh dukungan.
Kelompok ini tidak berpeluang menjadi orangtua yang melakukan miseducation dalam merawat dan mengasuh anakanaknya. Mereka memberikan lingkungan yang nyaman kepada anak-anaknya dengan penuh perhatian, dan tumpahan cinta
kasih yang tulus sebagai orang tua.
Mereka memenuhi rumah tangga mereka dengan buku-buku, lukisan dan musik yang disukai oleh anak-anaknya. Mereka
berdiskusi di ruang makan, bersahabat dan menciptakan lingkungan yang menstimulasi anak-anak mereka untuk tumbuh
mekar segala potensi dirinya. Anak-anak mereka pun meninggalkan masa kanak-kanak dengan penuh kenangan indah yang
menyebabkan. Kehangatan hidup berkeluarga menumbuhkan kekuatan rasa yang sehat pada anak untuk percaya diri dan
antusias dalam kehidupan belajar.
Kelompok ini merupakan kelompok orangtua yang menjalankan tugasnya dengan patut kepada anak-anak mereka. Mereka
begitu yakin bahwa anak membutuhkan suatu proses dan waktu untuk dapat menemukan sendiri keistimewaan yang
dimilikinya. Dengan kata lain mereka percaya bahwa anak sendirilah yang akan menemukan sendiri kekuatan di dirinya.
Bagi mereka setiap anak adalah benar-benar seorang anak yang hebat dengan kekuatan potensi yang juga berbeda dan unik!
Kamu harus tahu bahwa tiada satu pun yang lebih tinggi, atau lebih kuat, atau lebih baik, atau pun lebih berharga dalam
kehidupan nanti daripada kenangan indah; terutama kenangan manis di masa kanak-kanak. Kamu mendengar banyak hal
tentang pendidikan, namun beberapa hal yang indah, kenangan berharga yang tersimpan sejak kecil adalah mungkin itu
pendidikan yang terbaik. Apabila seseorang menyimpan banyak kenangan indah di masa kecilnya, maka kelak seluruh
kehidupannya akan terselamatkan. Bahkan apabila hanya ada satu saja kenangan indah yang tersiampan dalam hati kita,
maka itulah kenangan yang akan memberikan satu hari untuk keselamatan kita (destoyevsky s brothers karamoz)
PERSPEKTIF SEKOLAH YANG MENGKARBIT ANAK
Kecenderungan sekolah untuk melakukan pengkarbitan kepada anak didiknya juga terlihat jelas. Hal ini terjadi ketika sekolah
berorientasi kepada produk daripada proses pembelajaran. Sekolah terlihat sebagai sebuah Industri dengan tawarantawaran menarik yang mengabaikan kebutuhan anak. Ada program akselerasi, ada program kelas unggulan. Pekerjaan rumah
yang menumpuk. Tugas-tugas dalam bentuk hanya lembaran kerja. Kemudian guru-guru yang sibuk sebagai Operator
kurikulum dan tidak punya waktu mempersiapkan materi ajar karena rangkap tugas sebagai administrator sekolah. Sebagai
guru kelas yang mengawasi dan mengajar terkadang lebih dari 40 anak, guru hanya dapat menjadi pengabar isi buku
pelajaran ketimbang menjalankan fungsi edukatif dalam menfasilitasi pembelajaran. Di saat-saat tertentu sekolah akan
menggunakan mesin-mesin dalam menskor capaian prestasi yang diperoleh anak setelah diberikan ujian berupa potonganpotongan mata pelajaran. Anak didik menjadi dimiskinkan dalam menjalani pendidikan di sekolah. Pikiran mereka diforsir
untuk menghapalkan atau melakukan tugas-tugas yang tidak mereka butuhkan sebagai anak.
Manfaat apa yang mereka peroleh jika guru menyita anak membuat bagan organisasi sebuah birokrasi? Manfaat apa yang
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
dirasakan anak jika mereka diminta membuat PR yang menuliskan susunan kabinet yang ada di pemerintahan? Manfaat apa
yang dimiliki anak jika ia disuruh menghapal kalimat-kalimat yang ada di dalam buku pelajaran? Tumpulnya rasa dalam
mencerna apa yang dipikirkan oleh otak dengan apa yang direfleksikan dalam sanubari dan perilaku-perilaku keseharian
mereka sebagai anak menjadi semakin senjang. Anak-anak tahu banyak tentang pengetahuan yang dilatihkan melalui
berbagai mata pelajaran yang ada dalam kurikulum persekolahan, namun mereka bingung mengimplementasikan dalam
kehidupan nyata. Sepanjang hari mereka bersekolah di sekolah untuk sekolah? dengan tugas-tugas dan PR yang
menumpuk.
Namun sekolah tidak mengerti bahwa anak sebenarnya butuh bersekolah untuk menyongsong kehidupannya! Lihatlah,
mereka semua belajar dengan cara yang sama. Membangun 90 % kognitif dengan 10 % afektif. Paulo Freire mengatakan
bahwa sekolah telah melakukan pedagogy of the oppressed terhadap anak-anak didiknya. Di mana guru mengajar, anak
diajar, guru mengerti semuanya dan anak tidak tahu apa-apa, guru berpikir dan anak dipikirkan, guru berbicara dan anak
mendengarkan, guru mendisiplin dan anak didisiplin, guru memilih dan mendesakkan pilihannya dan anak hanya mengikuti,
guru bertindak dan anak hanya membayangkan bertindak lewat cerita guru, guru memilih isi program dan anak menjalaninya
begitu saja, guru adalah subjek dan anak adalah objek dari proses pembelajaran (Freire,1993). Model pembelajaran banking
system ini dikritik habis-habisan sebagai masalah kemanusiaan terbesar. Belum lagi persaingan antar sekolah. dan persaingan
ranking wilayah.
Mengkompetensi Anak merupakan KETIDAKPATUTAN PENDIDIKAN
Anak adalah anugrah Tuhan sebagai hadiah kepada semesta alam, tetapi citra anak dibentuk oleh sentuhan tangan-tangan
manusia dewasa yang bertanggungjawab. (Nature versus Nurture) bagaimana ? Karena ada dua pengertian kompetensi.
kompetensi yang datang dari kebutuhan di luar diri anak (direkayasa oleh orang dewasa) atau kompetensi yang sesuai dengan
kebutuhan dari dalam diri anak sendiri.
Sebagai contoh adalah konsep kompetensi yang dikemukakan oleh John Watson (psikolog) pada tahun 1920 yang
mengatakan bahwa bayi dapat ditempa menjadi apapun sesuai kehendak kita; sebagai komponen sentral dari konsep
kompetensi. Jika bayi-bayi mampu jadi pembelajar, maka mereka juga dapat dibentuk melalui pembelajaran dini.
Kata-kata Watson yang sangat terkenal adalah sebagai berikut : Give me a dozen healthy infants, well formed and my own
special world to bring them up in, and Ill guarantee you to take any one at random and train him to become any type of
specialist I might select doctor, lawyer, artist, merchant chief and yes, even beggar and thief regardless of this talents,
penchants, tendencies, vocations, and race of his ancestors
Pemikiran Watson membuat banyak orang tua melahirkan intervensi dini setelah mereka melakukan serangkaian tes
Inteligensi kepada anak-anaknya. Ada sebuah kasus kontroversi yang terjadi di Institut New Jersey pada tahun 1979. Di mana
guru-guru melakukan serangkaian program tes untuk mengukur Kecakapan Dasar Minimum (Minimum Basic Skill) dalam
mata pelajaran membaca dan matematika. Hasil dari pelaksanaan program ini dilaporkan kolomnis pendidikan Fred
Hechinger kepada New York Times sebagai berikut : The improvement in those areas were not the result of any magic
program or any singular teaching strategy, they were simply proof that accountability is crucial and that, in the past five
years, it has paid off in New Yersey.
Juga belajar dari biografi tiga orang tokoh legendaris dunia seperti Eleanor Roosevelt, Albert Einstein dan Thomas Edison,
yang diilustrasikan sebagai anak-anak yang bodoh dan mengalami keterlambatan dalam akademik ketika mereka bersekolah
di SD kelas rendah. Semestinya kita dapat menyimpulkan bahwa pendidikan dini sangat berbahaya jika dibuatkan
kompetensi-kompetensi perolehan pengetahuan hanya secara kognitif.
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
Oleh karena hingga hari ini sekolah belum mampu menjawab dan dapat menampilkan kompetensi emosi sosial anak dalam
proses pembelajaran. Pendidikan anak seutuhnya yang terkait dengan berbagai aspek seperti emosi, sosial, kognitif pisik, dan
moral belum dapat dikemas dalam pembelajaran di sekolah secara terintegrasi. Sementara pendidikan sejati adalah
pendidikan yang mampu melibatkan berbagai aspek yang dimiliki anak sebagai kompetensi yang beragam dan unik untuk
dibelajarkan. Bukan anak dibelajarkan untuk di tes dan di skor saja!. Pendidikan sejati bukanlah paket-paket atau kemasan
pembelajaran yang berkeping-keping, tetapi bagaimana secara spontan anak dapat terus menerus merawat minat dan
keingintahuan untuk belajar. Anak mengenali tumbuh kembang yang terjadi secara berkelangsungan dalam kehidupannya.
Perilaku keingintahuan -curiosity inilah yang banyak tercabut dalam sistem persekolahan kita. Akademik Bukanlah
Keutuhan Dari Sebuah Pendidikan!. Empty Sacks will never stand upright George Eliot
Pendidikan anak seutuhnya tentu saja bukan hanya mengasah kognitif melalui kecakapan akademik semata! Sebuah
pendidikan yang utuh akan membangun secara bersamaan, pikiran, hati, pisik, dan jiwa yang dimiliki anak didiknya.
Membelajarkan secara serempak pikiran, hati. dan pisik anak akan menumbuhkan semangat belajar sepanjang hidup mereka.
Di sinilah dibutuhkannya peranan guru sebagai pendidik akademik dan pendidik sanubari karakter. Di mana mereka
mendidik anak menjadi good and smart terang hati dan pikiran.
Sebuah pendidikan yang baik akan melahirkan how learn to learn pada anak didik mereka. Guru-guru yang bersemangat
memberi keyakinan kepada anak didiknya bahwa mereka akan memperoleh kecakapan berpikir tinggi, dengan berpikir kritis,
dan cakap memecahkan masalah hidup yang mereka hadapi sebagai bagian dari proses mental. Pengetahuan yang terbina
dengan baik yang melibatkan aspek kognitif dan emosi, akan melahirkan berbagai kreativitas.
Leonardo da Vinci seorang pelukis besar telah menghabiskan waktunya berjam-jam untuk belajar anatomi tubuh manusia.
Thomas Edison mengatakan bahwa genius is 1 percent inspiration and 99 percent perspiration .
Semangat belajar encourage tidak dapat muncul tiba-tiba di diri anak. Perlu proses yang melibatkan hati, kesukaan dan
kecintaan belajar. Sementara di sekolah banyak anak patah hati karena gurunya yang tidak mencintai mereka sebagai anak.
Selanjutnya misi sekolah lainnya yang paling fundamental adalah mengalirkan moral litermy melalui pendidikan karakter.
Kita harus ingat bahwa kecerdasan saja tidak cukup. Kecerdasan plus karakter inilah tujuan sejati sebuah pendidikan (Martin
Luther King, Jr ). lnilah keharmonisan dari pendidikan, bagaimana menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan, antara
kecerdasan hati dan pikiran, antara pengetahuan yang berguna dengan perbuatan yang baik .
PENUTUP
Mengembalikan pendidikan pada hakikatnya untuk menjadikan manusia yang terang hati dan terang pikiran good and
smart merupakan tugas kita bersama. Melakukan reformasi dalam pendidikan merupakan kerja keras yang mesti dilakukan
secara serempak, antara sekolah dan masyarakat, khususnya antara guru dan orangtua. Pendidikan yang ada sekarang ini
banyak yang tidak berorientasi kepada kebutuhan anak sehingga tidak dapat memekarkan segala potensi yang dimiliki anak.
Atau pun jika ada yang terjadi adalah ketidakseimbangan yang cenderung memekarkan aspek kognitif dan mengabaikan
faktor emosi.
Begitu juga orangtua. Mereka berkecenderungan melakukan training dini kepada anak. Mereka ingin anak-anak mereka
menjadi SUPERKIDS. Inilah fenomena yang sedang trend akhir-akhir ini. Inilah juga awal dari lahirnya era anak-anak
karbitan! Lihatlah nanti ketika anak-anak karbitan itu menjadi dewasa, maka mereka akan menjadi orang dewasa yang ke
kanak-kanakan.
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
8 Cara Belajar
Berbeda
Ratusan SMA
siswanya tak ada
yang lulus
18 Nilai dalam
Pendidikan Karakter
Bangsa
Workshop Komik
bersama Benny
Rachmadi
#Proyek365:
konsistensi adalah
pelengkap passion
(...
Webinar sesi-3:
Mempersiapkan
Pembelajar Mandiri
Menumbuhkan
Ketrampilan
Berbahasa
Untuk Anies
Baswedan: Wajib
Sekolah atau Wajib
Bel...
Belajar dengan
gairah
About Aar
Aar senang membaca, suka menulis, berbahagia saat berbagi dan bermain bersama
anak-anak. Minat utama tentang pendidikan, anak, teknologi, spiritualitas, bisnis, dan
apa saja yang membuat kehidupan manusia menjadi lebih baik. Buku yang telah
diterbitkan "Homeschooling Lompatan Cara Belajar" (Elex Media, 2007), "Warna-warni
Homeschooling" (Elex Media, 2008).
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
12k
265
Komentar
indriana says:
June 19, 2010 at 5:58 pm
Utamy says:
June 19, 2010 at 10:58 pm
AarSumardiono says:
June 13, 2012 at 1:11 pm
salam
Reply
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
Aar says:
June 20, 2010 at 9:42 am
permisi, saya salah seorang mahasiswa yang mempelajari juga mengenai psikoloogi anak dan
tumbuh kembang manusia. Awalnya yang m,embuat saya terytarik dengan blog anda adalah anak karbitan
saya pikir itu hanya kiasan yang bermaksud lelucon saja teapisetelah saya baca posting anda, saya sangat
tertarik untuk menuliskan komentar saya disini.
Menurut saya memang pengaruihn orang tua sangat besar terhadap perkemabangan anak. tapi mengenai
homes chooling itu sendiri aku mau tanya, memang kalau home schooling itu gmna akkalo mau lanjutin
sekolahnya?kankalo kita sekolah formalkita punta sttb ato pun ijazah. Nah kalohome schooling iotu
bagaimana?
Reply
LailaUtariRatnaPuspita says:
February 17, 2013 at 10:44 pm
Menurut saya, homeschooling (HS) itu sama sekali tidak membatasi lingkungan sosial anak
mbak. Justru anak2 HS memiliki waktu dan kesempatan yang lebih banyak untuk bersosialisasi dengan
orang2 dari berbagai usia dan profesi. HS memungkinkan kita menyediakan ruang sosial yang baik untuk
anak, dimana mereka dihargai ucapannya, dibesarkan hatinya, digugah pemikirannya, dan diluaskan
wawasannya, pendek kata, HS memungkinkan kita (orangtua) memberi momen sosialisasi terbaik bagi
anak di masa2 emas pertumbuhan karakternya. Beda dengan anak2 yang bersekolah di sekolah umum,
berdasarkan pengalaman saya ya memang betul saya memiliki banyak sekali teman2 sebaya di sana,
tapi sulit bagi saya menemukan kebaikan/benefit dari sosialisai2 yang bebas semacam itu, dimana
bullying adalah hal biasa, pornografi menelusup rapi di bawah meja, dsb. Kalau saja orangtua saya tidak
menitipkan saya pada Allah dalam setiap doa2 mereka, entahlah saat ini saya jadi manusia yang seperti
apa.
Reply
Ratna says:
September 7, 2014 at 8:54 am
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
Orang tuanya cocoknya kerja dimana ya supaya hal2 normatif yg mbak sebutkan soal Home
schooling itu dapat terwujud?
soal bullying di sekolah itu kok seolah2 semua anak mengalami bullying. Sekolah ngga semengerikan
itu. Ngga tau deh buat mbak gimana.
Reply
Aar says:
June 20, 2010 at 4:01 pm
Leli Dwi,
Penjelasan lengkapnya ada di buku Homeschooling Lompatan Cara Belajar dan Warna-warni
Homeschooling yang diterbitkan penerbit Elex Media Komputindo.
Kalau singkatnya dapat dibaca di ebook 7 FAQ Homeschooling berisi jawaban terhadap 7 pertanyaan
mengenai homeschooling yang sering ditanyakan.
Reply
an says:
April 2, 2011 at 9:56 pm
Ada sekolah d yogya yg mendekati penjabaran d atas, d mana anak diajarkan tanpa
tekanan,penuh eksperimen. Utk sd smp sma. Sedang paud dan tk nya anak diasah kognnitif dan
emosinya jg, guru senantiasa memotivasi anak2 balita ini utk semangat bljr hingga mrk selalu rindu
sekolah. Tp trnyt konsep baru dan indah ini tdk mudah utk diterapkan scr luas, msh byk yg meragukan
kualitas nya. Mendobrak hal yg sudah umum memang sulit ya
Reply
mey says:
July 6, 2011 at 3:00 pm
boleh tahu sekolah mana itu mbak? kebetulan saya tinggal di yogya dan sedikit bosan
dengan model sekolah yang terlalu akademis.. nuwun
Reply
QQ says:
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
Hmmmm Benar2 membuka wawasan yg slama ini sangat terbatas. Terima kasih ya sharingnya
saya termasuk yg memasukkan Anak pertama saya di playgroup. Bukan untuk mengkarbit, tp untuk
mencoba. Hehe tega jg ya Anak jd ajang coba2. Tp bagaimana lagi, sy benar2 ingin tau bagaimana sistem
Pendidikan formal bisa gagal Dan tidak bisa hanya mendengar cerita orang.
Yg mengganjal dari observasi saya terhadap homeschooling ini, adalah kurikulum. Sudah browsing, belum
dpt juga. Apakah mesti join ke lembaga yg menyelenggarakan HS Baru dpt kurikulum? Belum lg lokasi sy
lumayan Jauh, takutnya Kalau mentok HS-nya, ga ada yg bisa diminta tolong hehe
Sebelum Tanya lebih banyak, saya akan baca dulu Buku Dan website yg mas sarankan diatas
thanks sharingnya.
Reply
Eva says:
June 22, 2010 at 10:33 am
Fani says:
June 22, 2010 at 1:23 pm
Artikel ini telah menyadarkan saya ,kebetulan saya mempunyai anak yg usianya 5 tahun .TERIMA
KASIH BANYAK
Reply
bettyanang says:
June 24, 2010 at 10:22 pm
thank you very much, informasi ang sangat mencerahkan!sangat-sangat bermanfaat bagi saya
sebagai seorang pendidik PAUD
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
sekali lg
Reply
nheva says:
July 22, 2010 at 6:02 pm
Thak you so much jadi makin yakin dengan pilihan yang mau di ambil!! Tadinya aq berpikiran
sama dengan ortu2 karbitan yang ingin punya anak karbitan juga Tapi setelah mbaca ini jadi ngerti
deeeh. sakali lagi matursuwun jangan lupa terus share ya..
Reply
Ani says:
July 24, 2010 at 6:47 pm
Mengembalikan pendidikan pada hakikatnya untuk menjadikan manusia yang terang hati dan
terang pikiran good and smart
itu adalah harapan dan perjuangan kita bersama, orang tua, masyarakat termasuk lembaga pendidikan, juga
pemerintah. melalui jalur sekolah ataupun luar sekolah formal seperti homeschooling.
Aar says:
July 27, 2010 at 9:21 pm
Mbak Ani,
Mari bersama-sama berbagi dan saling menginspirasi melalui jalan yang manapun untuk kebaikan anakanak Indonesia.. ^_^
Reply
pak aar, tulisan ini bagus sekali, boleh tdk saya share di fesbuk saya?? thanks b4
Reply
Aar says:
October 9, 2010 at 8:54 pm
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
melly says:
November 13, 2010 at 11:51 pm
pas bgt sy lg browse ttg paud n nemu ini.saya jg dr seb nikah ga setuju dgn sistem kebut otak kiri
pd anak.makanya prihatin ponakan sy dimasukkan ke kumon,tp ortunya bangga.smg banyak ortu yg tambah
ngartii.mas aar ad masukan ga,sy pgn masukin anak sy ke paud spy bs sosialisasi ma tmn sebaya,bukan
maksa dia u belajar..ntn sy share k adik sy yathx alot atas pencerahannya
Reply
Lea says:
December 14, 2010 at 1:18 pm
mas Aar boleh saya share di blog saya yaboleh ya..:) terimakasih..:)
Reply
Aar says:
December 17, 2010 at 7:17 am
nabils29 says:
January 22, 2011 at 3:40 pm
betul itu
nabils29 says:
February 16, 2011 at 5:02 pm
betul 3x..
dengan di KARBIT..
cepat bersinar..
bahkan padam..
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
Orang tua yang hidup dengan tidak ideal, akan berusaha memaksa anak untuk hidup seideal mungkin,
harus nyaman, harus paling pinter, paling jago ini, jago itu, dsb.
akibatnya anak-anak dipaksa mengikuti kegiatan ini-itu, yang tanpa disadari, orang tua melupakan
kebutuhan dasar sang anak.
semoga kita semua diberikan kemudahan dalam memberikan yang terbaik bagi buah hati kita.
Reply
Klo menurut gw sih bkn cm ortu yg hidup gak ideal yang memiliki idealisme mengenai masa depan
anak2nya, tp jg dari ortu2 yg sangat memiliki kehidupan yang ideal.
Mungkin ajatp kadang anak pun harus dikasih motivasi lebih dari sekedar diminta, kadang musti
dipaksatinggal bagaimana kita sebagai ortu tau gimana cara memaksa ato istilah kerennya ngePUSH anak dengan baik dan bijak.
Reply
santi says:
July 4, 2011 at 1:10 pm
wida says:
July 6, 2011 at 1:45 pm
an says:
July 6, 2011 at 3:11 pm
@mey: sy tidak bermaksud promosi lho,tp ini fakta yg sy lihat. Datang lgsng aja ke bustanul ulum
di belakang hotel indah palace prawirotaman,daerah yogya selatan.
Reply
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
prima says:
September 27, 2011 at 10:41 pm
Aar says:
September 28, 2011 at 8:10 pm
Luar biasa, anak-anak itu adalah mutiara yang terpendam, perlakuan terhadap mereka harus
serupa dengan perlakuan terhadap mutiara, atau bahkan melebihi, karena nilai seorang anak jauh melebihi
nilai mutiara.
Reply
Inspiring. Walaupun banyak kekurangannya dr artikel ini. Lupa ya bagaimana Rabiah ar Rayi
sudah menjadi ulama besar sejak usia belasan tahun, Imam Syafii, dan banyak ilmuan muslim lainnya spt
Al-Biruni, dll. Kondisi diatas harus dilihat juga dalam paradigma sosiologi spt apa. Karena Pendidikan bukan
berada di ruang vakum. harus dilihat paradigma lingkungan yang menyertainya. Sumber tulisan tadi hanya
berasala dari paradigma masyrarakat materialis.
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
Reply
sanjaya says:
December 27, 2011 at 2:28 pm
menyambung tulisan pak Hery Soe, untuk Rabiah Ar Rayi , Imam Syafii dan banyak ilmuwan
muslim jaman dulu, sepertinya yang digegas pada mereka adalah otak kanannya, bukan otak kiri seperti
anak2 jaman sekarang.
Reply
MAFurqon says:
February 6, 2013 at 7:49 am
Bukan yang mereka kembangkan adalah keseimbangan antara otak kiri dan otak kanan anak.
Sesuatu yang berlebihan itu jelek bukan?
Reply
mo nimpalin dikit nih. saya setuju dengan pak Furqon yaitu keseimbangan antara otak kiri
dan otak kanan. bukan hanya IQ saja yang diutamakan tapi emosional quetion (EQ) dan social quetion
(SQ). dari pada mendengatkan musik klasik kepada anak lebih baik mendengarkan lantunan ayat AlQuran. tapi tidak untuk menuntut anak untuk menghafalnya. bukankah mendengarkan ayat suci AlQuran membuat hati kita menjadi tenang. begitu juga dengan anak.
Reply
annisa says:
January 6, 2012 at 11:46 am
Mbak Lala dan Mas Aar, kayaknya aku define diriku sebagai orangtua paranoid sementara
suamiku orangtua milk and cookies :).
Maksudnya gimana sih anak-anak jadi steril dengan lingkungannya? Makasih ya
Reply
Aar says:
January 6, 2012 at 12:18 pm
Mbak Annisa,
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
Mungkin maksudnya adalah perlindungan yg terlalu kuat dari orgtua yg mengakibatkan anak tidak
terbiasa dilepas di dunia nyata. Padahal, kegagalan & masalah2 di dunia nyata juga bisa memperkuat
anak..
Reply
andi says:
January 8, 2012 at 7:32 am
jadi sekolah yang baik itu arah pendidikannya harusnya bagaimana ya mba ?
Terima kasih atas ilmu yang bermanfaat, semoga sehat n terus berbagi, amin
Reply
Fida says:
May 15, 2013 at 3:06 pm
Suka mak sama ulasannya. Saya setuju sangat, makanya anak-anak saya, saya masukkan di
sekolah negeri biasa, tapi ya tetap saya perhatikan standarnya walaupun itu sekolah gratis. Dan sampai
sekarang, anak2 tidak saya ikutkan les pelajaran apapun, kecuali les bola, mewarnai atau menari, itupun
atas permintaan anak-anak. Alasannya, karna disekolah sekarang, pelajarannya aja udah banyak banget
(MIN). Jadi pulang sekolah, anak2 saya suruh istirahat aja (biasanya mereka baca baca buku cerita),
sorenya baru main sama teman diluar, hampir magrib kembali kerumah. Baru ritual belajarnya pas sehabis
magrib itu (sholat magrib, ngaji, ngafal satu ayat AlQuran aja, buka buku pelajaran setengah jam, istirahat,
tidur)
Saya gak terpengaruh dengan euforia sekolah internasional, standar internasional, atau les tambahan.
Justru di sekolah biasa mereka banyak belajar banyak hal tentang berbagai perbedaan sosial. Karena di
sekolah mereka ada anak yg dr ortu borju sampai anak tukang es teh poci yang jualan di depan sekolah.
Reply
roni says:
February 12, 2014 at 9:25 am
0-1 tahun harus asi, 1-5 tahun sayangilah oleh kedua orang tua dg kasih sayang yang
mengajarkan permainan,dan etika 5-7 tahun ajari sholat, anjuran alqurananak boleh di paksa nuruti
perintah bila sudah umur 7 tahun.. dan setelah 7 tahun ajarilah berenang, memanah dan menunggang
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
wah.. saya ketinggalan jaman nieh udah di tulis 3 tahun lalu saya baru baca terimakasih
Mas.. Inspiratif!
Reply
Kelompok ini merupakan kelompok orangtua yang memiliki masa kanak-kanak yang bahagia, yang memiliki
kehidupan masa kecil yang sehat dan manis.
>
Pada kalimat ini, saya kurang setuju. Karena sama dengan mengatakan bahwa hanya ortu yang bahagia
semasa kanak-kanak yang bisa menghasilkan anak-anak yang seharusnya.
Masa kecil saya tidak bahagia, namun saya sadar akan hal itu dan memperlakukan anak persis seperti yang
ditulis di bagian Milk and Cookies Parents-(ORTU IDEAL) tersebut.
Selain itu, saya setuju dengan isi tulisan artikel ini.
Salut.
Reply
wening says:
November 20, 2013 at 5:26 pm
saya berharap ada hasil riset dan hasil penelitian yg dicantumkan sebagai penguat isi artikel ini.
terima kasih.
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
Reply
Galmas says:
November 25, 2013 at 3:36 pm
Lalu bagaimana agar anak-anak kita tidak menjadi anak karbitan mas?
Reply
Setiaji says:
November 25, 2013 at 5:01 pm
Artikel yg sangat bagus, saya sebagai orangtua juga terkadang bimbang apakah polsa didikan
saya thd anak sudah benar, paling tidak sudah dapat pencerahan dari sini, thanks Pak
Reply
Mantap.
Reply
Zaiyar says:
November 27, 2013 at 10:52 pm
Jadi harus sabar mendidik anak, tidak perlu terburu buru mengajarkan yang sebenarnya belum waktunya.
Terima kasih artikelnya, sungguh menarik
Reply
margaretha says:
November 30, 2013 at 11:02 pm
Pak Aar ijin share ya. Saya jg sdng membaca buku bpk warna warni homeschooling. Trims sdh
berbagi ilmu
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
Reply
orang tua saya menyarankan gk usahlah ikut PAUD, cukuplah setahun saja masuk TK & masuk
SD klo sdh 7 thn.. #orang tua guru SD
Reply
indraphotography says:
December 13, 2013 at 2:51 pm
renita says:
January 9, 2014 at 9:43 am
Mas Aar,
keren banget nih tulisannya. sebagai orang tua, semoga kita bisa memilih dan memilah pendidikan yang
diterapkan untuk anak secara bijaksana dimana sesuai dengan umur dan kemampuannya. setiap anak itu
unik.
Reply
Aar says:
January 9, 2014 at 12:01 pm
#Mb Renita: semoga menjadi alat untuk refleksi kita sebagai orangtua ya..
Reply
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
mampir di web ku ya
Reply
nibina says:
January 20, 2014 at 9:28 pm
korelasi antara tingkat pendidikan (IQ) dan kesuksesan hidup lebih rendah dibandingkan tingkat
kesantunan/ahlaq (SQ+EQ) dan kesuksesan hidup.
Reply
sofia says:
January 24, 2014 at 1:59 pm
Aar says:
January 24, 2014 at 3:42 pm
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
setelah jadi ibu dari 3 jagoan, tidak ingin memaksakan mereka cepet pintar.. hanya ingin mereka memiliki
etika berperilaku dan tanggungjawab sejak dini terhadap diri dan agama sambil memberikan kesempatan
mereka mengembangkan bakat dan minatnya.. Alhamdulillah si sulung dan adiknya telah meraih hampir 30
piala dalam berbagai lomba melukis dan mewarnai. saat ini mereka duduk di SD kelas 3 dan 2 SD negeri.
sonia says:
February 25, 2014 at 10:33 am
Aar says:
February 25, 2014 at 11:22 am
fadhilah says:
February 25, 2014 at 11:25 am
tipe anak saya banget tuh einstendi sekolah nggak mau nulis dan suka melamun, tp klo ditanya dia ngerti
kok
Reply
Aar says:
February 25, 2014 at 11:37 am
Silakan mbak
Reply
norma says:
February 25, 2014 at 2:48 pm
Yup makasi banget ya skrg aq jd lbh bisa memahami bgmana mendidik anakq kelak. Mumpung
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
masih 1 th 8 bulan. Btw aq ini juga manusia karbitan. Aku sekolah akselerasi 2 tahun waktu sma di bekasi.
Dan sudah merasa cukup gila sewaktu menjalaninya dan sesudah lulus. Akhirnya waktu masuk waktu kuliah
kyk orang bingung pengen masuk jurusan apa. Sudah menjalani fakultas teknik sipil 2 th aq keluar dan
masuk fakultas kedokteran. Tp anyway skrg aq dah jd dokter. Alhamdulillah. Tp q ingatkan jg untuk para
parents bahwa saya tidak nyaman untuk menjalani sekolah karbitan, apalagi untuk diterapkan pada anak
anda. Makasi sekali lagi infonya, semoga ilmu baru ini bisa saya terapkan dg baik untuk buah hati saya.
Yang alami memang lebih baik. Cuma bingung ya. Kalo home schooling kasian juga y kan kurang
bersosialisasi. Apakah ada ide lain?
Reply
setelah membaca artikel ini,,saatnya introspeksi diri terhadap pendidikan yang selama ini saya
lakukan untuk anak anak saya,,terima kasih atas infonya Pak,,
Reply
zulia says:
February 28, 2014 at 3:05 pm
saya salah satu yang hampir terjebak dengan metode secepatnya memberi pelajaran calistung,
udah sempet beli kartu belajar yang akan saya terapkan kepada anak saya waktu itu baru 4 bulan
terimakasih banyak
Reply
kita memang harus mengikuti perkembangan anak. mengarahkan perkembangan anak ke yang
lebih baik
Reply
asri says:
March 29, 2014 at 7:14 am
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
evi says:
April 10, 2014 at 9:36 am
Bawenang says:
May 8, 2014 at 4:16 pm
Artikel yang menarik tapi menurut saya agak aneh. Penulis artikel berasal dari Depdiknas, jadi
harusnya mereka sadar dengan masalah ini. Tapi kok tetap membuat kurikulum yang merupakan anti thesis
dari artikel ini. Saya gagal paham.
Reply
rahma says:
June 20, 2014 at 1:18 pm
Bagus banget tulisannya. Izin share ya, insya allah bermanfaat bagi saya pribadi dan yang
membacanya.
Terimakasih pada penilis. Izin copas juga ya ke blog saya.
Reply
Aar says:
June 20, 2014 at 1:47 pm
aprilia says:
August 29, 2014 at 1:44 pm
murtie says:
September 1, 2014 at 4:53 pm
Artikel yang sangat bagus. Terima kasih telah berbagi ilmu, dek.
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
Reply
sangat bermanfaat sekali tulisannya ..trims smg jd pencerahan untuk para orang tua dalam
mendidik anaknya..izin share ya
..
Reply
Informasi yg membuat saya berfikir fitrah seorang ibu dan hak seorang anak..
Semoga bisa mengaplikasikan ilmu2 di atas dan menjadikan anak2 kita yang berakhak dan berilmu serta
membanggakan bagi agama dan bangsa
Reply
subechan says:
September 5, 2014 at 8:32 am
novie says:
September 6, 2014 at 10:31 pm
arum says:
September 7, 2014 at 3:02 pm
Wooow,,,
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
Reply
Terimakasih buat informasi dari artikelnya,..tepat sekali dilema yang saya alami dalam dunia
pendidikan anak, sekolah jadi industri, orang tua berlomba-lomba membuat anaknya jadi superkids,. sekali
lagi terimakasih telah mengingatkan saya bahwa kespesialan anak akan muncul dengan sendirinya pada
waktunya,.cinta kasih, perhatian dan semangat yang lebih penting,..GBU
Reply
ngurahsatriya says:
September 14, 2014 at 6:03 am
Menarik, anak-anak jgn sampai kehilangan masa kanak-kanaknya, yg instant memang ga tahan
lama, proses yg dipercepat tentu ada yg dilompati jdnya tidak sempurna.
Reply
Amin says:
November 5, 2014 at 4:51 am
http://www.sidis.net/Sperling.htm
Link ke ulasan lengkap tentang anak jenius yg di judge oleh artikel diatas bahwa pada akhirnya menjadi
malas berfikir. Banyak juga contoh anak-anak yg ikut les tambahan sejak dini dan berhasil. Anak saya salah
satunya, namun memang saya tidak memaksa, saya melihat bakatnya di rumah yg senang matematika lalu
karena keterbatasan saya maka saya cari lembaga yg bisa mengasahnya bukan memaksanya.
Reply
febry says:
November 26, 2014 at 4:44 am
mas Aar maaf, kalo saya amati saat ini sekolah negeri kita sepertinya malah yg menuntut anak
terlalu berat ya
belum lagi 1 guru mengawasi 40 anak dlm 1 kelas jadi mau bgaimana lagi fungsinya rata2 adalah sbagai
penyampai isi buku saja.
kalo kita terlalu mnuntut anak sejak usia dini kurang baik untuk mental anak kedepannya.
tetapi masuk skolah dasar skarang harus sudah bisa calistung. sedangkan di usia taman kanak2 dikatakan
tidak baik kalo sudah mengajari calistung.
jadi kita sebagai orang tua harus bagaimana sbaiknya dalam memberikan pendidikan kpada anak?
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
terimakasih sbelumnya.
Reply
dian says:
February 5, 2015 at 10:53 pm
Trackbacks
homeschooling tentang Better Late than Early says:
[] Late than Early sebagai bahan refleksi dan pertimbangan. Artikel itu berjudul Anak-anak
Karbitan, ditulis oleh Dewi Utama Fayza, seorang ahli pendidikan usia dini Indonesia. []
Reply
[] Super Kids bagian I Posted in kolom ummi | July 8th, 2010 Shareada artikel yang sangat bagus
dan wajib dibaca untuk semua pendidik dan orangtua di zaman ini. artikel didapat dari sini []
Reply
Weekly Motiflection : Berkarya Adalah Hak Seumur Hidup Kumpulan Penikmat Tulisan dan
Souvenir Kontemplatif says:
[] dari tulisan di SINI, saya jadi tergugah sendiri untuk menuliskan dampak dari hasil bacaan
tersebut. Jika tidak sempat []
Reply
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
[] sumber :http://rumahinspirasi.com/homeschooling/anak-anak-karbitan []
Reply
[] some extent, aku percaya bahwa hal itu bisa kita lakukan. Ini bukan tentang menggegas anak
agar menjadi anak-anak yg kompeten untuk memenuhi ambisi/kebanggaan para orangtuanya. Kalau
itu jelas aku tak []
Reply
[] (Silahkan baca tulisan bagus-terkenal ini, karena sudah sering sekali di-share ulang: Anak-anak
Karbitan) []
Reply
[] http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/ []
Reply
Post Comment
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
SOCIAL MEDIA
11313
35759
192
1174
Followers
Likes
Subscribers
Posts
Name
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
Submit
POSTING TERBARU
Sebuah kejutan terjadi bulan Maret yang lalu saat kami tiba-tiba mendapat undangan untuk menyajikan... more
Duta sedang semangat belajar matematika. Hampir setiap hari dia minta belajar matematika melalui... more
Rumah adalah kenangan yang terbawa terus hingga dewasa. Peristiwa-peristiwa yang terjadi selama... more
Tanpa terasa, saat ini Tata sudah memasuki minggu ke-5 program kuliah online di Future Learn. Tata... more
Kita sangat kekurangan buku yang ditulis penulis Indonesia tentang parenting. Dan setiap buku yang... more
Berawal dari Kelas Minecraft 2 yang diadakan oleh Yudhis, anak-anak yang menjadi peserta menjadi... more
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
Dalam kegiatan anak-anak, kami berusaha mencari keseimbangan antara kegiatan berhasil layar... more
TULISAN TERPOPULER
18 Nilai dalam Pendidikan Karakter Bangsa Ada 18 nilai-nilai dalam pengembangan pendidikan bu...
Mendikbud Anies Baswedan: Mulai 2015 UN Bukan Syarat Kelulusan Ada analogi menarik yang diungkapkan Mendikbud
Anies Ba...
Anak-anak Karbitan Hari ini menemukan artikel lama yang menarik. Mudah-mud...
Aku Ingin Ibuku Memanggilku. Tahun 2002 yang lalu saya harus mondar-mandir ke SD Bud...
Perkembangan Kondisi Kehamilan dan Bayi Minggu ke-4 Perkembangan Bayi Anda
Saat usia kehamilan Anda empat m...
Belajar Bertanam Jamur dengan Growbox Banyak cara untuk belajar. Salah satunya adalah melalui...
Berapa biaya homeschooling? Beberapa kali saya mendapat pertanyaan tentang berapa b...
Perkembangan Kondisi Kehamilan dan Bayi Minggu ke-11 Perkembangan Bayi Anda
Mulai minggu ini sampai minggu 2...
8 Cara Belajar Berbeda Pada beberapa tulisan sebelumnya, aku menulis tentang...
KOMENTAR TERBARU
Jos on Konfirmasi Pendaftaran
Dear Pak Aar,
Untuk webminarnya sy sangat tertarik. Jika kami membeli materinya tanpa mengikuti webminarnya apa bisa? Apa saja yg
kami
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
Saya sudah kirim email dan Sms mohon dibantu karena saya berencana mulai HS anak saya tahun ini.terima kasih sukses selalu
Belajar mandiri dan workshop online tentang Digital Literacy untuk orangtua, anak & keluarga.
www.DigitalMommie.com
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/[18/04/2015 13:28:29]