Anda di halaman 1dari 14

Skenario B Blok 28 Tahun 2014

Dr. Gudman merupakan seorang dokter praktek umum yang bertugas di sebuah kecamatan yang
penduduknya kebanyakan bekerja sebagai petani dan buruh kerja di perkebunan Dr. Gudman
juga telah melakukan kontrak dengan BPJS.
Hari ini ia kembali dikunjungi oleh Pak Kasti yang sudah lama menjadi langganannya. Dulu
setiap 1 bulan sekali Pak Kasti datang berobat ke Dokter Gudman. Kalau bukan karena darah
tingginya yang kumat maka penyakit gastritisnya yang kambuh. Tapi akhir-akhir ini Pak Kasti
makin sering datang dan penyakitnya cenderung lebih berat. Namun Dr. Gudman selalu
menerima Pak Kasti dengan ramah dan meresepkan obat-obatan yang biasa diberikannya.
Tapi kali ini Pak Kasti tidak langsung pulang sehabis menerima resep tersebut. Ia menanyakan
kepada dokter tentang istrinya yang sejak lama sering mengalami sakit kepala. Setiap kali
minum obat sakit kepala penyakitnya tersebut sembuh, tapi tidak beberapa lama kemudian sakit
kepalanya terasa kembali. Sekarang ia juga sering merasa sakit diperut seperti saya. Tapi karena
tidak separah yang saya alami ia tidak mau diajak berobat kesini. Bagaimana menurut Dokter?
Mendengar itu Dr. Gudman menasihatkan kepada Pak Kasti agar kalau ada waktu membawa
istrinya untuk datang berobat.
Sebagai salah seorang dokter praktek umum yang telah mendapat pelatihan tentang prisnsipprinsip dokter keluarga dan dokter layanan primer yang telah dikontrak oleh BPJS, anda diminta
untuk mengevaluasi dan mengkritisi penatalaksanaan pasien yang telah dilakukan Dr. Gudman
dalam menangani pasien tersebut dengan menerapkan secara lengkap dan benar semua prinsipprinsip kedokteran keluarga dan dokter layanan primer tersebut.
I.

Klarifikasi Istilah
a. Dokter praktek umum: dokter yang praktek di layanan primer (puskesmas, klinik
medic)
b. BPJS: badan usaha milik negara yang ditugaskan untuk menyelenggarakan
jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia
c. Kontrak BPJS: jaminan kerja sama antara BPJS kesehatan dengan fasilitas
kesehatan berupa perjanjian tulis antara BPJS kesehatan dengan fasilitas
kesehatan yang bersangkutan
d. Gastritis: proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung

e. Darah tinggi: tekanan darah yang melebihi 139/89 mmHg


f. Sakit kepala: suatu kondisi terdapatnya rasa sakit di dalam kepala terkadang sakit
di belakang leher atau punggung bagian atas
g. Dokter keluarga: dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan primer
yang

komprehensif,

continue,

koordinatif,

mempertimbangkan

keluarga,

komunitas dan lingkungannya


h. Dokter layanan primer: dokter yang melayani keluarga beserta komunitasnya
dalam sebuah populasi yang memberikan tindakan lebih kearah promosi dan
perventif
i. Prinsip kedokteran keluarga: dokter keluarga memandang individu sebagai suatu
unit
II.

Identifikasi Masalah
1. Dr. Gudman merupakan seorang dokter praktek umum yang bertugas di sebuah
kecamatan yang penduduknya kebanyakan bekerja sebagai petani dan buruh kerja
di perkebunan Dr. Gudman juga telah melakukan kontrak dengan BPJS.
2. Hari ini ia kembali dikunjungi oleh Pak Kasti yang sudah lama menjadi
langganannya. Dulu setiap 1 bulan sekali Pak Kasti datang berobat ke Dokter
Gudman. Kalau bukan karena darah tingginya yang kumat maka penyakit
gastritisnya yang kambuh. Tapi akhir-akhir ini Pak Kasti makin sering datang dan
penyakitnya cenderung lebih berat. Namun Dr. Gudman selalu menerima Pak
Kasti dengan ramah dan meresepkan obat-obatan yang biasa diberikannya.
3. Tapi kali ini Pak Kasti tidak langsung pulang sehabis menerima resep tersebut. Ia
menanyakan kepada dokter tentang istrinya yang sejak lama sering mengalami
sakit kepala. Setiap kali minum obat sakit kepala penyakitnya tersebut sembuh,
tapi tidak beberapa lama kemudian sakit kepalanya terasa kembali. Sekarang ia
juga sering merasa sakit diperut seperti saya. Tapi karena tidak separah yang saya
alami ia tidak mau diajak berobat kesini. Bagaimana menurut Dokter?
Mendengar itu Dr. Gudman menasihatkan kepada Pak Kasti agar kalau ada waktu
membawa istrinya untuk datang berobat.
4. Sebagai salah seorang dokter praktek umum yang telah mendapat pelatihan
tentang prisnsip-prinsip dokter keluarga dan dokter layanan primer yang telah
dikontrak oleh BPJS, anda diminta untuk mengevaluasi dan mengkritisi
penatalaksanaan pasien yang telah dilakukan Dr. Gudman dalam menangani

pasien tersebut dengan menerapkan secara lengkap dan benar semua prinsipprinsip kedokteran keluarga dan dokter layanan primer tersebut.
III.

Analisis Masalah
1. Apa perbedaan dari dokter keluarga, dokter praktek umum dan dokter layanan
primer?
Batasan dan Ruang Lingkup
Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan
primer yang komprehensif, kontinu, mengutamakan pencegahan, koordinatif,
mempertimbangkan

keluarga,

komunitas

dan

lingkungannya

dilandasi

ketrampilan dan keilmuan yang mapan


Pengertian dan Ruang Lingkup Pelayanan Dokter Keluarga
Pelayanan dokter keluarga melibatkan Dokter Keluarga sebagai penyaring di
tingkat primer sebagai bagian suatu jaringan pelayanan kesehatan terpadu yang
melibatkan dokter spesialis di tingkat pelayanan sekunder dan rumah sakit
rujukan sebagai tempat pelayanan rawat inap, diselenggarakan secara
komprehensif, kontinu, integratif, holistik, koordinatif dengan mengutamakan
pencegahan, menimbang peran keluarga dan lingkungannya serta pekerjaannya.
Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memilah jenis kelamin, usia serta
faktor-faktor lainnya. (The American Academy of Family Physician, 1969;
Geyman, 1971; McWhinney, 1981)
2. Apa saja prinsip-prinsip kedokteran keluarga dan dokter layanan primer?
Dan apakah dr. Gudman sudah mengikuti prinsip-prinsip kedokteran
keluarga dan dokter layanan primer?
Prinsip-prinsip kedokteran keluarga dalam pelayanannya yaitu:
1. Komprehensif dan holistic
Memberikan pelayanan secara paripurna berarti melakukan pemeriksaan secara
keseluruhan dengan menimbang rasionalitas dan mafaatnya bagi pasien. Sebagai
contoh misalnya, seorang yang sakit kepala, pada awalnya mungkin saja hanya
diberi parasetamol atau analgetik lainnya. Jika sakit kepala berulang-ulang, harus
digali sejauh mungkin berbagai kemungkinan penyebabnya, dan bila dipandang
perlu

dilakukan

pemeriksaan

penunjang

untuk

memastikan

diagnosis

penyebabnya. Tentu saja, rujukan harus dilakukan jika memang diperlukan,

sekalipun pasien ybs tidak memintanya. Selain itu, ancangan holistik harus
dilakukan

juga

agar

terasa

lebih

manusiawi.

Dokter

keluarga

lebih

mempertimbangkan siapa yang sakit daripada sekedar penyakit yang disandang


2. Pelayanan kontak pertama dan kesinambungannya
Sebagai dokter layanan primer, DK merupakan tempat kontak pertama dengan
pasien, tanpa mamandang jenis kelamin, usia, keluhan utamanya atau sistem
organ yang terganggu. Sebenarnya 85% masalah kesehatan dapat diselesaikan di
layanan primer jika kinerja DPU/DK dapat diandalkan. Oleh karena itu yang
memerlukan rujukan ke rumah sakit seharusnya hanya 15%. Jelaslah kiranya
kinerja seperti apa yang harus diwujudkan oleh para DPU/DK agar dapat
menyelesaikan 85% masalah yang dihadapinya.
Dokter keluarga merupakan ujung tombak pelayanan medis tempat kontak
pertama dengan pasien untuk selanjutnya harus menjaga kontinuitas pelayanan
dalam arti, pemantauan kepada pasien dilakukan secara terus-menerus
mengunakan rekam medis yang akurat dan sistem rujukan yang terkendali.Untuk
menunjang kesinambungan pelayanan, klinik harus dilengkapi dengan rekam
medis yang memadai dan sarana komunikasi yang handal sehingga dokter dapat
dihubungi sewaktu-waktu diperlukan. Demikian pula, jangan lupa membuat surat
rujuk pindah jika ada pasien yang hendak pindah tempat tinggal misalnya pindah
kota atau pindah klinik. Dalam surat rujuk pindah itu harus dilengkapi dengan
data kesehatan yang penting, dengan data tambahan data yang diperlukan. Boleh
dikatakan pemantauan pada setiap pasien dilakukan mulai dari konsepsi sampai
mati.
3. Pelayanan promotif dan preventif
Dokter Keluarga harus berusaha meningkatkan taraf kesehatan setiap pasien yang
menjadi tanggung-jawabnya. Bagaimanapun dokter keluarga harus berupaya
menerapkan seluruh tingkat pencegahan. Dengan demikian ia harus memberikan
ceramah kesehatan dan vaksinasi, menyelengarakan KB dan KIA dan bahkan
acara senam pagi secara rutin. Selain itu DK harus cepat dan tepat membuat
diagnosis penyakit dan mengobatinya.
4. Pelayanan koordinatif dan kolaboratif

Koordinasi ini dilakukan ketika pasien memerlukan beberapa konsultasi


spesialistis atau pemeriksaan penunjang dalam waktu yang bersamaan. Selain itu
koordinasi pun dilakukan dengan keluarga dan lingkungannya guna meningkatkan
efisiensi pengobatan.
Pelayanan kolaboratif artinya bekerja sama juga dengan berbagai pihak yang
berkaitan dengan pelayanan kesehatan, guna mengefektifkan dan mengefisienkan
pelayanan. Misalnya, bekerjasama dengan labotarotium untuk memantau pasien
dengan dugaan DHF tetapi belum perlu dirawat. Untuk kasus seperti ini pihak
laboratorium diminta untuk memantau perubahan indikator perkembangan
penyakit dan segera melaporkan hasilnya sehinga pasien dapat istirahat di rumah
tanpa bolak-balik ke klinik. Dokter keluarga bukan hanya mempertimbangkan
segi medis tetapi juga ekonomi, sosial dan budaya sehingga sering perlu
melibatkan atau kerjasama dengan berbagai pihak.
5. Pelayanan personal.
Titik tolak pelayanan DK adalah pelayanan personal seorang individu sebagai
bagian integral dari keluarganya. Seorang individu, sekalipun menjadi bagian dari
sebuah keluarga, dibenarkan mempunyai DK sendiri yang mungkin dapat berbeda
atau sama dengan anggota keluarga yang lain.
6. Mempertimbangkan keluarga, komunitas, dan lingkungannya.
Dalam mengobati pasien, DK tidak boleh lupa bahwa pasien merupakan bagian
integral dari keluarga dan komunitasnya. Kesembuhan penyakit sangat
dipengaruhi lingkungannya dan sebaliknya penyakit pasien dapat mempengaruhi
lingkungannya juga
7. Sadar etika dan hukum
Sadar etika dalam praktiknya diwujudkan dalam perilaku dokter dalam
menghadapi pasiennya tanda memandang status sosial, jenis kelamin, jenis
penyakit, ataupun sistem oragn yang sakit. Semua adalah pasiennya dan harus
dilayani secara profesional. Demikian pula dengan sadar hukum, sangat dekat
dengan perilaku dokter untuk tetap bekerja dalam batas-batas kewenanangan dan
selalau mentaati kewajiban yang digariskan oleh hukum yang berlaku di daerah
tempat praktiknya.

8. Sadar biaya
Yang tidak kalah pentingnya adalah sadar biaya yang juga sebenarnya
menyangkut perilaku DK dalam pertimbangkan cost effectiveness dari biaya
yang dikeluarkan oleh pasien. Dengan kata lain biaya harus menjadi
pertimbangan akan tetapi tidak boleh menurunkan mutu pelayanan.
9.

Menyelenggarakan

pelayanan

yang

dapat

diaudit

dan

dipertanggungjawabkan.
Sebenanrya yang diaudit mencakup selurut strata pelayanan kesehatan bukan
hanya layanan DK. Kenyataannya sampai sekarang audit medis masih jauh dari
harapan terutamna di Indonesia. Namun demikian praktik DK harus memulai
mempersiapkan diri untuk sewaktu-waktu dapat diaudit oleh pihak yang
berwenang. Audit medis ini merupakan upaya peningkaan kualitas pelayanan dan
sama sekali bukan upaya untuk memata-matai praktik dokter.
3. Apakah tindakan dr. Gudman sudah benar? Jika tidak bagaimana tindakan yang
seharusnya dilakukan dr. Gudman?
4. Apakah fungsi kedokteran keluarga sudah dijalankan dengan benar oleh dr.
Gudman?
5. Bagaimana cara seorang dokter agar dapat berkerja sama dengan BPJS?
(syarat)
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 71 TAHUN 2013
TENTANG
PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
BAB II
PENYELENGGARA PELAYANAN KESEHATAN
Pasal 2
(1) Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan yang bekerja
sama dengan BPJS Kesehatan berupa Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dan Fasilitas
Kesehatan rujukan tingkat lanjutan.
(2) Fasilitas Kesehatan tingkat pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. puskesmas atau yang setara;
b. praktik dokter;
c. praktik dokter gigi;
d. Klinik pratama atau yang setara; dan
e. Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara

Pasal 3
(1) Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan harus
menyelenggarakan pelayanan kesehatan komprehensif.
(2) Pelayanan kesehatan komprehensif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan kebidanan, dan
Pelayanan Kesehatan Darurat Medis, termasuk pelayanan penunjang yang meliputi
pemeriksaan laboratorium sederhana dan pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan komprehensif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), bagi Fasilitas Kesehatan yang tidak memiliki sarana penunjang wajib
membangun jejaring dengan sarana penunjang.
(4) Dalam hal diperlukan pelayanan penunjang selain pelayanan penunjang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), dapat diperoleh melalui rujukan ke fasilitas penunjang lain.
BAB III
KERJA SAMA FASILITAS KESEHATAN DENGAN BPJS KESEHATAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 4
(1) Fasilitas Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 mengadakan kerja sama
dengan BPJS Kesehatan.
(2) Kerja sama Fasilitas Kesehatan dengan BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan melalui perjanjian kerja sama.
(3) Perjanjian kerja sama Fasilitas Kesehatan dengan BPJS Kesehatan dilakukan antara
pimpinan atau pemilik Fasilitas Kesehatan yang berwenang dengan BPJS Kesehatan.

(4) Perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku sekurang-kurangnya
1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang kembali atas kesepakatan bersama.
Pasal 5
(1) Untuk dapat melakukan kerja sama dengan BPJS Kesehatan, Fasilitas Kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 harus memenuhi persyaratan.
(2) Selain ketentuan harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
BPJS Kesehatan dalam melakukan kerja sama dengan Fasilitas Kesehatan juga harus
mempertimbangkan kecukupan antara jumlah Fasilitas Kesehatan dengan jumlah Peserta
yang harus dilayani.
Bagian Kedua
Persyaratan, Seleksi dan Kredensialing
Pasal 6
(1) Persyaratan yang harus dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), bagi Fasilitas
Kesehatan tingkat pertama terdiri atas:
a. untuk praktik dokter atau dokter gigi harus memiliki:
1. Surat Ijin Praktik;
2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
3. perjanjian kerja sama dengan laboratorium, apotek, dan jejaring lainnya; dan
4. surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan
Kesehatan Nasional.
b. untuk Puskesmas atau yang setara harus memiliki:
1. Surat Ijin Operasional;
2. Surat Ijin Praktik (SIP) bagi dokter/dokter gigi, Surat Ijin Praktik Apoteker (SIPA) bagi
Apoteker, dan Surat Ijin Praktik atau Surat Ijin Kerja (SIP/SIK) bagi tenaga kesehatan lain;

3. perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan; dan


4. surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan Kesehatan
Nasional.
c. untuk Klinik Pratama atau yang setara harus memiliki:
1. Surat Ijin Operasional;
2. Surat Ijin Praktik (SIP) bagi dokter/dokter gigi dan Surat Ijin Praktik atau Surat Ijin Kerja
(SIP/SIK) bagi tenaga kesehatan lain;
3. Surat Ijin Praktik Apoteker (SIPA) bagi Apoteker dalam hal klinik menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian;
4. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan;
5. perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan; dan
surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan Kesehatan
Nasional.
(2) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Fasilitas Kesehatan tingkat pertama
juga harus telah terakreditasi.
Pasal 8
(1) Dalam hal di suatu kecamatan tidak terdapat dokter berdasarkan penetapan
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat, BPJS Kesehatan dapat bekerja
sama dengan praktik bidan dan/atau praktik perawat untuk memberikan
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama sesuai dengan kewenangan yang ditentukan
dalam peraturan perundang-undangan.
6.
7.
8.
9.

Bagaimana promosi dan preventif yang dilakukan dr. Gudman?


Bagaimana edukasi kepada Pak Kasti dan keluarganya?
Bagaimana cara melakukan penyuluhan pada kasus ini?
Apa saja kompetensi dokter keluarga?
Kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap Dokter Keluarga secara garis
besarnya ialah :

a. Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga


b. Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam
pelayanan kedokteran keluarga
c. Menguasai ketrampilan berkomunikasi
Dan diharapkan dapat menyelenggarakan hubungan profesional dokter-pasien
untuk :
a. Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga
dengan perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga
b. Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasana
menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan
penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan
keluarga
c. Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada
penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.
Kompetensi dokter keluarga seperti yang tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter Keluarga
yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia tahun 2006 adalah :
1. Kompetensi Dasar
a. Ketrampilan Komunikasi Efektif
b. Ketrampilan Klinik Dasar
c. Ketrampilan menerapkan dasar dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu
perilaku, dan epidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga
d. Ketrampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun
masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan,
terkoordinir, dan bekerja sama dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer
e. Memanfaaatkan, menilai secara kritis, dan mengelolainformasi
f. Mawas diri dan pengembangan diri / belajar sepanjang hayat
g. Etika, moral, dan profesionalisme dalam praktik
2. Ilmu dan Ketrampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Utama
a. Bedah
b. Penyakit Dalam
c. Kebidanan dan Penyakit Kandungan
d. Kesehatan Anak
e. THT
f. Mata
g. Kulit dan Kelamin
h. Psikiatri
i. Saraf

j. Kedokteran Komunitas
3. Ketrampilan Klinis Layanan Primer Lanjut
a. Ketrampilan melakukan health screening
b. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium lanjut
c. Membaca hasil EKG
d. Membaca hasil USG
e. BTLS, BCLS, dan BPLS
4. Ketrampilan Pendukung
a. Riset
b. Mengajar kedokteran keluarga
5. Ilmu dan Ketrampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Pelengkap
a. Semua cabang ilmu kedokteran lainnya
b. Memahami dan menjembatani pengobatan alternative
6. Ilmu dan Ketrampilan Manajemen Klinik
a. Manajemen klinik dokter keluarga
http://fk.uns.ac.id/static/resensibuku/BUKU_KEDOKTERAN_KELUARGA_.pdf
10. Kapan dr. Gudman harus merujuk Pak Kasti ke layanan sekunder?

Tata Cara Pelaksanaan Sistem Rujukan Berjenjang


Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan
medis. Pada pelayanan kesehatan tingkat pertama, dapat berobat ke fasilitas kesehatan primer
seperti puskesmas, klinik, atau dokter keluarga yang tercantum pada kartu peserta BPJS
Kesehatan Anda.

Apabila memerlukan pelayanan lanjutan oleh dokter spesialis, maka dapat dirujuk ke fasilitas
kesehatan tingkat kedua atau fasilitas kesehatan sekunder. Pelayanan kesehatan di tingkat ini
hanya bisa diberikan jika pasien mendapat rujukan dari fasilitas primer.
Rujukan ini hanya diberikan jika pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik dan
fasilitas kesehatan primer yang ditunjuk untuk melayani pasien, tidak dapat memberikan
pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, pelayanan,
dan atau ketenagaan.
Jika penyakit pasien masih belum dapat tertangani di fasilitas kesehatan sekunder, maka pasien
dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tersier. Di sini, pasien akan mendapatkan penanganan dari
dokter sub-spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan sub-spesialistik.
Catatan Penting:
Pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan primer dapat dirujuk langsung ke fasilitas kesehatan
tersier, namun HANYA UNTUK kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan rencana terapinya,
merupakan pelayanan berulang, dan hanya tersedia di fasilitas kesehatan tersier.
Penjelasan tentang Sistem Rujukan Berjenjang Horizontal dan Vertikal
Pelayanan rujukan BISA dilakukan secara horizontal maupun vertikal. Rujukan horizontal adalah
rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan jika perujuk
(fasilitas kesehatan) tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan, dan atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau
menetap.
Sedangkan rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan yang
berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat pelayanan yang lebih rendah ke tingkat
pelayanan yang lebih tinggi, atau sebaliknya.
11. Bagaimana cara merujuk yang baik?
12. Apa peran dokter keluarga setelah Pak Kasti sudah dirujuk?
Konsultasi dan rujukan

Konsultasi upaya meminta bantuan profesional penanganan suatu kasus


penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lainnya yang
lebih ahli
Rujukan upaya melimpahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
kasus penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lain
yang sesuai.
Pembagian wewenang & tanggungjawab
1.
Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penderita
sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan selama
jangka waktu tersebut dokter tsb tidak ikut menanganinya
2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja
3. Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya
4. Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka
waktu pelimpahan wewenang dan tanggungjawab tersebut dokter pemberi rujukan
tidak ikut campur.
13. Apakah ada hubungan antara pekerjaan dan penyakit yang dialami Pak Kasti?
IV.

V.

Learning Issue
1. BPJS
2. Kedokteran Keluarga
3. Dokter Layanan Primer
4. Dokter Praktek Umum
Hipotesis
dr. Gudman seorang dokter praktek umum belum sepenuhnya menjalankan tugas
kedokteran keluarga dan dokter layanan primer dengan baik.
dr. gudman seorang dokter praktek umum belum menjalankan promosi dan
preventif dengan baik.
Pembagian analisis dan LI
1. SUCI
:1,11,8,5,L2
2. MAYA:2,12,9,6,L3
3. ANNA
:3,13,10,7,L4
4. TEGUH
:4,1,11,8,L1
5. FERIN
:5,2,12,9,L2

6. NANO
7. SRI
8. AIMAN
9. AMBI
10. EBA

:6,3,13,10,L3
:7,4,1,11,L4
:8,5,2,12,L1
:9,6,3,13,L2
:10,7,4,L1,L3

NOTE !!!!!
Format Times New Roman, Font 12, Spasi 1,5
Kumpul analisis dan LI WAJIB
Jika TIDAK DIKIRIM nama tidak ditulis dilaporan
Ditunggu paling lambat hari kamis
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai