Anda di halaman 1dari 16

Pemanfaatan Septic Tank Komunal untuk Menciptakan Gili Trawangan

yang Hijau dan Mandiri Energi


March 27, 2012 yadi777
Pemanfaatan Septic Tank Komunal untuk Menciptakan
Gili Trawangan yang Hijau dan Mandiri Energi
(Utilization of Communal Septic Tank for Creating Gili Trawangan the Greens and the
Independent Energy)
Mulyadi1), Irna Ilsa Nuriza2)
1)

Matematika Murni, MIPA, Universitas Mataram, Jln. Majapahit 62

Mataram, yadim02@gmail.com.
2)

Biologi Lingkungan, MIPA, Universitas Mataram, Jln. Majapahit 62

Mataram, Ina_Nuryza@gmail.com.
Abstract: Utilizing human excrement (feces) as a fertilizer and energy resources is a key point Gili
Trawangan to create a green and energy independent. One solution, with menkonstruksi communal
septic tank as digester producing biogas. Backed with a solid selection of raw materials and tested as
environmental preservation efforts. Byproduct (sludge) can be used as solid and liquid fertilizer.
Quality fertilizers are better than other organic fertilizers and the potential to improve the structure of
calcareous soil on Gili Trawangan. Biogas is generated based on analysis of population density and the
capacity of excretion of feces per day amounting to 111 175 m3 of biogas obtained. If the needs of
each home is 0.1 m3 per day, with the number of Head of Family 299 kk, it will provide energy
supplies amounting to 0.372 m3 per family. The rest can be used for other purposes.
Abstrak: Memanfaatkan kotoran manusia (tinja) sebagai pupuk dan sumber energi adalah hal pokok
untuk menciptakan Gili Trawangan yang hijau dan mandiri energi. Salah satu solusinya, dengan
menkonstruksi septic tank komunal sebagai digester penghasil biogas. Didukung dengan pemilihan
bahan baku yang kokoh dan teruji sebagai upaya pemeliharaan lingkungan. Produk sampingan
(sludge) dapat dimanfaatkan sebagai pupuk padat dan cair. Kualitas pupuk tersebut lebih baik
dibandingkan dengan pupuk organik lainnya dan berpotensi untuk memperbaiki struktur tanah
berkapur di Gili Trawangan. Biogas yang dihasilkan berdasarkan analisa kepadatan penduduk dan
kapasitas ekskresi tinja per hari didapatkan biogas sebesar 111.175 m 3. Jika kebutuhan setiap rumah
per hari adalah 0,1 m3, dengan jumlah Kepala Keluarga 299 kk, maka akan memberi pasokan energi
sebesar 0,372 m3 per KK. Sisanya dapat dimanfaatkan untuk keperluan lainnya.
Keyword: biogas, energy, feces, green, gilis,

1.

I.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Gili Trawangan (Primadona wisata Lombok) adalah objek wisata unggulan ketiga yang
menjadi icon pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) setelah Senggigi dan Mandalika
(Kusmayadi, 2011). Secara geografis, kawasan Gili Trawangan terletak pada 115o46 BT-116o28BT dan
8o12LS-8o55LS. Luas wilayahnya 340 ha dengan kepadatan penduduk mencapai 1529 jiwa pada
tahun 2011 (Anonim, 2011). Gili Trawangan merupakan obyek wisata yang paling ramai dikunjungi
wisatawan, baik lokal maupun manca Negara. Pada tahun 2010 pengunjung mencapai 1000 orang dan
di Tahun 2011 ini mengalami peningkatan sampai 1300 pengunjung per hari (Ahyar, 2011). Indutri
Pariwisata NTB akan terus ditingkatkan untuk menunjang program pemerintah Visit Lombok Sumbawa
2012 (Kusmayadi, 2011).
Kondisi tanah pada Gili Trawangan cukup memperihatinkan karena tanahnya berkapur, dengan ciri-ciri
sebagai berikut. 1).Tanahnya tidak subur dan sangat tidak cocok untuk lahan pertanian, 2).
Merupakan hasil pelapukan batuan kapur, 3). Dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan
kerajinan keramik, 4). Dalam pertanian, tanah kapur yang sifat basanya tinggi dapat dimanfaatkan
untuk menetralkan kadar keasaman tanah (Anonim, 2011).
Sejalan dengan pesatnya perkembangan kegiatan wisata, kawasan Gili Trawangan akibat tuntutan
kebutuhan wisatawan, maka sudah selayaknya aspek kondisi lingkungan menjadi pusat perhatian
yang cukup serius. Pada dasarnya, keindahan, ketertiban dan kenyaman lingkungan tersebut
merupakan tuntutan kebutuhan. Kawasan terbangun yang ada saat ini sekitar 20%, terdiri dari
bangunan sarana akomodasi pariwisata,berupa hotel, bungalow, restoran, tempat penjualan barang
kerajinan, kegiatan penunjang pariwisata lainnya dan pemukiman penduduk.
Air limbah yang dihasilkan dari pulau ini merupakan buangan air kotor dari hotel, rumah makan
maupun perumahan penduduk. Air limbah di kawasan perencanaan dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu: 1).Air limbah manusia (tinja), 2). Air bekas cuci dan mandi. Air limbah umumnya dikelola
secara individual dengan menggunakan septic tank biasa. Sumber produksi sampah yang paling tinggi
di kawasan Gili Trawangan, berasal dari sampah hotel, rumah makan dan rumah tangga (Bakti, 2011).
Peningkatan jumlah pengunjung seiring dengan meningkatnya kapasitas limbah yang ada di Gili
Trawangan, khususnya limbah kotoran manusia (tinja). Ambil sampel dalam kondisi libur 1000 orang
pengunjung ditambah 1529 jiwa (Anonim, 2011) penduduk asli dengan kuantitas ekskresi dalam

sehari mencapai berat 1,570 kg tinja (Munif, 2011). Jika tinja sebanyak itu ditampung dalamseptic
tank standar atau septic tank perbaikan seperti yang diterapkan di Amerika Serikat dengan prinsip
satu daerah penyerapan (absorbing field)(Anonim, 2009), sedangkan tanah yang digunakan
sebagai absorbing field adalah tanah berkapur maka akan terjadi rembesan ke pantai yang akan
menyebabkan pantai tercemar, seperti menumpuknya softcoral dipinggir pantai dan pencemaran air
pantai oleh bakteri E. coli. Jika keadaan yang demikian dibiarkan berlarut-larut maka akan terjadi
perusakan lingkungan pantai yang sangat parah (Ahyadi, 2011).
Gili Trawangan tentunya juga tidak lepas dari kebutuhan energi sebagai penunjang aktivitas wisata,
karena nyawa dari obyek wisata adalah energi. Selama ini pasokan energi berupa listrik dan Bahan
Bakar Minyak (BBM) di Gili Trawangan berasal dari Kabupaten Lombok Utara (KLU). Gili Trawangan
yang terpisah dari massa daratan akan sangat sulit mendapatkan pasokan energi yang besar dan
kontinyu, karena pada kondisi-kondisi tertentu seperti ombak besar, badai, hujan lebat dan berbagai
kondisi buruk lainya merupakan hambatan terbesar dalam penyediaan pasokan energi di Pulau ini.
Akibatnya harga BBM, tarif listrik dan kebutuhan energi lainnya di pulau ini sangat mahal.
Di samping itu, produksi mesin-mesin bertenaga BBM semakin meningkat dan tak terkendali,
akibatnya ketersediaan BBM semakin menipis, yang lebih parahnya lagi, BBM
bersifat irresversible (tidak dapat diperbaharui). Permasalahan energi merupakan permasalahan
Global. Tidak hanya Indonesia yang dipaksa berpikir untuk mengambil langkah strategis, berjangka
panjang, berkesinambungan, diseputar masalah kebijakan energi. Dampak dari kelangkaan energi
berupa BBM cukup dirasakan oleh masyarkat di Gili Trawangan (Anonim, 2011).
Di satu sisi, menggunakan energi berbahan bakar fosil diisukan salah satu penyebab terjadinya
fenomena rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global dan berakibat pada perubahan iklim
(climte change). Bahan bakar fosil yang pembakarannya tidak sempurna dapat menyebabkan gas
karbon dioksida (CO2) naik kepermukaan bumi dan menjadi penghalang pemantulan panas bumi. Hal
tersebut menyebabkan tingginya suhu di atas permukaan bumi (Wahyuni, 2010).
Melonjakknya harga dan semakin langkanya BBM, memaksa masyarakat untuk mencari dan
menemukan energi alternatif seperti tercantum dalam peraturan peresiden No. 5 Tahun 2006, yang
isinya penghematan dan pencarian energi terbarukan (Anonim, 2011). Namun, sejauh ini belum
ditemukan energi yang mampu menggantikan BBM. Artinya besar energi alternatif yang dihasilkan
masih belum mampu menandingi besarnya energi dari bahan bakar fosil. Oleh karena itu, diperlukan
energi alternatif yang mendekati energi BBM, tetapi sederhana, murah, jumlah ketersediaanya
melimpah dan ramah lingkungan serta yang paling penting dapat diperbaharui. Salah satu solusinya
adalah biogas, dengan memanfaatan tinja (kotoran manusia) menjadi biogas yang aman bagi
lingkungan menuju Gili Trawangan yang hijau dan mandiri energi.
Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dikaji dalam karya tulis ini adalah:

Bagaimana Prediksi Ketersediaan Tinja Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Biogas?

Bagaimana konstruksi Septic Tank Komunal dan Studi kelayakannya di tempatkan pada Gili
Trawangan?

Bagaimana pemilihan bahan pembuatan Septic Tank Komunal dalam mencegah Rembesan
tinja dan ketahanannya terhadap Gempa?

Sejauh mana pasokan biogas dapat menciptakan Gili Trawangan yang Mandiri Energi dan sisa
berupa sludge dapat menyuburkan tanahnya dan menjadikannya pulau yang hijau?

Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam karya tulis ini adalah:

Untuk mengetahui prediksi ketersediaan tinja sebagai bahan dasar pembuatan biogas;

Mengetahui konstruksi Septic Tank Komunal dan Studi Kelayakannya ditempatkan di Gili
Trawangan.

Mengetahui bahan pembuatan septic tank Komunal Dapat Menjaga Ekowisata dari Rembesan
Tinja dan ketahananya terhdap gempa;

Mengetahui sejauh mana pasokan energi biogas dapat menjadikan Gili Trawangan mandiri
energi dan sejauh mana pupuk darisludge dapat menyuburkan tanahnya dan menjadikannya pulau
yang hijau.

Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari karya tulis ini adalah;

Menambah khazanah ilmu pengetahuan.

Meningkatkan kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya menghemat energi.

Meningkatkan Kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan terutama


obyek wisata seperti gili Trawangan.

1.

II.

TELAAH PUSTAKA

Gili Trawangan
Gili Trawangan merupakan salah satu pulau kecil yang terletak di sebelah utara dari bagian Barat
Kabupaten Lombok Barat. Secara geografis kawasan Gili Trawangan terletak pada 115 o46 BT116o28BT dan 8o12LS-8o55LS.. Pada tahun 2007 jumlah penduduk di Gili diperkirakan mencapai 979
jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 299 KK. (Bakti, 2011). Pada tahun 2011, terjadi
peningkatan jumlah penduduk mencapai 1529 orang (Anonim, 2011).
Kondisi Lingkungan, Tanah Gili Trawangan adalah tanah berkapur Tanah kapur memiliki ciri-ciri sebagai
berikut.

Tanahnya tidak subur dan sangat tidak cocok untuk lahan pertanian.

Merupakan hasil pelapukan batuan kapur.

Dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan kerajinan keramik.

Dalam pertanian, tanah kapur yang sifat basanya tinggi dapat dimanfaatkan untuk
menetralkan kadar keasaman tanah (Anonim, 2011).

Sejalan dengan pesatnya perkembangan kegiatan wisata dan sosial ekonomi maupun fisik kawasan
Gili Trawangan, akibat tuntutan kebutuhan wisatawan maupun penduduk lokal, maka sudah
selayaknya aspek kondisi lingkungan ini menjadi pusat perhatian yang cukup serius. Pada dasarnya,
keindahan, ketertiban dan kenyaman lingkungan tersebut merupakan tuntutan kebutuhan juga, baik
bagi wisatawan maupun penghuni lingkungan di kawasan tersebut. Pola penggunaan lahan pada saat
ini masih di dominasi oleh lahan tidak terbangun berupa ladang dan semak belukar yang sebagian
besar merupakan kawasan penyangga dan perbukitan, sedangkan lahan terbangun hanya sebagian
kecil sekitar 20% dari wilayahnya. Kawasan terbangun yang ada saat ini terdiri dari bangunan sarana
akomodasi pariwisata berupa hotel, bungalow, restoran, tempat penjualan barang kerajinan, serta
kegiatan penunjang pariwisata lainnya ditambah dengan kegiatan pemukiman penduduk.
Kedalaman air tanah yang terdapat di Gili Trawangan berkisar antara 3-5 meter, kecuali di tempat
tertentu dapat mencapai 9 meter. Kualitas air tanah terutama pada sumur gali di Gili Trawangan tidak
terlalu baik dan dipengaruhi oleh air laut (air payau). Kedalaman pantai di Kawasan Gili Trawangan
berkisar antara 1-3 meter pada batas 20 meter dari tepi pantai. Kedalaman 20 meter terdapat pada
batas 40 meter dari pantai. Pasang surut pantai mencapai limit maksimum 3 meter dan di sekitar
pantai kawasan terdapat kumpulan batuan karang.
Air limbah yang dihasilkan dari pulau ini merupakan buangan air kotor dari hotel, rumah makan
maupun perumahan penduduk. Air limbah di kawasan perencanaan dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu: 1). Air limbah manusia (tinja), 2). Air bekas cuci dan mandi. Air limbah umumnya dikelola
secara individual dengan menggunakan septic-tank. Sumber produksi sampah yang paling tinggi di
kawasan Gili, berasal dari sampah hotel, rumah makan dan rumah tangga (Bakti, 2011).

Kelangkaan Energi
Fakta dunia dalam merespon kelangkaan energi. Permasalah energi merupakan permasalahan Global
yang pelik. Tak hanya Indonesia yang dipaksa berpikir untuk mengabil langkah strategis, berjangka
panjang, berkesinambungan, di seputar masalah kebijakan energi. China yang mengonsumsi minyak
6,5 juta bph pada tahun 2004 dan diperkirakan memakai 10,5 juta bph pada tahun 2020, sedang
melalukan revolusi energi. Juga AS, negeri-negeri Eropa, dan sejumlah negara Asia seperti Jepang,
Thailand, dan India. Mengantisipasi hal yang demikian penggalangan penemuan energi alternative
mulai digalakkan seperti tercantum dalam peraturan peresiden No. 5 Tahun 2006 (Anonim, 2011).
Menggunakan BBM juga terkendala pada harga. Minyak bukanlah sumber energi yang murah. Sebagai
perbandingan untuk menghasilkan listrik sebesar 1 Kwh maka dibutuhkan Rp 2.000 dengan asumsi
harga minyak adalah Rp 6.000 per liter. Sedangkan jika memakai gas hanya membutuhkan 10 sen
untuk menghasilkan 1 Kwh. Sebuah pertanyaan timbul, mengapa Indonesia justru memakai energi
minyak yang notabene lebih mahal daripada gas? Padahal dengan mengimpor 600 ribu barel/hari
Indonesia bukanlah negara kaya minyak. Hal ini tentunya sangat berbeda dengan Arab Saudi sebagai
eksportir minyak yang hanya mengeluarkan 20% minyak untuk kebutuhan domestik. Adapun beban
subisidi untuk minyak tidaklah kecil. Pada APBN tahun 2011 untuk BBM saja butuh subsidi 92,7 trilliun
rupiah ditambah dengan subsidi listrik 40,7 triliun rupiah. Sedangkan migas sendiri menyumbang
pendapatan sebesar 20% dari APBN atau setara dengan 200 triliun rupiah jika APBN Indonesia 1000
triliun rupiah. Sebauh kenaikan minyak 1 dollar per barel dapat menyebabkan defisit anggaran
setengah triliun rupiah. Sebuah tugas bagi pemerintah untuk lambat laun mengurangi subsidi BBM
karena Indonesia masih mengalami defisit untuk minyak. Untuk beralih menggunakan gas, butuh
infrastruktur yang baik agar distribusi ke masyarakat dapat merata. Namun sayangnya pemerintah
belum menyiapkan fondasi pembangunan infrastruktur mulai dari 10-20 tahun yang lalu. Padahal
Indonesia bukanlah negeri yang kaya akan minyak. Batubara di Indonesia hanyalah 0,5% dunia saja,
untuk gas sebesar 1,7% dan minyak hanyalah 0,3% dari persediaan didunia (Pambudi, 2011).
Mengingat kelangkaan energi seperti BBM , apalagi Negara berkembang seperti Indonesisa, sebagai
gambaran kondisi ketersediaan minyak berbahan bakar fosil. Menurut Blueprint Pengelolaan Energi
Nasional Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) pada tahun 2005, cadangan minyak
bumi di Indonesia pada tahun 2004 diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 18 tahun dengan
rasio cadangan/produksi pada tahun tersebut. Sedangkan gas diperkirakan akan habis dalam kurun
waktu 61 tahun dan batubara 147 tahun.
Bahaya Energi Berbahan Bakar Fosil
Di satu sisi, menggunakan energi berbahan bakar fosil diisukan salah satu penyebab terjadinya
fenomena rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global dan berakibat pada perumabah iklim
(climte change). Bahan bakar fosil yang pembakarannya tidak sempurna dapat menyebabkan gas
karbon dioksida (CO2) naik kepermukaan bumi dan menjadi penghalang pemantulan panas bumi. Hal

tersebut menyebabkan tingginya suhu di atas permukaan bumi yang membuat tipis lapisan ozon (O3)
(Wahyuni, 2010).
Solusi dengan Biogas
Krisis energi dan kelangkaan energi serta bahaya yang ditimbulkan oleh energi berbahan bakar fosil
menyebabkan orang berlomba-lomba mencari energi al-ternatif, ada yang memanfaatkan energi
matahari, air, maupun energi angin. Sejauh ini belum dapat ditemukan sumber energi yang benarbenar bisa menggantikan bahan bakar minyak. Dengan ditemukannya biogas dengan kandungannya
yang mirip bahkan lebih tinggi dari kandungan-kandungan BBM, seperti kalori, 1 m3 kalori biogas
setara dengan 0,6-0,8 liter minyak tanah dan untuk menghasilkan listrik 1 kwh dibutuhkan 0,62-1 m3
biogas yang setara dengan 0,52 liter minyak solar. metana dan molekul-molekul lainnya. sedikit
tidaknya dapat membantu dalam proses penghematan energi berbahan bakar fosil. Biogas juga
sangat cocok menggantikan minyak tanah, LPG, dan bahan bakar fosil lainnya. biogas juga
mengandung 75% metana (CH4). Semakin tinggi kandungan CH4 bahan bakar, semakin besar kalori
yang dihasilkan. Selain itu, potensi biogas sebagai bahan alternative pengganti gas alam karena
karaktristiknya sama (Wahyuni, 2010).
Biogas merupakan gas yang timbul jika bahan-bahan organic, seperti kotaran sapi, kotoran manusia,
atau sampah. Di rendam dan disimpan didalam tempat tertutup atau anaerob (tanpa oksigen dari
udara). Biogas juga dapat terbentuk dalam kondisi alami. Akan tetapi untuk mempercepat dan
menampung gas ini, diperlukan alat yang memenuhi syarat terjadinya gas tersebut. Jika kotoran
ternak yang telah dicampur air atau isian (slurry) dimasukkan ke dalam alat pembuat biogas maka
akan terjadi proses pembusukan aerobik dan anaerobic. Pada proses aerobic diperlukan oksigen dan
hasilnya berupa karbon dioksida (CO2) (Setiawan, 2008).
Biogas dan Lingkungan
Biogas yang dihasilkan dari instalasi secara tidak langsung telah banyak membawa manfaat terhadap
lingkungan. Limbah yang awalnya dibuang disungai atau di septik tank, dengan dibangunnya instalasi
biogas dapat termanfaatkan dengan baik. Limbah tersebut diproses di dalam instalasi yang tidak
menimbulkan bau yang menyengat. Ampas atau sludge yang merupakan keluaran dari digester biogas
dapat diproses kembali menjadi pupuk organic. Biogas yang telah ada minimal dapat mengurangi
limbah yang akan mencemari lingkungan (Wahyuni, 2010).
Pada umumnya, out put utama hasil pengolah limbah adalah gas sintesis energi komersial dan produk
organic hasil residu proses fermentasi bahan organic. Gas metana yang hampir murni dari proses
biogas ini, dapat mensubstitusi energi komersisal baik dalam bentuk gas maupun dalam bentuk cair.
Limbah padat dapat dimanfaatkan sebagi pupuk organik atau bahan industry bangunan atau sebagai
bahan urugan (Anwar, 2007).

Teknologi yang digunakan dalam proses pembuatan biogas disebut digester. Digester yang selama ini
digunakan ada 4, yaitu 1). Reactor kubah tetap (fixed-dome) terbuat dari pasangan batu kali atau
batubata/ beton, 2). reactor floating terbuat dari tong/drum/plastik, 3) reactor balon terbuat dari
plastik, dan 4). Reactor Fiber glass terbuat dari fiberglass (Wahyuni, 2010).

Potensi Biogas
Setiap kotoran hewan memiliki potensi pada tingkat penyediaan gas dalam Kg berat kotoran (m 3)
tersebut, seperti kotoran sapi (0,023-0,040), kotoran babi (0.040-0.059), kotoran ayam (0,0650,116) dan kotoran manusia (0,020-0,028) (Wahyuni, 2010).

1.

III.

METODE PENULISAN

Prosedur Pengumpulan Data


1.

Telaah Pustaka

Penulisan karya tulis ini menggunakan metode studi pustaka berupa buku-buku, jurnal, artikel dan
browsing data dari internet yang telah teruji kevalidannya, berhubungan satu dengan yang lain,
relevan dengan kajian tulisan serta mendukung uraian atau analisis pembahasan.
1.

Diskusi

Diskusi dan konsultasi dengan orang-orang yang cukup berpengalaman dalam bidang pemanfaatan
limbah, dan energi alternatif.
Pengolahan Data
Data yang terdapat dalam karya tulis ini adalah data sekunder dan merupakan hasil penelitian. Dalam
melakukan pengkajian, data yang telah ada dari hasil peneliti-peneliti lain dikumpulkan dan diseleksi.
Pengambilan Simpulan dan Saran

Dalam menarik simpulan dan merumuskan saran digunakan kaidah deduktif yakni dengan mengaitkan
variabel yang bersifat umum kemudian dijadikan poin dalam beberapa simpulan dan saran ke hal-hal
yang lebih khusus.

1.

IV.

PEMBAHASAN

Potensi dan KetersediaanTinja sebagai Bahan Baku Pembuatan Biogas Di Gili Trawangan.
Energi biogas sangat berpotensi untuk dikembangkan. Pertama, produksi biogas dari kotoran
manusia (tinja), misalnya, Ditunjang oleh kondisi yang kondusif karena perkembangan populasi
penduduk yang terus meningkat ditambah dengan pariwisata di Gili Trawangan yang setiap tahun
mengalami peningkatan pengunjung. Kondisi yang demikian sangat mendukung ketersediaan bahan
baku secara kontinyu dalam jumlah yang cukup besar untuk memproduksi biogas. Kedua, regulasi
dibidang energi seperti kenaikan tarif listrik, kenaikan harga LPG (liquefied petroleum Gas), premium,
minyak tanah, minyak solar, minyak diesel, dan minyak bakar dapat digantikan atau dihemat dengan
adanya biogas.
Biogas mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan BBM yang berasal dari fosil. Sifatnya
yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui merupakan keunggulannya untuk diterapkan pada
daerah ekowisata, seperti Gili Trawangan. Di satu sisi bahan bakar merupakan salah satu penyebab
terjadinya pemanasan global. Bahan bakar fosil yang pembakarannya tidak sempurna dapat
menyebabkan gas CO2 naik ke permukaan bumi dan menjadi penghalang pemantulan panas bumi.
Biogas sebagai salah satu energi alternatif dipastikan dapat menggantikan bahan bakar fosil.
Biogas yang dihasilkan dari Septik tank Komunal secara tidak langsung telah banyak membawa
manfaat terhadap lingkungan. Limbah berupa tinja yang awalnya menjadi sebab timbulnya
permasalah di pulau kapur karena akan mengganggu ekosistem air, disebabkan rembesan tinja ke
pantai yang dapat menimbulkan penumpukan softcoral dan pencemaran air laut oleh bakteri E. coli.
Sedini mungkin dapat dicegah, sehingga termanfaat dengan baik. Limbah tersebut diproses di dalam
instalasi yang tidak menimbulkan bau menyengat, ampas atau sludge yang merupakan residu dari
septik tank komunal destilasi bertingkat (digester) dapat dijadikan pupuk cair dan padat (Wahyuni,
2010).

Potensi dan Konstruksi Septic Tank Komunal serta studi kelayakannya di Gili Trawangan
Kedalaman pantai di Kawasan Gili Trawangan berkisar antara 1-3 meter pada batas 20 meter dari tepi
pantai. Kedalaman 20 meter terdapat pada batas 40 meter dari pantai. Gili Trawangan adalah pulau
kapur, penyerapan terhadap berbagai macam cairan, termasuk tinja manusia yang dibuang melalui
septik tank sangat cepat karena pori-pori tanahnya yang sangat besar sehingga penyaringan terhadap
tinja tidak sempurna. Artinya tinja dengan berbagai kandungannya termasuk bakteri E. coli. tidak
dapat tersaring dan akan mengalir ke lautan. Dalam jumlahnya yang sedikit, memang tidak
menyebabkan pencemaran ataupun pengotoran lingkungan wisata. Akan tetapi mengingat Gili
Trawangan adalah obyek wisata, maka tentunya jumlah limbah sangatlah melimpah. Salah satu
solusinya adalah dengan septik tank komunal.
Septic Tank Komunal akan ditempatkan di Gili Trawangan pada daerah sejauh 40 meter dari pantai,
yang kedalamannya 20 meter dari air tanah (Bakti, 2011). Untuk menampung 632, 25 kg dibutuhkan
volume septic tank 316,125 m3, dengan ukuran tinggi 6 meter, panjang dan lebar 52, 6875 m 2.
Artinya dari luas daerah Gili Trawangan 340 ha akan menghabiskan lahan 0,015% untuk septic tank
Komunal dan tinggi 18 meter, dengan demikian Gili Trawangan layak untuk menempatkan tipe septic
tank mode destilasi betingkat lapis tiga.
Septic tank Komunal yang akan digunakan adalah septic tank tipe kubah dengan prinsip kerja model
destilasi bertingkat tiga lantai seperti yang ditunjukkan pada gambar 1. Didukung oleh bahan-bahan
bangunan yang sulit ditembus cairan agar tidak terjadi kebocoran dan kekuatan bangunan destilasi
tahan Gempa. Pipa penyaluran dari setiap septic tank rumah, hotel, restoran dan bungalow juga
digunakan pipa-pipa yang teruji kemampuannya sebagai bahan penyalur cairan-cairan tinja.
Model septic tank seperti ini dimaksudkan agar energi berupa biogas terus mengalir kontinyu sebagai
pasokan energi untuk kebutuhan Gili Trawang. Residualnya akan dialirkan menggunakan pompa sedot
yang energinya berasal septic tank tersebut.
Desain dan Mekanisme Kerja Septic Tank Komunal
Desain teknologi pengolahan biogas septic tank Komunal (Gambar 1).

Input
Tangki penampungan bersuhu tinggi
Penampungan bersuhu rendah
Pipa sedot
Diamkan 3 hari

Diamkan 3 hari
Generator Listrik
Kompor biogas
Lapisan 1
Lapisan 2
Lapisan 3

Gambar 1. Desain alat septic tank Komunal destilasi bertingkat 3 lapis

Produksi pertama membutuhkan waktu 13 hari langsung dapat dikonsumsi, produksi ke-2 sehari,
produksi ke-3 juga sehari dengan demikian energi biogas yang dihasilkan akan tetap kontinu, seperti
yang ditunjukkan pada gambar 2. di bawah ini
Prinsip Kerja Septic Tank Komunal

Lapisan-1 ( 3 hari)
Lapisan ke-2 (3 hari )
Lapisan ke-3 (3 hari)
Biogas
Input/inlet (3 hari)
Gambar 2. Ilustrasi prinsip kerja septic tank Komunal berkelanjutan

Outlet/inlet

:Tiga hari didiamkan pada septic tank penduduk (pengaturan mode kran pada pipa

pengalir) baru dialirkan ke septic tank Komunal


Lapisan I
Lapisan II

:Didiamkan selama 3 hari, hari ke-6 mengalir ke lapisan II


:Pada hari ke-6 sampai hari ke-9, tinja diam dan berproses, sementara itu pada

lapisan pertama juga terjadi proses selama tinja diam dilapisan ke-2, pada hari ke-9 mengalir ke
lapisan ke-III

Lapisan III

:Tinja diproses selama 3 hari atau hari ke-12 biogas telah terbentuk dan pada

hari ke-13 dialirkan ke tangki penampungan gas yang selanjutnya dialirkan ke generator maupun
kompor biogas. Sementara itu, di setiap lapiasan septic tank Komunal terjadi fermentasi pada waktu
yang bersamaan, dengan demikian aliran energi setiap hari terus mengalir tanpa henti.
Biogas yang dihasilkan akan disalurkan kerumah-rumah penduduk dan sebagian didistribusikan ke
generator listrik sebagai energi untuk pompa penyedot residul, baik cair maupun padatannya.
Selanjutnya akan dikemas menjadi pupuk yang akan digunakan sebagai penyubur areal kering di Gili
Trawangan.
Analisis Produksi Volume Biogas dan Potensi Sludge untuk Meningkatkan Kesuburan Tanah
Gili Trawangan
Ambil sampel jumlah pengunjung pada waktu libur 1000 orang ditambah 1529 penduduk atau sama
dengan 2529 jiwa (Anonim, 2011). Rata-rata kuantitas ekskresi berupa kotoran manusia (tinja)
perorang dalam sehari mencapai 1,570 kg tinja (Munif, 2011). Berarti jumlah total pasokan bahan
baku dalam sehari sekitar 3970.53 kg tinja dan dalam waktu satu bulan mencapai 119.115,9 kg tinja.
Mengacu pada tabel 1. Mengenai potensi produksi gas dari berbagai tipe kotoran hewan, setiap kg
kotoran manusia setara dengan 0,028 m3. Jadi, total produksi biogas dalam sekali produksi adalah
111.175 m3.
Jika 1 m3 setara dengan 0,46 kg Elpiji, 0,62 liter minyak tanah, 0,52 liter minyak solar, 0,80 Bensin,
1,50 m3 gas kota, dan 3,50 Kg kayu bakar (Tabel 1), maka untuk 111.175 m 3 biogas Gili Trawangan
telah mampu menghemat Bahan Bakar sebagai sumber energi sebesar 51,141 Lt Elpiji, 68,929 Lt
minyak tanah, 57,811 minyak solar, 88,94 Lt Bensin, 166,7623 m3 gas kota, dan 389,113 kg kayu
bakar. Dalam waktu satu bulan dengan perhitungan yang sama akan mampu melakukan penghematan
Bahan Bakar sebagai sumber energi sebesar 1534,23 Lt Elpiji, 2067,87 Lt Minyak tanah, 1734,33 Lt
solar, 2668,2 Lt Bensin, 5002,869 m3 gas kota dan 11673,39 Kg kayu bakar.
Analisis pemakaian berdasarkan jumlah rukun keluarga, yaitu 299 KK (Munif, 2011).
Tabel 2. Kuantitas Tinja dan Air Seni

Tinja/Air Seni

Tinja
Air seni
Jumlah

Gram/orang/hari
Berat Basah
135-270
1.000-1.300
1.135-1.570

Berat kering
35-70
50-70
85-140

Total bahan baku dengan jumlah penduduk 2529 jiwa, didapatkan 3970.53 kg tinja. Selanjutnya
dikalikan dengan 0,028 m3 gas yang dihasilkan per kilogram tinja akan dihasilkan 111.175 m3 . Jika
kebutuhan setiap rumah per hari kebutuhan adalah 0,1 m3, maka dengan jumlah 299 kk akan
memberi pasokan per kepala Keluarga sebesar 0,372 m3. Oleh karena itu, berdasarkan hasil
perhitungan di atas, akan memenuhi pasokan bahan bakar yang setara dengan LPG untuk kebutuhan
rumah tangga. Sisa biogas untuk kebutuhan rumah tangga per hari sebesar 0,272 m3 akan
disalurkan untuk kebutuhan umum seperti penerangan dan dialirkan ke generator listrik untuk
menghidupkan mesin penyedot sludge. Sludge tersebut akan diolah menjadi pupuk oraganik cair dan
padat. Kelebihannya dibandingkan dengan pupuk organik yang lain adalah memiliki kualitas unsur
hara yang lebih tinggi, karena telah mengalami proses dalam alat yang biasanya mencapai tahap
kematangan sempurna (Setiawan, 2008).
Sludge yang telah disedot akan dikumpulkan pada wadah pembuangan. Pada wadah pembuangan
akan ditambahkan tanah liat beserta serabut kelapa sebagai pengikat dan perekat tanah berpasir atau
berkapur (Swardji, 2011). Sludge yang telah tercampur dengan beberapa bahan akan dijadikan
pupuk organik, yang mimiliki potensi pendukung untuk kesuburan tanah di Gili Trawangan, yaitu: 1).
Memperbaiki struktur tanah. Pada waktu penguraian bahan organik oleh organisme di dalam tanah
dibentuk produk yang mempunyai sifat sebagai perekat, yang lalu mengikat butir-butir pasir menjadi
butiran yang lebih besar. Lagipula di dalam tanah tumbuh sistem tali-temali yang terdiri dari benangbenang jamur yang mengikat bagian tanah menjadi kesatuan, 2). Menaikkan daya serap tanah
terhadap air. Bahan organik mempunyai daya absorpsi yang besar terhadap air tanah. Karena itu
pupuk organik sering kali mempunyai pengaruh positif terhadap hasil tanaman, apalagi pada musim
panas yang kering, 3). Menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah. Hal ini terutama disebabkan
karena organisme di dalam tanah dapat memanfaatkan bahan organik sebagai makanan. Berbagai
organisme di dalam tanah dapat memanfaatkan bahan organik sebagai makanan. Berbagai organisme
itu di dalam tanah mempunyai fungsi penting yang beraneka ragam sifatnya. 4). Mengandung zat
makanan tanaman. Berbagai zat makanan tanaman hanya sebagian dapat diserap oleh tanaman.
Bagian yang penting daripadanya baru tersedia sesudah terurainya bahan organik itu. Pupuk organik
biasanya menunjukkan pengaruh reaksi reaksi nitrogen yang jelas terlihat. Pengaruh dari fosfat dan
kalium biasanya tidak begitu jelas ( Rinsema, 1993).
Sludge yang telah menjadi pupuk dengan perlakuan khusus akan dimanfaatkan untuk menyuburkan
tanah berkapur yang ada di Gili Trawangan. Kesuburan tanah tentunya akan memancing tumbuhnya
tanaman-tanaman hijau secara alami. Didukung dengan penanaman pohon dari masyarakat melalui
bantuan pemerintah, misalnya penanaman satu juta pohon program pemerintah Peovinsi NTB.
Dengan demikian, terciptanya Gili Trawangan yang Hijau dan Mandiri Energi dapat tercapai.

1.

V.

Simpulan

PENUTUP

Simpulan yang dapat diambil dari Karya Tulis ini adalah:

Persediaan bahan baku berupa tinja dalam pembuatan biogas di Gili Trawangan cukup
melimpah.

Konstruksi Septic tank Komunal tipe kubah model destilasi bertingkat (Gambar 1) cocok
diterapkan di Gili Trawangan.

Rembesan tinja dan kemungkinan kebocoran septic tank dapat diatasi dengan pemilihan
bahan-bahan pembuatan septic tank Komunal yang tepercaya dan konstruksi yang diatur tahan
gempa.

Terciptanya lingkungan Gili Trawangan yang hijau dan mandiri energi.

Saran
Dalam penyempurnaan karya ini ada bebera saran yang perlu diperhatikan:
Dalam rangka penghematan energi hendaknya pemerintah provinsi mengeluarkan peraturan tentang
pemanfaatan biogas sebagai energi alternative. Kedepannya produksi biogas tidak hanya dari kotoran
manusia, melainkan juga dari kotoran sapi dan jerami yang keduanya adalah program unggulan NTB,
yaitu Bumi Sejuta Sapi (BSS) dan Padi Jagung dan Rumput Laut (PIJAR).

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Tiga Gili Di Pulau Lombok. http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Indonesiaku/TempatMenarik/Tiga-Gili-di-Selat-Lombok, diakses 29 Oktober 2011.
Anonim. 2001. Jenis-Jenis Dan Karakter Tanah Di Indonesia Dan Di
Dunia. http://www.apasih.com/2011/04/jenis-jenis-dan-karakteristik-tanah-di.html, diakses 29
oktober, 2011.

Anonim. 2009. Cooperative Extension Service Purdue University West Lafayette, IN 47907.
http//imademudiasa.wordpress.com/20090807/perbaikan-septiktank, diakses 28 Oktober 2011.
Anonim. 2011. Alternative Energi For Better Life (Biofuel, Bio Diesesel, Bioetanol, Dan
Biomasssa)http://www.indobiofuel.com/biodiesel.php, diakses 29 Oktober 2011.
Pambudi. 2011. Krisis energi: minyak bumi atau
gas?. http://fitrianp.wordpress.com/2011/04/01/krisis-energi-minyak-bumi-atau-gas/, di akses 29
Oktober 2011.
Wahyuni, Sri. 2009. Biogas. Jakarta. Penebar Swadaya (PS).
Arifin bakti. 2011. Pengelolaan Limbah Berbasis Masyarakat. file:///D:/lomba%2030%20oktbr
%20deadline/TRAWANGAN/3.121-limbah-di-pulau-gili-trawangan-.html, diakses 27 Oktober 2011.
Setiawan, Ade Iwan. 2008. Memanfaatka Kotoran Ternak.Jakarta. Penebar Swadaya.
Anwar, Achmad sjamsu. 2007. Model Semtra Energi Berbasis biomassa. Bogor. ITB Press.
Republika Indonesia. 2011. Prediksi BKKBN: 2011 Penduduk Indonesia 241 juta
jiwa.http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/07/05/lnua4p-prediksi-bkkbn-2011penduduk-indonesia-241-juta-jiwa, diakses 28 oktober 2011.
Kusmayadi. 2011. Jangan Sampai PLN Minggat dari Gili
Trawangan. http://korankampung.com/interaksi/jangan-sampai-pln-minggat-dari-trawangan diakses
10 November 2011.

Anda mungkin juga menyukai