Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN HASIL ASISTENSI KLHS

KAB. TASIKAMALAYA

2011

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Dalam dua dekade terakhir ini laju kerusakan sumber daya alam dan

pencemaran lingkungan di Indonesia semakin meningkat dan tidak


menunjukkan gejala penurunan. Bila dua dekade lalu laju kerusakan hutan di
Indonesia ditengarai sekitar 1 sampai 1,2 juta per tahun, kini telah mencapai 2
juta hektar pertahun. Bagai gayung bersambut, rantai kerusakan tersebut
kemudian menjalar dan meluas ke sungai, danau, hutan dataran rendah,
pantai, pesisir dan laut. Pencemaran air dan udara di kota-kota besar dan
wilayah padat penduduk juga telah berada pada ambang yang tidak hanya
membahayakan

kesehatan

penduduk

tetapi

juga

telah

mengancam

kemampuan pulih dan keberlanjutan sumber daya hayati. Situasi ini


menunjukkan betapa laju kerusakan sumber daya alam dan pencemaran
lingkungan di negeri kita berlangsung dalam kecepatan yang lebih tinggi
dibanding laju pencegahan dan pemulihannya. Menurut kalangan akademisi
dan penggiat lingkungan salah satu penyebabnya adalah masalah kelembagaan
atau masalah struktural. Maksudnya, krisis ekologi yang melanda di sekitar kita
muncul karena kebijakan, peraturan perundangan, dan program-program
pembangunan selama ini belum mempertimbangkan faktor lingkungan hidup.
Lingkungan hidup belum menjadi arus utama pembangunan. Salah satu
terobosan penting yang akan ditempuh Kementerian Negara Lingkungan Hidup
(KLH) untuk mengatasi masalah struktural tersebut adalah dengan menggagas,
memperluas dan menginternalisasikan pertimbangan lingkungan hidup dan
prinsip keberlanjutan dalam formulasi kebijakan (policy), rencana (plan), dan
program-program pembangunan. Instrumen atau mekanisme yang telah

dikenal luas di berbagai belahan dunia untuk maksud tersebut adalah Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) (Strategic Environmental Assessment).
Tujuan utama KLHS dengan demikian bukan terletak pada dokumen yang
dihasilkan melainkan dilahirkannya kebijakan, rencana dan program-program
yang mempertimbangkan lingkungan hidup dan keberlanjutan.
Pengarusutamaan (mainstreaming) pembangunan berkelanjutan telah
ditetapkan sebagai landasan operasional pelaksanaan pembangunan, seperti
tercantum dalam RPJP dan RPJM Nasional. Lebih dari itu, selain UUD 45, UU
tentang Lingkungan Hidup, UU tentang Penataan Ruang serta UU Otonomi
Daerah telah menegaskan arti pentingnya lingkungan hidup. Secara filosofis
maupun fenomena riel, pendekatan konsep keruangan sangat identik dengan
fenomena lingkungan hidup yang dinamis dan sistemik. Fenomena ini menjadi
dasar argumentasi perhatian pada lingkungan hidup dalam konstelasi
pelaksanaan pembangunan nasional dan daerah melalui implementasi UU
Penataan Ruang. Oleh karena itu, setiap proses perumusan visi, misi, tujuan,
dan

strategi

pembangunan

sampai

dengan

mpelaksanaannya

yang

memerlukan alokasi kegiatan di suatu lokasi atau kawasan tertentu akan


senantiasa mengandung kepentingan pelestarian lingkunganhidup. Dalam
konteks mekanisme implementasi strategi pembangunan, perhatian pada
lingkungan hidup ini seyogyanya ditempatkan sejak awal proses penetapan
strategi sampai dengan pelaksanaannya.
KLHS adalah sebuah bentuk tindakan stratejik dalam menuntun,
mengarahkan, dan menjamin tidak terjadinya efek negatif terhadap lingkungan
dan keberlanjutan dipertimbangkan secara inheren dalam kebijakan, rencana
dan program [KRP]. Posisinya berada pada relung pengambilan keputusan.
Oleh karena tidak ada mekanisme baku dalam siklus dan bentuk pengambilan
keputusan dalam perencanaan tata ruang, maka manfaat KLHS bersifat khusus

bagi masing-masing hirarki rencana tata ruang wilayah [RTRW]. KLHS bisa
menentukan substansi RTRW, bisa memperkaya proses penyusunan dan
evaluasi keputusan, bisa dimanfaatkan sebagai instrument metodologis
pelengkap (komplementer) atau tambahan (suplementer) dari penjabaran
RTRW, atau kombinasi dari beberapa atau semua fungsi-fungsi diatas.
KLHS yang dilakukan ini dimaksud untuk mendukung Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Tasikmalaya. Dengan demikian kedudukannya
adalah: telah ada kebijakan tentang lingkungan dan diniatkan agar kebijakan
itu efektif. Dengan kedudukannya ini KLHS tidak untuk mengintegrasikan
pertimbangan lingkungan tetapi memperkuat kebijakan lingkungan itu sendiri.
Penempatan KLHS sebagai telaah untuk mendukung Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Tasikmalaya memperjelas hubungan KLHS dengan
pengambilan keputusan. Siapa mengambil keputusan dan bagaimana
prosedurnya sudah demikian jelas dan dapat diikuti oleh proses pelaksanaan
KLHS. Oleh karena yang akan dikaji adalah kebijakan tentang lingkungan, dapat
dipastikan resistensi terhadap KLHS yang membawakan nilai lingkungan dapat
ditekan.
KLHS tidak terbit sebagai suatu produk hukum yang bersifat kaku dan
terbatas, akan tetapi merupakan suatu kajian ilmiah yang harus bersifat
dinamis. Sewaktu-waktu dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan, yaitu
ketika ditemukan ilmu pengetahuan, metoda atau teknologi yang lebih baik
dan akan diserap menjadi kebijakan oleh setiap pemangku kepentingan.
1.2.

Tujuan Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Tujuan penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam perencanaan Tata


Ruang adalah

1. Membantu para perencana tata ruang, instansi sector dan lembaga


pengelola lingkungan daerah mengintegrasikan dalam perencanaan tata
ruang
2. Menunjukan

langkah-langkah

pendekatan

integrasi

ke

dalam

perencanaan tata ruang


3. Upaya pengarustamakan (mainstreaming) perencanaan lingkungan
melalui KLHS
1.3. Pihak-pihak yang Berperan Aktif dalam pengkajian KLHS
Pihak-pihak yang berperan aktif pada pengkajian, penyusunan, pemanfaatan
dan melakukan review KLHS adalah sebagai berikut :
Daftar Pemangku Kepentingan Terkait di Kabupaten Tasikmalaya
1.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

2.

Kantor Lingkungan Hidup Kbupaten Tasikmalaya

3.

Dinas Pertanian Tananaman Pangan

4.

Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu

5.

Dinas Kehutanan dan Perkebunan

6.

Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan

7.

Dinas Kesehatan

8.

Dinas Perindustrian Perdagangan dan Usaha Kecil Menengah

9.

Dinas Tata Ruang dan Permukiman

10. Dinas Pertambangan dan Energi


11. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
12. Dinas Perhubungan
13. Dinas Bina Marga dan Pengairan
14. Universitas Siliwangi Tasikmalaya

15. Bagian Perekonomian dan Penanaman Modal Setda Kab. Tasikmalaya


16. Lembaga Swadaya Masyarakat bidang lingkungan hidup

BAB II
LINGKUP KAJIAN
Pelingkupan merupakan proses yang sistematis dan terbuka untuk
mengidentifikasi isu-isu penting atau konsekuensi lingkungan hidup yang akan
timbul berkenaan dengan rencana KRP RTR Wilayah dan Kawasan. Berkat
adanya pelingkupan ini, pokok bahasan dokumen KLHS akan lebih difokuskan
pada isu-isu atau konsekuensi lingkungan dimaksud.
A. Identifikasi isu-isu pembangunan berkelanjutan
Lingkungan hidup di wilayah Kabupaten Tasikmalaya berdasrkan
laporan status lingkungan hidup daerah (SLHD) Kabupaten Tasikmalaya
terakhir menunjukkan kondisi dan situasi yang kurang menggambarkan
keseimbangan lingkungan hidup yang baik, antara lingkungan ekosistem
alami dengan lingkungan ekosistem budidaya/buatan manusia. Beberapa
faktor penyebabnya adalah :
a. Jumlah Penduduk yang terus meningkat
b. Konsentrasi penduduk tidak merata,
c. Kebutuhan hidup penduduk semakin meingkat
d. Kurangnya kesadaran masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan
lingkungan hidup.
e. Masalah penegakan dan penaatan hukum,
f. Banyaknya

pelaku usaha yang tidak melakukan pengelolaan dan

pemantauan lingkungan
g. keseimbangan lingkungan alami dan budidaya/buatan tidak terjaga,
h. Eksploitasi sumber alam cenderung berlebihan,
i.

Mitigasi bencana alam,

j.

Perubahan iklim/cuaca global,

k. Keanekaragaman hayati menurun, dan

l.

berbagai masalah lingkungan hidup lainnya, yang secara keseluruhan


menunjukkan lemahnya komitmen dan konsistensi berbagai pihak yang
terkait dalam mewujudkan Pembangunan berkelanjutan.
Kondisi umum lingkungan hidup wilayah Kabupaten Tasikmalaya

dapat ditunjukkan oleh beberapa indikator lingkungan, antara lain :


a. Penataan ruang ekosistem belum dijadikan dasar alokasi pemanfaatan
ruang wilayah;
b. Menurunnya kualitas dan fungsi kawasan lindung
c. Keanekaragaman hayati semakin langka dan punah;
d. Musibah alam karena salah kelola sumberdaya alam;
e. Pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup meningkat;
f. Konversi peruntukan lahan untuk budidaya tidak terkendali;
g. Kelemahan penerapan dan sanksi hukum bagi pelanggarnya tidak
berjalan;
h. Konflik sosial tentang pemanfatan lahan/ruang wilayah tidak berdasar
fakta hukum;
i.

Hunian penduduk di kawasan hutan sulit diatasi, karena faktor ekonomi


atau kemiskinan;

j.

Ketaatan penduduk pada peraturan kurang

k. Tradisi ramah ekologi di pedesaan dan perkotaan cenderung dirusak


oleh kebutuhan hidup yang cepat/instan dan mengabaikan dampak
lingkungannya;
l.

Pentaatan dan penegakan hukum masih lemah.


Analisis terhadap hasil identifikasi isu pembangunan berkelanjutan

dan mengingat indikator lingkungan Kabupaten Tasikmalaya, maka Isu


Pembangunan Berkelanjutan yang berpotensi terkena pengaruh atau

dampak dari Kebijakan Perencanaan Ruang sebagaimana tertuang dalam


Rancangan Peraturan Daerah tentang RTRW dapat dikelompokan sebagai
berikut :
1.

Degradasi Hutan dan Lahan


Terjadinya kerusakan lahan dan hutan Kabupaten Tasikmalaya disebabkan
beberapa factor, diantaranya : kegiatan pertambangan, pembangunan dan
perambahan hutan. Pencegahan dan penanggulangan degradasi hutan dan
lahan yang telah dilakukan selama ini yaitu belum bisa memberikan hasil
yang optimal . Degradasi hutan dan lahan tersebut disebabkan antara lain
karena :
a. Sistem pengelolaan hutan secara berkelanjutan belum optimal
dilaksanakan.
b. Lemahnya pengawasan dan penegakan hukum
c. Rendahnya kapasitas pengelola hutan karena terbatasnya sumber daya
manusia, pendanaan, sarana-prasarana, kelembagaan, serta insentif
bagi pengelola kehutanan, bila dibandingkan dengan cakupan luas
kawasan hutan yang harus dikelola. Di sisi lain partisipasi masyarakat
untuk ikut serta mengamankan hutan juga masih rendah.
d. Pemanfaatan lahan dengan kelerengan yang curam untuk pertanian
tanaman semusim tanpa memperdulikan aspek konservasi.
e. Banyaknya

penambangan

yang

tidak

menggunakan

teknik

penambangan yang benar.


f. Kurangnya kesadaran pengusaha tambang untuk melakukan reklamasi
bekas tambang
g. Banyaknya pembangunan yang menggunakan lahan-lahan sawah irigasi
teknis

h. Berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 masih memerlukan


pengaturan lebih lanjut mengenai hubungan Pemerintah, Pemerintah
Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam pengelolaan hutan.
Kondisi tersebut mengakibatkan :
a. Menurunnya fungsi hutan
b. Menurunnya luasan hutan berarti menurunnya habitat. Hal ini akan
diikuti dengan menurunnya keanekaragaman hayati.
c. Munculnya lahan kritis, akan mengakibatkan lahan mudah terkikis,
erosi, longsor dan mengakibatkan banjir di daerah bawahny. Kondisi
tersebut tidak saja merusak ekologi tetapi akan memicu terjadinya
bencana dan permasalahan sosial yang lebih besar.
d. Rusaknya kawasan konservasi sebagai sumber plasma nutfah dan
perlindungan daerah bawahan.
e. Penurunan sumberdaya air
f. Menurunnya produktivitas lahan.
Kondisi dan permasalahan tersebut mendorong perlu dilakukannya
peningkatan pengendalian dampak kerusakan hutan dan lahan secara
terpadu dan berkesinambungan. Pencegahan dan penanggulangan serta
pemulihan kerusakan hutan di kawasan hutan adalah tanggungjawab
pengelola hutan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Sedangkan pencegahan
dan penanggulangan serta pemulihan kerusakan lahan di luar kawasan
hutan merupakan tanggungjawab Pemerintah Propinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota beserta masyarakat dan dunia usaha.
Rehabilitasi hutan dan lahan tidak akan dapat berhasil apabila tidak
didukung oleh semua steak holder. Oleh karena itu diperlukan adanya
koordinasi antara semua pihak didalam pengelolaannya.

2.

Pencemaran Air, Tanah dan Udara


Beberapa permasalahan lingkungan akibat dari pencemaran sumbersumber perairan diantaranya :
a. Masih lemahnya aspek penegakan hukum
b. Masih rendanya kesadaran pengusaha dalam pengelolaan lingkungan
c. Terbatasnya sumber dana untuk pengendalian pencemaran.
d. Masih kurangnya peranan masyarakat dalam ikut serta melakukan
pengawasan terhadap kasus-kasus pencemaran.
e. Masih

Banyaknya

perusahaan

yang

belum

memiliki

Instalasi

Pengelolaan Air Limbah (IPAL).


Pencegahan dan pengendalian pencemaran air sudah dilaksanakan mulai
dari pesyaratan perijinan,

sosialisasi, pembinaan dan pengawasan

terhadap kegiatan atau/usaha yang berpotensi menghasilkan limbah.


Untuk pengendalian pencemaran udara, diwajibkan bagi perusahaan untuk
melakukan pemantauan sendiri dan melaporkan hasilnya kepada
pemerintah setiap 3 bulan sekali. Khusus untuk kualitas udara dari sumber
bergerak tiap tahun dilakukan pengujian bagi kendaraan dinas yang berada
di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya.
Penanggulangan pencemaran tanah, Kabupaten Tasikmalaya telah
menetapkan

program pertanian organic, hal ini untuk mengurangi

kerusakan tanah akibat penggunaan pupuk kimia. Dan hasilnya telah


diekspor keluar negeri
3. Masalah Persampahan
Masalah permasalahan terus mangalami peningkatan sejalan dengan
bertambahnya

jumlah

penduduk

dan

berkembangnya

aktifitas

perekonomian. Permasalah sampah sampai saat ini menjadi perhatian

sejalan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008


tentang Pengelolaan Sampah. Adapaun permasalahan persampahan di
Kabupaten Tasikmalaya :
1. Belum ada Kebiajakan Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan
persampahan
2. Jumlah anggaran yang tidak memadai
3. Kurangnya sarana dan prasarana operasional persampahan
4. Kurangya pegawai yang mengelola persampahan
5. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan persampahan
6. Pengelolaan sampah di TPA masih menggunakan cara-cara open
dumping.
Pengelolaan persampahan sampai saat ini telah dilakukan upaya-upaya
diantaranya : sosialisasi pengelolaan sampah dengan system 3R,
pembuatan komposter permanen, Pembuatan pupuk kompos, penyusunan
draf Perda Pengelolaan Persampahan.
4. Degradasi Pantai
Permasalahan degradasi pantai disebabkan akibat dari abrasi oleh factor
alam dan manusia. Factor alam disebabkan karena kuatnya hempasan
gelombang yang berasal dari Samudera Indonesia, sedangka factor manusia
adalah rusaknya ekosistem pantai oleh aktifitas/kegiatan manusia seperti
pertambangan dan perambahan hutan pandan. Akibat akitifitas kegiatan
tersebut yang tidak disertai akitifitas pengelolaan lingkungan sebagaimana
mestinya mengakibatkan vegetasi sepanjang pantai menjadi rusak dan
bahkan sampai musnah.
Upaya-upaya yang pengendalian terus dilakukan diantaranya :
1. Membatasi perijinan eksploitasi pertambangan di sempadan pantai

2. lakukan pembinaan dan pemberdayaan masyarakat untuk menanam


tanaman pandan
3. Melakukan pengawasan terhadap kegiatan yang berada disekitar pantai
4. Melakukan konservasi penanaman hutan pantai disepanjang pantai
5. Penegakan hukum bagi pengusaha yang tidak melakukan pengelolaan
lingkungan.
B. Kebijakan, Rencana dan/atau Program yang ditelaah
1. Pengembanga perkotaan utama sebagai perkotaan orde K2 dan K3
2. Fasilitas perkotaan
3. Pengembangan perkotaan metropolitan
4. Pengembangan jaringan jalan
5. Pengembangan infrastruktur pertanian lahan basah, pengembangan
perikanan darat berorientasi peningkatan ekonomi
6. Pengembangan kawasan pertambangan berwawasan lingkungan ,
pengembangan kawasan peruntukan industri

BAB III
PENGKAJIAN PENGARUH KEBIJAKAN, RENCANA, DAN/ATAU PROGRAM
TERHADAP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
1. Pengembangan perkotaan utama sebagai perkotaan orde K2 dan K3
Kabupaten Tasikmalaya mempunyai daerah yang cukup besar yaitu 39
kecamatan, didukung dengan cukup banyaknya potensi sumberdaya alam baik
yang terbaharuhi maupun yang tidak terbaharuhi. Kebijakan pengembangan
perkotaan utama sebagai perkotaan orde K2 dan K3 tentunya sangan
mendukung pada peningkatan pengembangan potensi yang ada sehingga hal
ini akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan massayarakat. Dalam
kebijakan ini akan dikembangakan beberapa program diantaranya :
Pengembangan pelabuhan perikanan, pengembangan pelabuhan umum,
pengembangan kawasan industri dan pengembangan permukiman. Selain
pengembangan pemanfaatan potensi sumberdaya alam tentunya mendukung
pula pada sector ketenaga kerjaaa/ penyerapan tenaga kerja. Namum
demikian dalam pelaksanaannya tentunya bukan dampak positif saja yang ada
tetapi dampak negatifpun tentunya akan terjadi baik secara langsung maupun
tidak langsung. oleh karena itu alangkah baik karena itu perlu segera diatur
zonasi-zonasi yang jelas untuk pemanfaatan ruangnya sehingga tidak akan
tumpang tindih dalam pelaksanaanya. Dan regulasi aturan pun perlu supaya
hal ini bisa diminimalisasi sedemikian rupa sehingga dapat meminimalisasi
dampak negative yang tidak kita harapkan.
2. Fasiltas Perkotaan
Setelah wilayah Kabupaten Tasikmalaya terbagi menjadi 2 yaitu wilayah kota
Tasikmalaya dan Kabupaten Tasikmalaya, dimana pusat Pemerintah Kabupaten
Tasikmalaya terjadi perpindahan dari kota Tasikmalaya ke wilayah kecamatan

Singaparna. Kebijakan ini tentunya sangat mendukung pada percepatan


perpindahan Pemerintah ibu kota Kabupaten Tasikmalaya.
Namum demikian tentunya akan banyak hal-hal yang harus diperhatikan yaitu
masalah alih fungsi lahan/degradasi lahan, social ekonomi masyarakat,
pencemaran dan yang menjadi prioritas adalam masalah sampah, pencemaran
baik air, udara. Oleh karena itu dalam pengendaliannya tentunya ada programprogram yang bisa langsung memberikan pengaruh yang besar pada
pengendalian kerusakan lingkungan. Diantaranya yaitu : pengendalian
pemanfaatan ruang,

pengelolaan Ruang Terbuka Hijau, Pengelolaan

persampahan, dan pengendalian pencemaran baik udara maupun air.


3. Pengembangan perkotaan metropolitan
Arah kebijakan dalam pengembangan perkotaan mentropolitan
tentunya bertujuan pada peningkatan perekonomian dan kesejahteraan.
Kabupaten Tasikmalaya dengan potensi SDA yang besar, luas wilayah yang
besar dan didukung dengan jumlah penduduk yang besar pula mendukung
pada program perkotaan berorientasi tinggi. Dalam pengembangan kebijakan
melihat dari program yang akan dikembangkan tentunya akan dikembangkan
beberapa sarana dan prasarana baik sarana permukman, perkantoran, jasa dan
pusat perkembangan ekonomi lainnya.
Namun demikian dalam pelaksanaanya perlu segera diatur regulasi aturan
yang jelas sehingga tidak terjadi tumpang tindih kepentingan dan dampak yang
terjadi dapat diminimalis sedemikian rupa.
4. Pengembangan jaringan jalan
Kabupaten Tasikmalaya dengan wilayah yang cukup luas dengan kebijakan
pengembangan
peningkatan
masyarakat.

jaringan

percepatan

jalan

tentunya

pertumbuhan

sangat
wilayah

mendukung
dan

pada

perekonimian

Namun demikian dalam pelaksanaanya khusus penggunaan lahan hutan


dan pertanian produktif tentunya dapat diminimalisasi.
5. Pengembangan infrastruktur pertanian lahan basah, pengembangan
perikanan darat berorientasi peningkatan ekonomi
Topografi Kabupaten Tasikmalaya dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu
topografi bergunung di bagian barat, perbukitan di bagian timur dan selatan
serta dataran di bagian utara menjadikan Kabupaten Tasikmalaya memiliki
potensi pertanian yang beragam. Hal ini tentunya perlu ditunjang dengan
ketercukupan curah hujan serta persediaan air tanah dalam jumlah yang
besar sehingga dapat memungkinkan dioptimalisasikannya hasil produksi
pertanian di Kabupaten Tasikmalaya
Upaya peningkatan sarana pengairan dengan meningkatkan kualitas dari
sistem pengairan akan sangat membantu masyarakat untuk meningkatkan
produktivitas dari lahan yang dimiliki. Bukan hanya dari tanaman pangan
Kabupaten Tasikmalaya juga daerah yang cukup potensial sebagai
penghasil tanaman hortikultura (sayuran maupun buah-buahan). Iklim yang
cukup kondusif ditambah tersedianya air dengan cukup serta curah hujan
yang memadai menjadikan areal perkebunan di Kabupaten Tasikmalaya
merupakan lahan yang sangat potensial untuk dioptimalkan lagi
produktivitasnya.
Sektor pertanian dengan varietas unggulan dan lokal sebenarnya banyak
namun nampaknya belum tereksplorasi secara tepat khususnya pada
hilirnya (pemasaran).
Faktor pengendalian pencemaran dan kerusakan air dan tanah akibat dari
penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan nampaknya harus
menjadi perhatian yang serius.

pertanian terpadu atau integrated farming adalah usaha pertanian dengan


kelolabersinambungan, sehingga tidak dikenal limbah sebagai produk
sampingan, semua bagian hasil pertanian diasumsikan sebagai produk
ekonomis dan semua kegiatan adalah profit center, hasil samping dari
salah satu sub bidang usaha menjadi bahan baku atau bahan pembantu
sub bidang lainnya yang masih terkait ,ilustrasi yang sederhana adalah
pada usaha budidaya jagung, produk bukan hanya jagung pipilan kering
sedangkan biaya pembuangan batangnya dilahan dan dibakar menjadi
beban/ cost, tetapi dalam pertanian terpadu meskipun ada biaya
pengumpulan batang jagung dari lahan tetapi dapat diproses menjadi
silage (pakan ternakruminansia) atau disimpan sebagai pakan kering,
sehingga untuk jumlah yang memenuhi criteria ekonomis justru akan
membuka cluster ekonomis baru.
Sesuai dengan potensi dan pewilayahan pembangunan kawasan bidang
pertanian kabupaten Tasikmalaya membagi wilayah pengembangan
pembangunan Pertanian terpadu, yang terdiri dari Kawasan tanaman
pangan, holtikultura, perkebunan, sentra peternakan dan perikanan.
6. Pengembangan kawasan pertambangan berwawasan
pengembangan kawasan peruntukan industri

lingkungan,

Kondisi Kabupaten Tasikmalaya merupakan kawasan pegunungan yang


kaya akan sumber mineral pertambangan. Bahkan berdasarkan informasi
dari hasil penelitian menyatakan bahwa 70 % mineral tambang ada di
Kabupaten Tasikmalaya. Dari besarnya potensi tambang berbagai pelaku
usaha usaha tambang berlomba-lomba dalam mendapatkan izin usaha
pertambangan, tetapi dampak negative yang timbul ternyata relative
sangat memberatkan dalam upaya membenahi dan mereklamasi lahan
bekas tambang. Selain itupun pengembangan industri akan membawa

kepada peningkatan pendapatan daerah namun demikian pada saat inipun


industri industri yang ada sekarangpun tidak luput dari berbagai masalah
diantaranya, kasus pencemaran limbah .
Oleh karena itu regulasi aturan tetap menjadi prioritas, disamping
pengawasan dan penegakan hukum .

BAB IV
ALTERNATIF KEBIJAKAN, RENCANA, DAN/ATAU PROGRAM
1. Pengembangan perkotaan utama sebagai perkotaan orde K2 dan K3
Meningkatkan peran perkotaan sesuai fungsinya sebagai Pusat Kegiatan
Lokal (PKL), Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan
Lingkungan (PPL). Mengoptimalkan dan mengembangkan kualitas
system prasarana wilayah.
Pengendalian

pemanfaatan

ruang

yang

jelas

serta

melakukan

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.


2. Fasiltas Perkotaan
Pengembangan perkotaan disesuaikan dengan pemanfaatan ruang
Memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan
Melakukan Pecegahan dan pengendalian lingkungan
3. Pengembangan perkotaan metropolitan
Pengembangan perkotaan disesuaikan dengan pemanfaatan ruang
Memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan
Melakukan Pecegahan dan pengendalian lingkungan
4. Pengembangan jaringan jalan
Disesuaikan dengan Rencana Pemanfaatan ruang
Meminimalisasi penggunaan kawasan hutan dan lahan pertanian
produktif
Melakukan Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
5. Pengembangan infrastruktur pertanian lahan basah, pengembangan
perikanan darat berorientasi peningkatan ekonomi

Salah satu tantangan terbesar pembangunan pertanian adalah banyaknya


konversi penggunaan lahan yang terjadi terhadap lahan pertanian menjadi
kawasan terbangun, sehingga dapat mengurangi areal budidaya, akibat
lainnya adalah akan menyebabkan air hujan yang seharusnya dapat diserap
dan tersimpan dalam tanah pada waktu musim hujan, menjadi lebih
banyak yang terbuang dan mengurangi cadangan air paa musim kemarau.
Di pihak lain, pertumbuhan jumlah penduduk meningkatkan kebutuhan
bahan pangan yang makin pesat.
Keanekaragaman di sektor pertanian dan sub sektornya merupakan
potensi yang sangat besar untuk dikembangkan.

Beberapa komoditi

diantaranya dapat dikembangkan menjadi komoditas unggulan, dan


beberapa wilayah berpotensi untuk menjadi sentra produksi dan menjadi
pusat pertumbuhan pembangunan.
Sektor pertanian dengan kegiatan yang berlangsung pada seluruh subsistemnya berfokus pada sub-sistem pengolahan (agroindustri) yang secara
keseluruhan mewujudkan kawasan agropolitan yang padu dan telah
ditetapkan dalam Masterplan Agropolitan yang berupa penetapan distrik,
komoditi dan produk unggulan pertanian di Kabupaten Tasikmalaya.
Dalam hal pelaksanaan teknis budidaya, meningkatkan dan meyakinkan
kesadaran masyarakat dalam keberhasilan penggunaan pupuk organik dan
pestisida nabati sehingga tidak merusak fisik tanah, menghilangkan residu
pestisida baik dalam tanaman manupun manusia serta terhindarnya
kerusakan dan pencemaran lingkungan.
6. Pengembangan kawasan pertambangan berwawasan lingkungan ,
pengembangan kawasan peruntukan industri
Disesuaikan dengan rencana pemanfaatan ruang

Melakukan kegiatan perlidungan dan pengelolaan lingkungan


Melakukan pertambangan yang berwawasan lingkungan

BAB V
REKOMENDASI
a. Visi dan misi Kabupaten Tasikmalaya harus mengacu pada tujuan
pembangunan yang berkelanjutan.
b. Dalam setiap pelaksanaan usaha dan/atau kegiatan hendaknya selalu
mengacu kepada kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah dan selalu
memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
c. Peruntukan lahan perlu ditata ulang dengan memperhatikan dukungan
infrastruktur yang terintegrasi dalam satu sistem pusat-pusat pertumbuhan
kota-desa.

Perhatian

pada

mempertahankan

lahan-lahan

alokasi

keunggulan lokal perlu dipertahankan dan ditumbuhkembangkan;


d. Dalam pemanfaatan potensi Sumber Daya Alam harus memperhatikan
daya dukung dan daya tampung lingkungan serta melakukan pengelolaan
lingkungan sehingga kerusakan lingkungan dapat diminimalisasi ;
e. Alih fungsi lahan yang cenderung berpihak pada kepentingan ekonomibisnis (komersial) perlu ditertibkan khususnya untuk mempertahankan
keutuhan ekosistem;
f. Infrastruktur yang menjadi perhatian utama adalah jaringan jalan
(transportasi) perkotaan untuk mengatasi kemacetan, jaringan drainase
untuk mengantisipasi intensitas curah hujan maksimum dan sarana
pengolahan/pengelolaan persampahan yang baik untuk menanggulangi
timbulan sampah yang semakin meningkat;
g. Dalam setiap pelaksanaan pembangunan harus mengacu pada UU nomor
32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
salah satunya yaitu penerapan dokumen lingkungan dalam setiap
pemalaksanaan pembangunan;

Setelah penyusunan KLHS metode cepat, Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya


agar melaksanakan KLHS sebagaimana dimaksud Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Lampiran: KRP Dan Rekomendasi

Kebijakan, Rencana, Program sebagaimana tertuang dalam Raperda


RTRW Kabupaten Tasikmalaya
(1)

(2)

(3)

No

Kebijakan Rencana Program

Lokasi

pengoptimal
an potensi
lahan
budidaya
dan
sumberdaya
alam yang
mendorong
pertumbuhan
sosial
ekonomi di
wilayah
belum
berkembang

1. Pertambangan Pasir Besi


di:
Desa
Ciheras,
Ciandum Kec Cipatujah
Desa Cidadap Kec.
Karangnunggal

Pengembangan
Pertambangan
Unggulan

Desa Ciamanuk, Desa


Kalapagenep,
Desa
Mandalajaya,
Kecamatan Cikalong
2. Mangaan :
Di Desa Karangnunggal,
Desa
Cibatu,
Desa
Sarimanggu
Kec.
Karangnunggal
Desa
Setiawaras
Kecamatan Cibalong
Desa Cibungur, Desa
Girikencana
Kec.
Parungponteng, dst
3. Bijih Besi
Desa Bantarkalong Kec.
Bantarkalong

a.

Rekomendasi

Rangkuman Kajian
Pengaruh

Alterntif KRP (Usulan KRP)

(8)

(9)

Degradasi /alih
fungsi pertanian
produktif
b. Masalah
persampahan
c. Degradasi/Alih
fungsi kawasan hutan

Alternatif KRP
1 . Kebijakan :
pengoptimalan potensi lahan
budidaya dan sumberdaya
alam
yang
mendorong
pertumbuhan sosial ekonomi
di wilayah belum berkembang
dengan tetap mempertahankan
kawasan
konservasi,
infrastruktur,
sempadan
pantai,
mempertimbangkan
potensi bencana tsunami
2. Rencana :
Pengembangan Pertambangan
unggulan
(pasir
besi,
mangaan, bijih besi, emas dan
pasir
gunung)
dengan
memperhatikan daya dukung
dan daya tampung lingungan
3. Program :
Pengendalian pencemaran

Tindak lanjut
/Implikasi terhadap
Raperda

(12)

a. Perlu di susunnya
regulasi yang
berhubungan
dengan
pengelolaan SDA
Tanggapan:
Akan di jabarkan
dalam draft RTRW

Akan menambahkan
dalam pasal dalam
ranperda

Kebijakan, Rencana, Program sebagaimana tertuang dalam Raperda


RTRW Kabupaten Tasikmalaya
(1)
No

(2)
Kebijakan Rencana Program

(3)

Rekomendasi

Rangkuman Kajian
Pengaruh

Alterntif KRP (Usulan KRP)

(8)

(9)

Lokasi
4. Emas :
Desa Karaglayung Kec.
Karangjaya,
Desa
Sarimukti Kec. Cineam
5. Pasir Gunung :
Desa
Sukaratu
Kecamatan
Sukaratu,
Kec. Padakembang

dan kerusakan lingkungan


hidup
Pengelolaan
Kawasan
Lindung
Rehabilitasi
dan
Konservasi Sumber Daya
Alam dan LH
4. Kegiatan :
Pemantauan
kualitas
lingkungan
Kajian strategis kawasan
pesisir
Reklamasi dan konservasi
kawasan
Pesisir
Pengembangan
jasa
ekowisata
dan
pengembangan penelitian
kawasan konservasi
Penyusunan RDTR dan
zioning
regulation
kawasan pesisir
Pembangunan pelabuhan
khusus pertambangan
dst

(12)

Tindak lanjut
/Implikasi terhadap
Raperda

Kebijakan, Rencana, Program sebagaimana tertuang dalam Raperda


RTRW Kabupaten Tasikmalaya
(1)
No

(2)
Kebijakan Rencana Program

(3)
Lokasi

Rekomendasi

Rangkuman Kajian
Pengaruh

Alterntif KRP (Usulan KRP)

(8)

(9)

(12)

Tindak lanjut
/Implikasi terhadap
Raperda

Anda mungkin juga menyukai