KAB. TASIKAMALAYA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dalam dua dekade terakhir ini laju kerusakan sumber daya alam dan
kesehatan
penduduk
tetapi
juga
telah
mengancam
dikenal luas di berbagai belahan dunia untuk maksud tersebut adalah Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) (Strategic Environmental Assessment).
Tujuan utama KLHS dengan demikian bukan terletak pada dokumen yang
dihasilkan melainkan dilahirkannya kebijakan, rencana dan program-program
yang mempertimbangkan lingkungan hidup dan keberlanjutan.
Pengarusutamaan (mainstreaming) pembangunan berkelanjutan telah
ditetapkan sebagai landasan operasional pelaksanaan pembangunan, seperti
tercantum dalam RPJP dan RPJM Nasional. Lebih dari itu, selain UUD 45, UU
tentang Lingkungan Hidup, UU tentang Penataan Ruang serta UU Otonomi
Daerah telah menegaskan arti pentingnya lingkungan hidup. Secara filosofis
maupun fenomena riel, pendekatan konsep keruangan sangat identik dengan
fenomena lingkungan hidup yang dinamis dan sistemik. Fenomena ini menjadi
dasar argumentasi perhatian pada lingkungan hidup dalam konstelasi
pelaksanaan pembangunan nasional dan daerah melalui implementasi UU
Penataan Ruang. Oleh karena itu, setiap proses perumusan visi, misi, tujuan,
dan
strategi
pembangunan
sampai
dengan
mpelaksanaannya
yang
bagi masing-masing hirarki rencana tata ruang wilayah [RTRW]. KLHS bisa
menentukan substansi RTRW, bisa memperkaya proses penyusunan dan
evaluasi keputusan, bisa dimanfaatkan sebagai instrument metodologis
pelengkap (komplementer) atau tambahan (suplementer) dari penjabaran
RTRW, atau kombinasi dari beberapa atau semua fungsi-fungsi diatas.
KLHS yang dilakukan ini dimaksud untuk mendukung Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Tasikmalaya. Dengan demikian kedudukannya
adalah: telah ada kebijakan tentang lingkungan dan diniatkan agar kebijakan
itu efektif. Dengan kedudukannya ini KLHS tidak untuk mengintegrasikan
pertimbangan lingkungan tetapi memperkuat kebijakan lingkungan itu sendiri.
Penempatan KLHS sebagai telaah untuk mendukung Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Tasikmalaya memperjelas hubungan KLHS dengan
pengambilan keputusan. Siapa mengambil keputusan dan bagaimana
prosedurnya sudah demikian jelas dan dapat diikuti oleh proses pelaksanaan
KLHS. Oleh karena yang akan dikaji adalah kebijakan tentang lingkungan, dapat
dipastikan resistensi terhadap KLHS yang membawakan nilai lingkungan dapat
ditekan.
KLHS tidak terbit sebagai suatu produk hukum yang bersifat kaku dan
terbatas, akan tetapi merupakan suatu kajian ilmiah yang harus bersifat
dinamis. Sewaktu-waktu dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan, yaitu
ketika ditemukan ilmu pengetahuan, metoda atau teknologi yang lebih baik
dan akan diserap menjadi kebijakan oleh setiap pemangku kepentingan.
1.2.
langkah-langkah
pendekatan
integrasi
ke
dalam
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Dinas Kesehatan
8.
9.
BAB II
LINGKUP KAJIAN
Pelingkupan merupakan proses yang sistematis dan terbuka untuk
mengidentifikasi isu-isu penting atau konsekuensi lingkungan hidup yang akan
timbul berkenaan dengan rencana KRP RTR Wilayah dan Kawasan. Berkat
adanya pelingkupan ini, pokok bahasan dokumen KLHS akan lebih difokuskan
pada isu-isu atau konsekuensi lingkungan dimaksud.
A. Identifikasi isu-isu pembangunan berkelanjutan
Lingkungan hidup di wilayah Kabupaten Tasikmalaya berdasrkan
laporan status lingkungan hidup daerah (SLHD) Kabupaten Tasikmalaya
terakhir menunjukkan kondisi dan situasi yang kurang menggambarkan
keseimbangan lingkungan hidup yang baik, antara lingkungan ekosistem
alami dengan lingkungan ekosistem budidaya/buatan manusia. Beberapa
faktor penyebabnya adalah :
a. Jumlah Penduduk yang terus meningkat
b. Konsentrasi penduduk tidak merata,
c. Kebutuhan hidup penduduk semakin meingkat
d. Kurangnya kesadaran masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan
lingkungan hidup.
e. Masalah penegakan dan penaatan hukum,
f. Banyaknya
pemantauan lingkungan
g. keseimbangan lingkungan alami dan budidaya/buatan tidak terjaga,
h. Eksploitasi sumber alam cenderung berlebihan,
i.
j.
l.
j.
penambangan
yang
tidak
menggunakan
teknik
2.
Banyaknya
perusahaan
yang
belum
memiliki
Instalasi
jumlah
penduduk
dan
berkembangnya
aktifitas
BAB III
PENGKAJIAN PENGARUH KEBIJAKAN, RENCANA, DAN/ATAU PROGRAM
TERHADAP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
1. Pengembangan perkotaan utama sebagai perkotaan orde K2 dan K3
Kabupaten Tasikmalaya mempunyai daerah yang cukup besar yaitu 39
kecamatan, didukung dengan cukup banyaknya potensi sumberdaya alam baik
yang terbaharuhi maupun yang tidak terbaharuhi. Kebijakan pengembangan
perkotaan utama sebagai perkotaan orde K2 dan K3 tentunya sangan
mendukung pada peningkatan pengembangan potensi yang ada sehingga hal
ini akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan massayarakat. Dalam
kebijakan ini akan dikembangakan beberapa program diantaranya :
Pengembangan pelabuhan perikanan, pengembangan pelabuhan umum,
pengembangan kawasan industri dan pengembangan permukiman. Selain
pengembangan pemanfaatan potensi sumberdaya alam tentunya mendukung
pula pada sector ketenaga kerjaaa/ penyerapan tenaga kerja. Namum
demikian dalam pelaksanaannya tentunya bukan dampak positif saja yang ada
tetapi dampak negatifpun tentunya akan terjadi baik secara langsung maupun
tidak langsung. oleh karena itu alangkah baik karena itu perlu segera diatur
zonasi-zonasi yang jelas untuk pemanfaatan ruangnya sehingga tidak akan
tumpang tindih dalam pelaksanaanya. Dan regulasi aturan pun perlu supaya
hal ini bisa diminimalisasi sedemikian rupa sehingga dapat meminimalisasi
dampak negative yang tidak kita harapkan.
2. Fasiltas Perkotaan
Setelah wilayah Kabupaten Tasikmalaya terbagi menjadi 2 yaitu wilayah kota
Tasikmalaya dan Kabupaten Tasikmalaya, dimana pusat Pemerintah Kabupaten
Tasikmalaya terjadi perpindahan dari kota Tasikmalaya ke wilayah kecamatan
jaringan
percepatan
jalan
tentunya
pertumbuhan
sangat
wilayah
mendukung
dan
pada
perekonimian
lingkungan,
BAB IV
ALTERNATIF KEBIJAKAN, RENCANA, DAN/ATAU PROGRAM
1. Pengembangan perkotaan utama sebagai perkotaan orde K2 dan K3
Meningkatkan peran perkotaan sesuai fungsinya sebagai Pusat Kegiatan
Lokal (PKL), Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan
Lingkungan (PPL). Mengoptimalkan dan mengembangkan kualitas
system prasarana wilayah.
Pengendalian
pemanfaatan
ruang
yang
jelas
serta
melakukan
Beberapa komoditi
BAB V
REKOMENDASI
a. Visi dan misi Kabupaten Tasikmalaya harus mengacu pada tujuan
pembangunan yang berkelanjutan.
b. Dalam setiap pelaksanaan usaha dan/atau kegiatan hendaknya selalu
mengacu kepada kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah dan selalu
memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
c. Peruntukan lahan perlu ditata ulang dengan memperhatikan dukungan
infrastruktur yang terintegrasi dalam satu sistem pusat-pusat pertumbuhan
kota-desa.
Perhatian
pada
mempertahankan
lahan-lahan
alokasi
(2)
(3)
No
Lokasi
pengoptimal
an potensi
lahan
budidaya
dan
sumberdaya
alam yang
mendorong
pertumbuhan
sosial
ekonomi di
wilayah
belum
berkembang
Pengembangan
Pertambangan
Unggulan
a.
Rekomendasi
Rangkuman Kajian
Pengaruh
(8)
(9)
Degradasi /alih
fungsi pertanian
produktif
b. Masalah
persampahan
c. Degradasi/Alih
fungsi kawasan hutan
Alternatif KRP
1 . Kebijakan :
pengoptimalan potensi lahan
budidaya dan sumberdaya
alam
yang
mendorong
pertumbuhan sosial ekonomi
di wilayah belum berkembang
dengan tetap mempertahankan
kawasan
konservasi,
infrastruktur,
sempadan
pantai,
mempertimbangkan
potensi bencana tsunami
2. Rencana :
Pengembangan Pertambangan
unggulan
(pasir
besi,
mangaan, bijih besi, emas dan
pasir
gunung)
dengan
memperhatikan daya dukung
dan daya tampung lingungan
3. Program :
Pengendalian pencemaran
Tindak lanjut
/Implikasi terhadap
Raperda
(12)
a. Perlu di susunnya
regulasi yang
berhubungan
dengan
pengelolaan SDA
Tanggapan:
Akan di jabarkan
dalam draft RTRW
Akan menambahkan
dalam pasal dalam
ranperda
(2)
Kebijakan Rencana Program
(3)
Rekomendasi
Rangkuman Kajian
Pengaruh
(8)
(9)
Lokasi
4. Emas :
Desa Karaglayung Kec.
Karangjaya,
Desa
Sarimukti Kec. Cineam
5. Pasir Gunung :
Desa
Sukaratu
Kecamatan
Sukaratu,
Kec. Padakembang
(12)
Tindak lanjut
/Implikasi terhadap
Raperda
(2)
Kebijakan Rencana Program
(3)
Lokasi
Rekomendasi
Rangkuman Kajian
Pengaruh
(8)
(9)
(12)
Tindak lanjut
/Implikasi terhadap
Raperda