Fractur Femur
Fractur Femur
PENDAHULUAN
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut diatas, maka kami merumuskan
masalah sebagai berikut :
1) Apakah static contraction dapat mengurangi odem sehingga nyeri bisa
berkkurang ? 2) Apakah rilex pasive movement dapat meningkatkan LGS ? 3)
Apakah Free aktive movement bisa memelihara luas gerak sendi dan meningkatkan
kekuatan otot? 4) Apakah assisted aktive movement dapat meningkatkan kekuatan
otot dan menjaga elastisitas otot? 5) Apakah resisted active movemet dapat
meningkatkan kekuatan otot? 6) Apakah latihan jalan mampu mengembalikan
kemampuan fungsional berjalan?
E. Tujuan Penulisan
Dalam penyusunan laporan ini mempunyai tujuan sebagai berikut : 1) Untuk
mengetahui mafaat static contraction dalam mengurangimodem sehingga nyeri dapat
berkurang, 2) Untuk mengetahui manfaat rilex pasive movement terhadap
peningkatan luas gerak sendi, 3) Untuk mengetahui manfaat assisted aktive
movement terhadaap peningkatkan kekuatan otot dan menjaga elastisitas otot? 5)
Untuk mengetahui manfaat resisted active movemet terhadap peningkatkan kekuatan
otot? 6) Untuk mengetahui manfaat latihan jalan dalam mengembalikan kemampuan
fungsional berjalan?
BAB II
LANDASAN TEORI
Dimana landasan teori ini antara lain: (1) anatomi, fisiologi, histologi, dan
biomekanik, (2) patologi, (3) permasalahan yang dibahas, (4) modalitas fisioterapi
yang digunakan yaitu terapi latihan.
Epiphysis Proksimalis
Ujung membuat bulatan 2/3 bagian bola disebut caput femoris yang
punya
facies
ditengahnya
articularis
terdapat
untuk
cekungan
bersendi
disebut
dengan
fovea
acetabulum
capitis.
Caput
Diaphysis
Epiphysis distalis
3) Os. Tibia
Terdiri 3 bagian yaitu epipysis proximalis, dialysis dan epiphysis
distalis:
Epiphysis proximalis terdiri dari 2 bulatan disebut condylus medialis
dan condylus lateralis. Disebelah atas terdapat dataran sendi disebut
facies articularis superior, medial dan lateral. Tepi atas epiphysis
melingkar yang disebut infra articularis medialis dan lateralis oleh
suatu peninggian disebut eminentia intercondyloidea, yang disebelah
lateral
dan
medial
terdapat
penonjolan
disebut
tuberculum
b. Arthrologi/sistem sendi
Sendi adalah hubungan antara dua tulang atau lebih dari sistem sendi,
disini meliputi sistem sendi panggul dan sendi lutut.
1) Sendi panggul
Sendi panggul dibentuk oleh facies lunata acetabullum dan caput
femoris. Facies lunata rongga sendi atau cavum articularis merupakan
cekungan bentuk simetris terbentang melampaui equator labium
acetabuli, labium acetabuli mengandung zat rawan fibrosa. Facies
lunata dan labium menjadi dua pertiga caput femoris lekuk tulang
tidak lengkap dan bagian interior ditutup oleh lig trasuersum,
acetabuli, dimana terdapat bantalan lemak menuju caput femoris.
Kapsul sendi melekat pada tulang panggul sebelah luar labium
acetabuli sehingga labium aetabuli dengan bebas masuk ke rongga
kapsul. Sendi panggul diperkuat oleh ligamentum-ligamentum yang
diantaranya:
a) Ligamentum Iliofemorale
2. Canalis obturatorius
3. Membrana obturatoria
4. Trochanter minor
5. Trochanter major
6. Pars transversa
7. Pars descendens
Lig. iliofemorale
c. Sistem Otot
Otot yang akan dibahas hanya berhubungan dengan kondisi pasien post
operasi fraktur femur 1/3 medial dextra dengan pemasangan plate and
screw adalah otot yang berfungsi ke segala arah seperti regio hip untuk
lebih
terperincinya
penulis
menyertakan
otot-otot
yang
Iliacus
Regio
Spina iliace
Insertio
Permukaan
Fungsi
Fleksi
Inervasi
N.
anterior
medial tibia
abduis,
femoralis
superior
rotasi, lateral
(SIAS)
Fossa illiaca
Throcantor
arc coxae
Flexi
di dalam
femur
N.
femoralis
abdomen
3
Quadricep
Femoralis
a.
SIAS
Rectu
s femoris
Tendon m.
Flexi arc
N.
quadriceps
coxae
femoralis
pada patela,
vialigamentum
patellae ke
dalam
b.
Vatus
lateralis
c.
Vatus
medialis
Ujung atas
tuberositas
dan batang
tibia
Extansi lutut
N.
femur, septum
femoralis
facialis lat ke
Extensi lutut,
dalam
menstabilkan
Ujung atas
patela
N.
dan batang
Extensi lutut
femoralis
femur
d.
Vatus
Permukaan
N.
femoralis
lateral batang
femur
Tabel 2.2
Otot Tungkai Atas Bagian Posterior (Ricard, S. 1986)
No
Otot
1 Biceps
femoralis
Regio
Caput
Insertio
Permukaan
Fungsi
Flexi
longum
medial
abduksi, N.
(tuber
tibia
rotasi
isciadoleum)
lateral
caput breve
arc.Co
(linea
xae
Inervasi
Ramus tibialis
ischiadicum
Semi
aspera)
tendonisosis
crista supra
Medial
Ramus tibialis
condilair
tibia
N.ischiadicum
lateral
Flexi,
batang
rotasi,
femur)
medial
Tuber
sendi
ischiadikum
lutut
serta
Arc.
2 Semi
Tuber
membranosus ischiadikum
Condylus
Coxae
Flex
Ramus tibialis
medialis
dan
N.
tibia
rotasi,
ischiadicum
medial
sendi
lutut
serta
extensi
serta
extensi
Arc.
3 Adduktor
magnus
Tuber
Coxae
Tiberculum Extensi
Ramus tibialis
ischiadicum
adduktor
Arc
N.
femur
Coxae
Ischiadicum
Tabel 2.3
Otot tungkai atas Regio Glutealis (Richar, S. 1986)
No
Otot
1 Gluteus
maximus
Regio
Permukaan
Insertio
Tractus
Fungsi
Extensi
Inervasi
N.
luar ilium,
illiotibialis
dan
gluteus
sacrum,
dan
rotasi
interior
ligamen
duterositas
laterale
sacrotuberale gluteo
2 Gluteus
Medius
3 Gluteus
minimus
Arc.
Permukana
femoris
Lateral
Coxae
Extensi
N.
luar ilium
throchantor
dan
gluteus
mayor
rotasi
superior
Permukaan
femoris
Anterior
Abduksi
N.
luar ilium
throchantor
Arc.
gluteus
mayor
Coxae
superior
4 Piriformis
Permukaan
femoris
Throchantor Rotasi
N.
anterior
mayor
lateral
Sacralis I
femoris
Tepian atas
Rotasi
dan II
Plexus
dalam
throchantor
lateral
sacralis
membrana
mayor
abturatoria
femoris
sacrum
5 Obturatorius Permukaan
internus
Tabel 2.4
Otot Tuang Medial Paha
No
Otot
1 M. Gracilis
Regio
Ramus
Insertio
Tuberositas
Fungsi
Adduktor
Inervasi
Ramus
flexor, hip
anterior N.
pubis dan
flexor dan
obturatoria
internal
L2-4
dibelakang
ossis ischi
rotator
tungkai
2 M. adduktor
langus
3 M. adduktor
brevis
Dataran
M. sartorius
bawah
Ramus
anterior
labium
anterior N.
ramus
medial linea
Abtoratorium
superior
aspera 1/3
L2-3
ossis pubis
Lateral
medial
Labium
Adduktor
Ramus
ramus
medial linea
flexor,
anterior
internal
dan
pubis
rotasi hip
posterior
Adduktor,
flexor hip
N.
abturatoria
4 M. adduktor
Dataran
Labium
Adduktor
L2-4
Ramus
magnus
anterior
medial linea
dan extensor
posterior
ramus
aspera
hip
dan N.
5 M.
interfior ossi
tibialis dan
ischii dan
L2-5 dan
tuber
S1
ischiadicum
Datarna
Fossa
External
Ramus
Obturatorius anterior
muscularis
externus
femoris
membantu
plexus
extensor hip
sacralis
membrana
abturatoria,
foramen
abturatroium
S1-3
d. Sistem Persyarafan
Sistem persyarafan pada tungkai atas (paha) dibagi menjadi 4 yaitu:
1) Nervus femoralis
Merupakan cabang terbesar dari pleksus lumbalis. Nervus ini berisi
dari tiga bagian pleksus anterior yang berasal dari nervus lumbalis (L2,
L3 dan L4). Nervus ini muncul dari tepi lateral psoas di dalam
abdomen dan berjalan ke bawah melewati m. psoas dan m.iliacus ia
terletak di sebelah fasia illiaca dan memasuki paha lateral terhadap
anterior femoralis dan selubung femoral di belakang ligament inguinal
Merupakan arteri besar yang timbul dari sisi lateral arteri femoralis
dari trigonum femorale. Ia keluar dari anterior paha melalui bagian
belakang otot adductor, ia berjalan turun diantara otot adductor
brevis dan kemudian teletak pada otot adduktor magnus.
c) Arteria obturatoria
Merupakan cabang arteri illiaca interna, ia berjalan ke bawah dan
ke depan pada dinding lateral pelvis dan mengiringi nervus
obturatoria melalui canalis obturatorius, yaitu bagian atas
foramen obturatum.
d) Arteri poplitea
Arteri poplitea berjalan melalui canalis adduktorius masuk ke
fossa bercabang menjadi arteri tibialis posterior terletak dalam
fossa poplitea dari fossa lateral ke medial adalah nervus tibialis,
vena poplitea, arteri poplitea.
2) Pembuluh darah vena
Pembuluh darah vena pada tungkai antara lain:
a) Vena femoralis
Vena femoralis memasuki paha melalui lubang pada otot adduktor
magnus sebagai lanjutan dari vena poplitea, ia menaiki paha mulamula pada sisi lateral dari arteri. Kemudian posterior darinya, dan
akhirnya pada sisi medialnya. Ia meninggalkan paha dalam ruang
medial dari selubung femoral dan berjalan dibelakang ligamentum
inguinale menjadi vena iliaca externa.
b) Vena profunda femoralis
Vena profunda femoris menampung cabang yang dapat disamakan
dengan cabang-cabang arterinya, ia mengalir ke dalam vena
femoralis.
c) Vena obturatoria
Vena
obturatoria
menampung
cabang-cabang
yang
dapat
B. PATOLOGI
Mekanisme terjadinya fraktur dapat terjadi akibat: 1) peristiwa trauma
tunggal, 2) tekanan yang berulang ulang, 3) kelemahan abnormal pada tulang,
dalam kasus fraktur femur sepertiga dextra kemungkinan mekanisme terjadinya
fraktur ada dua cara, yaitu karena trauma maupun kecelakaan langsung yang
mengenai tungkai atas pada batang femur, sehingga mengakibatkan perubahan
posisi pada fragmen tulang (Bloch, 1986).
1. Insiden
Dimana kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya trauma rata-rata setiap penduduk 60 juga penduduk Amerika
Serikat mengalami trauma dan 50% memerlukan tindakan medis, 3,6 juta
(12%) membutuhkan perawatan di rumah sakit didapatkan 300 juta orang
diantaranya menderita kecacatan yang menetap (1%) dan 8,7 juta orang
menderita kecacatan sementara (30%). Sedang di Indonesia tercatat kurang
lebih lebih 12 ribu orang pertahunnya mengalami kecelakaan lalu lintas,
dilihat dari banyaknya kecelakaan sebagai akibatnya selain kematian adalah
kondisi patah tulang atau fraktur (Rasjad, 1998).
2. Perubahan Patologi atau Patofisiologi
Tulang bersifat terlalu rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan
daya tahan pegas untuk menahan tekanan, tulang yang mengalami fraktur,
biasanya diikuti kerusakan jaringan sekitarnya. Fraktur ini suatu permasalahan
yang kompleks karena pada fraktur tersebut tidak dilukai luka terbuka,
sehingga dalam mereposisi fraktur tersebut perlu pertimbangan dengan fiksasi
yang baik agar tidak timbul komplikasi selama reposisi. Penggunaan fiksasi
yang tepat yaitu dengan internal fiksasi jenis plate and screw. Dilakukan
operasi terhadap tulang ini bertujuan mengembalikan posisi tulang yang patah
ke normal atau posisi tulang sudah dalam keadaan sejajar sehingga akan
terjadi proses penyambungan tulang, yang menurut (Appley, Ronald, 1995).
Stadium penyembuhan fraktur melalui beberapa tahap antara lain dapat dilihat
pada tabel:
Tabel 2.5 Tahap-tahap atau proses penyembuhan tulang
Hematoma
Tulang Tulang patah
Proliferasi
Sel-sel
Kalsifikasi
Jaringan
Konsolidasi
Callus yang
Remodeling
Tulang
mengenai
periosteum
seluler yang
belum
menyambung
pembuluh
dan
keluar dari
masak akan
atau
darah
endosteum
masing-
membentuk
membentuk
paling
masing
callus
Terbentuk
menonjol
fragmen
hematoma di
pada tahap
yang sudah
sekitar
proliferasi
matang
bertahap
pepatahan
maupun dari
medularis.
dan
Proliferasi
Sel-sel
berubah-
Osteoblast
Hematoma
dari sel-sel
memberi
ubah
mengabsorbsi
dibentuk
dalam
perlengkapan
jaringan
periosteum
untuk
Adanya
tulang yang
lunak di
yang
osteoblast.
aktivitas
lebih.
sekitarnya
menutupi
pembentukan
osteoblast
fraktur, sel-
Condoblast
menjadi
Berlangsung
Permukaan
sel ini
membentuk
tulang lebih
selama 24
tulang yang
merupakan
callus yang
kuat dan
minggu
patah tidak
tumbuhnya
sampai 1
mendapatkan osteoblast
dan
strukturnya
tahun
supplay
membentuk
berlapis-
jendolan.
lapis
Akan
Berlangsung
melepaskan
selama24
unsur-unsur
Adanya
Berlangsung
jam setelah
intraseluler
rigiditas
setelah 12-
terjadi
dan
pada fraktur
perpatahan
kemudian
menjadi
Berlangsung
fragmen
selama 6-12
lain
minggu
14 minggu
Berlangsung
selama 3-4
hari
Tabel 2.6 Tahap-tahap atau proses penyembuhan otot
Peradangan
Otot Radang adalah
Proliferasi
Terjadinya perbaikan jaringan
Remodeling
Terjadi
mekanisme
pembentukan
pertahanan diri
penghubung (connectifity).
matrik jaringan
connective dan
terluka.
sebagai fase
Reaksi radang
penguatan
menyebabkan
mukosa.
jaringan parut,
musnahnya agen
jaringan kolagen
yang
dilepaskan oleh
membahayakan
fibriosis serta
dan mencegah
penyebaran yang
connective
luas.
peradangan dengan
masih bersifat
Radang juga
lunak.
menyebabkan
Organisasi
jaringan yang
sejajar masih
cidera diperbaiki
terbentuk pada
permukaan luka
baru.
sehingga akan
Tanda-tanda
memelihara
radang: Bengkak
tensil strength.
(tumor), berwarna
Namun kekuatan
kemerahan
maximum dari
(rubon), panas
jaringan parut
(kalor), gangguan
phagocytic.
jaringan normal.
berpindah.
Poliferasi
Setelah 3-9 hari epitel
Cicatrik
Merupakan
fase
pembentukan
Hal-hal di bawah
jaringan parut
merupakan kejadian
berkembang.
permanen
Epidermis yang
jaringan parut
jam pertama
berhubungan dengan
tersebut akan
penyembuhan luka.
selokan berkurang
berkonstruksi
dan pembuluh
jaringan yang
perpindahan, dari
darah yang
mengalami nekrosis
terdapat
jaringan granulasi,
didalamnya
jaringan granulasi
akan
tersusun dari
dilenyapkan,
epitelialossel.
sehingga
dengan jaringan
Fibroblast yang
jaringan parut
nekrotik mengalami
melepaskan collagen
berubah putih,
penebalan 24 jam ke 2,
colagen
pembentukan bekas
menjadi kuat,
bekas luka
berinvasi mendekatkan
dihilangkan.
ke 2 ujungnya.
kemerahan.
Berlangsung
40 sampai 48 jam
beberapa
terbentuk berdasarkan
minggu
terjadinya luka.
sampai
membuang nekrotik
Sebelum permukaan
beberapa
epitel tersebut
bulan
terbentuk, jaringan
keduanya bergabung
bergabung dengan
luka dengan
memutuskan hubungan
Jaringan lunak
Siklus perlukaan menyebabkan reaksi dari jaringan
mengakibatkan merusak sel karena trauma, infeksi,
ischemia, sekunder atau agen fisik.
Reaksi radang untuk memulai proses healing, tetapi proses
healing tidak terjadi sampai reaksi peradangan reda.
Reconstitution Dengan
of communty
istirahat
dan
terapi
yang
adekuat
akan
Jaringan lunak
Proses penyembuhan neufibril bagian proksimal cidera
menuju distal.
Pembentukan selubung myelin dari selubung chutan terus
berkembang, neurofibril tumbuh di sekeliling protoplasma.
Pertumbuhan ini terjadi 1 mm/hari.
Bila selubung myelin sembuh sempurna maka fungsi syaraf
akan pulih.
Tanda awalnya bila disentuh akan terasa nyeri pada syaraf.
Proses perbaikan syaraf tergantung dari:
Panjang luas yang mengalami cidera, teknik pembedahan,
lama waktu penyembuhan
Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena,
jaringan lunak juga pasti rusak. Pemukuan (pukuran sementara) biasanya
menyebabkan
fraktur
melintang
dan
kerusakan
pada
kulit
diatasnya;