Anda di halaman 1dari 4

Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 2 : Hal.

68-72

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA PADA MATERI TURUNAN


MELALUI PEMBELAJARAN TEKNIK PROBING
Padma Mike Putri M 1, Mukhni2, Irwan3
1)
2,3)

FMIPA UNP, email: miekemadri@yahoo.com


Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA UNP
Absrtract

This research aims to improve 11 th grade studentscomprehension of math concept at SMA Negeri 1 Kubung Kabupaten
Solok on 2011/2012. This research is conducted by using probing technique to improve students comprehension of math
concept at differensial subject. The type of group this research is experimental by using Randomized Control Group Only
Design. The result of the research shows that the mean score of students final test in experimental group is higher than n
control group. In conclusion, students who are taught using probing technique get better result than students who are
taught using konvensional technique.
Keyword comprehension of math concept, probing technique of taught
PENDAHULUAN
Matematika memililki struktur keterkaitan yang kuat dan jelas
antara konsep-konsepnya. Keberhasilan siswa dalam
mempelajari matematika dapat dilihat dari penguasaan siswa
tarhadap pemahaman konsep, pemecahan masalah, dan
komunikasi. Sesuai dengan salah satu tujuan pembelajaran
matematika dalam permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang
standar isi yaitu memahami konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau
algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam
pemecahan masalah. Pemahaman konsep merupakan salah
satu indikator penting dikuasai siswa untuk mempelajari
matematika selanjutnya yaitu pemecahan masalah dan
komunikasi.
Pemahaman berarti proses, perbuatan, cara
memahami atau memahamkan (KBBI, 2007: 811). Sedangkan
konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita dapat
mengelompokkan objek ke dalam contoh dan non contoh
(Erman, 2003: 33). Pemahaman konsep dapat diartikan
sebagai cara seseorang yang dapat memahami tentang ide
yang dapat mengelompokkan objek ke dalam contoh dan non
contoh.
Pemahaman konsep adalah
yang berupa
penguasaan sejumlah materi pembelajaran, dimana siswa
tidak sekedar mengenal dan mengetahui, tetapi mampu
mengungkapkan kembali konsep dalam bentuk yang lebih
mudah dimengerti serta mampu mengaplikasikannya
(Rosmawati, 2006: 5). Pembelajaran matematika tidak hanya
dilakukan dengan mentransfer pengetahuan kepada siswa,
akan tetapi untuk membantu siswa menanamkan konsep
matematika dengan benar.
Tetapi kenyataannya pembelajaran matematika
dikembangkan dengan pola pembelajaran teori, pemberian
contoh soal, dan latihan. Siswa terburu-buru mencatat setiap
konsep dari materi yang disampaikan tanpa mengerti dengan
apa yang dicatatnya. Bahkan siswa siswa kurang mampu
memahami konsep yang ada pada catatannya kembali ketika

diberikan soal latihan. Jika hal ini terus dibiarkan maka siswa
akan terlatih menjadi siswa yang manja dan berdampak
negatif terhadap hasil belajarnya. Untuk itu perlu adanya
pembaharuan dalam proses pembelajaran yang dirancang agar
siswa dapat memahami konsep matematika yang
dipelajarinya.
Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu melalui
penerapan teknik probing. Teknik probing menekankan
keterampilan bertanya guru untuk mengetahui pemahaman
siswa terhadap konsep yang diajarkan. Selain itu siswa juga
memahami konsep matematika dengan bahasanya sendiri
sehingga konsep-konsep lebih tertanam olehnya.
Terdapat tahap-tahap pembelajaran teknik probing
yaitu menghadapkan siswa pada situasi yang baru dengan
menyajikan masalah melalui gambar, peragaan dan lain-lain,
kemudian menunggu beberapa saat dan mengajukan
pertanyaan. Selanjutnya menunggu beberapa saat dan
meminta partisipasi siswa untuk menjawab. Hal ini bertujuan
untuk memperoleh respon dari siswa. Respon siswa ada yang
relevan dan ada yang tidak. Jika tidak relevan, guru
mengajukan pertanyaan yang lebih sederhana (Rosdiana,
2010: 14).
Adanya tahap siswa merespon pertanyaan yang
diajukan guru tentang konsep yang sedang dipelajarinya dapat
melatih siswa untuk memahami konsep dan merespon sesuai
pemahamannya. Respon siswa kadang ada yang tidak relevan
dengan indikator yang dicapai, maka guru mengajukan
pertanyaan yang lebih sederhana. Pada pembelajaran teknik
probing ini, diharapkan potensi keterampilan bertanya guru
untuk mendapatkan respon siswa yang relevan dengan
indikator yang dicapai. Untuk melihat ketercapian indikator,
dalam penelitian ini pembelajaran teknik probing didukung
dengan pelaksanaan kuis diakhir pembelajaran.
Sesuai dengan Mimin (2007: 80), Kuis adalah
pertanyaan yang diajukan kepada peserta didik, dimana
pertanyaan itu hanya menanyakan hal-hal yang prinsip saja
dari materi yang telah diajarkan sebelumnya dan bentuknya

68

Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 2 : Hal. 68-72

berupa isian singkat. Hal ini dilakukan untuk mengetahui


penguasaan materi (kompetensi) peserta didik.
Untuk menunjukkan pemahaman konsep dapat
digunakan beberapa indikator misalnya, menyatakan ulang
sebuah konsep, mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat
tertentu, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma
pemecahan masalah (Depdiknas, 2004: 58). Pemahaman
konsep matematika siswa dapat dilihat dari
siswa
mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.
Pemahaman konsep matematika merupakan
indikator penting dalam mempelajari matematika. Namun
sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan dalam
mempelajari matematika. Permasalahan yang ingin dibahas
melalui makalah ini adalah apakah pemahaman konsep
matematika siswa yang belajar dengan pembelajaran teknik
probing lebih baik daripada pemahaman konsep matematika
siswa yang belajar dengan pemeblajaran konvensional?.
Pembahasan ni telah dilakukan melalui sebuah penelitian.
METODE PENELITIAN
Untuk menjawab permasalahan di atas telah
dilakukan penelitian eksperimen. Model rancangan yang
digunakan adalah Randomized Control Group Only Design.
Pada penelitian ini populasi dipilih secara acak untuk
ditentukan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa
kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kubung Kabupaten Solok tahun
pelajaran 2011/2012 (sebanyak 3 kelas). Cara pengambilan
sampel dengan random sampling, dengan kelas XI IPA 3
sebagai kelas eksperimen dan XI IPA 2 sebagai kelas kontrol.
Jenis data dalam penelitian ini ada dua yaitu data primer dan
data sekunder. Data primer diambil dari sampel melalui tes,
guna melihat pemahaman konsep matematika siswa dari
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data sekunder tentang
jumlah siswa yang menjadi populasi dan sampel serta nilai
ujian mid semester 2.
Pembelajaran teknik probing diterapkan di kelas
eksperimen (XI IPA 3) dan setiap akhir pertemuan diadakan
kuis untuk melihat pemahaman konsep matematika siswa
selama delapan kali pertemuan. Sedangkan di kelas kontrol
diterapkan pembelajaran konvensional tanpa didukung
dengan kuis. Pemahaman konsep matematika siswa dari
kedua kelas sampel dilihat dari hasil tes pemahaman konsep.
Prosedur penelitian ini dibagi atas tiga tahap, yaitu
tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir.
Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar
pemahaman konsep dan rubrik penskoran yang telah
ditetapkan. Rubrik pemahaman konsep dapat dilihat pada
lampiran. Tes ini berbentuk essay yang berjumlah 9 butir soal.
Materi yang diujikan yaitu turunan subpokok
bahasan persamaan garis singgung, fungsi naik dan fungsi
turun, nilai maksimum dan nilai minimum, mensketsa grafik,
kecepatan dan percepatan, dan teorema Lhopital. Soal tes
telah diujikan dengan memberikan hasil bahwa 9 butir soal
tersebut dapat dipakai dan memiliki reabilitas yang tinggi.

Teknik analisis data dalam pengujian hipotesis


menggunakan uj t. Uji t dilakukan dengan bantuan software
Minitab. Pengujian digunakan untuk mengetahui apakah
hipotesis diterima atau ditolak.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh deskripsi
statistik nilai dari kedua kelas sampel. Hasil perhitungan ratarata untuk pemahaman konsep matematika dapat dilihat pada
Tabel 1 berikut.
Tabel 1 Hasil Analisis Data Tes Akhir untuk Pemahaman
Konsep Matematika
x
x
Ketuntasan
Kelas
N
maks min
(%)
Eksperi
32
93
41
69,19
40,63%
men
Kontrol 32
81
33
58,69
9,38%
Keterangan:
N = banyak siswa
= rata-rata
Instrumen penelitian berupa soal tes yang memuat
indikator pemahaman konsep matematika. Beberapa indikator
pemahaman konsep yang digunakan yaitu A. menyatakan
ulang sebuah konsep, B. mengklasifikasikan objek menurut
sifat-sifat tertentu. Selanjutnya C. mengaplikasikan konsep
atau algoritma ke dalam pemecahan masalah. Pemberian skor
pemahaman konsep matematika siswa dimodifikasi dari
rubrik penskoran holistik. Data penelitian ini dianalisis.
X maks = skor tertinggi
X min = skor terendah
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa nilai rata-rata
kelas eksperimen lebih tinggi dari nilai rata-rata kelas kontrol.
Nilai rata-rata kelas eksperimen yaitu 69,19 dan nila rata-rata
yaitu 58,69. Dilihat dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
yang ditetapkan untuk kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kubung
Kabupaten Solok yaitu 75, terdapat prosentase ketuntasan
40,63% dari 32 orang siswa di kelas eksperimen dan 9,38%
dari 32 orang siswa di kelas kontrol. Data ini menunjukkan
bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa kelas eksperimen
lebih tinggi daripada tingkat ketuntasan belajar kelas kontrol.
Peningkatan prosentase ketuntasan pada kelas
eksperimen berkaitan dengan pembelajaran teknik probing
yang menekankan agar siswa dapat memahami konsep
matematika. Hal ini yang dibuktikan siswa saat merespon
pertanyaan yang diajukan guru.
Untuk menunjang data mengenai
pemahaman
konsep matematika, dilakukan analisis terhadap kuis yang
memuat indikator pemahaman konsep. Kuis yang diadakan
setiap pertemuan sebanyak delapan kali pertemuan.
Kuis mengenai pemahaman konsep indikator A
dilakukan pada kuis ketiga dan kedelapan. Prosentase siswa
yang memperoleh skala 3 terjadi peningkatan, prosentase
siswa yang memperoleh skala 2 tetap, dan prosentase siswa
yang memperoleh skala 1 terjadi penurunan.
Pemahaman konsep indikator B dilakukan pada kuis
kedua dan kuis kelima. Prosentase siswa yang memperoleh

70

Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 2 : Hal. 68-72

skala 3 dan skala 2 terjadi peningkatan, sedangkan prosentase


siswa yang memperoleh skala 1 mengalami penurunan.
Pemahaman konsep indikator C dilakukan pada kuis
pertama, keempat, keenam, dan ketujuh. Prosentase siswa
yang memperoleh skala 3 dan skala 2 mengalami penurunan
pada kuis keempat, sedangkan prosentase siswa yang
memperoleh skala 1 dan skala 0 terjadi peningkatan pada kuis
keempat. Terjadinya penurunan ini disebabkan karena siswa
belum begitu terbiasa untuk memahami lebih dari satu konsep
dalam satu kali pertemuan, namun pada pertemuan berikutnya
siswa mengalami peningkatan. Prosentase siswa yang
memperoleh skala 3 dan skala 2 mengalami peningkatan pada
kuis keenam, sedangkan prosentase siswa yang memperoleh
skala 2 dan skala 1 mengalami penururnan. Selanjutnya
prosentase siswa yang memperoleh skala 3 mengalami
peningkatan pada kuis ketujuh, sedangkan prosentase siswa
yang memperoleh skala 2 dan skala 1 mengalami penurunan.
Berdasarkan analisis kuis dapat diketahui bahwa
hasil kuis untuk pemahaman konsep matematika pada
umumnya mengalami peningkatan pada setiap indikator
pemahaman konsep dari kuis 1 sampai dengan kuis 8. Akan
tetapi pada kuis 4 sedikit mengalami penurunan. Namun pada
kuis 5, siswa yang memperoleh skor 3 kembali meningkat
karena siswa sudah semakin terlatih untuk memahami setiap
konsep yang dipelajarinya. Berdasarkan kenyataan ini dapat
dikatakan bahwa siswa mengalami kemajuan pada
pemahaman konsep matematika pada setiap pertemuan.
PEMBAHASAN
Berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh kelas
sampel pada tes hasil belajar dapat disimpulkan bahwa
pemahaman konsep matematika kelas eksperimen lebih baik
daripada pemahaman konsep matematika kelas kontrol.
Dilihat dari nilai terendah dari kedua kelas juga terlihat bahwa
kelas kontrol memiliki nilai terendah daripada kelas
eksperimen.
Indikator pemahaman konsep yang digunakan dalam
kuis dan tes adalah menyatakan ulang sebuah konsep,
mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu, dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma ke dalam pemecahan
masalah. Dari hasil yang diperoleh siswa, terlihat bahwa
sebagian besar siswa sudah dapat memenuhi indikatorindikator tersebut dengan baik. Berikut contoh beberapa
jawaban siswa dalam menyelesaikan soal pemahaman konsep.
Pemahaman konsep untuk indikator menyatakan
ulang sebuah konsep terdapat pada soal 3.a, 3.b, dan 8.
Berikut contoh jawaban siswa untuk soal 8 yaitu Tentukan
nilai limit berikut dengan menggunakan aturan Lhopital:

Gambar 1 Contoh jawaban siswa pada kelas eksperimen untuk


indikator menyatakan ulang sebuah konsep

Dari jawaban siswa di atas terlihat bahwa siswa


mampu menyatakan ulang konsep dari teorema Lhopital.
Siswa menyelasaikan dengan terurai dan jelas.
Kelas kontrol

Gambar 2 Contoh jawaban siswa pada kelas kontrol untuk indikator


menyatakan ulang sebuah konsep

Jawaban siswa kelas kontrol terlihat kurang mampu


menyatakan ulang konsep Lhopital terbukti dengan adanya
coret-coretan yang menandakan siswa ragu-ragu dalam
menulis jawabannya, namun hasil yang diperolehnya benar.
Dari jawaban siswa di atas dapat dikatakan bahwa
pemahaman konsep matematika siswa untuk indikator
menyatakan ulang sebuah konsep kelas eksperimen lebih baik
daripada kelas kontrol walaupun jawaban keduanya benar.
Akan tetapi jawaban siswa kelas eksperimen lebih baik dalam
menyampaikannya.
Pemahaman
konsep
untuk
indikator
mengklasfikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu terdapat
pada soal nomor 2 dan 5. Berikut contoh jawaban siswa untuk
soal nomor 5 yaitu Tentukan nilai maksimum dan minimum
dari
pada interval
Kelas eksperimen

a)
b)
Kelas eksperimen

Gambar 3 Contoh jawaban siswa pada kelas eksperimen untuk


indikator mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu

71

Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 2 : Hal. 68-72

Contoh jawaban di atas terlihat bahwa siswa mampu


mengklasifikasikan nilai maksimum dan nilai minimum. Ini
terbukti dari cara bahasa siswa menyampaikan jawabannya
yang terstruktur dan jelas.
Kelas kontrol

Gambar 4 Contoh jawaban siswa pada kelas kontrol untuk indikator


mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu

Jawaban siswa di kelas kontrol di atas hampir sama


dengan jawaban siswa di kelas eksperimen, namun terlihat
berbeda ketika ia menyampaikan nilai maksimum dan
minimum. Siswa langsung saja menuliskan nilai maksimum
dan minimum tanpa kata pengantar kesimpulan seperti
maka atau sehingga yang menandakan siswa paham.
Dari jawaban siswa di atas dapat dikatakan bahwa
pemahaman konsep matematika siswa untuk indikator
mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu kelas
eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Jawaban siswa
di kedua kelas di atas secara umum sama, akan tetapi hasil
jawawaban
dari keseluruhan siswa di
kedua kelas
dibandingkan terdapat beberapa orang siswa pada kelas
kontrol yang kurang tepat dalam menyelesaikannya.
Pemahaman konsep untuk indikator mengaplikasikan
konsep atau algoritma ke dalam pemecahan masalah terdapat
pada soal nomor 1, 4, 6, dan 7. Berikut contoh jawaban siswa
untuk soal nomor 1 yaitu Tentukanlah gradien dan persamaan
garis singgung kurva
di (0,-3).
Kelas eksperimen

Gambar 5 Contoh jawaban siswa pada kelas eksperimen untuk


indikator mengaplikasikan konsep atau algoritma ke dalam
pemecahan masalah

Contoh jawaban di atas terlihat bahwa siswa mampu


mengaplikasikan konsep turunan untuk menentukan
persamaan garis singgung kurva. Ini terbukti dari cara bahasa
siswa menyampaikan jawabannya yang terurai dengan jelas.
Kelas kontrol

Gambar 6 Contoh jawaban siswa pada kelas kontrol untuk indikator


mengaplikasikan konsep atau algoritma ke dalam pemecahan
masalah

Jawaban siswa di kelas kontrol di atas hampir sama


dengan jawaban siswa di kelas eksperimen, namun terlihat
berbeda pada kelas kontrol yang langsung menjawab turunan
dari fungsi tanpa menuliskan fungsinya terlebih dahulu agar
terlihat lebih jelas seperti jawaban siswa pada kelas
eksperimen.
Berdasarkan hasil jawaban siswa di atas dapat
dikatakan bahwa pada indikator mengaplikasikan konsep atau
algoritma ke dalam pemecahan masalah dapat disimpulkan
bahwa pemahaman konsep siswa kelas eksperimen juga lebih
baik daripada kelas kontrol.
Pemahaman konsep untuk setiap indikator pada kelas
eksperimen mengalami peningkatan sehingga dapat dikatakan
bahwa pemahaman konsep matematika siswa kelas
eksperimen lebih baik daripada
pemahaman konsep
matematika siswa kelas kontrol. Hal ini tercapai karena siswa
mampu membangun pengetahuannya sendiri dalam proses
pembelajaran, adanya latihan dan evaluasi yang dilakukan
sehingga siswa pada kelas eksperimen dapat memahami
konsep matematika dengan baik.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa
pemahaman konsep matematika siswa yang belajar dengan
pembelajaran teknik probing lebih baik daripada pemahaman
konsep matematika siswa yang belajar dengan pembelajaran
konvensional di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kubung
Kabupaten Solok.
Berdasarkan simpulan tersebut, dikemukakan
beberpa saran sebagai berikut. Diharapkan kepada guru
matematika untuk menggunakan teknik probing dalam
pembelajaran. Bagi peneliti lain yang tertarik, diharapkan
dapat menerapkan teknik probing yang tidak hanya dapat
meningkatkan
pemahaman konsep, tetapi juga dapat
meningkatkan komunikasi dan berpikir kreatif siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2001. Penyusun Butir Soal dan Instrumen
Penelaian. Jakarta: Depdiknas
Erman Suherman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika
Kontenporer. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Mimin Hayati. 2007. Model dan Teknik Penilaian Pada
Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada
Press
Puji Iryanti. 2004. Penilaian Unjuk Kerja. Yogyakarta :
Depdiknas.
Rosdiana, N. (2010). Penggunaan Teknik Probing-Promting
Pada
Pembelajaran
Matematika
Untuk
Meningkatkan
Pemecahan Masalah Matematis
Siswa SMP. Skripsi: UPI
Rosmawati, H. (2008). Penggunaan Teknik Probing Untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika
Siswa. Skripsi: UPI.

72

Anda mungkin juga menyukai