Gambaran Fungsi Kognitif Pada Pasien Stroke Post Opname Di Poliklinik
Gambaran Fungsi Kognitif Pada Pasien Stroke Post Opname Di Poliklinik
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dewasa ini stroke menjadi salah satu gangguan kesehatan yang sangat
ditakuti oleh masyarakat baik internasional maupun lokal. Stroke adalah suatu
penyakit yang menyebabkan pembuluh darah dalam menyediakan darah kepada otak
terganggu, namun sebagian orang belum memahaminya dengan pasti. Meskipun kita
sering mengetahui bahwa serangan stroke sebagai suatu kelumpuhan separuh badan
yang terjadi mendadak, tetapi keadaan tersebut sebenarnya lebih dari itu. Stroke
dapat menyebabkan hilangnya fungsi tubuh yang diatur oleh bagian otak yang
terputus aliran darahnya oleh stroke. Biasanya terjadi pada lanjut usia tapi tidak
menutup kemungkinan juga dapat terjadi pada usia yang produktif. Stroke
dikategorikan menjadi 2 yaitu Stroke Hemoragik (SH) dan Stroke Non Hemoragik
(SNH). Stroke Hemoragik merupakan perdarahan serebri dan mungkin perdarahan
subaraknoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah tertentu.
Sedangkan Stroke Non Hemoragic dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis
serebri, biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur, atau di pagi
hari (Muttaqin, 2008).
Stroke
memerlukan
penanganan
yang
serius,
karena
stroke
dapat
medik RSUP Sanglah Denpasar didapatkan jumlah penderita stroke 2 tahun terakhir
memang mengalami penurunan, namun jumlah kasusnya masih tergolong banyak.
Pada tahun 2011 jumlah penderita stroke yang menjalani perawatan adalah 848 orang
dimana bila dirata-ratakan terdapat 71 kasus per bulan. Sedangkan pada tahun 2012
menjadi 715 orang dimana bila dirata-ratakan terdapat 60 kasus per bulan.
Stroke telah terbukti menjadi penyebab utama kecacatan kronik di semua
lapisan masyarakat. Stroke tanpa disadari akan menunjukkan perubahan-perubahan
pada diri penderita, diantaranya adalah kehilangan motorik, kehilangan komunikasi,
gangguan persepsi, disfungsi kandung kemih, bahkan kerusakan
kognitif akibat
kerusakan otak. Namun demikian, gangguan-gangguan yang muncul juga tidak lepas
dari dimana lokasi terjadinya lesi atau penyumbatan pada pembuluh darah otak
terjadi, ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, serta jumlah aliran darah
kolateralnya (Dewi, 2004).
Pada kasus stroke dengan kehilangan fungsi motorik sering kali kita jumpai
paralisis dan hilang atau turunnya refleks tendon. Kehilangan fungsi komunikasi juga
merupakan gangguan yang banyak muncul dan menjadi salah satu indikator klinis
seseorang mengalami stroke selain lumpuh setengah badan, dimana pada kasus
dengan kehilangan fungsi ini biasanya mengalami kesulitan dalam berbicara atau
sering disebut dengan pelo. Selain gangguan tersebut, pada kasus stroke kita kadang
akan dapat melihat gangguan persepsi dan disfungsi kandung kemih. Gangguan
persepsi pada kasus stroke dapat berupa disfungsi persepsi visual, gangguan dalam
hubungan visual-spasial dan kehilangan sensori. Banyak juga pasien dengan stroke
yang mengalami disfungsi kandung kemih, sehingga pasien tidak dapat mengontrol
keinginan untuk buang air kecil (Suzanne C. Smeltzer B. G., 2001).
3
cedera otak, dalam hal ini adalah stroke. Hal itu dapat dilakukan atas kerjasama
keluarga dengan tenaga kesehatan profesional untuk meringankan gangguan kognitif
yang dialami serta meningkatkan kemampuan hidup sehari-hari (Kemenkes, 2010).
Menurut hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan di IRNA D RSUP
Sanglah Denpasar, dari 10 pasien stroke yang diamati, terdapat 90% dari total jumlah
pasien yang diamati mengalami penurunan daya ingat bahkan beberapa diantaranya
mengalami penurunan dalam orientasi dan perhatiannya. Maka dari itu penulis
merasa perlu untuk mengetahui bagaimana gambaran fungsi kognitif pada pasien
stroke pada pasien yang dirawat di IRNA D RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2013.
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini tujuan penelitian dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1) Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran fungsi kognitif pasien stroke di IRNA D RSUP Sanglah
Denpasar tahun 2013.
2) Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi gambaran fungsi kognitif pasien stroke di IRNA D RSUP
Sanglah Denpasar tahun 2013.
Manfaat Penelitian
1.
Praktis
Bagi tenaga kesehatan dapat digunakan untuk mengantisipasi penurunan
fungsi kognitif dengan menyediakan jadwal dan catatan kegiatan sehari hari bagi
pasien.
2.
Teoritis
a.
Bagi Keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stroke
1.
Pengertian
Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran
darah ke otak yang dapat timbul secara mendadak atau secara cepat dengan gejala
atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu (Rosjidi, 2007).
Stroke adalah gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat
pembatasan atau terhentinya suplai darah ke otak (Price, 2005).
Stroke adalah suatu gangguan yang timbul karena terjadi gangguan
peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak
sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian .
2.
Klasifikasi Stroke
Menurut Corwin (2009), stroke dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu stroke
Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi apabila pembuluh darah di otak pecah sehingga
b.
serebral yang dapat timbul sekunder dari proses patologis pada pembuluh darah
misalnya trombus, embolus, atau penyakit vaskuler dasar seperti arterosklerosis atau
arteritis yang mengganggu aliran darah serebral sehingga suplai nutrisi dan oksigen
ke otak menurun yang menyebabkan terjadinya infark.
Corwin (2009) menyebutkan penyumbatan arteri yang menyebabkan stroke
iskemik dapat terjadi akibat trombus (bekuan darah di arteri serebri) atau embolus
(bekuan darah yang berjalan ke otak dari tempat lain di tubuh). Ada dua penyebab
stroke non hemoragik.
1) Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi akibat oklusi aliran darah, biasanya karena aterosklerosis
berat. TIA adalah gangguan fungsi otak singkat yang reversibel akibat hipoksia
serebral. TIA mungkin terjadi ketika pembuluh darah arterosklerotik mengalami
spasme, atau saat kebutuhan oksigen otak meningkat dan kebutuhan ini tidak dapat
dipenuhi karena arterosklerosis yang berat. Berdasarkan definisi, TIA berlangsung
kurang dari 24 jam. Stroke trombotik biasanya berkembang dalam 24 jam. Selama
periode perkembangan stroke, individu dikatakan mengalami stroke in evolution.
Pada akhir periode tersebut, individu dikatakan mengalami stroke lengkap
(completed stroke)
2) Stroke Embolik
Stroke embolik berkembang setelah oklusi arteri oleh embolus yang terbentuk di luar
otak. Sumber umum embolus yang menyebabkan stroke adalah jantung setelah infark
miokardium atau fibrilasi atrium, dan embolus yang merusak arteri karotis komunis
atau aorta.
3.
Etiologi Stroke
Menurut Brunner and Suddarth dalam (Suzanne C. Smeltzer B. G., 2001)
Trombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
b.
Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak
dari bagian tubuh yang lain.
c.
d.
4.
a.
Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko mayor/utama/potensial. Hipertensi dapat
Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus akan berakibat menebalkan pembuluh darah otak yang
Penyakit Jantung
Penyakit jantung pada umumnya akan melepas gumpalan darah atau sel-sel
jaringan yang telah mati ke dalam aliran darah menuju ke otak. Emboli ini akan
menyumbat aliran pembuluh darah atau ditempat-tempat terjadinya trombosis. Salah
satu faktor risiko yang paling penting adalah Fibrilasi Atrium. Fibrilasi Atrium yang
tidak diobati akan mengakibatkan risikro stroke lebih tinggi.
d.
kemungkinan serangan stroke seiring bertumbuhnya usia dan akan lebih tinggi lagi
bagi mereka yang sering mengalami TIA.
e.
Hiperkolesterolemi
Meningkatnya kadar kolesterol dalam darah, terutama LDL (Low Density
f.
Infeksi
11
Obesitas
Kelebihan berat badan atau obesitas akan meningkatkan risiko stroke 15%
Merokok
Merokok meningkatkan risiko stroke empat kali lipat, hal ini berlaku untuk
semua jenis rokok, sigaret, pipa atau cerutu (Feign, 2004). Merokok dapat
meningkatkan konsentrasi fibrinogen, peningkatan ini akan mempermudah terjadinya
penebalan dinding pembuluh darah juga peningatan viskositas darah. Disamping
rokok merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit jantung koroner.
Rokok dapat merangsang proses arterosklerosis karena efek langsung
karbon monoksida pada dinding arteri, kemudian nikotin dapat menyebabkan
mobilisasi katokolamin juga menyebabkan kerusakan endotel arteri. Rokok juga
dapat memicu penurunan HDL, meningkatnya fibrinogen dan memacu agregasi
trombosit, dan yang lebih berbahaya daya angkut oksigen ke jaringan perifer menjadi
berkurang.
i.
12
Pada umumnya kelainan pembuluh darah otak bersifat bawaan atau karena
infeksi dan ruda paksa. Pembuluh darah yang abnormal tadi dapat pecah, robek atau
mengganggu aliran darah spontan sehingga akan menimbulkan perdarahan otak atau
infark.
j.
Lanjut usia
Proses degenerasi akan selalu mengiringi proses menua, termasuk pembuluh
darah otak.
k.
5.
Patofisiologi Stroke
Setiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi darah pada otak akan
menyebabkan
keadaan
hipoksia.
Hipoksia
yang
berlangsung
lama
dapat
menyebabkan iskemik otak. Iskemik yang terjadi dalam waktu yang singkat kurang
13
dari 10-15 menit dapat menyebabkan defisit sementara dan bukan defisit permanen.
Sedangkan iskemik yang terjadi dalam waktu lama dapat menyebabkan sel mati
permanen dan mengakibatkan infark pada otak.
Setiap defisit fokal permanen akan bergantung pada daerah otak mana yang
terkena. Pembuluh darah yang paling sering mengalami iskemik adalah arteri
serebral tengah dan arteri karotis interna. Defisit fokal permanen dapat tidak
diketahui jika klien pertama kali mengalami iskemik otak total yang dapat teratasi.
Jika aliran darah ke tiap bagian otak terhambat karena trombus atau emboli,
maka mulai terjadi kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak. Kekurangan oksigen
dalam satu menit dapat menunjukkan gejala yang dapat pulih seperti kehilangan
kesadaran. Sedangkan kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama
menyebabkan nekrosis mikroskopik neuron-neuron. Area yang mengalami nekrosis
disebut infark.
Gangguan peredaran darah otak akan menimbulkan gangguan pada
metabolisme sel-sel neuron, dimana sel-sel neuron tidak mampu menyimpan
glikogen sehingga kebutuhan metabolisme tergantung dari glukosa dan oksigen yang
terdapat pada arteri-arteri yang menuju otak.
Peredaran intrakranial termasuk peredaran ke dalam ruang subarakhnoid
atau ke dalam jaringan otak sendiri. Hipertensi mengakibatkan timbulnya penebalan
dan degeneratif pembuluh darah yang dapat menyebabkan rupturnya arteri serebral
sehingga peredaran menyebar dengan cepat dan menimbulkan perubahan setempat
serta iritasi pada pembuluh darah otak.
14
sirkulasi
CCS,
obstruksi
vena,
adanya
edema
dapat
6.
Akibat Stroke
15
c. Gangguan Persepsi
Persepsi adalah ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi. Stroke
dapat mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan dalam hubungan visualspasial dan kehilangan sensori.
16
sensori,
ketidakmampuan
untuk
merasakan,
seperti
dapat
terjadi
karena
konfusi,
ketidakmampuan
frustasi dalam program rehabilitasi mereka. Depresi umum terjadi dan mungkin
diperberat oleh respons alamiah pasien terhadap penyakit katastrofik ini. Masalah
psikologik lain juga umum terjadi dan dimanifestasikan oleh labilitas emosional,
bermusuhan, frustasi, dendam, dan kurang kerja sama.
B. Fungsi Kognitif
1.
Pengertian
Menurut Stuart and Sundeen (1987), kognitif adalah kemampuan berfikir
2.
Respon maladaptif
18
Tegas
Ketidaktegasan periodik
Memori utuh
Mudah lupa
Orientasi lengkap
Kebingungan sementara
yang ringan
Persepsi akurat
Perhatian terfokus
Pikiran koheren dan logis
Ketidakmampuan untuk
membuat keputusan
Kerusakan memori dan
penilaian
Disorientasi
Salah persepsi serius
Ketidakmampuan untuk
memfokuskan perhatian
Kesulitan untuk berfikir
logis
Gambar 1
Rentang respon fungsi kognitif (Stuart and Sundeen 1995)
3.
Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2006), respon kognitif pada umumnya merupakan akibat
dari gangguan biologis pada fungsi sistem saraf pusat. Faktor yang mempengaruhi
individu mengalami gangguan kognitif termasuk:
a.
Gangguan suplai oksigen, glukosa, dan zat gizi dasar yang penting lainnya ke
otak. Hal tersebut dapat terjadi karena perubahan vaskular arteriosklerotik,
serangan iskemik sementara, hemoragi serebral, dan infark otak kecil multipel.
b.
c.
Penyakit Alzheimer.
19
d.
e.
f.
g.
h.
Malnutrisi.
i.
Abnormalitas genetik.
Gangguan jiwa mayor, seperti skizofrenia, gangguan bipolar, gangguan
4.
Faktor Presipitasi
Setiap serangan mayor pada otak cenderung mengakibatkan gangguan
Hipoksia.
b.
c.
d.
e.
f.
20
5.
b.
c.
d.
Memori menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Memori membuat kita
mampu menginterpretasi dan bereaksi terhadap persepsi yang baru dengan
mengacu kepada pengalaman lampau. Evaluasi yang akurat dan tepat dari fungsi
memori merupakan salah satu bidang yang paling penting dalam evaluasi fungsi
kognitif. Mereka mungkin lupa tanggal, lupa rincian pekerjaan atau gagal
mengingat janji di luar kegiatan rutin.
21
e.
Bahasa merupakan fungsi kognitif dasar bagi komunikasi pada manusia. Bila
terdapat gangguan pada bahasa, penilaian faktor kognitif yang lain agak sulit
untuk diperiksa. Kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
merupakan hal yang sangat penting. Bila terdapat gangguan, hal ini akan
mengakibatkan hambatan yang berarti bagi seseorang.
6.
mengalami gejala yang berbeda, sesuai dengan yang terganggu yaitu (Stuart and
Sundeen, 1995):
a.
b.
Gangguan pada lobus temporalis akan ditemukan gejala amnesia dan demensia.
c.
Gangguan pada lobus parietalis dan oksipitalis akan ditemukan gejala yang
hampir sama, tapi secara umum akan terjadi disorientasi.
d.
Gangguan pada sistim limbik akan menimbulkan gejala yang bervariasi seperti
gangguan daya ingat, memori, dan disorientasi.
7.
adalah menilai gangguan yang berkaitan dengan fungsi dan struktur otak tertentu
dengan cara menganalisis proses kognitif. Adapun prinsip dasar stimulasi/rehabilitasi
kognitif adalah sebaggai berikut:
22
a.
b.
c.
d.
kemampuan-kemampuan
baru
yang
adaptif
serta
8.
lapisan masyarakat. Penderita yang selamat dari stroke dapat mengalami kecacatan
fungsi kognitif akibat kerusakan otak. Pada dasarnya semua kelainan yang mengenai
otak dapat menimbulkan gangguan fungsi kognitif.
23
9.
(sampai 3 bulan setelah stroke) atau lebih awal. Pada fase subakut, proporsi
gangguan kognitif berkisar antara 50-90%, tergantung populasi dan metode
penelitian yang dipakai. Pada fase ini menentukan perkembangan fungsi kognitif
adaah perbaikan sirkulasi serebral karena rekanalisasi spontan, neuroplastisitas, dan
adanya ppenyulit yang menyertai. Kebanyakan daerah penumbra mengalami
reperfusi dalam waktu 3 bulan stroke. Setelah 3 bulan ukuran kerusakan dan defisit
kognitif cenderung stabil. Rehabilitasi juga ikut menentukan perbaikan kognitif pada
fase ini.
26
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep adalah konsep yang dipakai sebagai landasan berpikir
dalam kegiatan ilmu (Nursalam, 2003). Adapun kerangka konsep untuk penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Faktor-faktor risiko:
1. Hipertensi
2. Diabetes Mellitus
3. Penyakit Jantung
4. Gangguan Aliran Darah
Sepintas
5. Hiperkolesterolemi
6. Infeksi
7. Obesitas
Etiologi:
1. Trombosis
2. Embolisme serebral
3. Iskemia.
4. Hemoragi serebral
Stroke
8.
9.
10.
11.
12.
13.
SH
Merokok
Kelainan
Pembuluh Darah Otak
Lanjut usia
Penyakit paru-paru
menahun
terutama
asma bronkial.
Penyakit darah
tertentu
Asam urat yang
berlebihan
SNH
1.
2.
3.
4.
Kehilangan motorik
Kehilangan komunikasi
Gangguan persepsi
Disfungsi kandung kemih
5.
Kerusakan kognitif
1.
2.
3.
4.
5.
Orientasi
Registrasi
Perhatian dan
Kalkulasi
Mengingat
Bahasa
Gambar 2
Kerangka Konsep Gambaran Harga Diri Pada Pasien Stroke
Keterangan:
: Variabel diteliti
: Variabel tidak diteliti
B.
1. Variabel penelitian
Raffi dalam (Nursalam, 2003) menyatakan, variabel adalah suatu ciri yang
dimiliki oleh anggota suatu kelompok (orang, benda, situasi) yang berbeda dengan
yang dimiliki oleh kelompok tersebut.
Dalam penelitian ini akan diteliti satu variabel yaitu fungsi kognitif pada
pasien stroke.
2. Definisi operasional
Variabel yang telah didefinisikan perlu didefinisikan secara operasional,
sebab setiap istilah (variabel) dapat diartikan secara berbeda-beda oleh orang yang
berlainan (Nursalam, 2003). Definisi Operasional adalah seperangkat instruksi yang
lengkap untuk menetapkan apa yang akan diukur dan bagaimana cara pengukurannya
yang dibuat menurut pemikiran peneliti.
Tabel 2
Definisi Operasional Fungsi Kognitif Pasien Stroke
Variabel
Definisi
Operasional
Parameter
Fungsi
kognitif
pasien
stroke
Fungsi kognitif
adalah skor
yang terkait
dengan fungsi
otak yang
meliputi
penilaian
orientasi,
registrasi,
Orientasi,
Registrasi,
Perhatian dan
Kalkulasi,
Mengingat,
Bahasa
Cara
Mendapatkan
data
4
Wawancara
dan Observasi
Alat Ukur
Skala
Pengukuran
MMSE
(Mini
Mental
State
Examinati
on)
Skala
Ordinal
24 -30:
fungsi
kognitif
normal
17-23 :
Mungkin
28
perhatian dan
kalkulasi,
mengingat,
serta bahasa.
terdapat
gangguan
fungsi
kognitif
(probable
gangguan
kognitif )
0-16 :
Fungsi
kognitif
terganggu
(definite
gangguan
kognitif)
29
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Rancangan penelitian (riset desaign) adalah sesuatu yang vital dalam
penelitian, yang memungkinkan memaksimalkan suatu kontrol beberapa yang
mempengaruhi validiti suatu hasil (Nursalam, 2003). Rancangan penelitian yang
digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan
secara objektif. Penelitian ini tidak melakukan intervensi, hanya memberikan
gambaran tentang fungsi kognitif pasien stroke. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan one shot di mana dalam pengumpulan dilakukan secara bersamaan dalam
waktu sekali saja oleh peneliti (Arikunto, 2010).
Dalam penelitian ini, populasi yang diambil adalah seluruh pasien stroke
yang dirawat di IRNA D RSUP Sanglah Denpasar dengan jumlah perkiraan 60 orang.
2. Sampel penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling tertentu untuk
bisa memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam, 2003). Pada penelitian ini peneliti
menentukan jumlah sample dengan rumus :
N
n=
1 + N (d)2
Keterangan:
n
= Jumlah sampel
N
= Jumlah populasi
d
= Tingkat signifikansi (d=0,05)
Dengan jumlah populasi (N) 60 orang, maka :
60
n=
n=
1 + 60 (0,05)2
60
52,173
=
1,15
Dari rumus tersebut didapatkan jumlah sampel adalah 53 orang (hasil pembulatan
dari 52,73) yang terdiri dari seluruh pasien stroke yang dirawat di IRNA D RSUP
Sanglah Denpasar yang memenuhi kriteria inklusi.
3. Kriteria sampel
a. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dan terjangkau yang
akan diteliti, yaitu :
1) Pasien stroke yang dirawat di IRNA D RSUP Sanglah Denpasar.
2) Pasien dalam keadaan sadar
3) Pasien yang bersedia menjadi responden
4) Pasien bisa berkomunikasi secara verbal
b. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab, yaitu :
31
32
Orientasi
33
1) Pasien diminta menyebutkan hari, tanggal, bulan, tahun, dan musim sekarang
dengan skor masing-masing jawaban jika benar 1 dan salah 0, jumlah skor 5.
2) Pasien diminta menyebutkan negara, provinsi, kota, RS, dan bagian RS dengan
skor masing-masing jawaban jika benar 1 dan salah 0, jumlah skor 5.
b. Registrasi
Pemeriksa menyebutkan 3 nama benda dengan antara 1 detik waktu menyebutkan
nama benda tersebut diantaranya garputala, reflek hummer, tongue spatel. Setelah
selesai menyuruh penderita menyebutkan, memberi skor 1 untuk tiap benda yang
benar dan 0 untuk jawaban benda yang salah, jumlah skor 3.
c.
e.
Bahasa
34
Beri skor 1 bila semua sisi digambar dan potongan antara segi lima tersebut
membentuk segi empat, skor 0 bila tidak sesuai. Jumlah skor 1.
c. Entry
36
Jawaban- jawaban yang sudah diberi skor akan diolah secara manual
kemudian dimasukkan dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi data.
d. Cleaning
Instrumen yang sudah terkumpul diberi kode selanjutnya dientry untuk
diperiksa kembali. Bila ditemukan kesalahan maka dicocokkan dengan melihat
variabel apakah data sudah benar atau belum.
37
LAMPIRAN I
MINI-MENTAL STATE EXAM (MMSE)
(modifikasi FOLSTEIN)
Nama Pasien:..( Lk / Pr )
Umur:Pendidikan...........Pekerjaan:........
Pemeriksa:
Tgl
Item
Tes
Nilai
maks.
Nilai
ORIENTASI
1
REGISTRASI
3
4
Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban
yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh
mengeja terbalik kata WAHYU (nilai diberi pada
huruf yang benar sebelum kesalahan; misalnya
uyahw=2 nilai)
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
BAHASA
6
38
3
-
10
11
Sskor
Total
30
39