Anda di halaman 1dari 2

Aku menikmati secangkir espresso malam ini.

Ku anggurkan gula yang telah pelayan siapkan disamping ia meletakan


espressoku.
Berharap aku masih bisa merasakan sebuah rasa pahit setelah apa yang aku
rasakan sebelumnya.
Dan nyatanya memang hambar kurasakan, tak ada rasa pahit disana.
Kemudian sesekali aku mengaduknya, berharap ada hal yang bisa kurasakan,
Ah, omong kosong. Ini hambar!
Butuh waktu menerima hal itu memang, butuh waktu banyak mungkin.
Namun kini aku mulai menikmatinya,
Menikmati rasa hambar ini maksudku.
Iya, aku siap. Aku lebih siap.
Selamat malam,

Angin malam sejenak merebahkan harapan di kedua mataku.


Aku menyambutnya dingin,
Ah ternyata dirinya lebih dingin.
Kini aku diam,
Teranggurkan dan sejenak merasa sakit karena tak pernah ada rasa kehilangan
datang.
Aku sendiri,
Dan angin malam masih melanjutkan perjalanannya.
Merebahkan harapan disetiap pintu yang terbuka.
Mungkin mataku tak ada saat setiap rebahan datang
Tapi jiwaku hilang sebagian saat rebahan-rebahan itu tersambut hangat oleh
selimut malam.
Kini tinggal menunggu rebahan terakhir datang, dan mati.

Anda mungkin juga menyukai