1. Identifikasi Bakteri
Serratia marcescens merupakan bakteri berjenis gram negatif yang memiliki
bentuk bacillus. Bakteri ini telah dikenal sebagai patogen terhadap manusia semenjak
dulu sekitar pada tahun 1960, terutama pada bidang kesehatan karena pernah menjadi
penyebab terjadinya infeksi pencernaan pada manusia (Hejazi, 1997).
Bakteri
ini
merupakan
bakteri
yang
termasuk
kedalam
keluarga
manusia yang umum ditemui pada tempat terisolasi dari penanganan kesehatan dari
infeksi terkait pernapasan dan saluran kemih (Hejazi, 1997).
marcescens ditunjukkan pada Gambar 1. Salah satu karakteristik dari bakteri ini dapat
menghasilkan pigmen merah yang disebut prodigiosin. Warna prodigiosin yang
dihasilkan bergantung pada umur biakan, mulai dari warna merah muda hingga merah
tua. Berdasarkan penelitian, pigmen biologis yang dihasilkan oleh bakteri ini ternyata
memiliki aktivitas antifungal, imunosupresi, dan antiproliferasi (Jumiarti, 2012).
Serratia marcescens merupakan bakteri yang patogen terhadap serangga karena
dapat menghasilkan beberapa enzim hidrolitik seperti protease, kitinase, nuclease, dan
lipase yang bersifat toksin. Bakteri ini juga dapat menghasilkan serrawetin, senyawa
surfaktan yang membantu dalam proses kolonisasi (Jumiarti, 2012).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Flyg pada tahun 1983 di
Universitas Stockholm, strain S. marcescens yang diisolasi dari serangga sering kali
memproduksi protease dibandingkan tipe liarnya. Protease ekstraseluler dari S.
marcescens yang telah dimurnikan bersifat toksik pada serangga. Penelitian mengenai
efek virulensi strain Serratia terhadap larva Costelytra zealandica (ulat rumput New
Zealand) juga membuktikan bahwa strain Serratia memiliki efek toksik yang tinggi
terhadap serangga hama ketika protein toksiknya diinjeksikan ke tubuh serangga
(Jumiarti, 2012).
Marga Serratia terdiri atas bakteri patogen serangga. Entomopatogen dari marga
Serratia, kecuali Serratia pentomophila dan Serratia proteamaculans, dikenal sebagai
patogen oportunistik atau fakultatif karena tidak virulen ketika berada dalam saluran
pencernaan, tetapi menjadi sangat virulen ketika masuk ke dalam haemolim akibat
serangga terluka atau dalam keadaan stres (Jumiarti, 2012).
Entomopatogen Serratia entomophila dan Serratia proteamaculans merupakan
strain Serratia yang telah diketahui secara pasti merupakan bakteri entomopatogen yang
virulensinya tinggi terhadap serangga hama. Kedua strain Serratia ini menghasilkan
kompleks toksin yang mekanisme toksinnya mirip dengan kompleks toksin yang
dihasilkan (Jumiarti, 2012).
2. Patogenesis
Patogenesis adalah mekanisme infeksi dan mekanisme perkembangan
penyakit. Infeksi adalah invasi inang oleh mikroba yang memperbanyak dan
berasosiasi dengan jaringan inang. Infeksi berbeda dengan penyakit. Kapasitas bakteri
menyebabkan penyakit tergantung pada patogenitasnya. Dengan kriteria ini, bakteri
dikelompokan menjadi 3, yaitu agen penyebab penyakit, patogen oportunistik,
nonpatogen. Agen penyebab penyakit adalah bakteri patogen yang menyebabkan
suatu penyakit (Serratia mercescens). Patogen oportunistik adalah bakteri yang
berkemampuan sebagai patogen ketika mekanisme pertahanan inang diperlemah
(contoh
E.
Col)i
ketika sistem
pertahanan
inang
pencernaan.
Karena
Serratia
marcescens
juga
menginfeksi
saluran
pencernaan manusia, maka kotoran manusia dari hasil pencernaan yang terinfeksi
tersebut dapat mematikan terumbu karang jenis tanduk rusa (Acropora palmate ).
Penyakit cacar putih (white-band disease ) menyerang Acropora palmate di perairan
Karibia (Subramani, 2012).
Penyakit cacar putih menyerang daging dari kulit karang yang tipis dan menguliti
jaringan hidup dari cabang-cabangnya sehingga meninggalkan kerangka batu kapur
mati. Masalah ini semakin parah selama berbulan-bulan musim panas, saat suhu
meninggi yang mempercepat pertumbuhan bakteri dan mengurangi ketahanan dari
sistem kekebalan karang tanduk rusa (Subramani, 2012).
untuk memisahkan hasil dari kontak dengan host. Bakteri ber-gram negatif
dilindungi dengan sebuah membran layer terluar yang mana fungsinya adalah
melindungi sel dari agen toksik dengan memperlambat penetrasi mereka dan
menghalangi akses mereka kepada target (Hejezi, 1997).
2. Adherence dan hidrofobik
Phili telah terlihat sebagai sebuah determinan dari mikroba adherence
terhadap permukaan epitel dari host. Serratia marcescens merupakan penyebab
dari nosokomial UTI (Hejezi, 1997).
3. Produk ekstraseluler
Serratia marcescens memproduksi beberapa enzim ekstraseluler, dan dia
merupakan salah satu organisme yang paling efisien untuk degradasi biologi
dari kitin (Hejezi, 1997).
3. Resistensi bakteri
Infeksi yang disebabkan oleh Serratia mercescens kemungkinan sangat
sulit untuk ditangani karena resistensinya terhadap beberapa jenis antibiotik,
termasuk didalamnya adalah resisten terhadap ampicilin dan generasi
cephalosporins satu dan dua (Hejezi, 1997).
Amino glikosida memiliki aktivitas yang bagus terhadap bakteri Serratia
merescens, tetapi strain resisten terhadap antibiotika tersebut telah dilaporkan
baru-baru ini. Bakteri ini pun mempunyai daya resisten terhadap antibiotik jenis
lain diantaranya adalah resisten terhadap B-Laktam, Aminoglikosida dan
Fluoroquinolone (Hejezi, 1997).
Resisten -laktam
Ketika b-Laktam dimediasi
karbapenem
resisten.
Resisten
ini
S.
Marcescens
catalyzes
adenilasi
dan
asetilasi
antibiotik
DAFTAR PUSTAKA
Hejazi, A. 1997. Serratia marcescens. Department of clinical microbiology:
Britania, Ireland Vol. 46, 903-912.
Jumiarti, Putri. 2012. PEMURNIAN DAN KARAKTERISASI PROTEIN
INSEKTISIDAL
DARI
BAKTERI
ENTOMOPATOGEN
Serratia
genes
among
amikacin-resistant
of
conjugative
plasmids
mediating
of
enzyme
the
bifunctional
ANT(3'')-Ii/AAC(6')-IId
aminoglycosidefrom
Serratia