Perpustakaan - Uns.ac - Id Digilib - Uns.ac - Id
Perpustakaan - Uns.ac - Id Digilib - Uns.ac - Id
id
digilib.uns.ac.id
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN SKRIPSI
Pembimbing Utama
Nama : Widiastuti, dr., Sp.Rad
NIP : 19561120 198311 2 001
...
Pembimbing Pendamping
Nama : Bimanggono H. M., dr., Sp.U
NIP : 19721009 201001 1 009
...
Penguji Utama
Nama : Dr. J. B. Prasodjo, dr., Sp.Rad
NIP : 19500801 199008 1 001
...
Anggota Penguji
Nama : Dr. Syarif Sudirman, dr., f
sSp.An-KMN-KAR., Sp.Ak
NIP : 19470312 197501 1 001
...
Surakarta, ..
Dekan FK UNS
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta,
November 2010
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Dianika Rohmah Aprilia, G0007058, 2010, Korelasi antara Kejadian
Leukosituria dan Volume Prostat Penderita Pembesaran Prostat Jinak pada
Pemeriksaan Ultrasonografi, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Tujuan Penelitian: Benign Prostatic Hypertrophy (BPH) adalah pembesaran
prostat yang jinak yang dapat menimbulkan gejala berupa Lower Urinary Tract
Symptoms (LUTS). Prevalensi BPH sangat tinggi, terutama pada laki-laki berusia
di atas 50 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara
kejadian leukosituria dan volume prostat penderita pembesaran prostat jinak pada
pemeriksaan ultrasonografi sehingga diharapkan dapat membantu dokter dalam
pemilihan terapi bagi para penderita BPH.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik
dengan pendekatan rancangan cross sectional. Sampel diambil menggunakan
teknik total sampling dengan lokasi di Instalasi Radiologi, Patologi Klinik,
Patologi Anatomi, dan Rekam Medik RSUD dr. Moewardi Surakarta. Penelitian
dilaksanakan mulai bulan Mei sampai Agustus 2010. Jumlah total sampel adalah
28 orang yang dilakukan pengukuran volume prostat menggunakan USG dengan
diagnosis pembesaran prostat jinak untuk kemudian dicari korelasinya dengan
hasil pemeriksaan leukosit urine. Data yang didapat kemudian dianalisis dengan
uji korelasi Spearman Rank (Rho) menggunakan program komputer.
Hasil Penelitian: Hasil uji korelasi Spearman Rank (Rho) menunjukkan tidak ada
korelasi yang signifikan antara kejadian leukosituria dan volume prostat penderita
pembesaran prostat jinak (p > 0,05 dan ro < rt).
Simpulan Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan tidak ada korelasi yang
signifikan antara kejadian leukosituria dan volume prostat penderita pembesaran
prostat jinak.
Kata kunci : volume prostat leukosituria ultrasonografi
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Dianika Rohmah Aprilia, G0007058, 2010, Correlation between Leukocyturia
Occurrence and Prostate Volume of Patients with Benign Prostatic Hipertrophy on
Ultrasonography Examination, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University
Surakarta.
Objective: Benign Prostatic Hypertrophy (BPH) is a benign enlarged prostate
causing symptoms called Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS). The
prevalence of BPH is very high, especially in men over 50 years. This study aims
to determine the correlation between the leukocyturia occurrence and prostate
volume of patients with benign prostate hypertrophy on ultrasonography
examination with the result is expected to assist doctors in choosing therapy for
BPH patients.
Methods: This was an analytic observational study with cross sectional approach.
Samples were taken using total sampling technique in Radiology, Clinical
Pathology, Anatomical Pathology, and Medical Records Instalation of Dr.
Moewardi general hospital Surakarta as the locations. The study was conducted
from May to August 2010. The total number of samples is 28 people who carried
out the measurement of prostate volume using ultrasound with the diagnosis of
benign prostatic hypertrophy and then searched their correlation with urine
leukocyte examination. The data was analyzed with Spearman Rank (Rho)
correlation test using the computer program.
Results: The Spearman Rank (Rho) correlation test showed no significant
correlation between leukocyturia occurrence and prostate volume of patients with
benign prostatic hypertrophy (p > 0.05 and ro < rt).
Conclusion: The results showed no significant correlation between leukocyturia
occurrence and prostate volume of patients with benign prostatic hypertrophy.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa Taala. Dengan
segala karunia dan rahmat-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul Korelasi antara Kejadian Leukosituria dan Volume Prostat
Penderita Pembesaran Prostat Jinak pada Pemeriksaan Ultrasonografi.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat untuk
memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Penulis menyadari tidak banyak yang dapat dilakukan tanpa bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. A. A. Subijanto, dr., MS selaku Dekan Fakultas Kedokteran UNS
yang telah mengijinkan penulis untuk menyusun skripsi ini.
2. Seluruh jajaran Tim Skripsi FK UNS yang telah banyak membantu demi
kelancaran pelaksanaan skripsi.
3. Widiastuti, dr., Sp.Rad selaku Pembimbing Utama dan Bimanggono H. M., dr.,
Sp.U, selaku Pembimbing Pendamping yang telah membantu dan meluangkan
waktunya, kesabaran dalam memberi arahan, semangat, saran, koreksi, serta
diskusi yang sangat bermanfaat sehingga penulis sangat terbantu
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
4. Dr. J. B. Prasodjo, dr., Sp.Rad sebagai Penguji Utama dan Dr. Syarif
Sudirman, dr., Sp.An-KMN-KAR, Sp.AK sebagai penguji pendamping dalam
ujian penelitian ini. Terimakasih atas semua arahan, ilmu, dan waktu yang telah
diluangkan.
5. Ari Probandari N., dr., MPH sebagai pembimbing kepakaran pada penulisan
skripsi ini atas saran dan masukan yang diberikan.
6. Semua Staf Tata Usaha dan Petugas di Instalasi Radiologi, Bedah, Patologi
Klinik, Patologi Anatomi, Rekam Medik, Diklit RSUD dr. Moewardi
Surakarta, Bagian Patologi Anatomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Keluargaku terimakasih untuk doa, semangat, dukungan serta kepercayaan
yang diberikan.
8. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Saran dan kritik
selalu terbuka demi sebuah perbaikan di masa datang. Akhir kata, penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis tetapi juga
bagi semua pihak. Aamiin.
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA..
vi
DAFTAR ISI...
vii
DAFTAR DIAGRAM.....
DAFTAR LAMPIRAN...
xi
BAB II PENDAHULUAN.
B. Perumusan Masalah...
C. Tujuan Penelitian...
D. Manfaat Penelitian
A. Tinjauan Pustaka...
1. Kelenjar Prostat...
a. Anatomi Prostat
b. Fisiologi Prostat
a. Definisi..
b. Faktor Risiko.
c. Etiopatogenesis.
10
11
e. Klasifikasi.
commit to user
12
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Penegakan Diagnosis......
12
g. Penatalaksanaan......
14
3. Ultrasonografi...
15
a. Pengertian USG......
15
15
c. Pemakaian Klinis.
16
d. Kelebihan USG...
17
e. Kekurangan USG....
17
18
18
4. Leukosituria......
19
a. Definisi....
19
b. Patofisiologi....
19
c. Cara Pemeriksaan....
20
d. Interpretasi Hasil.....
22
B. Kerangka Pemikiran....
23
C. Hipotesis.....
24
25
A. Jenis Penelitian
25
25
C. Subjek Penelitian....
25
D. Teknik Sampling.....
26
E. Alur Penelitian....
commit to user
27
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
28
30
I. Cara Kerja
31
31
BAB IV HASIL..
32
BAB VI PEMBAHASAN...
38
41
A. Simpulan..
41
B. Saran....
41
DAFTAR PUSTAKA..
43
LAMPIRAN
47
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR DIAGRAM
32
33
34
35
ii36
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
47
48
49
50
. 51
. 52
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
yang
dominan
adalah
hiperplasia
(Sjamsuhidajat,
2005).
Berdasarkan penelitian pada autopsi, BPH terdapat pada 20% pria usia 41-50
tahun, 50% pria usia 51-60 tahun, 65% pria usia 61-70 tahun, 80% pria usia
71-80 tahun, dan 90% pria usia 81-90 tahun (Soetapa, Djatisoesanto, dan
Soebadi, 2006). Penyebab pembesaran prostat jinak belum diketahui dengan
pasti. Pembesaran prostat jinak merupakan penyakit pada pria tua dan jarang
ditemukan sebelum usia 40 tahun (Dwindra dan Israr, 2008).
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah
Adakah korelasi antara kejadian leukosituria dan volume prostat penderita
pembesaran prostat jinak pada pemeriksaan ultrasonografi?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya korelasi antara kejadian
leukosituria dan volume prostat penderita pembesaran prostat jinak pada
pemeriksaan ultrasonografi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui korelasi antara kejadian
leukosituria dan volume prostat penderita pembesaran prostat jinak pada
pemeriksaan ultrasonografi.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dokter dan pasien
dalam pemilihan terapi umtuk pasien BPH.
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Kelenjar Prostat
a. Anatomi Prostat
Prostat merupakan kelenjar berbentuk konus terbalik dilapisi
kapsul fibromuskuler yang terletak di inferior kandung kemih,
mengelilingi bagian proksimal uretra (urethra pars prostatica) dan
berada disebelah anterior rektum. Bentuknya sebesar buah kenari
dengan berat normal pada orang dewasa kurang lebih 20 gram
(Dwindra dan Israr, 2008). Karena berat jenis jaringan prostat 1,05
gram/mL maka volume dalam mL dapat disamakan dengan berat
kelenjar prostat dalam gram (Bapat, et al., 2006; Peterson, 2008).
Kelenjar prostat terbagi menjadi 5 lobus: lobus medius, 2 lobus
lateralis, lobus anterior, dan lobus posterior (Dwindra dan Israr, 2008).
BPH sering terjadi pada lobus lateralis dan lobus medialis karena
mengandung banyak jaringan kelenjar, tetapi tidak terjadi pada bagian
posterior lobus medius (lobus posterior) yang merupakan bagian
tersering terjadinya perkembangan karsinoma prostat. (Kumar, Abbas,
dan Fausto, 2005).
Prostat mendapat aliran darah dari percabangan arteri pudenda
interna, arteri vesicalis inferior dan arteri rectalis media. Pembuluh ini
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bercabang-cabang dalam kapsula dan stroma, dan berakhir sebagai jalajala kapiler dalam lamina propria. Pembuluh vena mengikuti jalannya
arteri dan bermuara ke pleksus sekeliling kelenjar. Pleksus vena
mencurahkan isinya ke vena iliaca interna. Pembuluh limfe mulai
sebagai kapiler dalam stroma dan mengikuti pembuluh darah dam
mengikuti pembuluh darah. Limfe terutama dicurahkan ke nodus iliaca
interna dan nodus sacralis. Persarafan prostat berasal dari plexus
hypogastricus inferior dan membentuk plexus prostaticus. Prostat
mendapat persarafan terutama dari serabut saraf tidak bermielin.
Beberapa serat ini berasal dari sel ganglion otonom yang terletak di
kapsula dan di stroma. Serabut motoris, mungkin terutama simpatis,
tampak mempersarafi sel-sel otot polos di stroma dan kapsula sama
seperti dinding pembuluh darah (Dwindar dan Israr, 2008).
b. Fisiologi Prostat
Kelenjar prostat mengeluarkan cairan alkalis yang menetralkan
cairan vagina yang asam, suatu fungsi penting karena sperma lebih
dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang sedikit basa. Prostat juga
menghasilkan enzim-enzim pembekuan dan fibrinolisin. Enzim-enzim
pembekuan prostat membekukan semen sehingga sperma yang
diejakulasikan tetap tertahan di saluran reproduksi wanita saat penis
ditarik keluar. Segera setelah itu, bekuan seminal diuraikan oleh
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Faktor Risiko
Tidak ada bukti yang meyakinkan mengenai korelasi antara faktorfaktor lain selain usia dalam peningkatan kejadian BPH. Merokok juga
diduga sebagai faktor yang berhubungan dengan prostatektomi, namun
ras, habitus, riwayat vasektomi, kebiasaan seksual dan penyakitpenyakit lain serta obat-obatan belum ditemukan mempunyai korelasi
dengan peningkatan kejadian BPH (Dwindra dan Israr, 2008).
c. Etiopatogenesis
Penyebab BPH belum jelas. Beberapa yang teori telah dikemukakan
di antaranya:
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dikonversi
menjadi
DHT
yang
merangsang
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penderita
BPH
yang
menjalani
xxi
terapi
bedah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Gejala iritatif
Disebabkan pengosongan kandung kemih yang tidak
sempurna pada saat miksi atau karena pembesaran prostat
menyebabkan rangsangan pada kandung kemih, sehingga kandung
kemih sering berkontraksi meskipun belum penuh (Sjamsuhidajat,
2005). Gejala iritatif terdiri dari sering miksi (frequency), miksi
sulit ditahan (urgency), buang air kecil malam hari lebih dari satu
kali (nocturia), dan nyeri saat miksi (disuria) (Argie, 2008).
Kumpulan gejala yang ditandai dengan gejala obstruktif dan
iritatif pada saluran kemih disebut Lower Urinary Tract Symptoms
(LUTS) (Asari, et al., 2008). Lebih dari 50% pria berusia di atas 50
tahun mengalami sebagai manifestasi klinis dari BPH (Nickel, 2008).
Tanda klinis terpenting dalam BPH adalah ditemukannya
pembesaran prostat pada pemeriksaan colok dubur/Digital Rectal
Examination (DRE). Ukuran dan konsistensi prostat perlu diketahui,
walaupun ukuran prostat yang ditentukan melalui DRE tidak
berhubungan dengan derajat obstruksi (Argie, 2008).
e. Klasifikasi
Pembesaran prostat jinak terbagi dalam empat derajat berdasarkan
gambaran klinisnya.
1) Derajat I: pada colok dubur didapatkan penonjolan prostat dengan
commitSisa
to user
batas atas mudah diraba.
volume urine < 50 mL.
xxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Penegakan Diagnosis
Diagnosis BPH dapat ditegakkan melalui:
1) Anamnesis
Dilakukan untuk menilai gejala obstruktif dan gejala iritatif.
2) Pemeriksaan fisik
Colok dubur atau Digital Rectal Examination (DRE) merupakan
pemeriksaan yang penting pada pasien BPH, di samping
pemeriksaan
fisik
pada
regio
suprapubik
untuk
mencari
xxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
miksi
berlangsung
(mL/detik)
atau
dengan
alat
xxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
g. Penatalaksanaan
Ada beberapa pilihan terapi pasien BPH, di mana terapi spesifik
dapat diberikan untuk pasien kelompok tertentu. Untuk pasien dengan
gejala ringan dapat dengan hanya dilakukan watchful waiting, yaitu
observasi saja tanpa pengobatan. Pasien diberi nasihat agar mengurangi
minum setelah makan malam agar mengurangi nokturia, menghindari
obat-obat parasympatholytic (misalnya dekongestan), mengurangi kopi,
dan melarang meminum minuman beralkohol agar tidak terlalu sering
buang air kecil. Penderita dianjurkan untuk kontrol setiap tiga bulan
untuk diperiksa gejala, pancaran urin, dan TRUS. Bila terjadi
kemunduran, segera diambil tindakan (Argie, 2008).
Terapi medika mentosa terdiri dari penghambat adrenergik,
fitoterapi, dan hormonal. Terapi paling akhir yang dilakukan adalah
operasi. Indikasi absolut dilakukan operasi adalah retensi urine berat
(retensi urine yang gagal dengan pemasangan kateter urine sedikitnya
satu kali), infeksi saluran kencing berulan, gross hematuria berulang,
batu kandung kemih, insufisiensi ginjal, dan diverticula kandung kemih
(Dwindra dan Israr, 2008).
commit to user
xxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Ultrasonografi
a. Pengertian
Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu imaging diagnostic
(pencitraan diagnostik) untuk pemeriksaan alat-alat tubuh, di mana
pemeriksa dapat mempelajari bentuk, ukuran anatomis, gerakan, serta
hubungan dengan jaringan sekitarnya (Boer, 2005). Ultrasonografi
menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi (1-10 MHz), yang
dihasilkan oleh kristal piezo-elektrik pada transduser (Patel, 2007).
xxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Pemakaian Klinis
USG digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis dalam
berbagai kelainan organ tubuh. USG digunakan antara lain untuk
menemukan dan menentukan letak massa dalam rongga perut dan
pelvis, membedakan kista dengan massa yang solid, mempelajari
pergerakan organ (jantung, aorta, dan vena cava) maupun pergerakan
janin dan jantungnya, pengukuran dan penentuan volume, pengukuran
aneurisma arteri, fetal cephalometry, menentukan kedalaman dan letak
suatu massa untuk biopsi, menentukan volume massa ataupun organ
tubuh tertentu (misalnya kandung kemih, ginjal, kandung empedu,
ovarium, uterus, dan lain-lain), memonitor arah dan gerakan jarum
commit to user
xxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Kelebihan USG
USG memiliki kelebihan dibandingkan pemeriksaan radiologis
yang lain, yaitu bersifat non-invasif, dapat digunakan untuk melihat
pergerakan organ, sifat jaringan-jaringan yang dicitrakan dapat
dibedakan, alat USG kecil dan dapat dibawa ke mana-mana,
pemeriksaan tidak memerlukan waktu yang lama, berbagai bidang
organ tubuh dapat diperiksa, tenaga listrik yang diperlukan hanya
sedikit, tidak memerlukan alat-alat tambahan, memungkinkan tindakan
biopsi jaringan yang tepat, serta peralatan relatif lebih murah jika
dibandingkan dengan alat rontgen diagnostik khusus, kedokteran nuklir,
tomografi komputer, dan alat magnetic resonance (Ilyas dan
Budyatmoko, 2005).
e. Kekurangan USG
Kekurangan USG dibandingkan pemeriksaan radiologi yang lain
yaitu tergantung pada kemampuan operator, ketidakmampuan suara
untuk menembus gas atau tulang yang menyebabkan visualisasi yang
kurang baik pada struktur-struktur di bawahnya, dan penyebaran
commit to user
xxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kepentingan
klinis
dan
penelitian,
volume
prostat
besar
dan
volume
prostat,
adanya
kemungkinan
xxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Leukosituria
a. Definisi
Leukosituria adalah pengeluaran leukosit di dalam urine (Dorland,
2002). Leukosit dapat berasal dari bagian manapun dari saluran kemih.
Leukosit hingga 4 atau 5 per lapang pandang kuat umumnya masih
dianggap normal. Terdapatnya leukosit dalam jumlah banyak di urine
disebut piuria (Wirawan, Immanuel, dan Dharma, 2008).
b. Patofisiologi
Peningkatan jumlah leukosit dalam urine (leukosituria atau piuria)
umumnya menunjukkan adanya infeksi saluran kemih baik bagian atas
commit to user
xxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
glomerulonefritis akut.
c. Cara Pemeriksaan
Pemeriksaan mikroskopik diperlukan untuk mengamati sel dan
benda berbentuk partikel lainnya. Cara pemeriksaannya didahului
dengan pengambilan spesimen urine segar kira-kira 50 mL atau lebih
dengan menggunakan wadah kering dan bersih. Spesimen segera
commit to user
xxxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
xxxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berbagai jenis sel yang biasanya digambarkan sebagai jumlah tiap jenis
ditemukan per rata-rata lapang pandang kuat. Jumlah silinder biasanya
dilaporkan sebagai jumlah tiap jenis yang ditemukan per lapang
pandang lemah (Ihsan, 2010).
d. Interpretasi Hasil
Normal
++
+++
++++
B. Kerangka Pemikiran
commit to user
xxxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BPH
Volume prostat
Obstruksi uretra
pars prostatica
Retensi
urine
Infeksi
saluran
kemih
Tekanan
intravesical
Kateterisasi
Urolithiasis
Iritasi kandung
kemih
Leukosituria
Leukimia
Keterangan :
Stres
Trauma
Febris
Dehidrasi
: diteliti
: tidak diteliti
?
commit to user
xxxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Hipotesis
Terdapat korelasi antara kejadian leukosituria dan volume prostat
penderita pembesaran prostat jinak pada pemeriksaan ultrasonografi.
commit to user
xxxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat observasional analitik retrospektif dengan
pendekatan rancangan cross sectional menggunakan data dari rekam
medik.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi
2. Sampel
commit to user
xxxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang dipakai adalah total sampling
dengan kriteria:
1. Inklusi :
a. Pasien berusia 50 tahun atau lebih.
b. Pasien yang diagnosis penyakitnya adalah BPH berdasarkan hasil
pemeriksaan Patologi Anatomi (PA).
c. Pasien yang dilakukan pemeriksaan USG urologi sekaligus
pemeriksaan urine antara bulan Januari 2008 sampai Juni 2010.
d. Pasien yang dilakukan pemeriksaan USG urologi oleh salah seorang
ahli radiologi dengan teknik TAUS.
e. Pasien BPH yang telah dilakukan pemasangan kateter.
2. Eksklusi :
a. Semua yang dilakukan pemeriksaan radiologi selain USG urologi
atau yang dilakukan pemeriksaan USG tanpa pemeriksaan urine.
b. Semua yang dilakukan pemeriksaan USG urologi dengan diagnosis
selain BPH.
c. Penderita leukosituria yang disebabkan antara lain: batu saluran
kemih, trauma saluran kemih selain karena pemasangan kateter,
febris, dehidrasi, dan leukemia.
E. Alur Penelitian
commit to user
xxxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Populasi
Sampel
Pemeriksaan USG
Pemeriksaan urine
Volume Prostat
Leukosit urine
Uji Korelasi
Spearman
Data
Data
Analisis Data
2. Variabel terikat
: Leukosit urine
3. Variabel luar
to user
a. Dapat dikendalikancommit
:
xxxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Klasifikasi II
Klasifikasi III
Klasifikasi IV
Klasifikasi V
Cara pengukuran
Skala
: Ordinal
2. Variabel terikat
commiturine
to user
: Leukosit
xxxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Klasifikasi II
Klasifikasi III
Klasifikasi IV
Klasifikasi V
Cara pengukuran
: Pemeriksaan laboratorium
Skala
: Ordinal
3. Variabel luar
commit to user
xl
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
I. Cara Kerja
1. Tahap Persiapan
Mengumpulkan data pasien BPH yang telah melakukan pemeriksaan
USG urologi dan pemeriksaan urine.
Lembar data penelitian terlampir.
2. Tahap Pelaksanaan
Tabulasi data yang didapat dari rekam medik.
3. Tahap Akhir
Analisis data-data yang diperoleh baik dari hasil pemeriksaan USG
urologi maupun dari rekam medis hasil pemeriksaan urine.
commit to user
xli
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xlii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara leukosituria dengan
volume prostat penderita BPH, telah dilakukan penelitian antara bulan
Mei
sampai September 2010. Jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi sebanyak 28 sampel.
Distribusi umur subjek penelitian:
14
Jumlah Sampel
12
10
I = 50-59 tahun
II = >59-69 tahun
4
2
0
I
II
III
IV
Umur
commit32,14%
to user(9 orang), kelompok umur 50-59
kelompok umur >59-69 tahun sebesar
xliii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tahun sebesar 14,29% (4 orang), dan kelompok umur >79-89 tahun sebesar
10,71% (3 orang).
14
Jumlah Sampel
12
I = sampai 20,00 mL
10
II = >20,00-40,00 mL
III = >40,00-60,00 mL
IV = >60,00-80,00 mL
V = >80,00 mL
2
0
I
II
III
IV
commit to user
xliv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
7
sampai 20,00 mL
Jumlah Sampel
>20,00-40,00 mL
>40,00-60,00 mL
>60,00-80,00 mL
>80 mL
2
1
0
50-59
>59-69
>69-79
>79-89
Umur (tahun)
Diagram 3. Distribusi Volume Prostat Berdasarkan Umur
commit to user
xlv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jumlah Sampel
10
I = 0-4/LPB
II = >4-20/LPB
III = >20-50/LPB
IV = >50-100/LPB
V = > 100/LPB
2
0
I
II
III
IV
Kelompok Leukosituria
commit to user
xlvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
32,14%
19
67,86%
Dengan
Leukosituria
Tanpa
Leukosituria
xlvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
semakin kuat hubungan antara dua variabel. Di bawah ini adalah tabel pedoman
klasifikasi koefisien korelasi menurut ukuran yang konservatif beserta maknanya:
Tabel 1. Klasifikasi dan Interpretasi Koefisien Korelasi
r
Interpretasi
0,000-0,200
0,200-0,400
Rendah
0,400-0,600
Sedang
0,600-0,800
Kuat
0,800-1,000
Sangat kuat
Sumber: Hadi (1995)
commit to user
xlviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
PEMBAHASAN
xlix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Banyaknya penyebab leukosituria yang tidak berhubungan dengan gejalagejala gangguan di saluran kemih. Leukosituria dapat dijumpai pada pasien
yang melakukan aktivitas berlebihan sebelum pemeriksaan, febris, dehidrasi,
dan stres (Ihsan, 2010). Ada kemungkinan pada penderita BPH juga terdapat
faktor lain yang menyebabkan terjadinya leukosituria, di mana faktor lain ini
tidak terdeteksi pada saat dilakukan penegakan diagnosis sehingga tidak
tercantum di rekam medis.
4. Pasien yang tidak ditemukan leukosituria kemungkinan telah menjalani terapi
antibiotik sehingga jumlah leukosit urine kembali normal.
Kelemahan penelitian ini adalah jumlah sampel terlalu sedikit jika
dibandingkan dengan jumlah pasien BPH di rumah sakit. Sampel berjumlah 28
orang yang diambil dari pasien yang diperiksa di RSUD dr. Moewardi. RSUD dr.
Moewardi sering digunakan sebagai tempat rujukan sehingga kasus BPH yang
ditangani di rumah sakit ini mungkin berbeda dengan kasus BPH yang terjadi di
fasilitas-fasilitas kesehatan yang lain. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat
digunakan di RSUD dr. Moewardi dan rumah sakit-rumah sakit lain yang sejenis
namun belum tentu mewakili gambaran kasus di masyarakat karena variasi kasus
BPH di masyarakat akan lebih besar jika dibandingkan dengan variasi kasus yang
masuk ke rumah sakit tertentu. Hasil penelitian akan lebih mewakili gambaran
kasus BPH di masyarakat jika sampel diambil tidak hanya dari satu rumah sakit
tertentu tetapi dari berbagai jenis fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
commit to user
li
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian mengenai korelasi kejadian leukosituria dengan
volume prostat penderita BPH pada pada pemeriksaan USG di RSUD dr.
Moewardi Surakarta, didapatkan data 67,86% pasien BPH mengalami
leukosituria. Melalui analisis data ordinal didapat koefisien korelasi 0,248
lebih kecil dari r tabel dan taraf signifikan 0,204 lebih besar dari 0,05 sehingga
secara statistik tidak ada korelasi yang signifikan antara kejadian leukosituria
dengan volume prostat penderita BPH. Dengan demikian hipotesis terdapat
korelasi antara kejadian leukosituria dan volume prostat penderita pembesaran
prostat jinak pada pemeriksaan ultrasonografi tidak terbukti.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai korelasi antara kejadian
leukosituria dan volume prostat penderita BPH yang secara teori memiliki
hubungan namun berdasarkan hasil penelitian ini tidak terbukti memiliki
hubungan. Penelitian sebaiknya dilakukan dengan jumlah sampel yang
lebih besar dan berasal dari berbagai jenis fasilitas kesehatan sehingga data
yang diperoleh dapat digeneralisasikan ke populasi yang lebih besar.
2. Sebaiknya dibuat suatu prosedur tetap mengenai teknik pemeriksaan USG
untuk meminimalisir bias yang terjadi akibat penggunaan USG oleh
operator yang berbeda. Salah satu manfaat prosedur tetap ini adalah jika
commit to user
lii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
urine
menggunakan
analisis
mikroskopik
memiliki
commit to user
liii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Argie D. 2008. Pembesaran Prostat Jinak (Benign Prostate Hyperplasia).
http://argie-health.blogspot.com/ (10 maret 2010).
Asari M., Alif S., Santoso A., Widodo J.P. 2008. Hubungan antara derajat
intravesical prostatic protrussion dengan Q max, volume prostat, dan
international prostate symptom score pada pasien BPH dengan LUTS
tanpa komplikasi. Disertasi.
Bapat S.S., Purnapatre S.S., Pai K.V., Yadav P., Padhye A., Bodhe Y.G. 2006.
Does estimation of prostate volume by abdominal ultrasonography vary
with bladder volumee: A prospective study with transrectal
ultrasonography as a reference. Indian J Urol. 22: 322-5.
Boer A. 2005. Ultrasonografi. Dalam: Iwan E. (ed). Radiologi Diagnostik. Edisi 2.
Jakarta: Gaya Baru, p: 453-7.
Chung H.F., de Vries S.H., Raaijmakers R., Postma R., Bosch J.L.H.R., van
Mastrigt R. 2004. Prostate volume ultrasonography: The influence of
transabdominal versus transrectal approach, device type and operator. Eur
Urol. 46(3): 352-6.
Citra B.D. 2009. Benign Prostate Hyperplasia (BPH). http://www.Files-ofDrsMed.tk (31 Maret 2010).
Dorland W.A.N. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC, pp: 1201,
2412.
Dwindra M., Israr Y.A. 2008. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)/ Pembesaran
Prostat
Jinak
(PPJ).
http://yayanakhyar.wordpress.com/2008/04/25/benign-prostatichyperplasia-bph-pembesaran-prostat-jinak-ppj/ (10 Maret 2010).
Effendi I., Markum H.M.S. 2006. Pemeriksaan Penunjang pada Penyakit Ginjal.
Dalam: A. W. Sudoyo, dkk (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4.
Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, p: 506.
Goyal R., Dubey D., Mandhani A., Srivastava A., Kapoor R., Kumar A. 2006.
Uroflowmetry, trans rectal ultra sonography and power doppler to develop
a less invasive bladder outlet obstruction score in benign prostatic
hyperplasia: A prospective analysis. Indian J Urol. 22: 125-9.
Hadi S., 1995. Metodologi Research Jilid 3. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset, p:
commit to user
275.
liv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2010.
Urinalisis
2
(Analisis
Mikroskopik).
http://labkesehatan.blogspot.com/2010/02/urinalisis-2-analisismikroskopik.html (9 Maret 2010).
2010.
Benign
Prostatic
Hyperplasia.
http://www.irwanashari.com/2009/12/benign-prostatic-hyperplasia.html
(31 Maret 2010).
lv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nickel J.C. 2008. Inflammation and benign prostatic hyperplasia. Urol Clin North
Am. 35(1): 10915.
Patel P.R. 2007. Lecture Notes: Radiologi. Edisi kedua. Surabaya: Erlangga, pp :
7, 189.
Peterson A.C. 2008. Urologic Imaging Without X-rays - Ultrasonography, MRI,
and Nuclear Medicine. http://emedicine.medscape.com/article/455553overview (15 April 2010).
Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC, p: 705.
Sjamsuhidajat R. (ed). 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC, pp: 782-5.
Soetapa H., Djatisoesanto W., Soebadi D.M. 2006. Pengukuran volume prostat
pasien BPH menggunakan colok dubur dan USG transrektal dengan
operator yang sama dibandingkan dengan pengukuran volume prostat
menggunakan TAUS dengan operator yang berbeda. JURI. 14: 34-9.
Sugandh S. 2008. Transrectal Ultrasonography (TRUS) of the Prostate.
http://emedicine.medscape.com/article/457757-overview (15 April 2010).
Tang J., Yang J.C. 2009. Etiopathogenesis of benign prostatic hyperplasia. Indian
J Urol. 25(3): 312-7.
Wilson L.M., Hillegas K.B. 2005. Gangguan Sistem Reproduksi Laki-Laki.
Dalam: S. A. Price dan L. M. Wilson (eds). Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa: Brahm U. Pendit, dkk. Jakarta:
EGC, p: 1320.
Wirawan R., Immanuel S., Dharma S. 2008. Makroskopik Mikroskopik Urin:
Penilaian
Hasil
Pemeriksaan
Urin.
http://tasklist.blogspot.com/2008/11/makroskopik-mikroskopik-urin.html (9 Maret
2010).
Young J.L, Soper D.E. 2001. Urinalysis and urinary tract infection: update for
clinicians. Infect Dis Obstet Gynecol. 9:24955.
commit to user
lvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
lvii