ARTIKEL
Oleh :
MEGA YULIA
09 212 13 037
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2011
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Schizophrenia termasuk penyakit otak yang serius dengan gejala yang
beragam,
diantaranya
ketidakmampuan
dalam
berkomunikasi,
kognitif,
postur yang tidak stabil (Kruger, 2003). Gejala ini biasa timbul dalam satu bulan
terapi awal (Olson, 1993; Martindale 38, 2008).
Berdasarkan pemakaian obat antipsikotik dalam jangka waktu yang lama,
maka perlu dilakukan penelitian tentang kemungkinan terjadinya gangguan
motorik pada pasien dengan melihat aktivitas motoriknya. Penelitian ini hanya
dibatasi untuk melihat efek sindrom parkinson yang merupakan efek samping
dari pemakaian obat antipsikotik.
Tujuan Penelitian
Mengetahui
menimbulkan
efek
pengaruh
sindrom
penggunaan
parkinson
obat-obat
pada
pasien
antipsikotik
yang
schizophrenia
di
RSJ.PROF.HB.SAANIN Padang.
Data kuantitatif
Meliputi persentase jenis obat antipsikotik yang digunakan. Persentase
jumlah pasien yang menjalani terapi schizophrenia berdasarkan jenis kelamin,
rentang umur, diagnosa penyakit dan riwayat penyakit keluarga.
Sumber Data
Sumber data meliputi rekam medik pasien yang menjalani terapi obat
antipsikotik dengan masa rawatan lebih dari 1 bulan, melihat langsung kondisi
pasien, serta wawancara dengan tenaga kesehatan lain yang ada di bangsal rawat
inap RSJ.PROF.HB.SAANIN Padang.
Penetapan Obat yang Akan Dievaluasi
Obat yang akan dievaluasi adalah obat-obat antipsikotik yang digunakan
selama menjalani terapi schizophrenia. Obat-obat antipsikotik yang digunakan
dapat menimbulkan efek samping yang merugikan bagi pasien yaitu adanya
gangguan motorik sindrom parkinson.
Penetapan Sampel yang Akan Dievaluasi
Sampel yang dipilih adalah pasien yang menjalani terapi schizophrenia
lebih dari 1 bulan dengan menggunakan obat antipsikotik di bangsal rawat inap
RSJ.PROF.HB.SAANIN selama bulan April-Juli 2011.
Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan pencatatan rekam medik di bangsal rawat
inap di RSJ.PROF.HB.SAANIN Padang meliputi data kualitatif dan kuantitatif
serta kelengkapan data pasien (seperti umur, jenis kelamin, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit sebelumnya, riwayat penyakit keluarga, tindakan
terapi terhadap penyakit schizophrenia. Data yang diambil dipindahkan ke
o Pria
Usia 15 s/d 25 tahun 16,23% (25 pasien); usia 26 s/d 35 tahun
26,62% (41 pasien); usia 36 s/d 45 tahun 18,83% (29 pasien); usia 46
s/d 55 tahun 5,84% (9 pasien); usia > 55 tahun 2,59% (4 pasien).
Wanita
Usia 15 s/d 25 tahun 5,19% (8 pasien); usia 26 s/d 35 tahun 8,44%
(13 pasien); usia 36 s/d 45 tahun 7,79% (12 pasien); usia 46 s/d 55
tahun 6,49% (10 pasien); usia > 55 tahun 1,95% (3 pasien).
Persentase pasien schizophrenia berdasarkan jenis penyakit antara lain
o Pria
Gangguan jiwa yang paling banyak diderita pasien rawat inap pria
adalah schizophrenia paranoid 38,96% (60 pasien); GAB (Gangguan
Afekif Bipolar) tipe manik dengan gejala psikosis 12,34% (19
pasien); schizophrenia residual 5,84% (9 pasien); GAB tipe depresi
dengan gejala psikosis 5,19% (8 pasien) dan schizophrenia ytt 2,59%
(4 pasien).
o Wanita
Gangguan jiwa yang paling banyak diderita pasien rawat inap wanita
adalah schizophrenia paranoid 9,74% (15 pasien); GAB tipe depresi
dengan gejala psikosis 6,49% (10 pasien); GAB tipe manik dengan
gejala psikosis 5,84% (9 pasien), schizophrenia residual 3,25% (5
pasien); dan schizophrenia ytt 1,95 % (3 pasien).
pasien
schizophrenia
berdasarkan
penyebab
terjadinya
Sindrom
parkinson tahap II antara lain pria 7,79 % (12 pasien) dan wanita 1,95 %
(3 pasien).
Pembahasan
Penelitian ini dilakukan pada lima bangsal di RSJ.Pof.HB.Saanin Padang
yaitu bangsal Merpati, Gelatik, Flamboyan, Melati dan Cendrawasih yang
diperoleh data bahwa persentase pasien schizophrenia berdasarkan jenis kelamin
(n=154) adalah pria 70,13 % (108 pasien) dan wanita 29,87 % (46 pasien).
Prevalensi pria dan wanita adalah sama, tetapi onset penyakitnya lebih awal pada
pria (Fatemi, 2009). Hal ini dapat disebabkan diantaranya karena adanya efek
neuroprotektif dari hormon pada wanita dan kecenderungan yang lebih besar
mendapatkan trauma kepala pada pria (Seeman, 2004; Lalloo, 2003). Beberapa
penelitian telah menyatakan bahwa pria akan lebih mungkin daripada wanita
untuk mengalami gangguan gejala negatif dan wanita lebih mungkin untuk
memiliki fungsi sosial yang lebih baik dari pria (Kaplan, 1997). Pada umumnya
hasil akhir untuk pasien schizophrenia wanita lebih baik daripada hasil akhir
pasien pria (Kaplan, 1997). Ini kemungkinan salah satu penyebab pasien yang
dirawat lebih banyak yang pria dibandingkan wanita. Hasil penelitian ini senada
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurihara et al, 2006 yang menemukan
bahwa dari 39 pasien schizophrenia, 25 diantaranya adalah pria dan 14 lainnya
wanita.
Kelompok pasien berdasarkan rentang umur diperoleh data untuk pasien
pria, persentase pria berusia 15-25 tahun adalah 16,23 % (25 pasien); usia 26-35
tahun 26,62 % (41 pasien); usia 36-45 tahun 18,83 % (29 pasien); usia 46-55
tahun 5,84 % (9 pasien); 56 tahun 2,59 % (4 pasien). Untuk pasien wanita,
persentase wanita berusia 15-25 tahun adalah 5,19 % (8 pasien); usia 26-35 tahun
8,44 % (13 pasien); usia 36-45 tahun 7,79 % (12 pasien); usia 46-55 tahun 6,49 %
(10 pasien); 56 tahun 1,95 % (3 pasien). Persentase ini diperoleh dari populasi
keseluruhan pasien schizophrenia yang ada di bangsal rawat inap yaitu 154
pasien. Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa rentang umur 26-35
tahun dan 36-45 tahun merupakan 2 rentang umur yang terbanyak dirawat di
rumah sakit baik untuk pasien pria maupun pasien wanita.
dikarenakan pada ke-2 rentang umur tersebut manusia memiliki beban hidup yang
lebih berat dbandingkan dengan rentang umur lainnya sehingga menyebabkan
stres. Stres pada rentang umur 26-35 tahun dan 36-45 tahun disebabkan masalahmasalah yang lebih kompleks, mencangkup mulai masalah dengan pacar, teman
kerja, pekerjaan yang terlalu berat, ekonomi bahkan masalah keluarga yang juga
kompleks (Michael et al, 2000). Telah banyak penelitian yang menyebutkan
adanya hubungan yang nyata antara schizophrenia dengan stres. Dimana teori
diatesis stres menyebutkan seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik
(diatesis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan
stres memungkinkan perkembangan gejala schizophrenia (Kaplan, 1997). Stres
10
11
wanita) berpotensi mengalami masalah dalam terapinya karena gejala yang sudah
lama, pada studi prospektif menunjukan tidak responsifnya pasien terhadap obat
antipsikotik (Bottlender et al, 2003; Harrigan, 2003).
Hormon wanita yang berperan sebagai neuroprotektif adalah estrogen.
Bukti ekperimental menyebutkan bahwa peranan estrogen, terutama estradiol pada
perempuan relatif pada gejala psikose. Gejala psikose ini cenderung timbul pada
masa remaja yang umumnya terkait masalah-masalah sosial, sehingga dengan
adanya
estrogen
pada
wanita
dapat
menunda
onset
prepsikotik
dan
tingkat estrogen telah tiba-tiba jatuh. Di samping itu, gejala psikotik dapat
diperburuk ketika tingkat estrogen pada titik terendah selama siklus menstruasi,
dan pengobatan estrogen telah terbukti untuk menghasilkan beberapa efek
menguntungkan pada pasien dengan schizophrenia. Penyakit schizophrenia ini
mungkin saja disebabkan karena neuron gagal untuk tumbuh berkembang, untuk
membuat koneksi sinaptik yang tepat dengan neuron lain. Seperti disebutkan pada
12
Sehingga wanita akan menunjukan gejala psikose yang lebih parah pada rentang
umur yang lebih tua, alasan inilah yang menyebaban pasien wanita diatas usia >
35 tahun lebih banyak dari pada pasien pria. Singkatnya, pada schizophrenia,
kehadiran estrogen pada periode waktu yang penting tampaknya memberikan
keuntungan yang hilang pada penarikan estrogen (Seeman, 1997).
Pada rentang usia 26-35 tahun dan 36-45 tahun merupakan jumlah pasien
yang banyak dirawat. Jumlah pasien pria masih mendominasi pada rentang usia
ini yang menunjukan onset pria lebih cepat daripada wanita. Hal tersebut dapat
dikarenakan efek neuroprotektif hormon wanita yang telah dijelaskan sebelumnya.
Sedangkan setelah umur 35 tahun pasien schizophrenia 50% adalah wanita
(Castle, 2000). Hal ini dapat juga ditunjukan oleh hasil penelitian kali ini dimana
pada rentang usia > 45 tahun, jumlah pasien wanita lebih mendominasi, dengan
persentase hampir 2 x pasien pria. Untuk lebih memudahkan analisis data, dapat
dilihat pada tabel dan diagram dibawah.
Tabel. Perbandingan pasien berdasarkan jenis kelamin dan rentang umur
Rentang umur pria wanita % pria % wanita
16-25
25
8
23,15
17,39
26-35
41
13
37,96
28,26
36-45
29
12
26,85
26,09
46-55
9
10
8,33
21,74
56
4
3
3,7
6,52
Total
108
46
100
100
13
= Pria
= Wanita
14
Ini dapat
disimpulkan bahwa hampir setengah dari pasien rawat inap di RSJ Prof. HB
Saanin Padang didiagnosa menderita schizophrneia paranoid. Hal ini senada
dengan penelitian yang dilakukan Torret, 1981 bahwa schizophrenia paranoid
meningkat frekuensinya pada abad ini (Torrey, 1981).
Subtipe schizophrenia yang kedua terbanyak pada pasien rawat inap
RSJ.Prof. HB Saanin adalah schizophrenia residual yaitu 5,84 % pasien pria dan
3,25 % pasien wanita, persentase diperoleh dari keseluruhan populasi. Menurut
DSM IV, tipe residual ditandai oleh bukti-bukti yang terus menerus adanya
gangguan, tanpa adanya kumpulan lengkap gejala aktif seperti delusi, penarikan
diri dari lingkungan sosial, ketidakaktifan dan flat afek (Azizi, 2008). Untuk
schizophrenia katatonik hanya dijumpai 1 pasien pria dan tidak ada pada pasien
wanita. Hal ini senada dengan penelitian Barlow, 2002 yang menyebutkan bahwa
schizophrenia tipe katatonik jarang ditemukan, dan juga peluang kesuksesan
dengan terapi antipsikotik yang sedikit. Pada tipe ini pasien menunjukan jenis
tingkah laku tertentu yang kacau, kekakuan dan agitasi.
terkadang menunjukan sikap yang aneh pada tubuh dan wajahnya, seperti
menyeringai. Pasien yang tidak bisa dikelompokkan ke dalam salah satu tipe
DSM IV dikelompokkan sebagai tipe yang tak tergolongkan (Kaplan, 1997).
Obat antipsikotik dikelompokkan menjadi obat antipsikotik golongan
pertama/tipikal dan golongan kedua atau atipikal yang meliputi banyak obat pada
15
Sindrom
parkinson bersifat reversible, dapat hilang bila obat dihentikan atau dikurangi
dosisnya, dan terkadang dapat muncul kembali jika terapi dilanjutkan (Martindale
35, 2008). Selain indikasi sebagai obat antipsikotik, CPZ juga dapat memperkuat
16
efek analgetik, sehingga membuat pasien lebih acuh tak acuh pada rasa nyeri
(Tjay, 2002).
Haloperidol
merupakan
derivat
butirofenon
termasuk antipsikotik
17
dibandingkan dengan olanzapin dan clozapin dengan harga yang lebih mahal.
Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Lindner et al, 2009 yang
melakukan penelitian cost-effective obat antipsikotik pada tahun 2006 dengan
model Markov di Brazil menyatakan bahwa terapi dengan menggunakan
risperidon dan haloperidol menunjukan lebih cost-effective dibandingkan dengan
olanzapin dan clozapin (Lindner et al, 2009). Disamping menimbang aspek costeffective, aspek keamanan obat seharusnya juga menjadi pertimbangan yang
penting. Mengingat obat antispikotik digunakan dalam jangka waktu yang lama.
Selain obat antipsikotik, pasien schizophrenia di RSJ Prof. HB Saanin
Padang juga diberikan adjunctive drug. Adapun Adjunctive drug yang banyak
diberikan di RSJ Prof. HB. Saanin Padang adalah THP, selain itu juga diberikan
AMT, DZP, dan carbamazepine. Adjunctive drug digunakan untuk mengurangi
efek samping dari pemakaian antipsikotik.
18
Penggunaannya tidak
19
Triptofan berlebih
mendorong terbentuknya
zat halusinogen
Dirombak dengan MAO
ya
niasiamida
Niasiamida + Vit.C
20
kainik pada otak mamalia dan memiliki aktivitas agonis terhadap reseptor
tersebut. Sejak asam kainik diketahui memiliki potensi sebagai neurotoxin maka
folat mulai diberikan (Dogan et al, 2008).
Dari hasil penelitian untuk masing-masing obat yang diberikan pada
pasien pria dan wanita di RSJ Prof. HB. Saanin Padang tidak ada perbedaan dosis
yang diberikan. Namun pada sebuah jurnal dinyatakan bahwa adanya perbedaan
profil farmakokinetik dan farmakodinamik obat antipsikotik antara pria dan
wanita, sebagian obat pada wanita diberikan pada dosis yang lebih rendah untuk
menjaganya tetap baik, karena sebagian dari efek samping yang serius ditemukan
lebih banyak pada wanita dibanding pria.
memiliki rata-rata 25% atau lebih jaringan adipose jika dibanding pria, dan semua
obat antipsikotik bersifat lipofil sehingga menyebabkan akumulasi obat di lipid
(Beierle, 1999). Obat yang bersifat lipofil seperti chlorpromazine, haloperidol,
risperidon, dll (PIO, 2009). Perbandingan jaringan adipose pada wanita muda
rata-rata 33% hingga 48% pada wanita dewasa (kontras dengan pria yang
memiliki jaringan adipose hanya 18% pada pria muda dan 36% pada pria dewasa
(Seeman, 2004). Hal ini tentu dapat menyebabkan perpanjangan dari waktu paruh
antipsikotik di tubuh sehingga terjadi akumulasi. Setelah kadar puncak terapi
tercapai, maka interval dosis pada wanita harus dijarakkan lebih lama dari pria.
Sehingga karena alasan tersebut maka pasien wanita dianjurkan untuk
mendapatkan dosis yang lebih kecil untuk mencegah terjadinya efek samping
yang tidak diinginkan (Seeman, 2004).
Pada penelitian ini juga didapatkan data bahwa penyebab schizophrenia
dari 154 pasien yang dirawat adalah 76,62 % disebabkan oleh faktor lain-lain (118
21
pasien) dan 23,38 % (36 pasien) diantaranya disebabkan karena faktor keturunan.
Persentase terbanyak disebabkan oleh faktor lain-lain, umumnya karena stres, baik
stres kehilangan orang yang disayangi (ibu meningal), masalah dengan teman,
putus pacar dan akibat kecanduan napza (narkotika, psikotropika dan zat adiktif).
Masalah-masalah sosial yang dapat menyebabkan stres dapat memicu
pensekresian neurotransmiter glutamat di daerah prefrontal kortek dan dopamin
pada sistem limbik (Savioli, 2009). Kelebihan dopamin di daerah sistem limbik
akan menyebabkan timbulnya gejala positif, dan kekurangannya di daerah
prefrontal otak akan menyebabkan timbulnya gejala negatif (McCloughen, 2003),
sehingga terjadi schizophrenia. Untuk napza yang merupakan zat-zat kimiawi
yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia, baik ditelan melalui mulut, dihirup
melalui hidung maupun disuntikkan ke dalam darah dapat mengubah pikiran,
suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Pemakaian yang terus
menerus akan mengakibatkan ketergantungan fisik dan/atau psikologis. Risiko
yang pasti terjadi adalah kerusakan pada sistem syaraf dan organ-organ penting
lainnya seperti jantung, paru-paru, dan hati (anonim, 2011). Penyalahgunaan
napza seperti narkoba dalam jangka panjang berpotensi mengubah keseimbangan
neurotransmitter. Hal ini dikarenakan narkoba sering dipakai pada saat seseorang
sedih mengingat zat yang terkandung didalamnya dapat menstimulasi perasaan
gembira yang sebenarnya semu. Orang yang kecanduan narkoba berarti siklus
gembira dan sedih yang terus bergantian yang lama-kelamaan ketidakseimbangan
tersebut bisa menetap (Patu, 2011). Sedangkan sisanya, 23,38 % (36 pasien)
disebabkan karena faktor keturunan baik dari ayah, ibu, saudara ayah dan ibu,
saudara pasien, kakek dan /nenek, data dapat dilihat pada Lampiran 5, Tabel V,
22
Diagram II. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan Fatemi et al, 2009
dari studi pembuktian genetik menunjukan adanya pengaruh faktor keturunan
sebagai penyebab terjadinya penyakit pada pasien schizophrenia.
Fatemi
23
wanita memiliki jaringan adipose yang lebih banyak dari pada pria. Perbandingan
jaringan adipose antara wanita dewasa dan pria dewasa adalah 48% : 36%. Hal
ini perlu menjadi perhatian karena semua obat antipsikotik bersifat lipofil,
sehingga ditakutkan terjadinya akumulasi atau penumpukan obat di tubuh.
Namun pada penelitian ini hasil yang didapatkan berbeda dengan hasil penelitian
Seeman, 2004. Beberapa alasan dapat dikemukakan, diantaranya karena pasien
wanita yang dirawat di RSJ. Prof. HB. Saanin Padang tidak ada yang mengalami
obesitas. Rata-rata pasien kurus dengan sedikit jaringan adipose. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa untuk terjadinya efek samping antipsikotik, potensinya sama
antara pria dan wanita. Hal lain yang mungkin dapat mempengaruhi terjadinya
efek samping pemakaian obat antipsikotik adalah karena wanita lebih patuh untuk
teratur minum obat dan bisa merawat dirinya sendiri dibandingkan pria (Kaplan,
1997). Faktor merokok mungkin dapat pula dijadikan salah satu faktor penyebab
timbulnya efek samping, dimana pada umumnya semua pasien pria yang dirawat
di bangsal rawat inap RSJ Prof. HB. Saanin Padang merupakan perokok aktif.
Rokok dapat mempengaruhi keterlangsungan biotransformasi obat, dimana
biotransformasi lebih cepat pada orang yang banyak merokok karena adanya
induksi enzim seperti yang terjadi pada diazepam (Tjay, 2002).
Kombinasi obat yang digunakan untuk masing-masing pasien berbedabeda, namun dapat disimpulkan dari lembaran pengumpul data bahwa obat yang
sering digunakan adalah CPZ dan HLP atau kombinasi CPZ-HLP-THP. CPZ dan
HLP sering digunakan selain karena efektif dalam mengatasi sindrom positif
harga obat ini juga relatif lebih murah dibandingkan dengan obat antipsikotik lain
seperti risperidon, olanzapin dan clozapin. Namun CPZ-HLP yang digunakan
24
terutama
antipsikotik
tipikal.
Satu-satunya
obat
golongan
25
Pemberian antikolinergik
golongan ini secara rutin pada pemberian neuroleptik tidak dibenarkan, antara lain
disebabkan kemungkinan timbulya akinesia.
26
27
diketahui secara lebih jelas hubungan obat dengan terjadinya efek samping
sindrom parkinson.
DAFTAR PUSTAKA
Agarwal, A., Ranjan, R., Dhiraaj, S., Lakra, A., Kumar, M., 2005, Acupressure
for prevention of pre-operative anxiety: a prospective, randomized,
placebo control study, Anesthesia.
Andri, 2008, Kongres Nasional Skizofrenia V Closing The Treatment for
Schizophrenia, Diakses 19 April 2011 dari www.kabarindoneisa.com.
Anonim, 2000, Practice parameter for the assessment and treatment of children
and adolescent with schizophrenia, Diakses tanggal 10 Januari 2011 dari
www.aacap.org.
Anonim, 2009, Gejala Ekstrapiramidal, Diakses 15 Januari 2011 dari
http://medicafarma.com.
Anonim, 2011, The American Psychiatric Publishing Textbook of
Psychopharmacology
4th Edition, Diakses 15 Januari 2011 dari
psychiatry online.
Azizi, Y & Yen, G.S., 2008, Schizophrenia : the most serious of psychotic
Disorders.
Barlow, D. H. & Durand, V. M., 2002, Abnormal Psychology - An Integrative
Approach, U.S.A.: Wadsworth Group.
Beierle, I., Meibohm, B., Derendorf, H., 1999., Gender differences in
pharmacokinetics and pharmacodynamics, Int J Clin Pharmacol Ther.
Bertolote, J. M., 1992, Schizophreia Information for Families initiative of support
to people disable by mental illness, Divition of Mental Health World
Health Organization, WHO : Geneva.
Bottlender, R., Sato, T., Jager, M., Wegener, U., Wittmann, J., Strauss, A.,
Moller, H.J., 2003, The impact of the duration of untreated psychosis
prior to first psychiatric admission on the 15-year outcome in
schizophrenia, Schizophr Res.
British Medical Association, 2004, British National Formulary 47, Royal
Pharmaceutical Society of Great Britain, Germany.
Castle, D.J., 2000, Epidemiology of women and schizophrenia, in Women and
Schizophrenia, Edited by Castle DJ, McGrath J, Kulkarni J. Cambridge,
UK, Cambridge University Press.
Davison, G.C., Neale, J.M., 1994, Abnormal Psychology, New York, John Wiley
& Son Inc.
Depkes RI Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2009,
Pelayanan Informasi Obat, Jakarta, www.depkes.go.id.
Diaz, F.J., James, D., Botts, S., Maw, L., Susce, M.T., & deLeon, J. 2009.
Tobacco smoking behaviors in bipolar disorder: A comparison of the
general population, schizophrenia, and major depression. Bipolar
Disorders, 11, 154-165.
28
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke,G.R., Wells, B.G & Posey, L.M.,
2009, Pharmacotherapy A pathophysiological approach seventh edition,
United States: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Dogan, M., Ozdemir, O., Sal, E.A., Dogan, S.Z., Ozdemir, P., Cesur, Y., Caksen,
H., 2008, Psychotic Disorder and Extrapyramidal Symptoms Associated
with Vitamin B12 and Folate Deficiency, Oxford University Press.
Ekowati, H., Adi, P.T., Trisnowati and Rahardjo, B., 2006, Pengaruh visitasi
farmasis terhadap potensi interaksi obat pada pasien lanjut usia rawat inap
di Bangsal Dahlia RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo, Majalah Farmasi
Indonesia, 17(4), 199 203.
Erlina, 2008, Faktor-faktor yang berperan terhadap timbulnya skizofrenia pada
pasien rawat jalan di RS Jiwa Prof. HB Saanin Padang Sumatera Barat,
Elektronik These & Dissertations Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Exner, C., Boucsein, K., Degner, D., Irle, E., Weniger, G., 2004, Impaired
emotional learning and reduced amygdala size in schizophrenia : a 3month follow-up. Schizophrenia Research 71, 493503.
Fatemi, S.H., Folsom, T.D., 2009, The Neurodevelopmental Hypothesis of
Schizophrenia, Revisited, Schizophrenia Bulletin vol.35no.3pp.528
548,2009.
FKUI, 2007, Farmakologi dan Terapi edisi 5, Jakarta : Departemen Kedokteran
Universitas Indonesia.
Gabbard, G.O., 2010, Gabbard's Treatments of Psychiatric Disorders, 4th
EditionPart IV Schizophrenia and Other Psychotic Disorders, The
American Journal of Psychiatry.
Glass, J., 2010, The Stages of Parkinsons Disease, Diakses 20 Januari 2011 dari
www.WebMD.com.
Gnl, A.S., Ser, C., Oguz, A., zesmi, C., Yilmaz, A., Yabanoglu, I., 2000, The
Effects of Olanzapine, a Novel Antipsychotic, on Auditory Event-Related
Potentials in Schizophrenia, Bulletin of Clinical Psychopharmacology,
Vol: 10.
Guyton, A.C & Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, editor bahasa
Indonesia : Irawati Setiawan edisi 9Jakarta : EGC.
Harrigan, S.M., Gorry, P.D., Krstev, H., 2003, Does treatment delay in firstepisode psychosis really matter, Psychol Med.
Harsono, 2000, Kapita Selekta Neurologi, Fakultas Kedokteran UGM. Gadjah
Mada University Press.
Hasnah, N., 2010, Studi Obat Antipsikotik Terhadap Aktivitas SGOT dan SGPT
pada Pasien Schizophrenia di RSJ. PROF.HB.SAANIN Padang, Skripsi
Sarjana Farmasi, Universitas Andalas.
Huang, J.T.J., Leweke, F.M., Oxley, D., Wang, L., Harris, N., Koethe, D., Gerth,
C.W., Nolden,B.M., Gross, S., Schreiber, N., Rees, B and Bahn, S., 2006,
Disease Biomarkers in Cerebrospinal Fluid of Patients with First-Onset
Psychosis, New England Biolabs inc.
Howes, O.D and Kapur, S., 2009, The Dopamine Hypothesis of Schizophrenia :
Version III The Final Common Pathway, Oxford University : Maryland
Psychiatric Research Center.
Ingram, I.M., Timbury, G.C., Mowbay, R.M., 1995, Catatan kuliah psikiatri edisi
6, Alih bahasa Petrus Andrianto, Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.
29
Jarbin, H., Ott, Y., Knorring, V., 2003, Adult outcome of social function in
adolescent-onset schizophrenia and affective psychosis, J Am Acad Child
Adolesc Psychiatry.
Jenning, W.M., 2003, Critical incident: idiosyncratic allergic reaction to essential
oil, Complementary therapies in nursing and midwifery.
Johns CA, Thompson JW. 1995. Adjunctive treatments in schizophrenia:
pharmacotherapies and electroconvulsive therapy. Schizophr Bull 1995;
21: 60719
Joyal, C.C., Laakso, M.P., Tiihonen, J., Syvalahti, E., Vilkman, H., 2003, The
amygdala and schizophrenia : a volumetric magnetic resonance imaging
study in firstepisode, neuroleptic-naive patients, Biological Psychiatry 54,
13021304.
Kalus, P., Slotboom. J., Gallinat. J., Wiest, R., Ozdoba, C., 2005, The amygdala in
schizophrenia : a trimodal magnetic resonance imaging study,
Neuroscience Letters 375, 151156.
Kamin, J., Manwani, S., Hughes, D., 2002, Extrapyramidal Side Effects in the
Psychiatric Emergency Service, Psychiatric Services.
Kaplan, Harold, L., Benjamin, J. S., dan Jack, A. G., 1997, Sinopsis psikiatri edisi
ketujuh, Alih bahasa oleh Widjaja Kusuma, Jakarta: Binarupa Aksara.
Kasper, D.L., Braunwald, E., Fauci, A.S., Hauser, S.L., Longo, D.L., Jameson,
J.L., 2005, HARRISONS Manual of Medicine, McGraw-Hill Medical
Publishing Division.
Kruger, R., 2003, Parkinson disease, genetic types, Departement of General
Neurology and Hertie-Institute for Clinical Brain Research, University
Tuebingen : Germany.
Kumar, S., 2004., Vitamin B12 deficiency presenting with an acute reversible
extrapyramidal syndrome, Neurol India.
Lalloo R, Sheiham, A., 2003, Risk factors for childhood major and minor head
and other injuries in a nationally representative sample, Injury 2003;
34:261266.
Lichtenberg, P., Vass, A., Ptaya, H., Edelman, S., Heresco-levy, U., 2009, Shiatsu
as an Adjuvant Therapy For Schizophrenia: An Open-Label Pilot Study.,
Alternative Therapy in Health and Medicine, ProQuest Medical Library.
Lindner, L.M., Marasciulo, A.C., Farias, M.R., Grohs, G.E.M., 2009, Economic
evaluation of antipsychotic drugs for schizophrenia treatment within the
Brazilian Healthcare System, Rev Sade Pblica.
Lllmann, H., Mohr, K., Ziegler, A., Bieger., 2000, Color Atlas of Pharmacology
2 nd edition, revised and expanded, Thieme Stuttgart, New York.
Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Warhani, W.I., Setiowulan, W., 2000,
Kapita Selekta Kedokteran ed.3, Jakarta : Media Aesculapis.
Martaniah, S, M., 1999, Hand Out Psikologi Abnormal, Yogyakarta.
Maslim, R., 2003, Diagnosa Gangguan Jiwa, Jakarta : PT.Nuh Jaya.
McCloughen, A. 2003. The association between schizophrenia and cigarette
smoking: A review of the literature and implications for mental health
nursing practice. International Journal of Mental Health Nursing, 12, 119129.
30
Michael, R., Phillips., Yongyun, L.T., Stroup, S., Xin, L., 2000, Causes of
schizophrenia reported by patients' family members in china, The British
Journal of Psychiatry 177: 20-25
Namiki, C., Hirao, K., Yamada, M., Hanakawa, T., Fukuyama, H., Hayashi, T.,
Murai, T., 2007, Impaired facial emotion recognition and reduced
amygdala volume in schizophrenia. Psychiatry Research 156, 2332.
Niu, L., Matsui, M., Zhou, S.Y., Hagino, H., Takahashi, T., Yoneyama, E., et al.,
2004, Volume reduction of the amygdala in patients with schizophrenia : a
magnetic resonance imaging study, Psychiatry Research 132, 4151.
Olson, J., 1993, Clinical Pharmacology: Made Ridiculously Simple, The
McGraw-Hill Education.
Patu, I., 2011, Menghapus Stigma Skizofrenia, diakses 19 April 2011 dari
www.CPDdokter.com.
Pirmohamed M and Park, B.K., 2001, Genetic susceptibility to adverse drug
reactions, TRENDS in Pharmacological Sciences vol 22 no 6 june 2001.
Price, S.A., Wilson, L.M., 2005, Patofisiologi : konsep klinis proses-proses
penyakit; ahli bahasa, Bram U. Pendit et al., edisi 6, Jakarta : EGC.
Saperstein, A.M., Fuller, R.L., Avila, M.T., Adami, H., McMahon, R.P., Thaker,
G.K., Gold, J.M., 2006, Spatial Working Memory as a Cognitive
Endophenotype of Schizophrenia: Assessing Risk for Pathophysiological
Dysfunction, Oxford University Press.
Savioli, W.K., 2009, The Relationship Between Perceived Stress and Smoking :
Focusing on Schizophrenia and Comparative Sub-Groups Diagnosed with
Mental Illness, Cleveland State University.
Schoenstadt, A., 2009, Extrapyramidal Symptoms, Diakses 15 Januari 2011 dari
www.schizophrenia.emedtv.com.
Seeman, M.V., 1997, Psychopathology in women and men: focus on female
hormones, Am J Psychiatry.
Seeman, M.V., 2004, Gender Differences in the Prescribing of Antipsychotic
Drugs, Am J Psychiatry 161:1324-1333.
Siever, L.J., Davis, K.L., 2004, The Pathophysiology of Schizophrenia Disorders:
Perspectives From the Spectrum, Am J Psychiatry 161:3
http://ajp.psychiatryonline.org.
Sinaga dan Rudyanto, B., 2007, Skizofrenia dan Diagnosa Banding, Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Siregar, C.J.P dan Kumolosasi, E., 2005, Farmasi Klinik Teori dan Terapan,
Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Smith, M., Larson, H., Kemp, G., Jaffe, J and Segal, J., Schizophrenia Treatment
: Diagnosis, Treatments, Medication and Therapy, 2011, Diakses 15
Januari 2011 dari www.helpguide.org.
Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I., Adnyana,K., Setiadi, A.P and
Kusnandar, 2008, ISO FARMAKOTERAPI, ISFI Penerbitan : Jakarta.
Szasz, T., 2007,
Essence or Existence: The Problem of PsychiatrySchizophrenia,
Diakses
3
Maret
2011
dari
www.szasz.com/schizophrenia1.pdf.
Tjay, T. H dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting, Elex Media Komputindo
Gramedia, Jakarta.
31
Tenback, D.E., Harten, P.N., Slooff, M.D., Os,J.V, and SOHO Study Group,
2006, Evidence That Early Extrapyramidal Symptoms Predict Later
Tardive Dyskinesia: A Prospective Analysis of 10,000 Patients in the
European Schizophrenia Outpatient Health Outcomes (SOHO) Study, The
American Psychiatry.
Tomasino, B., Bellani, M., Perlini, C., Rambaldelli, G., Cerini, R., 2011, Altered
microstructure integrity of the amygdale in schizophrenia: a bimodal MRI
and DWI study., Psychological Medicine (2011), 41, 301311. Cambridge
University Press 2010 doi:10.1017/S0033291710000875.
U.S. Departement Of Health And Human Services, 2009, schizophrenia,
National Institutes of Health National Institute of Mental Health NIH
Publication No. TR-09-3517. Diakses tanggal 10 Januari 2011 dari
http://www.nimh.nih.gov.
Wiffen, P., Mitchell, M., Snelling, M., Stoner, N., 2007, Oxford handbook of
clinical pharmacy, Oxford University Press.