Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh:
Nur Afiqah Tony 1105011063
Kelas ME-6D2
Minyak goreng
Minyak
dimurnikan
berasal
digunakan
untuk
menggoreng makanan. Minyak goreng dari tumbuhan biasanya dihasilkan dari tanaman
seperti kelapa, biji-bijian, kacang-kacangan, jagung, kedelai, dan kanola.
Kerusakan
Minyak goreng biasanya bisa digunakan hingga 3 - 4 kali penggorengan. Jika digunakan
berulang kali, minyak akan berubah warna.
Saat penggorengan dilakukan, ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak tak
jenuh akan putus membentuk asam lemak jenuh.Minyak yang baik adalah minyak yang
mengandung asam lemak tak jenuh yang lebih banyak dibandingkan dengan
kandungan asam lemak jenuhnya.
Setelah penggorengan berkali-kali, asam lemak yang terkandung dalam minyak akan
semakin jenuh. Dengan demikian minyak tersebut dapat dikatakan telah rusak atau dapat
disebut minyak
jelantah.Penggunaan
minyak
berkali-kali
akan
membuat ikatan
rangkap minyak teroksidasi membentuk gugus peroksida dan monomer siklik, minyak
yang seperti ini dikatakan telah rusak dan berbahaya bagi kesehatan.Suhu yang semakin
tinggi dan semakin lama pemanasan, kadar asam lemak jenuh akan semakin
naik.Minyak nabati dengan
kadar
asam
lemak
jenuh
yang
tinggi
akan
tank untuk seterusnya diisap oleh vacuum dryer. Kemudian melalui nozzle, minyak akan
disemburkan ke dalam bejana sehingga penguapan air akan lebih sempurna. Minyak yang
terkumpul di dasar bejana akan disalurkan ke pompa di lantai bawah selanjutnya
dipompakan ke tangki timbun. Tangki timbun secara periodik dilakukan pengurasan
mengikuti standar prosedur pencucian tangki. Suhu penyimpanan berkisar antara 40-50 C.
Setelah kelapa sawit berubah menjadi CPO, maka proses selanjutnya adalah mengolah
CPO menjadi minyak goreng sawit. Secara garis besar proses pengolahan CPO menjadi
minyak goreng sawit, terdiri dari dua tahap yaitu tahap pemurnian (refinery) dan
pemisahan (fractionation). Tahap pemurnian terdiri dari penghilangan gum Tahap
(degumming). Pemucatan (bleaching) dan penghilangan bau (deodorization). pemisahan
terdiri dari proses pengkristalan (crystalization) dan pemisahan fraksi.
CPO yang berasal dari tangki penampungan CPO dipompa melalui strainer menuju
refinery. Pada proses ini terjadi pemanasan CPO untuk mempermudah pemompaan CPO
ke tangki berikutnya.. Hasil dari proses ini disebut DPO (Degummed Palm Oil). DPO yang
dihasilkan dari proses degumming dipompa menuju dryer dengan kondisi vakum. Setelah
dari dryer, DPO dipompakan ke reaktor yang terlebih dahulu melewati static mixer
kemudian turun ke slurry tank. Di dalam slurry tank, terjadi pemanasan lagi sampai
temperatur 90-120Cdan penambahan H3PO4, CaCO3 dan BE. Slurry Oil dari slurry tank
akan mengalir turun bleacher. Dari bleacher minyak dialirkan dan dipompakan ke niagara
filter untuk filtrasi. Hasil dari filtrasi ini adalah DBPO (Degummed Bleached Palm Oil)
yang selanjutnya dialirkan ke intermediate tank (tangki siwang) untuk tahap deodorizing.
DBPO yang berasal dari tangki siwang dialirkan menuju ke deaerator. Dari deaerator,
DBPO dipompakan ke Spiral Heat Exchanger (SHE). Dalam proses ini terjadi
penambahan panas dengan temperatur 185-200C. Dari SHE minyak dialirkan ke flash
vessel turun ke packed column. Setelah dari packed column, minyak dialirkan menuju
deodorize. Dalam proses ini terjadi penghilangan zat-zat yang dapat menimbulkan bau
seperti keton dan aldehid dengan pemanasan pada temperatur 240-265C. DBPO yang
sudah hilang baunya dipompakan kembali ke SHE untuk mengalami pertukaran panas.
Dalam hal ini minyak sudah dalam bentuk RBDPO (Refined Bleached Palm Oil). RBDPO
kemudian mengalami pertukaran panas lagi dengan CPO pada PHE. Dari PHE, RBDPO
dialirkan ke Plate Cooler Water (PCW) selanjutnya RBDPO difiltrasi. Kemudian di analisa
di laboratorium, jika sesuai dengan spesifikasi maka RBDPO bisa dialirkan langsung ke
tangki penampungan atau ke tangki kristalisasi sesuai dengan kualitasnya untuk diproses
pada tahap fraksinasi. Tahap fraksinasi meliputi dua proses yaitu kristalisasi dan filtrasi.
Prinsip kerja yang digunakan dalam kristalisasi adalah pembentukan kristal melalui
pendinginan dan pengadukan sehingga fase stearin dan fase olein dapat terpisah. RBDPO
yang ada dalam tangki kristalisasi ini diaduk pada saat tangki kristalisasi sudah penuh
dengan menggunakn agitator yang mempunyai kecepatan 14 rpm. Fungsi pengadukan ini
adalah agar pendinginan di dalam tangki lebih homogen sehingga pemisahan olein dan
stearin lebih mudah.
Temperatur pengkristalan ini tergantung pada kualitas minyak: 1. Kualitas consumer
kristal lemak terbentuk pada temperatur <17C 2. Kualitas semi consumer pembentukan
kristal terjadi pada temperatur 17-28C. 3. Kualitas Drumming pembentukan kristal terjadi
pada temperatur >28C.
Pada proses filtrasi RBDPO kristal yang sudah terbentuk dalam tangki kristalisasi
ditransfer ke filter press untuk pemisahan olein dan stearin. Olein hasil dari filtrasi
ditransfer ke SS tank dan MS tank. SS tank untuk kualitas olein dianalisa jika sesuai
dengan spesifikasi langsung masuk ke storage tank olein (kualitas bottling), sedangkan MS
tank digunakan untuk kualitas olein yang RBD oleinnya difilter spray dan hasilnya
langsung dialirkan ke storage tank olein (kualitas drumming, tinning dan industri).
Sebelum ditansfer ke intermediate tank, untuk kualitas bottling dan tinning ditambahkan
antioksidan hal ini untuk mempertahankan kualitas minyak. Sedangkan untuk kualitas
drumming dan ndustri tidak ditambahkan antioksidan. Hal ini disebabkan minyak dengan
kualitas drumming dan industri segera digunakan/dikonsumsi.
Margarin
Margarin adalah produk pangan yang dapat dikonsumsi secara langsung atau dalam bentuk
olahannya. Jenis pangan ini disukai oleh semua usia, terutama oleh anak-anak dan remaja,
sehingga untuk meningkatkan nilai nutrisinya seringkali harus difortifikasi dengan vitamin
(A dan D) atau nutrien lagi untuk memenuhi komposisi bakunya. Pengertian margarine
yang lebih rinci merupakan emulsi dari fase lemak dan fase berair. Fase lemak sebagai fase
yang kontinyu yang merupakan campuran dari berbagai jenis minyak baik hewani maupun
nabati HOME
Produk margarin pertama kali diperkenalkan dalam sayembara tahun 1887 di Perancis
yang diadakan oleh Kaisar Napoleon III. Margarin tersebut dibuat oleh Mege Mouris
sebagai salah satu peserta lomba. Merge Mouries mencoba membuat produk menyerupai
mentega dalam hal penampakan, bau, konsisitensi, rasa, dan nilai gizi namun berasal dari
bahan lain yang lebih murah dan mudah didapatkan (Hasenhuettl & Hartel, 1997).
Margarin merupakan suatu produk berbentuk emulsi baik padat maupun cair yang
mengandung minyak tidak kurang dari 80% dan 15000 IU vitamin A per ponnya (FDA
dalam Hasenhuett dan Hartel, 1997). Margarin dapat juga diartikan sebagai emulsi yang
terdiri dari fase internal berupa cairan yang diselubungi oleh fase eksternal berupa lemak
yang bersifat plastis. Komponen yang terkandung dalam margarin adalah lemak, garam,
vitamin A, pengawet, pewarna dan emulsifier untuk menstabilkan emulsi yang terbentuk
(Hasenhuettl & Hartel, 1997). HOME
Komposisi standar dari margarin secara umum adalah (Flack, 1995) : Fat (lemak),
minimal 80% Air, maksimum 16 % Komponen lain yang terdiri dari garam, protein,
emulsifier, vitamin, bahan pewarna, bahan penambah citarasa. Kandungan karoten yang
tinggi tersebut menyebabkan minyak sawit berwarna merah-jingga, sehingga dikenal
sebagai minyak sawit merah, yang merupakan sumber karoten terbesar dari bahan pangan
alami. Keistimewaan minyak sawit adalah bahwa didalamnya mengandung lemak jenuh
dan tidak jenuh sekaligus namun sama sekali tidak mengandung cholesterol atau asam
lemak trans. Komposisi kandungan lemak tersebut adalah (Anon ): Gliserol laurat 0,1%
(jenuh) Miristat 0,1% (jenuh) Palmitat 44% (jenuh) Stearat 5% (jenuh) Oleat
39% (tak jenuh, tunggal) Linoleat 10% (tak jenuh, jamak) Linoleat 0,3% (tak jenuh,
jamak)
Proses Pembuatan
1. Tahap Netralisasi
Netralisasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau
lemak dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya
sehingga membentuk sabun (soap stock). Netralisasi dengan kaustik soda (NaOH) banyak
dilakukan dalam skala industri, karena lebih efisien dan lebih murah dibandingkan dengan
cara netralisasi lainnya.
3. Tahap Hidrogenasi
Hidrogenasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan jalan menambahkan
hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan mengurangi ketidakjenuhan
minyak atau lemak, dan membuat lemak bersifat plastis. Proses hidrogenasi bertujuan
untuk menjenuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak atau
lemak. Proses
hidrogenasi dilakukan
dengan
menggunakanhydrogen murni
dan
4. Tahap Emulsifikasi
Proses
Emulsifikasi ini
bertujuan
untuk
mengemulsikan
minyak
dengan
cara
penambahan emulsifier fase cair dan fase minyak pada suhu 80oC dengan tekanan 1 atm.
Terdapat dua tahap pada proses Emulsifikasi yaitu
Kriteria Uji
Satuan
Persyaratan
Margarin Dapur
1.
Keadaan
1.1.Bau
Normal
1.2 Rasa
Normal
Warna
Normal
2.
Air
% b/b
Maks 18,0
3.
Lemak
% b/b
Min. 80,0
4.
Asam
dihitung % b/b
Maks. 0,3
lemak
bebas,
% b/b
Maks. 4,0
6.
Vitamin A
IU/100 g
7.
Vitamin D
IU/100 g
8.
SNI 01-0222-1087
8.3. Stabilizer
9.
Cemaran logam:
9.1. Tembaga (Cu)
mg/kg
Maks. 0,1
mg/kg
Maks. 0,1
mg/kg
Maks. 40,0*
mg/kg
Maks. 40,0
mg/kg
Maks. 0,03
10.
mg/kg
Mkas. 0,1
11.
Cemaran mikroba:
koloni/g
Maks. 105
APM/g
Maks. 10
11.3. E. Coli
APM/g
<3
Koloni/g
Maks. 102
11.5. Salmonella
Koloni/25 g
Negatif
11.6. Enterococci
Koloni/g
Maks. 102
Biodiesel
Minyak sawit dapat digunakan untuk memproduksi biodiesel.Metil ester dari minyak sawit
merupakan zat mampu bakar (flammable) yang dihasilkan dari prosestransesterifikasi.
Biodiesel minyak sawit seringkali dikombinasikan dengan bahan bakar lain untuk
mendapatkan campuran bahan bakar.] Biodiesel dari minyak sawit memenuhi standar
biodiesel yang ditetapkan oleh Uni Eropa. Fasilitas pengolahan minyak sawit menjadi
biodiesel
yang
terbesar
berada
di Singapura,
yang
dioperasikan
perusahaan
peluang untuk dikembangkan sebagai bahan baku biodiesel. Di PPKS, biodiesel dibuat
melalui proses transesterifikasi dua tahap, dilanjutkan dengan pencucian, pengeringan dan
terakhir filtrasi, tetapi jika bahan baku dari CPO maka sebelumnya perlu dilakukan
esterifikasi.
Transesterifikasi
Proses transesterifikasi meliputi dua tahap. Transesterifikasi I yaitu pencampuran antara
kalium hidroksida (KOH) dan metanol (CH30H) dengan minyak sawit. Reaksi
transesterifikasi I berlangsung sekitar 2 jam pada suhu 58-65C. Bahan yang pertama kali
dimasukkan ke dalam
reaktor adalah asam lemak yang selanjutnya dipanaskan hingga suhu yang telah
ditentukan. Reaktor transesterifikasi dilengkapi dengan pemanas dan pengaduk. Selama
proses pemanasan, pengaduk dijalankan. Tepat pada suhu reactor 63C, campuran metanol
dan KOH dimasukkan ke dalam reactor dan waktu reaksi mulai dihitung pada saat itu.
Pada akhir reaksi akan terbentuk
metil ester dengan konversi sekitar 94%. Selanjutnya produk ini diendapkan selama waktu
tertentu untuk memisahkan gliserol dan metil ester. Gliserol yang terbentuk berada di
lapisan bawah karena berat jenisnya lebih besar daripada metil ester. Gliserol kemudian
dikeluarkan dari reaktor agar tidak mengganggu proses transesterifikasi II. Selanjutnya
dilakukan transesterifikasi II pada metil ester. Setelah proses transesterifikasi II selesai,
dilakukan pengendapan selama waktu tertentu agar gliserol terpisah dari metil ester.
Pengendapan II memerlukan waktu lebih
pendek daripada pengendapan Ikarena gliserol yang terbentuk relative sedikit dan akan
larut melalui proses pencucian.
Pencucian
Pencucian hasil pengendapan pada transesterifikasi II bertujuan untuk menghilangkan
senyawa yang tidak diperlukan seperti sisa gliserol dan metanol. Pencucian dilakukan pada
suhu sekitar 55C. Pencucian dilakukan tiga kali sampai pH campuran menjadi normal
(pH 6,8-7,2).
Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan air yang tercampur dalam metil ester.
Pengeringan dilakukan sekitar 10 menit pada suhu 130C. Pengeringan dilakukan dengan
cara memberikan panas pada produk dengan suhu sekitar 95C secara sirkulasi. Ujung
pipa sirkulasi ditempatkan
di tengah permukaan cairan pada alat pengering.
Filtrasi
Tahap akhir dari proses pembuatan biodiesel adalah filtrasi. Filtrasi bertujuan untuk
menghilangkan partikel-partikel pengotor biodiesel yang terbentuk selama proses
berlangsung,
seperti karat (kerak besi) yang berasal dari dinding reactor atau dinding pipa atau kotoran
dari
bahan baku. Filter yang dianjurkan berukuran sama atau lebih kecil dari 10 mikron.