Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ELEKTRONIKA

KONVERTER CODE DAN SISTEM ADDER

Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.

ARDHIANSYAH WIDHI HARSONO


TULUS INDRA HERMAWAN
NIZA ROSYDA AMALIA
IRA NUR WIDIYANTI

2413 100 014


2413 100 018
2413 100 019
2413 100 021

JURUSAN TEKNIK FISIKA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk,
berkah, dan limpahan rahmat-Nya serta kekuatan lahir dan batin yang diberikan
kepada kami, sehingga proses penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Makalah
ini berjudul, Konverter Code dan Sistem Adder, yang disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Elektronika. Makalah ini berupaya untuk menjelaskan sistem
pengkorversian code serta adder. Diharapkan makalah ini dapat memberikan ilmu
terhadap pembacanya.
Penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami antara lain :
1. Dosen Mata Kuliah Elektronika, Bapak Ir. Zulkifli, M.Sc
2. Semua pihak yang telah mendukung penyusunan Makalah ini
Penulis menyadari bahwa Makalah ini tidak luput dari berbagai kekurangan,
untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
semua pihak demi kesempurnaan dan perbaikan makalah ini.
Akhirnya kami memohon kepada Allah SWT agar kami selalu mendapatkan
petunjuk ke jalan yang benar. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Surabaya, 14 April 2015

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................
DAFTAR ISI
................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................
1.2 Rumusan Masalah............................................................
1.3 Tujuan
...............................................................
1.4 Sistematika Laporan.........................................................
BAB II DASAR TEORI
2.1 Pengertian Bilangan Biner,Desimal,Oktaf,Hexadesimal..
2.2 Sistem Konverter Kode....................................................
2.3 Binary Code-Desimal Code.............................................
2.4 Kode Excess 3................................................................
2.5 Kode Gray
.............................................................
2.6 Adder
..............................................................
BAB III PEMBAHASAN
................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
................................................................
4.2 Saran
...............................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

i
ii
1
1
1
1
2
2
4
4
5
6
9
11
11

1.1.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini perkembangan teknologi digital sangat pesat diseluruh dunia. Maka
terjadilah pergeseran sistem yang mana sekarang sistem analog sudah
banyak digantikan dengan sistem digital. Hal ini dikarenakan system digital
lebih akurat, dan lebih stabil apabila dikenai noise atau gangguan.
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita jumpai alat-alat yang sudah
menggunakan sistem digital, seperti televisi, pintu masuk mall, lift, komputer
dan banyak lagi yang lainnya. Oleh karena itu, harga jual barang-barang
elektronik yang sudah menggunakan sistem digital relatif mahal dibandingkan
yang menggunakan sistem analog. Namun, sistem digital lebih mudah cara
penggunaanya.
Dalam membentuk suatu sistem digital pada suatu barang,diperlukan suatu
ilmu elektronika digital. Salah satu dasar ilmu elektronika digital adalah system
bilangan dan kode digital. Salah satu dasar dari system kode adalah system
converter dan adder. Rangkaian adder terdiri dari beberapa macam yaitu half
adder, full adder,parallel adder. Masing-masing dari jenis adder tersebut
memiliki fungsi dan kompleksitas system yang berbeda-beda. System
converter kode juga terdiri dari beberapa macam yaitu BCD ke Gray, Gray ke
BCD, dan lain sebagainya.

1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari makalah
ini adalah sebagai berikut :
a) Bagaimana cara menggunakan sistem konverter kode ?
b) Bagaimana cara mengkonversi kode biner dalam sistem digital ?
c) Apa yang dimaksud dengan adder ? dan apa saja jenis-jenisnya?
d) Bagaimana cara kerja rangkaian adder?

1.3.

Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka didapatkan tujuan makalah
ini adalah sebagai berikut :
a) Memahami cara menggunakan sistem converter kode
b) Mengetahui dan memahami cara mengkonversi kode biner dalam
sistem digital
c) Mengetahui tentang adder dan jenis-jenisnya
d) Memahami cara kerja rangkaian adder

1.4.

Sistematika Laporan
Sistematika laporan dalam makalah converter code dan system adder ini
adalah Bab I pendahuluan yang berisi Latar belakang, rumusan masalah,
tujuan, dan sistematika laporan. Bab II yang berisi dasar teori converter kode
dan system adder. Bab III yang berisi contoh soal dan pembahasan, dan Bab
IV Penutup yang berisi kesimpulan.

BAB II
DASAR TEORI
2.1. Pengertian Bilangan Biner,Desimal,Oktaf,Hexadesimal
2.1.1. Bilangan Biner
Bilangan Biner adalah bilangan yang hanya menggunakan dua angka
yaitu 0 dan 1. Bilangan biner merupakan bilangan berbasis 2. Setiap
Bilangan biner disebut bit, 1 bit = 8 byte. contoh 0000 0001
2.1.2. Bilangan Desimal
Bilangan Desimal adalah bilangan yang menggunakan 10 angka mulai
dari angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Bilangan desimal merupakan bilangan
berbasis 10.
2.1.3. Bilangan Oktaf
Bilangan oktal adalah bilangan berbasis 8, yang menggunakan angka 0
sampai 7.
2.1.4. Bilangan Hexadesimal
Bilangan heksadesimal, atau bilangan heksa, atau bilangan basis 16,
menggunakan 16 buah simbol, mulai dari 0 sampai 9, kemudian dilanjut
dari A sampai F. Jadi, angka A sampai F merupakan simbol untuk 10
sampai 15.
2.2. Sistem Konverter Kode
2.2.1Konversi Biner ke Desimal
Untuk melakukan konversi dari bilangan biner ke desimal adalah dengan
mengalikan satu-satu bilangan dengan 2 (basis biner) pangkat 0 atau 1
atau 2 dst dimulai dari bilangan paling kanan. Kemudian hasilnya
dijumlahkan. Misal, 11001(biner) = (1x20) + (0x21) + (0x22) + (1x23) + (1x24)
= 1+0+0+8+16 = 25(desimal).
2.2.2 Konversi Desimal ke Biner
Untuk melakukan konversi dari bilangan desimal ke biner adalah dengan
membagi bilangan desimal dengan 2 dan menyimpan sisa bagi per setiap
pembagian terus hingga hasil baginya < 2. Hasil konversi adalah urutan
sisa bagi dari yang paling akhir hingga paling awal.
Misalnya : 125 (decimal) - . (biner)
Penyelesaian :
Pembagi
2:
2:
2:
2:
2:
2:

Hasil Bagi Sisa Bagi


125
=1
62
=0
31
=1
15
=1
7
=1
3
=1
1

Maka bilangan biner dari 125 adalah 1111101


2

2.2.3 Konversi Biner ke Oktaf


Konversi bilangan biner ke octaf yakni dengan mengelompokkan angka
biner menjadi tiga-tiga dimulai dari sebelah kanan kemudian masingmasing kelompok dikonversikan kedalam angka desimal dan hasilnya
diurutkan. Contoh : 11001101(2)
1 1

0 0 1

1 0 1

Nilai
Nilai
Nilai
desimalnya desimalnya desimalnya

Maka Bilangan Okta dari 11001101(2) adalah 315


2.2.4 Konversi Oktaf ke Biner
Konversi bilangan octaf ke biner caranya dengan memecah bilangan octaf
tersebut persatuan bilangan kemudian masing-masing diubah ke bentuk
biner tiga angka. Maksudnya misalkan kita mengkonversi nilai 2 binernya
bukan 10 melainkan 010. Setelah itu hasil seluruhnya diurutkan kembali.
Contoh: 147 (8) = .. (2)
1
Binernya
001

4
Binernya
100

7
Binernya
111

Maka bilangan biner dari 147(8) adalah 001100 111


2.2.5 Konversi Biner ke Heksadesimal
Teknik yang sama pada konversi biner ke octal. Hanya saja
pengelompokan binernya bukan tiga-tiga sebagaimana pada bilangan octal
melainkan harus empat-empat.
Contoh : 11001101(2) = (16)
1 1 0 0
Nilai
desimalnya

1 1 0 1
Nilai
desimalnya

12
C

13

Maka bilangan Hexadesimal dari 11001101 adalah C D


2.2.6 Konversi Heksadesimal ke Biner
Sama dengan cara konversi bilanga octal ke biner, bedanya kalau
bilangan octal binernya harus 3 buah, bilangan desimal binernya 4 buah.
Misal kita konversi 2 hexa menjadi biner hasilnya bukan 10 melainkan
0010. Contoh : A7F(16)=.(2)
A
10
Binernya

7
7
Binernya

F
15
Binernya

1010
0111
1111
Maka bilangan biner dari A7F(16) adalah 101001111111
2.3.

Binary Code-Desimal Code


BCD adalah sistem pengkodean bilangan desimal yang metodenya mirip
dengan bilangan biner biasa hanya saja dalam proses konversi, setiap simbol
dari bilangan desimal dikonversi satu per satu, bukan secara keseluruhan
seperti konversi bilangan desimal ke biner biasa.
Pada Binary Code Decimal ( BCD ) setiap digit decimal
direpresentasikan dengan empat bit biner. Bilangan decimal yang digunakan
hanya 0-9,sehingga mempunyai 10 simbol. Pada Tabel 2.1 terlihat Ekivalen
Bilangan Desimal,Biner dan Kode BCD.
Tabel 2.1 Ekivalen Bilangan Desimal,Biner dan Kode BCD
Desimal
Biner
BCD
0
0
0000
1
1
0001
2
10
0010
3
11
0011
4
100
0100
5
101
0101
6
110
0110
7
111
0111
8
1000
1000
9
1001
1001
10
1010
0001 0000
11
1011
0001 0001
12
1100
0001 0010
13
1101
0001 0011
14
1110
0001 0100
15
1111
0001 0101
16
10000
0001 0110
17
10001
0001 0111
18
10010
0001 1000
19
10011
0001 1001
20
10100
0010 0000
dst
dst
dst
Sebagai contoh, bilangan desimal 137 akan diubah menjadi bilangan
dengan pengkodean langsung (straight binary coding) dan diubah dengan
pengkodean BCD sebagai berikut :
137 = 10001001 (biner)
137 = 0001 0011 0111 (BCD)

2.4.

Kode Excess 3
Selain kode BCD ,terdapat jenis kode lainnya yaitu kode ekses-3. Kode
excess-3 ada hubungannya dengan kode BCD dan kadang-kadang digunakan
menggantikan BCD karena mempunyai keuntungan dalam operasi-operasi
aritmetik tertentu. Untuk mengkodekan bilangan desimal menjadi kode ekses3, setiap angka desimal harus ditambahkan dengan 3 lalu diubah menjadi
bentuk biner. Misalnya, mengkode bilangan decimal 25 kedalam kode excess3, pertama-tama kita harus menambah 3 pada setiap bilangan 2 dan 5

sehingga 5 dan 8 yang kemudian dikodekan dalam kode biner 4-bit


ekivalennya 0101 dan 1000.
Sebaliknya untuk mengubah kode excess-3 menjadi bilangan desimal
dapat dilakukan dengan cara pertama setiap kelompok kode ekses-3
dikonversikan dengan desimal. Kedua, kurangkan masing-masing desimal di
atas dengan 3. Misalnya mengubah bilangan desimal dari 1011 1010 ke
excess-3,pertama setiap kelompok kode ekses-3 dikonversikan dengan
decimal yaitu 1011 = 11 dan 1010 = 10 ,kemudian mengurangi masing-masing
desimal dengan 3 yaitu 11 - 3 = 8 dan 10 - 3 = 7 maka kode excess dari 1011
1010 adalah 87.
Untuk memudahkan pemahaman mengkonversikan decimal ke kode
excess maka dapat dilihat Tabel 2.2 konversi desimal, BCD, dan ekses-3
seperti berikut :
Tabel 2.2 Konversi desimal, BCD, dan ekses-3
Bilangan Desimal
Kode BCD
0
0000
1
0001
2
0010
3
0011
4
0100
5
0101
6
0110
7
0111
8
1000
9
1001
10
0001 0000
11
0001 0001
12
0001 0010
13
0001 0011
14
0001 0100
15
0001 0101
16
0001 0110
17
0001 0111
18
0001 1000
19
0001 1001
20
0010 0000
dst
dst
2.5.

Kode Ekses-3
0011
0100
0101
0110
0111
1000
1001
1010
1011
1100
0100 0011
0100 0100
0100 0101
0100 0110
0100 0111
0100 1000
0100 1001
0100 1010
0100 1011
0100 1100
0101 0011
dst

Kode Gray
Kode Gray merupakan sistem bilangan yang memliki sistem mirip dengan
biner hanya saja dalam susunan bilangan ini yang boleh berubah pada
urutan selanjutnya hanya 1 angka. Misalnya urutan graycode 3 bit: 000, 001,
011, 010, 110, 100, 101, 111 (lihat perubahannya, hanya 1 bit yang berubah
setiap kalinya). Kode Gray bisa dikonversi ke bilangan biner atau sebaliknya
bilangan biner dikonversi ke kode Gray. Berikut cara konversi bilangan kode
Gray menjadi bilangan biner yaitu :
1) MSD Gray = MSD biner = digit pertama atau digit paling besar.
2) MSD biner dari point a ditambahkan dengan digit Gray kedua dan
hasilnya merupakan digit kedua bilangan biner.

3) Lalu digit kedua biner tersebut ditambahkan dengan digit ketiga Gray
dan hasilnya merupakan digit ketiga biner. Begitulah caranya sampai
terakhir kita dapatkan LSD biner tersebut.
4) Misalnya 1011 kode Gray diubah menjadi bilangan biner,maka :
a) Digit Pertama = MSD = 1 Gray = 1 Biner
b) Digit kedua biner = 1 + 0 = 1
c) Digit ketiga biner = 1 + 1 = 0
d) Digit keempat biner = LSD = 0 + 1 = 1
Maka 1011 Gray = 1101 Biner.
Sedangkan untuk mengkonversi biner ke Gray berikut langkah-langkah
yang dapat dilakukan :
1) Digit pertama (MSD = Most Significant Digit) kode Gray sama dengan
MSD Biner.
2) Kemudian digit MSD bilangan biner ditambahkan ke digit berikutnya
untuk menentukan digit Gray berikutnya sampai penambahan terakhir
dengan digit akhir (LSD = Least Significant Digit) dari bilangan biner
yang hasilnya merupakan LSD dari kode Gray.
3) Misalnya 1010 bilangan biner diubah menjadi kode Gray, maka :
a) 1010 biner, dimana MSD = 1 dan LSD = 0
Jadi 1 = MSD Gray atau digit pertama Gray;
b) Selanjutnya 1 + 0 = 1 adalah digit kedua Gray;
c) Digit ketiga Gray adalah 0 + 1 = 1;
d) Digit keempat Gray adalah merupakan LSD Gray sendiri,yaitu = 1
+0=1
Maka 1010 biner = 1111 kode Gray.
Dari dua metode konversi diatas, maka dapat disusun Tabel Konversi
dari bilangan biner ke Kode Gray seperti terlihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Konversi dari bilangan biner ke Kode Gray
Bilangan
Kode
0
0
1
1
10
11
11
10
100
110
101
111
110
101
111
100
1000
1100
1001
1101
1010
1111
1011
1110
1100
1010
1101
1011
1110
1001
1111
1000
dst
dst
2.6.

Adder
Adder merupakan rangkain ALU (Arithmetic and Logic Unit) yang digunakan
untuk menjumlahkan bilangan. Karena adder digunakan untuk memproses
operasi aritmatika, maka adder juga sering disebut rangkaian kombinasional
aritmatika. Ada 3 jenis Adder, yaitu:

1) Rangkaian adder yang hanya menjumlahkan dua bit disebut Half Adder.
2) Rangkaian adder yang hanya menjumlahkan tiga bit disebut Full Adder.
3) Rangkaian adder yang menjumlahkan banyak bit disebut Paralel Adder.
2.6.1 Half Adder
Half Adder adalah suatu rangkaian penjumlahan sistem bilangan biner
yang paling sederhana. Rangkaian ini hanya dapat digunakan untuk operasi
penjumlahan data bilangan biner sampai 1bit saja. Rangkaian Half Adder
memiliki 2 terminal input untuk 2 variabel bilangan biner dan 2 terminal output,
yaitu SUMMARY OUT (SUM) dan CARRY OUT (CARRY).

Gambar 2.1 Half Adder


a) Jika A=0 dan B=0 dijumlahkan, hasilnya S (Sum) = 0.
b) Jika A=0 dan B=0 dijumlahkan, hasilnya S (Sum) = 1.
c) Jika A=1 dan B=1 dijumlahkan, hasilnya S (Sum) = 0. Dengan nilai
pindahan Cy (Carry Out) = 1.
Dengan demikian, half adder memiliki dua masukan (A dan B), dan dua
keluaran (S dan Cy).
Tabel 2.4 Tabel Kebenaran Half Adder
A
B
0
0
0
1
1
0
1
1

S
0
1
1
0

Cy
0
0
0
1

Dari tabel diatas, terlihat bahwa nilai logika dari Sum sama dengan nilai
logika dari gerbang XOR, sedangkan nilai logika Cy sama dengan gerbang
logika AND. Dari tabel diatas, dapat dibuat rangkaian half adder seperti dibawah
ini :

Gambar 2.2 Ekivalen Half Adder


Pada prinsipnya output S menyatakan penjumlahan bilangan pada input A
dan B, sedangkan output C menyatakan MSB (most significant bit atau carry bit)
dari hasil jumlah itu. Bila dirumuskan, maka sebagai berikut :
pers
pers (1)
(2)
2.6.2 Full Adder
Rangkaian Full-Adder, pada prinsipnya bekerja seperti Half-Adder, tetapi
mampu menampung bilangan Carry dari hasil penjumlahan sebelumnya. Jadi
jumlah inputnya ada 3: A, B dan Ci, sementara bagian output ada 2: S dan Co. Ci
ini dipakai untuk menampung bit Carry dari penjumlahan sebelumnya.Bila
dirumuskan,maka sebagai berikut :
7

pers (3)
pers (4)
Untuk gambar dari Full Adder sebagai berikut :

Gambar 2.3 Full Adder


Tabel 2.5 Tabel Kebenaran Full Adder
Input
Output
A
B
Ci
Co
S
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
0
1
1
1
0
1
0
0
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
2.6.3
Paralel Adder
Paralel Adder adalah rangkaian Full Adder yang disusun secara paralel dan
berfungsi untuk menjumlahkan bilangan biner berapa pun bitnya, tergantung
jumlah Full Adder yang diparalelkan. Gambar dibawah ini menunjukan Paralel
Adder yang terdiri dari 4 buah Full Adder yang disusun paralel sehingga
membentuk sebuah penjumlahan 4 bit.

Gambar 2.4 Paralel Adder

BAB III
CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN
8

3.1 Konversi Biner ke Desimal


101112 (biner) = ... (desimal)
24 + 03 + 22 + 21+20 = 16 + 0 + 4 + 2 + 1
= 2310 (desimal)
3.2 Konversi Desimal ke Biner
3010 = ... 2
30/2 = 15 sisa 0
15/2 = 7 sisa 1
7/2 = 3 sisa 1
3/2 = 1 sisa 1
2/2 = 1 sisa 0
= 0 sisa 1
Konversi desimal ke biner dibaca dari bawah sehigga biner dari 33
adalah 101110
3.3 Konversi Biner ke Oktaf
10111010001100 (biner) = ... (oktaf)
Kelompokan bilangan biner tersebut dari belakang yang terdiri dari 3
bilangan biner tiap kelompok sehingga didapatkan 010 111 101 001 100
( ada tambahan angka nol didepan karena jumlah bilangan biner bukan
kelipatan tiga)
Kemudian konversikan bilangan biner seperti mengkonversi dari
bilangan biner ke desimal
010 111 101 001 100 101 110
001 = 02 + 01 + 10 = 1
111 = 22 + 21 + 20 = 7
101 = 22 + 01 + 20 = 5
001 = 02 + 01 + 20 = 1
100 = 22 + 01 + 00 = 4
Jadi biner 010111101001100 = 17514 (oktaf)
3.4 Konversi Oktaf ke Biner
250404 (oktaf) = ... (biner)
2 = 010
5 = 101
0 = 000
4 = 100
0 = 000
4 = 100
Jadi 250404 (oktaf) = 010 101 000 100 000 100 (biner)
3.5 Konversi Biner ke Heksadesimal
01011010111011011111 (biner) = ... (heksadesimal)
Kelompokkan bilangan biner tersebut yang terdiri dari 4 bilangan biner
tiap kelompok, sehingga didaptkan 0101 1010 1110 1101 1111
Kemudian konversikan bilangan biner seperti mengkonversi bilangan
biner ke desimal namun menggunakan dasar 16 yaitu
0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,A,B,C,D,F
0101 1010 1110 1101 1111
0101 = 03 + 22 + 01 + 20 = 5
1010 = 23 + 02 + 21 + 00 = B
9

1110 = 23 + 22 + 21 + 00 = E
1101 = 23 + 22 + 01 + 20 = D
1111 = 23 + 22 + 21 + 20 = F
3.6 Konversi Heksadesimal ke Desimal
AB3 (heksadesimal) = ... (desimal)
A = 10 10 x 162 = 2560
B = 11 11 x 161 = 176
3
3 x 160 = 48
= 2784 (desimal)
3.7 Konversi Desimal ke BCD
371 (desimal) = ... (BCD)
3 = 0011
7 = 0111
1 = 0001
Jadi 371 (desimal) = 0011 0111 0001 (BCD)
3.8 Kode Excess-3
Ubahlah 25 menjadi kode excess-3
Tambahkan pada masing-masing angka dengan 3
2+3 = 5
5+3 = 8
Ubah ke kode biner 4 bit
5 = 0101
8 = 1000
Jadi representasi kode excess-3 nya adalah 0101 1000
3.9 Kode Grey
101011 (grey) = ... (biner)
Bit biner pertama adalah sama dengan bit kode Gray pertama
Apabila bit Gray kedua 0, bit biner kedua sama dengan yang pertama;
apabila bit gray kedua 1, bit biner kedua adalah kebalikan dari bit biner
pertama.
Langkah 2 diulang untuk setiap bit berikutnya.
1
0
1
0
1
1
1

101101 (biner) = ... (grey)


1
0
1
1

10

BAB IV
PENUTUP
a.

Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dalam makalah ini yaitu
1. Bilangan biner dapat dikonversi menjadi ekuivalen desimalnya dengan
cara menjumlahkan bobot-bobot bilangan biner yang megandung bit 1.
2. Sistem bilangan oktaf memiliki basis delapan, jadi setiap digit bilangan
oktaf dapat mempunyai harga 0 sampai 7, setiap digit bilangan oktaf
dinyatakan oleh tiga bit dari digit biner.
3. Sistem
bilangan
heksadesimal
memiliki
basis
16
yaitu
0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,A,B,C,D,E,F, setiap
digit
bilangan
desimal
dinyatakan oleh empat bit dari digit biner.
4. Bilangan BCD mirip denganbilangan biner, perbedaannya kode biner
langsung mengkodekan lengkap seluruh bilangan desimal dan
menyatakan dalam biner, sedangkan kode BCD mengubah setiap digit
desimal menjadi biner.
5. Pengkodean excess-3 untuk bilangan desimal dilakukan dengan cara
yang sama seperti BCD tetapi ditambahkan angka 3 pada setiap digit
desimal sebelum mengkodekan dalam biner.
6. Kode gray sering digunakan saat kode-kode lain dapat memberikan
hasil yang salah atau meragukan dalam transisi dimana berubah lebih
dari satu kode bit, sementara kode gray dalam seiap perpindahan dari
satu bilangan desimal ke bilangan berikutnya hanya mengubah satu
kode bit saja.

b.

Saran
Dalam penulisan makalah ini tentu terdapat kekurangan, penulis
mengharapkan saran yang bersifat membangun demi penulisan makalah
yang lebih baik kedepannya.

11

DAFTAR PUSTAKA
1. Floyd, L, Thomas, Digital Fundamental, Merril, 1994.
2. Hill, J, Frederick, Digital System, John Wiley and Sons, 1987.
3. Nashelsky, Louis, Introduction to Digital Computer Technology, John Wiley and
Sons,1987.
4. Barte, Thomas C, Digital Computer Fundamental, Mc Graw Hill, 1985.
5. Tocci, Ronald J., Digital System Principles and Applications, Prentice Hall
International, Inc., 1995.Floyd, L., Thomas, Digital Fundamental

Anda mungkin juga menyukai