Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk,
berkah, dan limpahan rahmat-Nya serta kekuatan lahir dan batin yang diberikan
kepada kami, sehingga proses penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Makalah
ini berjudul, Konverter Code dan Sistem Adder, yang disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Elektronika. Makalah ini berupaya untuk menjelaskan sistem
pengkorversian code serta adder. Diharapkan makalah ini dapat memberikan ilmu
terhadap pembacanya.
Penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami antara lain :
1. Dosen Mata Kuliah Elektronika, Bapak Ir. Zulkifli, M.Sc
2. Semua pihak yang telah mendukung penyusunan Makalah ini
Penulis menyadari bahwa Makalah ini tidak luput dari berbagai kekurangan,
untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
semua pihak demi kesempurnaan dan perbaikan makalah ini.
Akhirnya kami memohon kepada Allah SWT agar kami selalu mendapatkan
petunjuk ke jalan yang benar. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................
DAFTAR ISI
................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................
1.2 Rumusan Masalah............................................................
1.3 Tujuan
...............................................................
1.4 Sistematika Laporan.........................................................
BAB II DASAR TEORI
2.1 Pengertian Bilangan Biner,Desimal,Oktaf,Hexadesimal..
2.2 Sistem Konverter Kode....................................................
2.3 Binary Code-Desimal Code.............................................
2.4 Kode Excess 3................................................................
2.5 Kode Gray
.............................................................
2.6 Adder
..............................................................
BAB III PEMBAHASAN
................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
................................................................
4.2 Saran
...............................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
i
ii
1
1
1
1
2
2
4
4
5
6
9
11
11
1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini perkembangan teknologi digital sangat pesat diseluruh dunia. Maka
terjadilah pergeseran sistem yang mana sekarang sistem analog sudah
banyak digantikan dengan sistem digital. Hal ini dikarenakan system digital
lebih akurat, dan lebih stabil apabila dikenai noise atau gangguan.
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita jumpai alat-alat yang sudah
menggunakan sistem digital, seperti televisi, pintu masuk mall, lift, komputer
dan banyak lagi yang lainnya. Oleh karena itu, harga jual barang-barang
elektronik yang sudah menggunakan sistem digital relatif mahal dibandingkan
yang menggunakan sistem analog. Namun, sistem digital lebih mudah cara
penggunaanya.
Dalam membentuk suatu sistem digital pada suatu barang,diperlukan suatu
ilmu elektronika digital. Salah satu dasar ilmu elektronika digital adalah system
bilangan dan kode digital. Salah satu dasar dari system kode adalah system
converter dan adder. Rangkaian adder terdiri dari beberapa macam yaitu half
adder, full adder,parallel adder. Masing-masing dari jenis adder tersebut
memiliki fungsi dan kompleksitas system yang berbeda-beda. System
converter kode juga terdiri dari beberapa macam yaitu BCD ke Gray, Gray ke
BCD, dan lain sebagainya.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari makalah
ini adalah sebagai berikut :
a) Bagaimana cara menggunakan sistem konverter kode ?
b) Bagaimana cara mengkonversi kode biner dalam sistem digital ?
c) Apa yang dimaksud dengan adder ? dan apa saja jenis-jenisnya?
d) Bagaimana cara kerja rangkaian adder?
1.3.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka didapatkan tujuan makalah
ini adalah sebagai berikut :
a) Memahami cara menggunakan sistem converter kode
b) Mengetahui dan memahami cara mengkonversi kode biner dalam
sistem digital
c) Mengetahui tentang adder dan jenis-jenisnya
d) Memahami cara kerja rangkaian adder
1.4.
Sistematika Laporan
Sistematika laporan dalam makalah converter code dan system adder ini
adalah Bab I pendahuluan yang berisi Latar belakang, rumusan masalah,
tujuan, dan sistematika laporan. Bab II yang berisi dasar teori converter kode
dan system adder. Bab III yang berisi contoh soal dan pembahasan, dan Bab
IV Penutup yang berisi kesimpulan.
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Pengertian Bilangan Biner,Desimal,Oktaf,Hexadesimal
2.1.1. Bilangan Biner
Bilangan Biner adalah bilangan yang hanya menggunakan dua angka
yaitu 0 dan 1. Bilangan biner merupakan bilangan berbasis 2. Setiap
Bilangan biner disebut bit, 1 bit = 8 byte. contoh 0000 0001
2.1.2. Bilangan Desimal
Bilangan Desimal adalah bilangan yang menggunakan 10 angka mulai
dari angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Bilangan desimal merupakan bilangan
berbasis 10.
2.1.3. Bilangan Oktaf
Bilangan oktal adalah bilangan berbasis 8, yang menggunakan angka 0
sampai 7.
2.1.4. Bilangan Hexadesimal
Bilangan heksadesimal, atau bilangan heksa, atau bilangan basis 16,
menggunakan 16 buah simbol, mulai dari 0 sampai 9, kemudian dilanjut
dari A sampai F. Jadi, angka A sampai F merupakan simbol untuk 10
sampai 15.
2.2. Sistem Konverter Kode
2.2.1Konversi Biner ke Desimal
Untuk melakukan konversi dari bilangan biner ke desimal adalah dengan
mengalikan satu-satu bilangan dengan 2 (basis biner) pangkat 0 atau 1
atau 2 dst dimulai dari bilangan paling kanan. Kemudian hasilnya
dijumlahkan. Misal, 11001(biner) = (1x20) + (0x21) + (0x22) + (1x23) + (1x24)
= 1+0+0+8+16 = 25(desimal).
2.2.2 Konversi Desimal ke Biner
Untuk melakukan konversi dari bilangan desimal ke biner adalah dengan
membagi bilangan desimal dengan 2 dan menyimpan sisa bagi per setiap
pembagian terus hingga hasil baginya < 2. Hasil konversi adalah urutan
sisa bagi dari yang paling akhir hingga paling awal.
Misalnya : 125 (decimal) - . (biner)
Penyelesaian :
Pembagi
2:
2:
2:
2:
2:
2:
0 0 1
1 0 1
Nilai
Nilai
Nilai
desimalnya desimalnya desimalnya
4
Binernya
100
7
Binernya
111
1 1 0 1
Nilai
desimalnya
12
C
13
7
7
Binernya
F
15
Binernya
1010
0111
1111
Maka bilangan biner dari A7F(16) adalah 101001111111
2.3.
2.4.
Kode Excess 3
Selain kode BCD ,terdapat jenis kode lainnya yaitu kode ekses-3. Kode
excess-3 ada hubungannya dengan kode BCD dan kadang-kadang digunakan
menggantikan BCD karena mempunyai keuntungan dalam operasi-operasi
aritmetik tertentu. Untuk mengkodekan bilangan desimal menjadi kode ekses3, setiap angka desimal harus ditambahkan dengan 3 lalu diubah menjadi
bentuk biner. Misalnya, mengkode bilangan decimal 25 kedalam kode excess3, pertama-tama kita harus menambah 3 pada setiap bilangan 2 dan 5
Kode Ekses-3
0011
0100
0101
0110
0111
1000
1001
1010
1011
1100
0100 0011
0100 0100
0100 0101
0100 0110
0100 0111
0100 1000
0100 1001
0100 1010
0100 1011
0100 1100
0101 0011
dst
Kode Gray
Kode Gray merupakan sistem bilangan yang memliki sistem mirip dengan
biner hanya saja dalam susunan bilangan ini yang boleh berubah pada
urutan selanjutnya hanya 1 angka. Misalnya urutan graycode 3 bit: 000, 001,
011, 010, 110, 100, 101, 111 (lihat perubahannya, hanya 1 bit yang berubah
setiap kalinya). Kode Gray bisa dikonversi ke bilangan biner atau sebaliknya
bilangan biner dikonversi ke kode Gray. Berikut cara konversi bilangan kode
Gray menjadi bilangan biner yaitu :
1) MSD Gray = MSD biner = digit pertama atau digit paling besar.
2) MSD biner dari point a ditambahkan dengan digit Gray kedua dan
hasilnya merupakan digit kedua bilangan biner.
3) Lalu digit kedua biner tersebut ditambahkan dengan digit ketiga Gray
dan hasilnya merupakan digit ketiga biner. Begitulah caranya sampai
terakhir kita dapatkan LSD biner tersebut.
4) Misalnya 1011 kode Gray diubah menjadi bilangan biner,maka :
a) Digit Pertama = MSD = 1 Gray = 1 Biner
b) Digit kedua biner = 1 + 0 = 1
c) Digit ketiga biner = 1 + 1 = 0
d) Digit keempat biner = LSD = 0 + 1 = 1
Maka 1011 Gray = 1101 Biner.
Sedangkan untuk mengkonversi biner ke Gray berikut langkah-langkah
yang dapat dilakukan :
1) Digit pertama (MSD = Most Significant Digit) kode Gray sama dengan
MSD Biner.
2) Kemudian digit MSD bilangan biner ditambahkan ke digit berikutnya
untuk menentukan digit Gray berikutnya sampai penambahan terakhir
dengan digit akhir (LSD = Least Significant Digit) dari bilangan biner
yang hasilnya merupakan LSD dari kode Gray.
3) Misalnya 1010 bilangan biner diubah menjadi kode Gray, maka :
a) 1010 biner, dimana MSD = 1 dan LSD = 0
Jadi 1 = MSD Gray atau digit pertama Gray;
b) Selanjutnya 1 + 0 = 1 adalah digit kedua Gray;
c) Digit ketiga Gray adalah 0 + 1 = 1;
d) Digit keempat Gray adalah merupakan LSD Gray sendiri,yaitu = 1
+0=1
Maka 1010 biner = 1111 kode Gray.
Dari dua metode konversi diatas, maka dapat disusun Tabel Konversi
dari bilangan biner ke Kode Gray seperti terlihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Konversi dari bilangan biner ke Kode Gray
Bilangan
Kode
0
0
1
1
10
11
11
10
100
110
101
111
110
101
111
100
1000
1100
1001
1101
1010
1111
1011
1110
1100
1010
1101
1011
1110
1001
1111
1000
dst
dst
2.6.
Adder
Adder merupakan rangkain ALU (Arithmetic and Logic Unit) yang digunakan
untuk menjumlahkan bilangan. Karena adder digunakan untuk memproses
operasi aritmatika, maka adder juga sering disebut rangkaian kombinasional
aritmatika. Ada 3 jenis Adder, yaitu:
1) Rangkaian adder yang hanya menjumlahkan dua bit disebut Half Adder.
2) Rangkaian adder yang hanya menjumlahkan tiga bit disebut Full Adder.
3) Rangkaian adder yang menjumlahkan banyak bit disebut Paralel Adder.
2.6.1 Half Adder
Half Adder adalah suatu rangkaian penjumlahan sistem bilangan biner
yang paling sederhana. Rangkaian ini hanya dapat digunakan untuk operasi
penjumlahan data bilangan biner sampai 1bit saja. Rangkaian Half Adder
memiliki 2 terminal input untuk 2 variabel bilangan biner dan 2 terminal output,
yaitu SUMMARY OUT (SUM) dan CARRY OUT (CARRY).
S
0
1
1
0
Cy
0
0
0
1
Dari tabel diatas, terlihat bahwa nilai logika dari Sum sama dengan nilai
logika dari gerbang XOR, sedangkan nilai logika Cy sama dengan gerbang
logika AND. Dari tabel diatas, dapat dibuat rangkaian half adder seperti dibawah
ini :
pers (3)
pers (4)
Untuk gambar dari Full Adder sebagai berikut :
BAB III
CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN
8
1110 = 23 + 22 + 21 + 00 = E
1101 = 23 + 22 + 01 + 20 = D
1111 = 23 + 22 + 21 + 20 = F
3.6 Konversi Heksadesimal ke Desimal
AB3 (heksadesimal) = ... (desimal)
A = 10 10 x 162 = 2560
B = 11 11 x 161 = 176
3
3 x 160 = 48
= 2784 (desimal)
3.7 Konversi Desimal ke BCD
371 (desimal) = ... (BCD)
3 = 0011
7 = 0111
1 = 0001
Jadi 371 (desimal) = 0011 0111 0001 (BCD)
3.8 Kode Excess-3
Ubahlah 25 menjadi kode excess-3
Tambahkan pada masing-masing angka dengan 3
2+3 = 5
5+3 = 8
Ubah ke kode biner 4 bit
5 = 0101
8 = 1000
Jadi representasi kode excess-3 nya adalah 0101 1000
3.9 Kode Grey
101011 (grey) = ... (biner)
Bit biner pertama adalah sama dengan bit kode Gray pertama
Apabila bit Gray kedua 0, bit biner kedua sama dengan yang pertama;
apabila bit gray kedua 1, bit biner kedua adalah kebalikan dari bit biner
pertama.
Langkah 2 diulang untuk setiap bit berikutnya.
1
0
1
0
1
1
1
10
BAB IV
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dalam makalah ini yaitu
1. Bilangan biner dapat dikonversi menjadi ekuivalen desimalnya dengan
cara menjumlahkan bobot-bobot bilangan biner yang megandung bit 1.
2. Sistem bilangan oktaf memiliki basis delapan, jadi setiap digit bilangan
oktaf dapat mempunyai harga 0 sampai 7, setiap digit bilangan oktaf
dinyatakan oleh tiga bit dari digit biner.
3. Sistem
bilangan
heksadesimal
memiliki
basis
16
yaitu
0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,A,B,C,D,E,F, setiap
digit
bilangan
desimal
dinyatakan oleh empat bit dari digit biner.
4. Bilangan BCD mirip denganbilangan biner, perbedaannya kode biner
langsung mengkodekan lengkap seluruh bilangan desimal dan
menyatakan dalam biner, sedangkan kode BCD mengubah setiap digit
desimal menjadi biner.
5. Pengkodean excess-3 untuk bilangan desimal dilakukan dengan cara
yang sama seperti BCD tetapi ditambahkan angka 3 pada setiap digit
desimal sebelum mengkodekan dalam biner.
6. Kode gray sering digunakan saat kode-kode lain dapat memberikan
hasil yang salah atau meragukan dalam transisi dimana berubah lebih
dari satu kode bit, sementara kode gray dalam seiap perpindahan dari
satu bilangan desimal ke bilangan berikutnya hanya mengubah satu
kode bit saja.
b.
Saran
Dalam penulisan makalah ini tentu terdapat kekurangan, penulis
mengharapkan saran yang bersifat membangun demi penulisan makalah
yang lebih baik kedepannya.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Floyd, L, Thomas, Digital Fundamental, Merril, 1994.
2. Hill, J, Frederick, Digital System, John Wiley and Sons, 1987.
3. Nashelsky, Louis, Introduction to Digital Computer Technology, John Wiley and
Sons,1987.
4. Barte, Thomas C, Digital Computer Fundamental, Mc Graw Hill, 1985.
5. Tocci, Ronald J., Digital System Principles and Applications, Prentice Hall
International, Inc., 1995.Floyd, L., Thomas, Digital Fundamental