Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Memiliki paras cantik dan tampan serta menarik merupakan dambaan bagi setiap pria
maupun wanita. Hampir semua baik wanita maupun pria di berbagai kelompok sosial
masyarakat menginginkan hal tersebut. Dengan memiliki paras rupawan, seorang wanita
ataupun pria tersebut bisa meningkatkan rasa percaya diri nya dan lebih diterima di
masyarakat. Dalam dunia kesehatan, banyak penyakit yang bisa mengurangi paras rupawan
seseorang, salah satunya adalah Melasma.
Melasma (juga dikenal sebagai chloasma atau mask of pregnancy) berasal dari bahasa
Yunani yakni melas yang berarti hitam. Melasma adalah hipermelanosis didapat yang
umunya simetris berupa makula yang tidak merata berwarna coklat muda sampai coklat tua,
mengenai area yang terpajan sinar ultraviolet dengan tempat predileksi pada pipi, dahi,
daerah atas bibir, hidung dan dagu.1-4
Insidensi melasma belum diketahui secara pasti. 1 Hasil penelitian Halder dkk, dari 2000
pasien kulit hitam yang datang ke sebuah klinik di Washington DC, USA menyatakan bahwa
kelainan kulit peringkat ketiga setelah vitiligo adalah masalah hiperpigmentasi.5
Melasma paling sering diderita wanita usia reproduksi, meskiput didapat pula pada pria
(10%) dari keseluruhan kasus.1 Melasma dapat terjadi pada semua ras terutama penduduk
yang tinggal di daerah tropis, akan tetapi paling sering mengenau individu yang berkulit
gelap (tipe kulit Fitzpatrick IV , V , VI), yaitu bangsa Hispanik, Asia Timur dan Selatan yang
merupakan daerah dengan radiasi sinar ultraviolet (UV) yang tinggi. Indonesia sendiri

merupakan negara tropis yang terletak di garis Khatulistiwa, dimana matahari bersinar
hampir sepanjang hari. Di negara kita ini, kebanyakan penduduknya belum terbiasa
menggunakan perlindungan terhadap sinar matahari, sehingga kasus melasma banyak
dijumpai. Di Indonesia, perbandingan kasus antara wanita dan pria adalah 24:1. Terutama
tampak pada wanita usia subur dengan riwayat langsung terkena pajanan sinar matahari.
Insidensi terbanyak pada usia 30-44 tahun. Kelainan ini dapat mengenai wanita hamil, wanita
pemakaipil kontrasepsi, pemakai kosmetik, pemakai obat, dan lain lain.1-4,12
Etiologi melasma sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Faktor kausatif yang
dianggap berperan pada patogenesis melasma diantaranya faktor endokrin, prediposisi
genetik, radiasi sinar ultraviolet (UV), ras dan faktor lainnya seperti pemakaian bahan
kosmetika tertentu, obat-obatan (bersifat fototoksik dan fotoalergik, antikonvulsi), defisiensi
nutrisi dan idiopatik.1,2,5
Ada 3 bentuk klinis berdasarkan distribusi pigmen dari pasien melasma yakni yang
pertama bentuk sentro-fasial meliputi daerah dahi, hidung, pipi bagian medial, bawah hidung,
serta dagu (63%), yang kedua bentuk malar meliputi hidung dan pipi bagian lateral (21%),
serta yang ketiga bentuk mandibular meliputi daerah mendibula (16%). Jumlah makula
hiperpigmentasi bervariasi mulai dari lesi tunggal sampai multipel.1,2,4,5
Walaupun resiko penyakit melasma dalam medis hanya kecil, namun penyakit ini dapat
menganggu penampilan wajah dan dapat mengurangi kepercayaan diri, secara emosional dan
psikis sangatlah menganggu penderita dan bisa menjadi masalah sosial di kelompok
masyarakat di berbagai negara.6 Melasma merupakan kelainan yang sulit diobati dengan
pengobatan-pengobatan yang telah ada, sekalipun itu memakai tabir surya untuk menghindari
paparan sinar matahari yang dimana itu merupakan kunci keberhasilan dari pengobatanpengobatan yang telah dilakukan.5,7,8 Saat ini belum da terapi spesifik untuk melasma yang

benar-benar efektif untuk pasien melasma secara holistik. Pengobatan yang ada hanya
memiliki efektitas dan bervariasi terhadap depigmentasi.1

Berbagai pengobatan-pengobatan terbaru telah digunakan untuk mengobati melasma


apalagi mengingat pentingnya mengobati kelainan satu ini. Sasaran pengobatan melasma
harus memiliki arah dan tujuan yakni memperlambat proliferasi melanosit, menghambat
pembentukan

melanosom

yang

mengakibatkan

penurunan

atau

degradasi

jumlah

melanosom.1,9 Hal ini bisa digapai dengan cara inhibisi aktivitas melanosit, inhibisi sintesis
melanin, menghancurkan melanin dan mengganggu granula-granula melanin. Menghindari
paparan langsung sinar matahari dan pemakaian tabir surya berspektrum luas terhadap radiasi
sinar ultraviolet (UV) dan sinar tampak secara teratur, menghentikan pemakaian kontrasepsi
oral, intravena, serta susuk, atau bahan-bahan yang memiliki kandungan hormon estrogenprogesteron serta juga menghindari produk-produk kosmetika wajah yang berbahaya, adalah
hal yang sangatlah penting untuk mencegah terbentuknya melanin baru dan bercak kehitaman
akibat melanin, selain itu penggunaan obat-obat depigmentasi seperti hidrokuinon, tretinoin,
kortikosteroid, asam azeleat, asam retinoat, vitamin C dan E, glutation, pigmen karotenoid
astaxanthin, dan pengelupasan secara kimia, dermabrasi, serta bedah laser yang dapat
digunakan sebagai monoterapi atau kombinasi.1,2,4,6,9,10
Memperhatikan kenyataan di atas, penulis sangat tertarik untuk mengevaluasi penyakit
melasma

di

Poliklinik

Kulit

dan

Kelamin

RSUP

Prof

Kandou

Manado.

Di Provinsi Sulawesi Utara belum ditemukan secara jelas prevalensi penyakit melasma
dalam beberapa tahun terakhir ini khususnya di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof
Kandou Manado. Oleh karena itu penulis ingin meneliti profil Melasma di Poliklinik Kulit
dan Kelamin RSUP Prof Kandou Manado, Sulawesi Utara dari tahun 2009 s.d 2011.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana profil penderita Melasma yang berkunjung dan berobat ke Poliklinik Kulit dan
Kelamin RSUP Prof Kandou, Manado.

1.3. Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui profil Melasma pada penderita yang berkunjung dan berobat di
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof Kandou Manado
2. Untuk mengetahui jumlah penderita Melasma di Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUP Prof Kandou Manado dalam kurun waktu 3 tahun terakhir
3. Untuk mengetahui angka kejadian secara statistik dari Melasma di Poliklinik Kulit
dan Kelamin di RSUP Prof Kandou Manado.

1.4. Manfaat Penelitian


1. Dapat memperoleh data-data mengenai penderita Melasma di Poliklinik Kulit dan
Kelamin RSUP Prof Kandou Manado.
2. Menambah wawasan dan pengetauan penulis mengenai Melasma
3. Sebagai referensi dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya
4. Melatih kemampuan dan keterampilan peneliti dalam melakukan penelitian
selanjutnya

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Penelitian ini bersifat retrospektif deskriptif

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof Kandou Manado
2. Waktu penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 2 bulan yaitu bulan Oktober 2012
hingga bulan November 2012

3.3. Subjek Penelitian


Dengan meneliti semua status penderita Melasma yang berkunjung dan mendapatkan
pengobatan di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof Kandou Manado dari tahun
2009 s/d tahun 2011.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


Profil adalah gambaran atau ikthisar yang memberikan fakta-fakta tentang hal-hal yang
khusus.
Melasma adalah hipermelanosis didapat yang umunya simetris berupa makula yang
tidak merata berwarna coklat muda sampai coklat tua, mengenai area yang terpajan

sinar ultraviolet dengan tempat predileksi pada pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung dan
dagu.
Perlu ditekankan bahwa dalam penelitian ini profil digambarkan atas beberapa variabel
penelitian yakni:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Angka kejadian
Total penderita Melasma
Umur
Kosmetik yang digunakan
Riwayat obat-obatan
Kontrasepsi Hormonal
Berapa kali mendatangi Rumah Sakit

3.5. Instrumen Penelitian


a.
b.
c.
d.

Alat tulis menulis


Catatan medik penderita (Buku Register dan dan status penderita)
Instrumen hitung
Bahan-Bahan referensi (Buku ajar, bahan kuliah, laporan penelitian, buku
elektronik, artikel dan jurnal-jurnal)

3.6. Cara Kerja


a.

Pengumpulan Data
Semua data dikumpulkan sendiri oleh peneliti secara retrospektif. Yaitu peneliti
mendatangi Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof Kandou dengan melihat Buku
Register. Setelah itu mengambil status penderita Melasma di bagian Rekam Medik
berdasarkan data di buku Register tersebut. Melalui prosedur tersebut data yang

diperlukan dapat ditemukan.


b. Pengolahan dan Penyajian Data
Data yang telah diperoleh diolah dan cara di sortir dan dikelompokkan menurut
variabel penelitian kemudian disajikan dalam bentuk tabulasi.
c. Penulisan Laporan Penelitian
Semua data disusun dalam bentuk tabel.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rigopoulos D, Gregoriou S, Katsambas A. Hyperpigmentation and Melasma. J


Cosmet Dermatol 2007;6:195-202.
2. Soepadirman L. Melasma. Djuanda A, Hamzah M. Aisah S, ed. Dalam: Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2010. h: 289-292
3. Rycroft RJG, Robertson SJ. Melasma. Color Handbook of Dermatology. Thieme
New York 2003. h: 172
4. Lapeere H, et al. Hypomelanoses and Hypermelanoses. Dalam: Fitzpatrick's
Dermatology in General Medicine (Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA,
Paller AS, Leffell DJ),Vol. 1. 7th edition. New York: McGraw-Hill; 2008.h.622-40
5. Grimes PE. Melasma: Etiologic and Therapeutic Considerations. Arch Dermatol
1995;131:1453-57
6. Tork HM. A Comprehensive Review of the Long-Term and Short-Term Treatment of
Melasma with a Triple Combination Cream. Am J Clin Dermatol 2006;7(4):223-30

7. Victor FC, Gelber J, Rao B. Melasma: A Review. J Cutan Med and Surg
2004;8(2):97-102
8. Balkrishnan, et al. Development and Validation of a Health-Related Quality of Life
Instrument for Women with Melasma. Br J Dermatol 2003;149:572-77
9. Menter A. Rational for the Use of Topical Coticosteroids in Melasma. J Drugs
Dermatol 2004; 3(2):169-174
10. Moertolo. Pengaruh Astaxanthin Topikal dan Sistemik terhadap Melasma Tipe
Epidermal. Makalah Simposium The Natural Astaxanthin Symposium 2009: An
Update on Clinic Research. 2009:1-14
11. Cestari T, Adjadji L, Hux M, Shimizu MR, Rives VP. Cost-Effectiveness of a Fixed
Combination of Hidroquinone/Tretinoin/Fluocinolone Cream Compared with
Hidroquinone Alone in the Treatment of Melasma. J Drugs Dermatol 2007;6(2):15360
12. Hadinoto RH. Studi perbandingan hasil terapi pada melasma dengan solusio TCA
25% dan 20%. Laporan penelitian akhir. Semarang: Lab/UPF Ilmu Penyekit Kulit dan
Kelamin FK UNDIP/RS Dr. Kariadi, 1994.

PROFIL PENDERITA MELASMA


POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF KANDOU
MANADO TAHUN 2009 2011

Oleh:
Silvestre Anggi Pangalinan
090 111 232
Dosen Pembimbing:
dr. Marlyn Grace Kapantow, SpKK (K)
Prof. Dr. Herry Pandaleke, Msc, SpKK (K)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI


MANADO
2012

Anda mungkin juga menyukai