Proposal
Proposal
PENDAHULUAN
merupakan negara tropis yang terletak di garis Khatulistiwa, dimana matahari bersinar
hampir sepanjang hari. Di negara kita ini, kebanyakan penduduknya belum terbiasa
menggunakan perlindungan terhadap sinar matahari, sehingga kasus melasma banyak
dijumpai. Di Indonesia, perbandingan kasus antara wanita dan pria adalah 24:1. Terutama
tampak pada wanita usia subur dengan riwayat langsung terkena pajanan sinar matahari.
Insidensi terbanyak pada usia 30-44 tahun. Kelainan ini dapat mengenai wanita hamil, wanita
pemakaipil kontrasepsi, pemakai kosmetik, pemakai obat, dan lain lain.1-4,12
Etiologi melasma sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Faktor kausatif yang
dianggap berperan pada patogenesis melasma diantaranya faktor endokrin, prediposisi
genetik, radiasi sinar ultraviolet (UV), ras dan faktor lainnya seperti pemakaian bahan
kosmetika tertentu, obat-obatan (bersifat fototoksik dan fotoalergik, antikonvulsi), defisiensi
nutrisi dan idiopatik.1,2,5
Ada 3 bentuk klinis berdasarkan distribusi pigmen dari pasien melasma yakni yang
pertama bentuk sentro-fasial meliputi daerah dahi, hidung, pipi bagian medial, bawah hidung,
serta dagu (63%), yang kedua bentuk malar meliputi hidung dan pipi bagian lateral (21%),
serta yang ketiga bentuk mandibular meliputi daerah mendibula (16%). Jumlah makula
hiperpigmentasi bervariasi mulai dari lesi tunggal sampai multipel.1,2,4,5
Walaupun resiko penyakit melasma dalam medis hanya kecil, namun penyakit ini dapat
menganggu penampilan wajah dan dapat mengurangi kepercayaan diri, secara emosional dan
psikis sangatlah menganggu penderita dan bisa menjadi masalah sosial di kelompok
masyarakat di berbagai negara.6 Melasma merupakan kelainan yang sulit diobati dengan
pengobatan-pengobatan yang telah ada, sekalipun itu memakai tabir surya untuk menghindari
paparan sinar matahari yang dimana itu merupakan kunci keberhasilan dari pengobatanpengobatan yang telah dilakukan.5,7,8 Saat ini belum da terapi spesifik untuk melasma yang
benar-benar efektif untuk pasien melasma secara holistik. Pengobatan yang ada hanya
memiliki efektitas dan bervariasi terhadap depigmentasi.1
melanosom
yang
mengakibatkan
penurunan
atau
degradasi
jumlah
melanosom.1,9 Hal ini bisa digapai dengan cara inhibisi aktivitas melanosit, inhibisi sintesis
melanin, menghancurkan melanin dan mengganggu granula-granula melanin. Menghindari
paparan langsung sinar matahari dan pemakaian tabir surya berspektrum luas terhadap radiasi
sinar ultraviolet (UV) dan sinar tampak secara teratur, menghentikan pemakaian kontrasepsi
oral, intravena, serta susuk, atau bahan-bahan yang memiliki kandungan hormon estrogenprogesteron serta juga menghindari produk-produk kosmetika wajah yang berbahaya, adalah
hal yang sangatlah penting untuk mencegah terbentuknya melanin baru dan bercak kehitaman
akibat melanin, selain itu penggunaan obat-obat depigmentasi seperti hidrokuinon, tretinoin,
kortikosteroid, asam azeleat, asam retinoat, vitamin C dan E, glutation, pigmen karotenoid
astaxanthin, dan pengelupasan secara kimia, dermabrasi, serta bedah laser yang dapat
digunakan sebagai monoterapi atau kombinasi.1,2,4,6,9,10
Memperhatikan kenyataan di atas, penulis sangat tertarik untuk mengevaluasi penyakit
melasma
di
Poliklinik
Kulit
dan
Kelamin
RSUP
Prof
Kandou
Manado.
Di Provinsi Sulawesi Utara belum ditemukan secara jelas prevalensi penyakit melasma
dalam beberapa tahun terakhir ini khususnya di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof
Kandou Manado. Oleh karena itu penulis ingin meneliti profil Melasma di Poliklinik Kulit
dan Kelamin RSUP Prof Kandou Manado, Sulawesi Utara dari tahun 2009 s.d 2011.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
sinar ultraviolet dengan tempat predileksi pada pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung dan
dagu.
Perlu ditekankan bahwa dalam penelitian ini profil digambarkan atas beberapa variabel
penelitian yakni:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Angka kejadian
Total penderita Melasma
Umur
Kosmetik yang digunakan
Riwayat obat-obatan
Kontrasepsi Hormonal
Berapa kali mendatangi Rumah Sakit
Pengumpulan Data
Semua data dikumpulkan sendiri oleh peneliti secara retrospektif. Yaitu peneliti
mendatangi Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof Kandou dengan melihat Buku
Register. Setelah itu mengambil status penderita Melasma di bagian Rekam Medik
berdasarkan data di buku Register tersebut. Melalui prosedur tersebut data yang
DAFTAR PUSTAKA
7. Victor FC, Gelber J, Rao B. Melasma: A Review. J Cutan Med and Surg
2004;8(2):97-102
8. Balkrishnan, et al. Development and Validation of a Health-Related Quality of Life
Instrument for Women with Melasma. Br J Dermatol 2003;149:572-77
9. Menter A. Rational for the Use of Topical Coticosteroids in Melasma. J Drugs
Dermatol 2004; 3(2):169-174
10. Moertolo. Pengaruh Astaxanthin Topikal dan Sistemik terhadap Melasma Tipe
Epidermal. Makalah Simposium The Natural Astaxanthin Symposium 2009: An
Update on Clinic Research. 2009:1-14
11. Cestari T, Adjadji L, Hux M, Shimizu MR, Rives VP. Cost-Effectiveness of a Fixed
Combination of Hidroquinone/Tretinoin/Fluocinolone Cream Compared with
Hidroquinone Alone in the Treatment of Melasma. J Drugs Dermatol 2007;6(2):15360
12. Hadinoto RH. Studi perbandingan hasil terapi pada melasma dengan solusio TCA
25% dan 20%. Laporan penelitian akhir. Semarang: Lab/UPF Ilmu Penyekit Kulit dan
Kelamin FK UNDIP/RS Dr. Kariadi, 1994.
Oleh:
Silvestre Anggi Pangalinan
090 111 232
Dosen Pembimbing:
dr. Marlyn Grace Kapantow, SpKK (K)
Prof. Dr. Herry Pandaleke, Msc, SpKK (K)
FAKULTAS KEDOKTERAN