Diagnosis urolithiasis dibuat berdasar hasil anamnesa (riwayat kasus), pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesa
Tanda-tanda klinis urolithiasis tergantung pada letak urolith, derajad dan lama obstruksi
atau iritasi dinding mukosa traktus urinarius yang disebabkan oleh urolith, kristal atau karena
infeksi traktus urinarius. Gejala klinis yang nampak pada anjing yang menderita urolithiasis
menurut (Confer,1995) adalah sebagai berikut :
1.
Gejala klinis yang terlihat apabila terjadi obstruksi pada urethra adalah ;
1. Sering berusaha urinasi, namun urin yang dikeluarkan sedikit atau hanya menetes
2. Terlihat tegang saat urinasi (dysuria/stranguria).
3. Tidak mampu untuk urinasi (anuria) jika terjadi obstruksi sempurna
4. Hematuria
5. Vesica urinaria menggelembung karena penuh urin
6. Terjadi ruptur di vesica urinaria yang dapat mengakibatkan terjadinya ascites
2.
Gejala klinis bila terjadi cystic calculi (urolithiasis pada vesica urinaria) ;
1. Dysuria/stranguria
2. Hematuria
3. Gejala sistemik biasanya tidak nampak
3. Gejala klinis bila terjadi renal atau ureteral kalkuli antara lain ;
1. Kesakitan pada bagian abdominal
2. Hematuria
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan pada saluran air kencing sangat diprioritaskan. Pada waktu melakukan
pemeriksaan fisik, palpasi daerah abdomen pada bagian hipogastricus (Confer,1995) :
- Ukuran vesica urinaria membesar
- Konsistensi vesica urinaria mengeras
- Mengalami rasa sakit
1. Palpasi abdominal :
Palpasi abdominal dilakukan untuk merasakan adanya batu yang terdapat di dalam vesika
urinaria. Palpasi dapat dilakukan dengan kedua tangan, dengan posisi tangan kanan dan kiri
menekan bagian vesica urinaria, sampai ujung jari dari kedua tangan saling bersentuhan. Apabila
anjing merasa kesakitan, kemungkinan terjadi obstruksi di vesica tersebut, dan jika terdapat batu
atau kalkuli maka akan terasa adanya benda asing yang keras di vesica urinaria. Palpasi
abdominal, terutama di daerah vesica urinaria kadang-kadang terasa tebal dan kasar. Urolith yang
cukup besar biasanya dapat dipalpasi, sedangkan urolith yang multiple biasanya dapat dikenali
karena teraba kasar. Multipel urolith juga sering terdapat di sepanjang traktus urinarius.
2. Katetrisasi
Jika ada sumbatan pada urethra, vesica urinaria akan menggembung dan menimbulkan
rasa sakit (dinding vesika urinaria jarang robek, tetapi jika robek maka tidak akan dapat
dipalpasi). Letak kalkuli yang menyebabkan sumbatan pada urethra dapat dideteksi dengan
melewatkan kateter ke dalam saluran urethralis. Pada anjing jantan adanya urolith dapat
diketahui jika kateter yang dimasukkan lewat urethra, tidak dapat mencapai vesica urinaria.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium.
2. Pemeriksaan Radiologi
3. Pemeriksaan Ultrasonografi
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium meliputi :
A. Pemeriksaan visual
Turbiditas dan warna dari urin. Warna urin normal adalah kuning bening, sedangkan urin
yang tidak normal berwarna merah karena darah dan keruh. Volume urine normal adalah 7502.000 ml/24hr. Pengukuran volume ini pada pengambilan acak (random) tidak relevan. Karena
itu pengukuran volume harus dilakukan secara berjangka selama 24 jam untuk memperoleh hasil
yang akurat. Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat mengindikasikan
kemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, darah di urin (hematuria), penyakit hati, kerusakan otot
atau eritrosit dalam tubuh. Obat-obatan tertentu juga dapat mengubah warna urin. Kencing
berbusa sangat mungkin mewakili jumlah besar protein dalam urin (proteinuria).
Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urine adalah :
1. Merah : Penyebab patologik : hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen, porfirin. Penyebab
nonpatologik : banyak macam obat dan zat warna, bit, rhubab (kelembak), senna.
2. Oranye : Penyebab patologik : pigmen empedu. Penyebab nonpatologik : obat untuk
infeksi saliran kemih (piridium), obat lain termasuk fenotiazin.
3. Kuning : Penyebab patologik : urine yang sangat pekat, bilirubin, urobilin. Penyebab
nonpatologik : wotel, fenasetin, cascara, nitrofurantoin.
4. Hijau : Penyebab patologik : biliverdin, bakteri (terutama Pseudomonas). Penyebab
nonpatologik : preparat vitamin, obat psikoaktif, diuretik.
5. Biru : tidak ada penyebab patologik. Pengaruh obat : diuretik, nitrofuran.
6. Coklat : Penyebab patologik : hematin asam, mioglobin, pigmen empedu. Pengaruh obat :
levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.
7. Hitam atau hitam kecoklatan : Penyebab patologik : melanin, asam homogentisat,
indikans, urobilinogen, methemoglobin. Pengaruh obat : levodopa, cascara, kompleks
besi, fenol.
B. Spesific Gravity
Tes ini berfungsi untuk mendeteksi seberapa baik ginjal dapat mengkonsentrasikan urin
dan jumlah dari substansi/zat-zat yang terdapat pada urin. Tes ini mengukur berat dari urin
dibandingkan dengan air biasa pada jumlah yang sama. Semakin tinggi nilai urin specific gravity
ini, maka semakin padat material yang terdapat pada urin.
C. Dipstick Analysis
Strip test kimiawi yang mengecek ada tidaknya glukosa, protein, bilirubin dan keton di
dalam urin.
1. Sel darah putih (pyuria) : normalnya sel darah putih tidak terdapat di dalam urin. Adanya
sel darah putih di dalam urin dapat menandakan adanaya infeksi saluran perkencingan,
gangguan ginjal, dan kanker.
2. Sel darah merah (hematuria) : sama seperti sel darah putih, seharusnya sel darah merah
tidak terdapat di dalam urin. Adanya sel darah merah ini dapat menandakan adanya
peradangan, penyakit, serta cedera/luka pada ureter, vesica urinaria, atau urethra.
3. Protein (Proteinuria) : protein normalnya tidak ditemukan di dalam urin. Hasil tes ini
harus disesuaikan dengan tes specific gravity. Protein pada urin yang encer lebih banyak
daripada protein pada urin yang pekat. Beberapa hal yang menyebabkan protein ada pada
urin adalah peradangan, hemoraghi, atau gangguan ginjal.
4. Glukosa (glukosuria) : glukosa merupakan jenis gula yang biasanya ditemukan pada
darah. Seharusnya tidak ada glukosa dalam darah. Hal yang sering menyebabkan glukosa
pada urin adalah diabetes.
5. Bilirubin (bilirubinemia) : bilirubin adalah pigment oranye dari empedu dari hati.
Keberadaan bilirubin pada urin mengindikasikan adanya penyakit hati atau hemolisis
(hancurnya sel darah merah), gangguan ginjal, Feline Hepatic Lipidosis dan FIP.
6. Keton : tidak ada keton pada urin kucing yang normal. Keton dihasilkan ketika lemak,
yang lebih dipergunakan daripada glukosa, dipecah oleh tubuh untuk menghasilkan
energy. Jumlah besar keton dalam urin mengindikasikan diabetes ketoacidosis atau
kekurangan gula / malnutrisi.
7. pH urin : merupakan pengukuran dari tingkat keasaman dari urin, apakah alkalis / asam.
pH normal urin sekitar 6 7. Tingkat keasaman ini dapat tergantung dari jenis pakan,
obat, dan adanya penyakit. Kucing biasanya memiliki pH yang sedikit asam.
D. Pemeriksaan mikroskopik
2. Pemeriksaan Radiologi
Pada radiografi densitas batu bisa dilihat, meliputi ukuran dan bentuk di vesica urinaria.
Pemeriksaan ini sangat membantu dalam mendiagnosa terhadap anjing yang diduga menderita
urolithiasis, karena dapat memberikan gambar yang sangat jelas tentang ada tidaknya batu dan
lokasi dari batu tersebut di saluran urinaria (Woodley et al, 1995). Persiapan pasien yang
memadai guna pemeriksaan radiografi sangat penting untuk pengamatan terhadap adanya kalkuli
dan lesi pada traktus urinarius. Urolith kecil sering tidak kelihatan, atau dapat terjadi kesalahan
dalam interpretasi jika persiapan pasien tidak memadai. Untuk mengetahui adanya kalkuli pada
ginjal paling baik hewan diletakkan dalam posisi ventrodorsal, sedangkan untuk mengetahui
kalkuli di dalam vesica urinaria dan urethra sebaiknya dalam posisi mediolateral
(Domingo,1996) .
Confer, A.W and R.J. Panciera. 1995. The Urinary System. In Thomson. Special Veterinary
Pathology. Second Edition. St Louis Baltimore. Boston pp : 209 213
Domingo, R.A., Annette L.R . Gerald V.L., P.S Schiffman dan D . L Johnson. 1996.
Ultrastructure of Selected Struvite-Containing Urinary Calculi from Dog. American Journal of
Veterinary Research.57 p : 1274-1287.