Diajukan oleh:
MIFTAH BUDI SETIAWAN
NPM: 144060006340
Statement of Authorship
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah
murni hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya gunakan tanpa menyebutkan
sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makaah/tugas pada
mata ajaran lain kecuali saya menyatakan dengan jelas bahwa saya menyatakan dengan jelas bahwa saya
menyatakan menggunakannya.
Saya memahami bahwa tugas yang saya kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Mata ajaran
Judul makalah/tugas
Dosen
: Akuntansi Manajemen
: Evaluasi Pengelolaan Kinerja Pada Enager, Inc.
: Kusmanadji, MBA
President Enager
Industries, Inc.
Carl Randall
Cheif Financial
Officer
Henry Hubbart
GM Consumer
Products
GM Industrial
Products
GM Professional
Services
Sebelum tahun 1992 setiap divisi diperlakukan sebagai profit center, dengan menegosiasikan
anggaran pendapatan dan belanja antara President Enager, Inc. dan General Manager dari setiap divisi.
Carl Randall, President, memutuskan untuk mulai memperlakukan setiap divisi sebagai investment center.
Sehingga setiap divisi dapat menghubungkan aset divisi mereka dengan pendapatannya.
Semenjak tahun 1992, kinerja setiap divisi diukur berdasarkan return on assets (RoA), dengan
membagi net income setiap divisi dengan total aset. Net income yang digunakan sebagai dasar
perhitungan adalah net income sebelum pajak (EBIT). Setelah itu, mengurangkannya dengan biaya
administrasi pusat perusahaan dan income tax.
Asset perusahaan dibagi menjadi tiga divisi. Setiap divisi mengoperasikan secara fisik fasilitas yang
terpisah dan mudah untuk membagi aset seperti persediaan dan piutang. Aset perusahaan termasuk kas
perusahan yang tersentral, dialokasikan sebesar pendapatan yang dihasilkan masing-masing divisi. Aset
tetap dicatat sebesar nilai perolehan dan didepresiasikan dengan menggunakan metode garis lurus
Pada tahun 1991, Perusahaan mendapatkan return on end year assets (RoA) adalah sebesar 5,2%.
Dan RoA sebelum pajak dengan menggunakan net income sebelum pajak dibagi dengan total asset
sebesar 9,3%. Hubbard berpendapat perusahaan seharusnya memiliki return on assets sebelum
pajak/gross return sebesar 12 %, sebesar jumlah tingkat bunga yang dibayar perusahaan. Hubbard
menginstruksikan agar semua divisi untuk mendapatkan RoA/ gross return sebesar 12% pada tahun 1992
dan 1993. Hubbart mebuat kebijkan untuk membantu return pada tingkat tersebut dengan cara
membatasi semua investasi baru yang dilakukan divisi harus memenuhi RoA/ gross return minimum 15%
untuk dapat dilanjutkan.
Hubbard dan Randall sangat puas dengan hasil tahun 1992. RoA perusahaan meningkat dari 5, 2%
ke 5,7% dan gross profit juga meningkat dari 9,3% ke 9,5%. Pada tahun 1992 Randall menekankan untuk
Divisi Industrial Product untuk meningkatkan RoA. General Manager Industrial Product beralasan bahwa
divisi mereka baru saja memberi mesin baru sehingga meningkatnya nilai aset. Pada saat yang bersamaan
return on sales perusahaan meningkat sebesar 5,1% ke 5,5% dan return on equity naik sebesar 9,1% ke
9,2%. Professional services melampaui target gross return yaitu 12%. Divisi Consumer Product RoA
sebesar 10,8% namun RoA Industrial assets sebesar 6,9%.
Hasil kinerja tahun 1993 mengecewakan, RoA nya turun dari 5,7% ke 5,4& dan gross return turun
dari 9,5% ke 9,4%. Carl Randal berusaha mengetahui penyebab turunnya kinerja perusahaan
Pada tahun 1993, perusahaan baru saja menolak proyek investasi senilai $3.000.000 yang
diajukan divisi Consumer Product. Sarah Mc Neil, Product development manager divisi Consumer Product,
mengajukan investasi yang akan menghasilkan $390,000 sebelum pajak. Investasi ini juga akan
meningkatkan earning per share (eps) sebsar 15 cent per share. Semua Investasi baru harus melewati RoA
15% untuk dapat disetujui perusahaan.
Pertanyaan penelitian
1. Apakah pengukuran kinerja yang dilakukan perusahaan sudah tepat?
2. Apakah keputusan untuk menolak investasi sudah tepat?
untuk menghasilkan revenue. Kinerja perusahaan akan lebih tergambar dengan membagi beban dan aset
sesuai dengan asset yang dimiliki setaip divisi.
Ketika melakukan pengukuran kinerja, perusahaan harus mempertimbangkan juga nature bisnis
dari masing-masing divisi. Saat ini, perusahaan menggunakan RoA untuk menilai kinerja setiap divisi.
Penggunaan RoA menjadi ukuran bisa jadi tidak fair untuk menilai. Setiap divisi perusahaan yang memiliki
karakteristik berbeda sulit melakukan pengukuran karakteristik dengan mengunakan satu indikator
kinerja saja.
Penggunaan RoA dalam pengukuran kinerja juga tidak dapat mengukur potensi kinerja dari
masing-masing divisi secara akurat. Nature bisnis dan kondisi pasar yang berbeda, membuat setiap divisi
sulit dibandingkan secara aple to aple. Pengukuran kinerja seharusnya lebih disesuaikan dengan
karakteristik dan kondisi pasar setiap divisi.
Kinerja Divisi Professional services sangat bagus jika dilihat dari ukuran RoA. Namun kinerja bagus
tersebut banyak didorong oleh kondisi pasar yang sedang bagus. Permintaan pasar akan jasa yang
ditawarkan divisi ini sangat tinggi, sehingga divisi ini akan lebih mudah mencapai target RoA dari pada
divisi lain. Kinerja divisi tidak sepenuhnya tergambar dari RoA yang dihasilkan.
Pengukuran yang lebih fair dapat dilakukan dengan mempertimbangkan aspek aktivitas dalam
menjalankan bisnis selain penggunaan aspek keuangan. RoA yang menjadi ukuran kinerja perusahaan
selama ini belum menecerminkan aktivitas bisnis setiap divisi. RoA lebih menjadi ukuran financial yang
menunjukan profitabilitas divisi.
Pengukuran kinerja perusahaan akan dapat dilakukan dengan membandingkan hasil ukuran
dengan potensi yang dimiliki masing-masing divisi. Kinerja dalam pandangan ini diukur sesuai usaha yang
dilakukan setiap divisi untuk mencapai taget kinerja.
Enager, Inc. dapat menggunakan lebih dari satu ukuran untuk menilai kinerja setiap divisi.
Banyaknya dimensi yang diukur akan mencerminkan kinerja dengan lebih akurat. Indikator kinerja yang
digunakan akan saling melengkapi dan menutupi kelemahan masing-masing indikator. Indikator kinerja
selain RoA, seperti penetapan target laba dan jumlah penjualan dapat digunakan untuk melengkapi
indikator kinerja yang dipakai Enager, Inc.
Terget kinerja yang sulit dicapai juga menajadi masalah pada Enager, Inc. Perusahaan menetapkan
target yang terlalu tinggi dengan nilai sebesar RoA/ gross margin sebesar 12% padahal beberapa tahun
terakhir pencapaian perusahaan hanya sebesar 9,3%; 9,5%; dan 9,1%. Dengan target tersebut perusahaan
harus meningkatkan gross profit lebih dari 30%. Target tersebut sulit dicapai, jika target tersebut tidak
dapat dicapai akan menimbulkan masalah bagi perusahaan. Pegawai akan mengalami demotivasi karena
capaiannya tidak selalu tidak memenuhi target atau biasa disebut sebagai Budgetary Slack.
Target kinerja juga mempengaruhi keputusan yang diambil oleh manager. CFO Enager, Inc.,
Henry Hubbart menolak investasi yang diajukan oleh Divisi Consumer Product karena tidak melewati
target RoA yang ditargetkan. Padahal investasi ini menguntungkan bagi perusahaan.
Meskipun setiap divisi diberikan hak sebagi investment center namun tidak semua keputusan
investasi diambil oleh General Manager. Divisi hanya diberikan kewenangan untuk keputusan investasi
yang nilainya kurang dari $1.500.000. Sementara keputusan investasi yang nilainya besar diputusakan
oleh CFO perusahaan.
Keputusan Hubbart dalam menolak proposal investasi didorong oleh satu indikator yaitu RoA/
gross margin. Jika perusahaan hanya mempertimbangkan RoA dalam pegambilan keputusan maka
proposal itu akan ditolak, namun perusahaan harus mempertimbangkan aspek lain dalam pengambilan
keputusan investasi sepeti tujuan perusahaan secara umum, pengaruhnya terhadap profitabilitas
perusahaan, dan kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Invesatasi yang baru sebenarnya cukup profitable bagi perusahaan. Break Even Point (BEP) akan
dicapai pada tahun pertama. Target penjualan sebesar 100.000 unit namun perusahaan hanya butuh
penjual sebesar 56,667 unit untuk mencapai BEP. Investasi ini akan lebih menarik karena Contributed
margin rationya sebear 50% dan perusahaan masih belum menjual pada titik produksi optimum.
Dengan memperhitungkan pertimbangan selain RoA, seharusnya perusahaan mengambil
investasi tersebut. Perusahaan akan meningkatkan pendapatannya dengan mengambil peluang investasi
tersebut.
BAB IV Kesimpulan
Perusahaan Enager, Inc. menerapkan sistem desentralisasi dalam pertanggung jawaban kinerja.
Hal ini sejalan dengan struktur organisasi pada Enager, Inc. dengan membagi perusahaan menjadi 3 divisi.
Setiap divisi memiliki informasi teknis yang lebih mendalam terkait proses bisnis divisi, sehingga
keputusan yang diambil akan lebih sesuai dengan keadaan yang terjadi di lapangan.
Pada Enager, Inc. setiap divisi memiliki lini bisnis sendiri yang tidak berkaitan satu sama lain.
General manager diberikan kewenangan untuk mengatur pendapatan dan belanja masing-masing. Ketika
melakukan pengukuran kinerja, perusahaan harus mempertimbangkan juga nature bisnis dari masingmasing divisi. Saat ini, perusahaan menggunakan RoA untuk menilai kinerja setiap divisi. Nature bisnis dan
kondisi pasar yang berbeda, membuat setiap divisi sulit dibandingkan secara aple to aple.
Pengukuran yang lebih fair dapat dilakukan dengan mempertimbangkan aspek aktivitas dalam
menjalankan bisnis selain penggunaan aspek keuangan. Dalam pengukuran kinerja yang dilakukan Enager,
Inc. belum menggambarkan keadilian karena semua divisi mendapat beban dan pembagian aset
disesuaikan dengan pendapatan yang dihasilkan masing-masing divisi. Pengukuran kinerja perusahaan
harus mempergunakan lebih dari satu indikator agar dapat lebih mencerminkan kinerja perusahaan
secara akurat.
Pegawai akan mengalami demotivasi karena capaiannya tidak selalu tidak memenuhi target atau
biasa disebut sebagai Budgetary Slack. Enager, Inc. harus merubah sistem pengukuran kinerja yang ada
saat ini. Pengukuran kinerja harus disesuaikan dengan kondisi dengan memandingkan kinerja real setiap
divisi.
Daftar Pustaka
Hansen, D. R. (2007). Managerial Accounting. (8. th, Ed.) Mason, Oklahoma: Thomson South-Westren.