Anda di halaman 1dari 41

SKENARIO 3: GERIATRI DAN PENUAAN

SKENARIO
Bu Winda usia 55 tahun datang ke klinik untuk berkonsultasi tentang dirinya yang
sudah tidak seenergik dulu, padahal ia seorang direktur utama pada sebuah perusahaan
ternama. Haidnya sudah tidak lagi teratur, mudah cemas, susah tidur dan mudah sekali maeah
sekalipun untuk hal-hal sepele. Tiga hari yang lalu lutut sebelah kanannya mengalami
bengkak, merah dan nyeri. Bu Winda ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada
dirinya, apa yang harus dilakukan dan hal-hal apa saja yang dipantangkan. Termasuk jug
nutrisi apa yang paling tepat untuk dirinya.

KLARIFIKASI ISTILAH
1. Geriatri : cabang ilmu kedokteran yang terutama menangani berbagai masalah penuaan
serta penyakit pada orang tua (kamus Dorland).
2. Penuaan : suatu proses penurunan fisik, fungsional sel, dan peningkatan kerentanan
seseorang dikarenakan faktor usia (Depkes, 2003).
3. Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari
sistem tubuh, pertumbuhan, dan pemeliharaan kesehatan.
4. Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik uterus, disertai pelepasan (deskuamasi)
endometrium (Hanafiah, 2009).
5. Konsultasi :
Semacam diskusi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Contohnya, konsultasi antara dokter umum dengan dokter spesialis mengenai sesuatu yang
tidak dipahami.
6. Nutrisi
:
Substansi organik yang dibutuhkan oleh organism
7. Nyeri
:
Suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak nyaman akibat
kerusakan jaringan.
8. Cemas
:
Reaksi emosional akibat sesuatu yang tidak pasti dan tidak jelas.
9. Geriatri :
Cabang kedokteran yang berkenaan dengan diagnosa dan pengobatan
atau kadang-kadang hanya pengelolaan dari kondisi dan gangguan yang terjadi pada usia
tua

ANALISIS MASALAH
1. Kondisi fisik pada manula :
- Demensia : penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara
perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk
memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian
- Kulit berkerut
- Egosentris
- Daya ingat menurun

Perbandingan demensia dan retardasi mental


DEMENSIA
RETARDASI MENTAL
- Penurunan
kemampuan
mental - Perkembangan jiwa yang tidak
secara progresif
lengkap dari sejak lahir
- Berpengaruh
pada
kemampuan - Berpengaruh
pada
kemampuan
berfikir (ingatan)
kognitif, bicara,bahasa
- Bagian dari proses penuaan yang
- Gangguan bawaan (kongenital)
- Klasifikasi:
normal
a. Ringan
- Klasifikasi :
a. Berdasarkan
struktur
otak b. Sedang
c. Berat
(Alzheimer, vaskular)
b. Menurut umur (senilis, prasenilis)
c. Menurut
perjalanan
penyakit
(reversibel, irreversible)
Kondisi mental pada manula :
Di bidang mental pada lanjut usia perubahan dapat berupa;
a. Sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak bila
memiliki sesuatu sikap-sikap ini timbul berbeda antara satu lansia dengan
lansia yang lain karena sikap ini muncul karena hasil dari sikap para lansia
pada waktu mudanya.
b. Mengharapkan tetap diberi peranan dalam masyarakat
c. Ingin mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin tetap berwibawa

Perbandingan regenerasi dan degenerasi


REGENERASI
Pembaharuan struktur secara alami,
misalnya pada kehilangan jaringan atau
bagian tubuh.

DEGENERASI
Perubahan dari bentuk yang lebih tinggi
ke bentuk yang lebih rendah terutama
perubahan jaringan menjadi bentuk
yang lebih rendah/ secara fungsional
kurang aktif (kemunduran fungsional)

2. Gejala menopause :
1. Siklus Menstruasi menjadi tidak teratur
2. Sering merasa cemas
3. Sulit berkonsentrasi
4. Tidur tidak nyenyak (gelisah dan berkeringat) atau sulit tidur
5. Tubuh terkadang bergetar terutama bila berada di lingkungan baru dan merasa
cemas atau takut
6. Mudah merasa lelah
7. Muka kering

8. Keringat berlebih
9. Mual dan pusing
10.Tangan dan kaki sering kesemutan
11. Pernafasan tidak teratur
12.Jantung sering berdebar-debar
13.Gelisah yang berlebihan
14.Mudah tersinggung
Masa menopause dibagi menjadi tiga bagian yaitu premenopause saat sebelum
memasuki masa menopause, perimenopause saat menstruasi mulai tidak teratur,
keluhan gejala fisik meningkat dan disinilah banyak terjadi perubahan yang membuat
wanita tidak nyaman, dan postmenopause saat wanita telah mengalami menopause
(Becker, 2001). Saat perimenopause, perubahan dan ketidaknyamanan atas diri meningkat
karena adanya pengaruh penurunan hormon estrogen dibandingkan fase-fase lainnya karena
fungsi ovarium juga menurun. Perubahan-perubahan inilah yang membuat munculnya sikap
negatif terhadap menopause karena wanita khawatir tentang menopause dan beranggapan
akan kehilangan daya tarik serta khawatir orang-orang yang dicintainya akan
meninggalkannya. Permasalahan psikologis yang bisa muncul pada masa menopause adalah
depresi, mudah tersinggung dan mudah marah, mudah curiga, diliputi banyak kecemasan,
insomnia karena sangat bingung dan gelisah ( Kartono, 1992).
Oleh karena itu, jika dikaitkan dengan permasalahan mengapa haid pada usia 55 tahun
menjadi tidak teratur maka dapat diartikan bahwa seseorang tersebut telah mengalami gejala
menopause dan wajar bila hal tersebut terjadi karena usianya pun telah memasuki usia
menopause.
3. Terjadinya bengkak dikaki diakibatkan karena penumpukan basa purin akibat ginjal
tidak mampu mengeluarkannya.
4. Gout (asam urat) : penumpukan basa purin akibat ginjal tidak mampu
mengeluarkannya.
Gejala :
- Nyeri sendi, kemerahan dan bengkak
5. Nutrisi yang perlu dikonsumsi oleh lansia :
- Vitamin C, E
Selain jeruk dan stroberi, mentimun juga kaya vitamin c ditambah air dana sam amino
yang tinggi makanya cocok dipakai untuk berbagai jenis pengobatan dan pemeliharaan
kulit, menghilangkan jerawat sampai mencegah kerutan dini .Kandungan unsur fosfor,
asamfolat, dan vitamin C nya yang berhasiat menghilangkan stres.
Kehebatan vitamin E terhadap kulit bisa dibuktikan dengan mengoleskan minyak vitamin
E pada kulit yang terbakar matahari. Beberapa menit saja kemerahan dan bengkak akan
memudar.
- Zinc
Zinc adalah salah satu zat penting dalam produksi sel. Bahan makanan yang kaya akanzat
Zinc adalah seafood, biji semangka, danjahe.

- Selenium
Proses oksidan dalam tubuh yang disebabkan oleh zat-zat oksidan menyebabkan
jaringankita kehilangan elastisitasnya. Selenium lah yang berperan besar mengembalikan
elastisitas kulit. Zat ini didapat dari biji-bijian, seafood, bawang dan lain-lain.
6. Hal-hal yang dipantangan untuk lansia :
- Makanan : makanan yang banyak mengandung kolesterol seperti kacang-kacangan
dan kulit.
- Kebiasaan yang buruk seperti merokok
- Kegiatan yang membutuhkan kerja otot terlalu berat
LEARNING OBJECT
A. PENUAAN
1. DEFINISI PENUAAN
Definisi aging menurut A4M (American Academy of Anti-Aging Medicine) adalah
kelemahan dan kegagalan fisik-mental yang berhubungan dengan aging normal disebabkan
oleh disfungsi fisiologik, dalam banyak kasus dapat diubahdengan intervensi kedokteran
yang tepat (Klatz, 2003).
Penuaan adalah hasil akumulasi dari perubahan organisme atau objek karena waktu.
Penuaan pada manusia berkaitan dengan proses multidimensional fisik, psikologis dan
perubahan sosial. Umur merupakan ukuran secara kronologis, dan ulang tahun seseorang
merupakan hal yang penting dalam masalah "penuaan".
Klasifikasi penuaan menurut WHO:
a. Usia pertengahan (middle age) : usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) : usia 60 dan 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) : usia 75 dan 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) : usia diatas 90 tahun
2. PROSES PENUAAN
Proses penuaan dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Penuaan primer: perubahan pada tingkat sel.
b. Penuaan sekunder: proses penuaan akibat faktor-faktor lingkungan fisik dan sosial,
stres fisik/psikis, serta gaya hidup dan diet dapat mempercepat penuaan.
Fase-fase penuaan, yaitu :
a. Fase 1 (Sub Clinical)
Terjadi pada saat mencapai usia 25-35 tahun
Pada fase ini produksi hormon mulai berkurang dan mulai terjadi kerusakan sel
tapi tidak memberi pengaruh pada kesehatan.
Masih belum ada gejala dari proses penuaan sehingga tubuh masih bugar
b. Fase 2 (Transisi)
Terjadi pada usia 35-45 tahun,
Produksi hormon sudah menurun sebanyak 25%.
Sudah mulai terlihat gejala dari proses penuaan sehingga tubuh mulai mengalami
tanda tanda penuaan seperti mata mulai mengalami rabun dekat sehingga perlu

menggunakan kacamata berlensa plus, rambut mulai beruban dan stamina tubuh
berkurang.
Bila pada masa ini dan sebelumnya , melakukan gaya hidup yang tidak sehat bisa
berisiko terkena kanker.
c. Fase 3 (Clinical)
Terjadi pada usia 45 tahun ke atas.
Produksi hormon sudah berkurang sampai akhirnya berhenti sama sekali.
Pada fase ini kaum perempuan mengalami masa yang disebut menopause
sedangkan kaum pria mengalami masa andropause.
Tanda tanda penuaan yang mulai tampak pada fase ini yaitu kulit menjadi kering
karena mengalami dehidrasi, tubuh menjadi cepat capek dan mulai timbul berbagai
penyakit degeneratif seperti diabetes, osteoporosis, hipertensi dan jantung koroner.
Terdapat tiga dasar fundamental yang dipakai untuk menyusun berbagai teori menua,
yaitu:
a. Pola penuaan pada hampir semua spesies mamalia diketahui adalah sama.
b. Laju pertumbuhan ditentukan oleh gen yang sangat bervariasi pada setiap spesies.
c. Laju atau kecepatan penuaan dapat diperlambat, tapi tidak dapat dihindari atau
dicegah.
Ada 4 teori pokok dari aging (Goldman dan Klatz, 2007), yaitu:
a. Teori wear and tear
b. Teori neuroendokrin
c. Teori Kontrol Genetik
d. Teori Radikal Bebas
A. Teori Penuaan Biologis
1.

Teori Telomere
Pada ujung

setiap

kromosom,

terdapat

sekuen

pendek

DNA

nontranskripsi yang dapat diulang berkali-kali yang dikenal sebagai telomere.


Sekuen telomere ini tidak seluruhnya terkopi sepanjang sintesis DNA menuju ke
mitosis. Sebagai hasilnya, ekor untaian tunggal DNA ditinggal di ujung setiap
kromosom akan dibuang dan pada setiap pembelahan sel, telomere menjadi
2.

pendek.
Teori Wear and Tear
Teori Wear And Tear mengajukan akumulasi sampah metabolik atau zat
nutrisi dapat merusak sintesis DNA. August Weissmann berpendapat bahwa sel
somatik nomal memiliki kemampuan yang terbatas dalam bereplikasi dan
menjalankan fungsinya. Kematian sel terjadi karena jaringan yang sudah tua
tidak beregenerasi. Teori wear and tear mengungkapkan bahwa organisme
memiliki energi tetap yang tersedia dan akan habis sesuai dengan waktu yang
diprogramkan. Hilangnya sel secara normal akibat dari perubahan dalam
kehidupan sehari-hari dan penumpukan rangsang subletal dalam sel yang

berakhir dengan kegagalan sistem yang cukup besar sehingga keseluruhan


3.

organisme akan mati.


Teori Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron
yang tidak berpasangan diorbit luarnya. Oksigen yang kita hirup akan diubah
oleh sel tubuh secara konstan menjadi senyawa yang sangat reaktif , dikenal
sebagai senyawa reaktif oksigen / reactive oxygen species (ROS). Peristiwa ini
terjadi saat proses sintesa energi oleh mitokondria atau proses detoksifikasi yang
melibatkan enzim sitokrom P-450 di hati. Proses penuaan menurut teori radikal

bebas:
- Tubuh memiliki satu/lebih pasang elektron pada orbit luar dari atom/molekul.
- Ketika atom / molekul yang kehilangan satu elektron, sehingga menjadi tidak
stabil, kemudian akan mengambil satu elektron dari molekul terdekatnya.
- Karena atom / molekul radikal bebas ini saling tarik menarik untuk melengkapi
strukturnya.Terbentuklah radikal bebas baru yang dapat menyerang molekul lain
di sampingnya, begitu seterusnya.
- Terjadi reaksi berantai seterusnya.
- Setiap kali pasangan elektron berpisah, meninggalkan kerusakan yang hebat.
4.

Inilah yang disebut penuaan.


Teori Genetika
Teori genetika merupakan teori yang menjelaskan bahwa penuaan
merupakan suatu proses yang alami di mana hal ini telah diwariskan secara
turun-temurun (genetik) dan tanpa disadari untuk mengubah sel dan struktur
jaringan. Teori genetika terdiri dari teori DNA, teori ketepatan dan kesalahan,
mutasi somatik, dan teori glikogen. 1 DNA merupakan asam nukleat yang berisi
pengkodean mengenai infornasi aktivitas sel, DNA berada pada tingkat
molekuler dan bereplikasi sebelum pembelahan sel dimulai, sehingga apabila
terjadi kesalahan dalam pengkodean DNA maka akan berdampak pada
kesalahan tingkat seluler dan mengakibatkan malfungsi organ.
Pada manusia, berlaku program genetik jam biologi di mana program
maksimal yang diturunkan adalah selama 110 tahun. Sel manusia normal akan
membelah 50 kali dalam beberapa tahun. Sel secara genetik diprogram untuk
berhenti membelah setelah mencapai 50 divisi sel. Pada saai itu sel akan
kehilangan fungsi-fungsinya. Teori genetika dengan kata lain mengartikan
bahwa proses menua merupakan hal yang tidak dapat dihindari dan akan
semakin terlihat bila usia semakin bertambah. Teori ini juga bergantung dari
dampak lingkungan pada tubuh yang dapat mempengaruhi susunan molekular.

Anggota keluarga yang sama cenderung hidup pada umur yang sama dan
umurnya mempunyai umur yang rata-rata sama, tanpa mengikut sertakan
meninggal akibat kecelakaan dan penyakit. Beberapa gen yang mempengaruhi
penuaan terdapat pada kromosom 1, tetapi bagaimana cara mereka
5.

mempengaruhi penuaan masih belum jelas.


Teori DNA Repair
Dikemukakan oleh Hart & Setlow. Ada perbedaan pola laju repair
kerusakan DNA yang diinduksi sinar UV. Spesies yang mempunyai umur

6.

terpanjang memiliki laju DNA repair terbesar (mamalia & primata).


Teori Genetic Clock
Aging terprogram secara genetik untuk spesies tertentu. Nukleus
memiliki jam genetik yang telah diputar menurut replika tertentu. Jika jam
berhenti, maka akan terjadi kematian sel. Bukti pendukungnya antara lain

7.

perbedaan usia hidup tiap spesies.


Teori Mutasi Somatik
Radiasi, zat kimia, dan infeksi menyebabkan mutasi. Mutasi progresif
DNA menyebabkan penurunan kemampuan fungsional sel. Kesalahan
transkripsi dan translasi menyebabkan terbentuk enzim yang salah, sehingga

8.

timbul gangguan fungsi sel.


Breakdown Theory
Penuaan terjadi akibat adanya penurunan system kekebalan tubuh secara
bertahap, sehingga tubuh tidak dapat lagi memeprtahankan diri terhadap luka,

9.

infeksi, penyakit, dan sebagainya.


Teori Autoimmunity
Tubuh lansia yang mengalami penuaan sudah tidak dapat lagi
membedakan antara sel normal dan sel tidak normal. Ketika ada sel yang
terinfeksi, antibody tidak hanya menyerang sel yang terinfeksi tersebut, tapi

juga sel normal disekitarnya.


10. Teori Hasil Sisa
Adanya penumpukan pigmen lipofuchsin pada sel tua. Merupakan sisa
pembakaran asam lemak dan asam amino yang tidak dicerna enzim lisosom.
Fungsi sel terganggu, akhirnya mati.
11. Teori Error Catastrophe
Kesalahan susunan asam amino dalam protein tubuh mempengaruhi sifat
khusus enzim untuk sintesis protein, sehingga terjadi kerusakan sel.
12. Teori Diferensiasi Sel
Teori ini dikemukakan oleh Cutler pada tahun 1985. Menurut teori ini,
penuaan diakibatkan oleh bergesernya sel-sel dari tempat yang seharusnya
setelah melalui proses diferensiasi. Semakin tua organisme, sel-sel semakin jauh

bergeser dari tempat seharusnya. Akibatnya, seluruh fungsi organisme terus


menurun dan makin menurun dengan bertambahnya usia.
13. Teori Gen Seks
Data statistik menunjukkan bahwa wanita memiliki usia harapan hidup
yang lebih tinggi dibanding pria. Perbedaan bisa jadi dikarenakan perbedaan
kromosom seks. Kromosom Y pada pria dianggap penyebab kematian lebih
awal pada laki-laki. Diduga, pada kromosom Y terdapat informasi yang
mempercepat proses penuaan pada pria.
B. Teori Non Biologis
1. Teori Interaksi Sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada
2.

situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.


Teori Aktivitas
Lansia yang sukses adalah yang aktif dan ikut dalam banyak kegiatan
sosial. Jika seseorang sebelumnya sangat aktif, maka pada usia lanjut ia akan

3.

tetap memelihara keaktifannya baik dalam keluarga maupun masyarakat.


Teori Pelepasan Ikatan (Disengagement Theory)
Pada usia lanjut terjadi penurunan partisipasi ke dalam masyarakat
karena terjadi proses pelepasan ikatan atau penarikan diri secara perlahan dari

4.

kehidupan sosialnya.
Teori Kontinuitas
Perubahan yang terjadi pada seseorang usia lanjut sangat dipengaruhi
oleh tipe personalitas yang dimilikinya. pengalaman merupakan gambaran saat

5.

lanjut usia.
Teori Psikososial
Semakin lanjut usia seseorang, maka ia akan mempertahankan dirinya
dan arti hidupnya dan kurang memperhatikan peristiwa atau isu yang sedang

6.

terjadi.
Teori Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan merupakan aktivitas dan tantangan yang harus
dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk
mencapai penuaan yang sukses.pada kondisi tidak danya pencapaian perasaan
bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik, maka lansia tersebut berisiko

7.

untuk memiliki rasa penyeselan atau putus asa.


Teori Kebutuhan
Manusia Banyak teori psikologis yang memberi konsep motivasi dan
kebutuhan manusia. Teori Maslow merupakan salah satu contoh yang diberikan
pada lansia. Setiap manusia yang berada pada level pertama akan mengambil
prioritas untuk mencapai level yang lebih tinggi; aktualisasi diri akan terjadi

apabila seseorang dengan yang lebih rendah tingkat kebutuhannya terpenuhi


untuk beberapa derajat, maka ia akan terus bergerak di antara tingkat, dan
8.

mereka selalu berusaha menuju tingkat yang lebih tinggi.


Teori Keberlangsungan Hidup dan Perkembangan Kepribadian
Teori keberlangsungan hidup menjelaskan beberapa perkembangan
melalui berbagai tahapan dan menyarankan bahwa progresi sukses terkait
dengan cara meraih kesuksesan di tahap sebelumnya. ada empat pola dasar
kepribadian lansia: terpadu, keras-membela, pasif-dependen, dan tidak

9.

terintegrasi (Neugarten et al.).


Recent and Evolving Theories
Teori kepribadian genetik berupaya menjelaskan mengapa beberapa
lansia lebih baik dibandingkan lainnya. Hal ini tidak berfokus pada perbedaan
dari kedua kelompok tersebut. Tema dasar dari teori ini adalah perilaku bifurkasi
atau percabangan dari seseorang di berbagai aspek seperti biologis, sosial, atau
tingkat fungsi psikososial. Menurut teori ini, penuaan didefinisikan sebagai
rangkaian transformasi terhadap meningkatnya gangguan dan ketertiban dalam

bentuk, pola, atau struktur.


Teori Replikasi DNA
Teori ini mengemukakan bahwa proses penuaan merupakan akibat
akumulasi bertahap kesalahan dalam masa replikasi DNA, sehingga terjadi

kematian sel.
Teori Kelainan Alat
Terjadinya proses penuaan adalah karena kerusakan sel DNA yang
mempengaruhi pembentukan RNA sehingga terbentuk molekulmolekul RNA

yang tidak sempurna.


Teori Ikatan Silang
Proses penuaan merupakan akibat dari terjadinya ikatan silang yang
progresif antara protein-protein intraselular dan interselular serabutserabut
kolagen. Ikatan silang meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini
mengakibatkan penurunan elastisitas dan kelenturan kolagen di membran
basalis atau di substansi dasar jaringan penyambung. Keadaan ini akan
mengakibatkan kerusakan fungsi organ (Cunnningham, 2003; Yaar & Gilchrest,

2007).
Teori Pace Maker/Endokrin
Teori ini mengatakan bahwa proses menjadi tua diatur oleh pace
maker,

seperti

yangmenghasilkan

kelenjar

timus,

hipotalamus,

hormon-hormon,

dan

hipofise,
secara

dan

tiroid

berkaitan

mengaturkeseimbangan hormonal dan regenerasi sel-sel tubuh manusia.Proses


penuaan terjadi akibat perubahan keseimbangan systemhormonal atau
penurunan produksi hormon-hormon tertentu (Cunnningham, 2003).
3. FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENUAAN
Sindrom Penuaan
a. Werner Syndrom
Akibat dari mutasi di WRN ( untuk perbaikan dan pemeliharaan DNA yang ada di
Telomere). Jadi sel replikasi penuaan hanya bereplikasi 20 x dimana normalnya 70 x.
Tanda tandanya : Osteoporosis, Katarak, Arterosklerosis yang dapat terlihat di waktu
muda
b. Coelaeyne Syndrom
Mutasi Pada gen yang berfungsi pada perbaikan DNA saat Transkripsi. Hanya
menunjukkan beberapa tanda penuaan pada usia muda tapi tandanya adalah kematian
sangatlah cepat.
c. AtaxiaTelangleatasia
Kerusakan fungsi gen yang mendeteksi kerusakan DNA. Sehingga gen gagal
melakukan perbaikan sel dan mengakibatkan proses penuaan premature.
d. Hutchingson Gilford Progresia Syndrom
Mutasi gen LMNA ( lamin yang berfungsi menstabilkan membaran dalam dari
pembungkus inti sel. Terjadi kerusakan pada seluruh bagian sel dan gen sehingga
mengakibatkan tanda penuaan premature saat sudah lahir biasaanya meninggal pada
umur belasan.
Faktor-faktor yang memengaruhi penuaan.
a. Faktor penuaan yang tidak dapat kendalikan/dihindari
Genetik
b. Faktor penuaan yang bisa dikendalikan/dihindari
Faktorlingkungan, yang melibatkan:
1. Pemasukan kalori
2. Penyakit-penyakit
3. Stress dari luar (misalnya : radiasi, bahan-bahan kimia)
Faktor lingkungan di luar tubuh.
1. Peningkatan pencemaran lingkungan
2. Lingkungan yang tidak bersih
3. Paparan sinar matahari yang berlebihan
Faktor lingkungan di dalam tubuh.
1. Pemakaian obat / jamu
2. Makanan berbahan kimia (pewarna / perasa buatan, pengawet, penyedap)
3. Stress (fisik & psikis)
Pola makan tidak sehat.
1. Diet tinggi lemak
2. Alkohol
3. Kurangnya asupan buah dan sayur
Kebugaran tubuh yang tidak terjaga.

Kedua faktor tersebut akan mempengarui aktifitas metabolisme sel yang akan menyebabkan
terjadinya stress oksidasi sehinga terjadi kerusakan pada sel yang menyebabkan terjadinya
proses penuaan.
Proses penuaan adalah proses yang alamiah dan normal. Apakah proses penuaan
tersebut akan menjadi penuaan sehat atau penuaan sakit dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Adapun factor factor proses penuaan menurut komnas lansia adalah:
a. Keturunan
Setiap orang mempunyai ciri dan kemampuan yang diturunkan oleh percampuran sifat
kedua orang tuanya.
b. Gaya hidup
Setiap orang mempunyai gaya hidup tertentu yang dibentuk dan dilakukan sepanjang
masa hidupnya.
c. Makanan
Setiap orang mempunyai kebiasaan makan tertentu yang berkembang sejak masa
mudanya.
d. Penyakit
Setiap orang mempunyai riwayat penyakit semasa hidupnya. Setiap kelompok umur
telah diketahui berbagai penyakit yang khas pada kelompok umur tersebut. Pada masa
tua penyakit yang umum diderita adalah penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit
jantung dan pembuluh darah serta diabetes.
e. Lingkungan hidup
Setiap orang dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Orang yang hidup di kota besar
kemungkinan besar terpajan oleh polusi dibandingkan orang yang hidup di desa, di
daerah pegunungan.
f. Dukungan sosial
Dengan meningkatnya umur seseorang, akan terjadi penurunan kemampuan fungsi
untuk merawat diri sendiri maupun berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya, dan
akan semakin tergantung pada orang lain atau masyarakat sekitarnya.
g. Kemampuan mengatasi emosi
Setiap orang mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah dan mengendalikan
emosinya. Proses penuaan adalah proses yang alamiah dan normal.
(sumber : www.Komnas Lansia.go.id)
Boedhi Darmojo menggambarkan proses penuuan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu endogenic aging yang dimulai dengan cellular aging lewat tissue dan anatomical aging
ke arah proses menuanya organ tubuh. Dan exogenical factor yang sekarang disebut faktor
risiko.

Faktorfaktor yang mempercepat proses penuaan (Wibowo, 2003):


a. Faktor Lingkungan
Pencemaran lingkungan bahan bahan kimia
Pencemaran lingkungan berwujud suara bising
Kondisi lingkungan hidup kumuh
Pemakaian obat-obat atau jamu
Sinar matahari secara langsung
b. Faktor diet/ makanan yaitu jumlah nutrisi yang cukup atau tidaknya.
c. Faktor genetik.
d. Faktor psikis seperti stress.
e. Faktor organik seperti kebugaran, pola makan yang kurang sehat.
Faktor-faktor yang memperlambat penuaan:
a. Nutrisi yang mencukupi
b. Istirahat yang cukup
c. Memeriksakan kesehatan secara teratur
d. Menjaga mental agar tetap senang dan seimbang
e. Pembatasan kalori
f. Olahraga teratur
g. Mengkonsumsi Antioksidan
h. Mengurangi konsumsi kolesterol dan lemak
i. Menghindari stres
j. Berhenti merokok
k. Melakukan latihan-latihan otak
l. Memperbanyak konsumsi vit E, C, Zink, Selenium dan Asam folat
m. Hindari merokok dan konsumsi alkohol
n. Menjalankan gaya hidup sehat
o. Pola makan yang baik : Menghindari konsumsi lemak (kolesterol) dan gula berlebih,
menghindari konsumsi garam berlebih, mengurangi konsumsi kopi.
p. Pemanfaatan pelayanan geriatri.
4.

CIRI-CIRI PENUAAN

a.

CIRI-CIRI FISIOLOGI DAN ANATOMI PADA LANSIA


Sel.
1. Lebih sedikit jumlahnya.
2. Lebih besar ukurannya.
3. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.
4. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.
5. Jumlah sel otak menurun.
6. Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
7. Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.
Sistem Persarafan.
1. Berat otak menurun 10-20%. (Setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam
setiap harinya).
2. Cepatnya menurun hubungan persarafan.
3. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres.
4. Mengecilnya saraf panca indra. Berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
5. Kurang sensitif terhadap sentuhan.
Sistem Pendengaran.
1. Presbiakusis (gangguan dalam pendengaran). Hilangnya kemampuan
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada
yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada
usia diatas umur 65 tahun.
2. Otosklerosis akibat atrofi membran tympani .
3. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin.
4. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan
jiwa/stres.
Sistem Penglihatan.
1. Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
2. Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
3. Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.
4. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.
5. Hilangnya daya akomodasi.
6. Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya.
7. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.
Sistem Kardiovaskuler.
1. Elastisitas dinding aorta menurun.
2. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini menyebabakan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenisasi,. Perubahan posisi dari tidur ke duduk atau dari duduk
ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun, mengakibatkan pusing
mendadak.
5. Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh.


1. Temperatur tubuh menurun ( hipotermia ) secara fisiologis akibat metabolisme
yang menurun.
2. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas akibatnya
aktivitas otot menurun.
Sistem Respirasi
1. Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
2. Menurunnya aktivitas dari silia.
3. Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan
maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
4. Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
5. Kemampuan untuk batuk berkurang.
6. Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan
pertambahan usia.
Sistem Gastrointestinal.
1. Kehilangan gigi akibat Periodontal disease, kesehatan gigi yang buruk dan gizi
yang buruk.
2. Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecapm di lidah
terhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit.
3. Eosephagus melebar.
4. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
5. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
6. Daya absorbsi melemah.
Sistem Reproduksi.
1. Menciutnya ovari dan uterus.
2. Atrofi payudara.
3. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya
penurunan secara berangsur-angsur.
4. Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal kondisi
kesehatan baik.
5. Selaput lendir vagina menurun.
Sistem Perkemihan.
1. Ginjal
2. Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urin, darah
yang masuk ke ginjal disaring di glomerulus (nefron). Nefron menjadi atrofi dan
aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%.
3. Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat
dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria.
Sistem Endokrin.
1. Produksi semua hormon menurun.
2. Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate), dan
menurunnya daya pertukaran zat.
3. Menurunnya produksi aldosteron.
4. Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron, estrogen, dan
testosteron.

Sistem Kulit ( Sistem Integumen )


1. Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
2. Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi, serta
perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis.
3. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
4. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
5. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan vaskularisasi.
6. Pertumbuhan kuku lebih lambat.
7. Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya.
8. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
Sistem Muskuloskletal
1. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh.
2. Kifosis
3. Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas.
4. Persendiaan membesar dan menjadi kaku.
5. Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.
6. Atrofi serabut otot ( otot-otot serabut mengecil ).Otot-otot serabut mengecil
sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi
tremor.
7. Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.
Seiring dengan bertambahnya usia, terjadi berbagai perubahan fisiologis yang tidak
hanya berpengaruh pada penampilan fisik saja, namun juga terhadap fungsi dan responnya
pada kehidupan sehari hari.
Mengenai fisiologi penuaan, jelas tidak dapat terlepas dari konsep homeostenosis.
Homeostenosis merupakan karakteristik fisiologi penuaan yang merupakan keadaan
penyempitan (berkurangnya cadangan homeostasis yang terjadi seiring meningkatnya usia
pada setiap system organ .

Gambar 1 : Skema standar Homeostenosis yang menunjukkan seiring bertambahnya usia,


maka cadangan fisiologis semakin berkurang, sehingga seorang usia lanjut lebih mudah untuk
menjadi sakit atau meninggal. (modifikasi dari Taffet GE, 2003)
Pada gambar diatas, dapat dilihat bahwa seiring bertambahnya usia, jumlah cadangan
fisiologis untuk menghadapi berbagai perubahan yang mengganggu homeostasis (challenge)
berkurang. Selain itu, semakin berkurangnya casdangan fisiologis, maka seorang usia lanjut

akan semakin mudah untuk mencapai suatu ambang (yang disebut sebagai precipipe), yang
dapat berupa keadaan sakit, atau kematian akibat adanya challenge.

Gambar 2 : Selain cadangan fisiologis yang makin berkurang, seiring meningkatnya usia,
juga ternyata cadangan fisiologis yang ada sudah terpakai hanya untuk mempertahankan
homeostasis.
Pada gambar diatas, ditunjukkan bahwa, seorang usia lanjut tidak hanya memiliki
cadangan fisiologis yang makin berkurang, namun mereka juga memakai atau menggunakan
cadangan fisiologis iu hanya untuk mempertahankan homeostasis. Akibatnya, akan semakin
sedikit cadangan yang tersedia untuk menghadi challenge.
b. CIRI-CIRI PSIKOLOGI LANSIA
Penurunan kemampuan melakukan aktivitas.
Perubahan mental, di bidang mental atau psikis pada lanjut usia perubahan dapat
berupasikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, dan bertambah pelit ata
tamak bila memiliki sesuatu.
Mengharapkan tetap diberi peran dalam masyarakat.
Ingin mempertahankan hak dan hartanya serta ingin berwibawa.
Penurunan kondisi fisik.
Penurunan fungsi dan potensi seksual.
Penurunan aspek psikososial.
Penurunan yang berkaitan dengan pekerjaan.
Penurunan dalam peran sosial di masyarakat.
B. GANGGUAN DAN MASALAH KESEHATAN LANSIA
1. PENYAKIT PADA LANSIA
a. SINDROMSINDROM PADA GERIATRI
Menurut Kane dan Ouslander, sindromsindrom ini biasa disingkat dengan 14
I, yaitu:
1. Immobility (kurang bergerak)

Kebanyakan lansia badannya sulit untuk digerakkan bahkan tidak bias digerakkan.
Hal ini terjadi karena tingkat elastisitas sendi sudah berkurang dan juga tulang
yang sudah mulai keropos.
2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Instability (kurang stabil)


Hal ini dikarenakan mulai lemahnya daya topang tubuh, contoh yang paling sering
adalah terjatuh di tangga karena tumpuan sendi lutut kurang kuat.
Incontinence (beser)
Beser adalah keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah dan kekerapan yang
cukup mengakibatkan masalah kesehatan atau sosial.
Intellectual impairment (gangguan intelektual)
Merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan
ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan
sehari-hari. Kejadian ini meningkat dengan cepat mulai usia 60 sampai 85 tahun
atau lebih, yaitu kurang dari 5 % lansia yang berusia 60-74 tahun mengalami
dementia (kepikunan berat) sedangkan pada usia setelah 85 tahun kejadian ini
meningkat mendekati 50 %. Salah satu hal yang dapat menyebabkan gangguan
interlektual adalah depresi sehingga perlu dibedakan dengan gangguan intelektual
lainnya
Infection (infeksi)
Beberapa faktor risiko yang menyebabkan lansia mudah mendapat penyakit infeksi
karena kekurangan gizi, kekebalan tubuh:yang menurun, berkurangnya fungsi
berbagai organ tubuh, terdapatnya beberapa penyakit sekaligus (komorbiditas)
yang menyebabkan daya tahan tubuh yang sangat berkurang. Selain daripada itu,
faktor lingkungan, jumlah dan keganasan kuman akan mempermudah tubuh
mengalami infeksi
Impairment of hearing and vision
Semua pancaindera berkurang fungsinya, demikian juga gangguan pada otak, saraf
dan otot-otot yang digunakan untuk berbicara dapat menyebabkn terganggunya
komunikasi, membrane timpani juga mulai melemah daya elastisitanya, sehingga
pendengarannya terganggu.
Isolation (depresi)
Perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian
sosial serta perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi salah satu pemicu
munculnya depresi pada lansia. Akan tetapi pada lansia sering timbul depresi
terselubung, yaitu yang menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala,
jantung berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan pencernaan dan lain-lain,
sedangkan gangguan jiwa tidak jelas.
Inanition (kurang gizi)
Kurangnya pengetahuan akan gizi untuk lansia menyebabkan lansia kurang gizi,
dan juga mungkin karena hidup sendiri sehingga tidak ada yang mengurusnya.
Impecunity (tidak punya uang)
Semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental akan berkurang
secara perlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam

mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya sehingga tidak dapat memberikan


penghasilan.
10. Iatrogenic (penyakit akibat obat obatan)
Salah satu yang sering didapati pada lansia adalah menderita penyakit lebih dari
satu jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi sebagian lansia
sering menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter
dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat pemakaian obat-obat yang
digunakan.
11. Insomnia (sulit tidur)
Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh para lansia, yakni
sulit untuk masuk dalam proses tidur. tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun,
tidurnya banyak mimpi, jika terbangun sukar tidur kembali, terbangun dinihari,
lesu setelah bangun dipagi hari.
12. Immune deficiency (penurunan daya tahan tubuh)
Daya tahan tubuh yang menurun pada lansia merupakan salah satu fungsi tubuh
yang terganggu dengan bertambahnya umur seseorang walaupun tidak selamanya
hal ini disebabkan oleh proses menua, tetapi dapat pula karena berbagai keadaan
seperti penyakit yang sudah lama diderita (menahun) maupun penyakit yang baru
saja diderita (akut) dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh seseorang.
Demikian juga penggunaan berbagai obat, keadaan gizi yang kurang, penurunan
fungsi organ-organ tubuh dan lain-lain.
13. Impotence (impotensi)
Merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau mempertahankan ereksi
yang cukup untuk melakukan sanggama yang memuaskan yang terjadi paling
sedikit 3 bulan. Menurut Massachusetts Male Aging Study (MMAS) bahwa
penelitian yang dilakukan pada pria usia 40-70 tahun yang diwawancarai ternyata
52 % menderita disfungsi ereksi, yang terdiri dari disfungsi ereksi total 10 %,
disfungsi ereksi sedang 25 % dan minimal 17 %. Penyebab disfungsi ereksi pada
lansia adalah hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin sebagai adanya
kekakuan pada dinding pembuluh darah (arteriosklerosis) baik karena proses
menua maupun penyakit, dan juga berkurangnya sel-sel otot polos yang terdapat
pada alat kelamin serta berkurangnya kepekaan dari alat kelamin pria terhadap
rangsangan.
14. Irritable colon (konstipasi)
Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya konstipasi, seperti kurangnya
gerakan fisik, makanan yang kurang sekali mengandung serat, kurang minum,
akibat pemberian obat-obat tertentu dan lain-lain. Akibatnya, pengosongan isi usus
menjadi sulit terjadi atau isi usus menjadi tertahan. Pada konstipasi, kotoran di
dalam usus menjadi keras dan kering, dan pada keadaan yang berat dapat terjadi
akibat yang lebih berat berupa penyumbatan pada usus disertai rasa sakit pada
daerah perut.
b. PENANGANAN SINDROM GERIATRI
Yaitu dengan diadakan penyuluhan mengenai 14 i sehingga para lansia dapat
mengurangi efek penuaannya. Serta pemberian peyuluhan gizi yang baik dan jenis
makanan yang tepat bagi lansia. Pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif harus berjalan agar tidak menimbulkan penyakit-prnyakit yang lebih


serius. (Jurnal FK USU)
c. PENYAKIT DEGENERATIF
Pada umumnya yang mendasari penyakit disaat lanjut usia adalah akibat dari
sisa penyakit yang pernah diderita di usia muda, penyakit karena akibat kebiasaan
dimasa lalu (seperti: merokok, minum alkohol dan sebagainya) dan juga penyakit
tertentu yang mudah sekali menyerang saat usia lanjut. Penyakit degeneratif adalah
suatu penyakit yang mempunyai penyebab dan selalu berhubungan dengan satu faktor
risiko atau lebih, di mana faktor-faktor risiko tersebut bekerja sama menimbulkan
penyakit degeneratif itu. Penyakit degeneratif itu sendiri dapat menjadi faktor resiko
untuk penyakit degeneratif lain. Misalnya: penyakit jantung dan hipertensi merupakan
faktor resiko stroke
FaktorFaktor Penyebab Penyakit Degeneratif
1. Faktor yang bisa dihindari
a. Pola hidup, dengan olahraga teratur, makan makanan sehat sehingga tidak
kekurangan gizi maupun kelebihan gizi, serta berpikir positif.
b. Penyakit akibat infeksi
c. Lingkungan yang tercemar, dengan menjaga lingkungan hidup untuk menjadi
lingkungan yang sehat. Atau bisa juga dilakukan dengan menjaga diri sendiri
dari pencemaran lingkungan.
2. Faktor yang tidak bisa dihindari
a. waktu harapan hidup
b. perubahan metabolisme tubuh
Berikut ini adalah beberapa penyakit degenerative.
Sistem
Katup jantung kaku
Jumlah sel pacu berkurang
Cardiovascular
Sistem konduksi menurun
Penumpukan jar. Ikat di otot jantung kaku
Pembuluh darah kurang lentur TD naik
Isi sekuncup menurun; curah jantung berkurang
Berimplikasi pada penyakit :
Penyakit jantung koroner
Aritmia
Hipertensi
Hipotensi ortostatik
Ginjal

Jumlah nefron, glomerulus berkurang


Fungsi filtrasi menurun
Kepekaan tubulus terhadap ADH berkurang
Reabsorbsi berkurang
LFG menurun 7,5 mL/m/dekade
Berimplikasi pada :
Gagal ginjal
Mudah dehidrasi

Tulang,sendi, otot

Hipernatremia
Hiponatremia

Keropos, cairan berkurang


massa otot berkurang
cairan sendi berkurang
tulang rawan mulai rusak
Berimplikasi pada :
Osteotritis
Gout
Pseudo gout

Saluran cerna

Produksi air liur berkurang


Gerakan kerongkongan & lambung melambat
Produksi enzim pencernaan berkurang
Gerakan usus besar berkurang

Berimplikasi pada :
Diabetes Melitus
Saluran kemih dan Kelenjar prostat membesar
Selaput mulut rahim kering
kelamin
Otot dasar panggul melemah

Susunan Saraf Pusat

Berimplikasi pada :
Kanker Prostat
Kanker Serviks
Pengerasan pembuluh darah otak
Demensia (neurofibril tangie, amyloid)
Mengisut (atrofi)
Berimplikasi pada :
Depresi
Demensia
Hipertiroid
Hipotiroid
Neuropati
Alzheimer

DIABETES MELITUS
DM adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik
akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada
mata, ginjal, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskop elektron.
Patofisiologi:
1. Kurangnyaproduksiinsulin (gangguanpankreas)
2. Kurangnyasensitivitasjaringanterhadapinsulin

Gejala:
1. Poliuri, polidipsi,polifagi
2. Gejaladarikomplikasipenyakit

OSTEOARTRITIS
OA, dikenal juga
sebagai
artritis degeneratif, penyakit
degeneratif sendi, adalah
kondisi
dimana sendi terasa nyeri
akibat
inflamasi ringan yang timbul
karena
gesekan ujung-ujung tulang
penyusun
sendi
dan
penurunan pelumas sendi.
Penyebab antara lain: alergi,
infeksi,
dll
Faktor risiko:
1. Wanita berusia lebih dari45 tahun
2. Kelebihan berat badan
3. Aktivitas fisik yang berlebihan, seperti para olahragawan dan pekerja kasar
4. Menderita kelemahan otot paha
5. Pernah mengalami patah tulang disekitar sendi yang tidak mendapatkan perawatan
yang tepat.
OSTEOPOROSIS
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa
massa tulang yang rendah, disertai mikroarsitektur tulang dan penurunan kualitas
jaringan tulang yang akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang.

1. Osteoporosis primer
Seringmenyerangwanitapaskamenopausedanjugapadapriausialanjutdenganpenyeba
byang belumdiketahui.
2. Osteoporosis sekunder
Sedangkan osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit yang berhubungan
dengan:
a. Cushing's disease
b. Hyperthyroidism
c. Hyperparathyroidism
d. Hypogonadism
e. Kelainan hepar
f. Kegagalan ginjal kronis
g. Kurang gerak
h. Kebiasaan minum alkohol
i. Pemakai
obatobatan/corticosteroid
j. Kelebihan kafein
k. Merokok

HIPERTENSI/ TEKANANDARAHTINGGI
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama).
Hipertensi adalah salah satu faktor risiko untuk stroke, serangan jantung, gagal
jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis.

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis:


1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak atau belum
diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90% dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensisekunderadalahhipertensiyang disebabkan atau sebagai akibat dari
adanya penyakit lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi pada usia lanjut dibagi atas
faktor resiko yang tidak dapat dikontrol dan faktor resiko yang dapat dikontrol.
Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:

1. Jenis kelamin: prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dan wanita adalah sama.

Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaksular sebelum menopause karena


adanya hormon estrogen yang dapat melindungi pembuluh darah dari kerusakan.
Hormon Estrogen berperan dalam peningkatan HDL dimana faktor HDL yang
tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya aterosklerosis.
Namun penyakit hipertensi pada usia lanjut ditemukan lebih banyak diderita oleh
wanita yang sudah kehilangan hormon estrogen (masa menopause),
2. Umur: semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya.
Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus mengingat pada usia
tersebut kemampuan ginjal dan hati mulai menurun, jadi dosis obat yang diberikan
harus benar-benar tepat.
3. Keturunan (genetik): adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan
menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi.
Faktor risiko yang dapat dikontrol:
1. Obesitas: pada usia 50 tahunan dan dewasa lanjut asupan kalori mengimbangi
penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu menyebabkan berat
badan meningkat. Indeks Masa Tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan
darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi
pada orang obesitas lima kali lebih besar daripada terhadap orang dengan berat
tubuh normal.
2. Kurang Olahraga: olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan
perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot
jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang
lebih berat karena adanya kondisi tertentu.
3. Kebiasaan merokok: merokok menyebabkan peningkatan tekanan darah.
4. Mengkonsumsi garam berlebih: Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan
konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk
menormalkannya maka cairan intraseluler ditarik keluar, sekingga volume cairan
ekstraseluler meningkat. Hal ini berhubungan dengan peningkatan volume darah,
sehingga berdampak dengan timbulnya hipertensi.
5. Minum Alkohol: Alkohol dapat merusak jantung dan organ-organ lain, termasuk
pembuluh darah.
6. Minum Kopi: Satu cangkir kopi berpotensi meninggkatkan tekanan darah 5-10
mmHg.
7. Stres: diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikkan
tekanan darah secara intermien (tidak menentu).
GAGAL JANTUNG
Gagal jantung adalah kegagalan jantung memompa darah.

ALZHEIMER
Alzheimer atau kepikunan merupakan sejenis penyakit penurunan fungsi saraf
otak yang kompleks dan progresif
yang
disebabkan karena berkurangnya
gizi
diotak.
Alzheimer digolongkan ke
dalam
salah satu dari jenis nyanyuk
(dementia) yang dicirikan dengan
melemahnya
percakapan,
kewarasan,
ingatan,
pertimbangan,
perubahan
kepribadian dan tingkah laku
yang
tidak terkendali.
BEDA
DEMENSIA
DAN
ALZHEIMER
Alzheimer bukan penyakit menular melainkan sejenis sindrom dengan
apoptosis sel-sel otak pada saat bersamaan, sehingga otak tampak mengerut dan
mengecil. Alzheimer meyebabkan menurunnya daya ingat dan kemampuan mental.
Demensia merupakan penurunan fungsional yang disebabkan oleh kelainan
pada otak. Demensia bukan berupa penyakit dan bukan sindrom.
Jadi, Alzheimer merupakan salah satu penyebab demensia.
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIV KRONIS
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang
ditandai dengan keterbatasan aliran udara di dalam saluran napas yang tidak

sepenuhnya reversibel, bersifat progresif, biasanya disebabkan oleh proses inflamasi


paru yang disebabkan oleh pajanan gas berbahaya yang dapat memberikan gambaran
gangguan sistemik.
Penyebab utama PPOK adalah rokok, asap polusi dari pembakaran, dan
partikel gas berbahaya. Gejalanya adalah sesak napas,batuk kronik, produksi sputum,
riwayat pajanan gas/partikel berbahaya, pemeriksaan faal paru.

(Sumber : http://upi.edu.ac.id)
ATAKSIA FRIEDREICH
Penyakit menurun yang menyebabkan kerusakan progresif terhadap sistem
saraf sehingga mengakibatkan gangguan gait dan masalah bicara hingga penyakit
jantung. (ppt urip santoso)
Gout (Asam Urat)
Penyakit radang sendi akibat deposisi kristal mono sodium urat. (Buku saku
kedokteran)
Delirium
Keadaan berkabut dimana kesadaran lansia menjadi fluktuatif. (ppt dr. Alif
Mardijana,Sp.KJ)
2.

PSIKOSOSIAL LANSIA
Lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan
kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe
kepribadian lansia sebagai berikut:
a. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy)
Biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat
tua.
b. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality)
Pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada
masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
c. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy)
Pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan
keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan
hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana
d. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality)

Pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya,
banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga
menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
e. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy)
Pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit
dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.
Factor penyebab perubahan psikososial pada lansia:
a. Penurunan kondisi fisik
Penurunan kondisi fisik pada manula dapat menyebabkan gangguan psikologi bagi
manula karena manula akan merasa ketergantungan pada orang lain dan merasa
dirinya sudah tidak ada gunanya lagi dan terjadi perubahan konsep diri
b. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan (terjadi pada masa pensiun)
Sumber finansial berkurang
Kehilangan kedudukan
Kehilangan jabatan
Kehilangan peran, kegiatan, status dan harga diri
c. Perubahan dalam peran sosial di masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indra, gerak fisik dsb maka keyakinan masyarakat
terhadap manula berkurang.
d. Kesepian
Pasangan hidup sudah meninggal
Kehilangan hubungan dengan teman atau famili
e. Perubahan dalam cara hidup yaitu memasuki rumah perawatan sehingga aktifitas
gerak lebih sempit
f. Sadar akan kematian
Menurut Potter dan Perry (2005), lansia beradaptasi pada perubahan psikososial
selama proses penuaan. Perubahan psikososial tersebut meliputi pensiun, isolasi
social, seksualitas, tempat tinggal, perubahan lingkungan, dan kematian.
g. Faktor organobiologis karena ketidakseimbangan neurotransmiter di otak terutama
serotonin.
h. Faktor psikologis karena tekanan beban psikis, dampak pembelajaran perilaku
terhadap suatu situasi sosial.
i. Faktor sosio-lingkungan misalnya karena kehilangan pasangan hidup, kehilangan
pekerjaan, paska bencana, dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnya.
Untuk pencegahan masalah psikososial pada lansia dapat dikumpulkan dengan
komunitas lansia yang lainnya, karena banyak keluarga yang menelantarkan para lansia
karena kesibukan sendiri maka diperkenalkan seperti panti werda yang mendapatkan
kesenangan dan perkumpulan pada lansia lainnya.
3. PSIKOSEKSUAL LANSIA
MENOPAUSE
Menopause berasal dari dua kata dari bahasa Yunani, yaitu men berarti bulan, dan
pause/pausis/paidu berarti periode tanda berhenti.Menopause adalah berhentinya proses
ovulasi, suatu proses pelepasan sel telur dari indung telur, secara permanen setelah aktivitas
ovarium atau indung telur menghilang. Singkatnya, menopause adalah haid terakhir. Dalam

bidang kedokteran menopause dapat terjadi akibat proses alamiah (natural menopause) dan
yang sengaja dibuat berhenti haid misalnya, akibat tindakan bedah (surgical menopause) atau
akibat pengobatan kanker (medical menopause).
Dalam usia reproduktif, indung telur wanita menghasilkan sel telur dan hormon
wanita yang disebut estrogen dan progesteron. Sel telur berperan dalam proses konsepsi.
Sedangkan hormon estrogen dan progesteron berperan dalam pengaturan siklus haid beserta
perubahan-perubahan pada tubuh dan mental yang menyertai siklus haid tersebut. Pada
menopause, indung telur ini akan berhenti menghasilkan baik sel telur maupun hormon.
Jenis-jenis menopause (Kasdu, 2002):
1. Menopause alamiah terjadi secara bertahap, biasanya antara usia 45 dan 55, pada diri
wanita yang paling tidak punya satu indung telur. Durasinya dalam kebanyakan kasus,
adalah lima hingga sepuluh tahun, meskipun seluruh proses itu kadang kadang waktu
tiga belas tahun. Selama itu menstruasi mungkin berhenti selama beberapa bulan dan
kemudian kembali dan durasi intensitas dan alirannya mungkin bertambah atau
berkurang.
2. Menopause prematur terjadi agak lebih cepat dibanding yang pertama, pada wanita
di usia 30 tahun atau awal 40 tahun yang mempunyai setidak tidaknya satu indung
telur. Durasinya biasanya lebih pendek dari pada menopause alamiah, satu hingga tiga
tahun.
3. Menopause buatan dapat terjadi secara sangat mendadak, karena terdorong oleh
operasi pengangkatan atau gangguan pada fungsi reproduksi termasuk pengangkatan
indung telur.
Umunya di luar negeri pertama kali mengalami haid adalah pada usia 12 tahun dan
berakhir pada usia 45 sampai 53 tahun. Sedangkan menurut (Depkes RI, 2005). Di indonesia
relatif sedikit wanita mengalami menopause pada usia 40 tahun dan beberapa mengalaminya
di atas usia 45 tahun.
Faktor-faktor yang memengaruhi menopause (Kasdu, 2002):
1. Usia saat haid pertama sekali
Semakin muda seorang mengalami haid pertama sekali, semakin tua atau lama
ia memasuki masa menopause artinya wanita yang mendapatkan menstruasi pada usia
16 atau 17 tahun akan mengalami menopase lebih dini, sedangkan wanita yang haid
lebih dini seringkali akan mengalami menopause sampai pada usianya mencapai 50
tahun.
2. Faktor Psikis
Wanita yang tidak menikah dan bekerja diduga mempengaruhi perkembangan
psikis seorang wanita. Menurut beberapa penelitian mereka akan mengalami masa
menopause lebih muda, dibandingkan mereka yang menikah dan bekerja.
3. Jumlah anak
Beberapa penelitian menemukan bahwa makin sering seorang wanita
melahirkan, maka makin tua mereka memasuki menopause. Hal ini dikarenakan
kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi wanita
dan juga memperlambat penuaan tubuh.
4. Usia melahirkan

Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia memulai memasuki


usia menopause. Hal ini terjadi karena kehamilan dan persalinan akan memperlambat
sistem kerja organ reproduksi. Bahkan memperlambat proses penuaan tubuh.
5. Pemakaian kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi, khususnya kontrasepsi hormonal, pada wanita yang
menggunakannya akan lebih lama atau lebih tua memasuki usia menopause. Hal ini
dapat terjadi karena cara kerja kontrasepsi yang menekan fungsi indung telur sehingga
tidak memproduksi sel telur.
6. Merokok.
Diduga, wanita perokok akan lebih cepat memasuki masa menopause dini
dibandingkan dengan perempuan yang tidak merokok.
7. Sosial Ekonomi
Menopause dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi, disamping pendidikan dan
pekerjaan suami.
Gejala dan perubahan yang menyertai menopause:
1. Perubahan fisik
a. Uterus (kandungan) : mengecil.
b. Tuba Falopi : lipatan tuba menjadi memendek, menipis dan mengerut.
c. Ovarium (indung telur) : ovarium menciut, terjadi penurunan fungsi ovarium untuk
menghasilkan hormon estrogen dan progesterone, berhenti menghasilkan sel telur.
Akibatnya timbul keluhan akibat berkurangnya kadar hormon.
d. Cervix (leher rahim) : mengerut.
e. Vagina : terjadi penipisan dinding vagina, selain itu secret/lendir vagina mulai
mengering, menyulitkan hubungan suami-istri.
f. Vulva (bibir rahim) : jaringan vulva menipis karena berkurangnya jaringan lemak,
kulit menipis, pebuluh darah berkurang.
g. Rambut kemaluan pada wanita mulai menipis, sebagian rontok dan mulai
memutih/uban.
h. Payudara : jarigan lemak berkurang, putting susu mengecil. Akibatnya payudara
mulai lembek, mengendor dan keriput.
2. Perubahan psikologis: mudah tersinggung, mudah marah, ingatan menurun, gugup,
kesepian, depresi, dll.
Cara mengatasi keluhan menopause:
1. Berbagai keluhan fisik pada wanita yang mengalami menopause, dapat diatasi dengan
pemberian obat yang bersifat mengganti hormon estrogen. Pemberian obat ini
digunakan untuk memulihkan sel-sel yang mengalami kemunduran. Disamping itu
juga bisa menngkonsumsi vitamin yang fungsinya memperlambat proses penuaan.
Untuk pengatasan ini perlu konsultasi dengan dokter yang berwewenang.
2. Olah raga yang sesuai dengan usia tengah baya, dengan olah raga produksi
endorphine dalam otak meningkat, kondisi ini dapat memelihara keceriaan dan
kegembiraan, pengiriman oksigen ke otakpun meningkat, sehingga ketegangan otot
dan berbagai gangguan fisik pun sirna.
3. Makanan yang baik. Banyak makan sayuran, buah, biji-bijian. Vitamin, mineral dan
serat dalam makanan itu akan membantu pencernaan dan metabolisme tubuh.
4. Melakukan hobi. Hidup tanpa sesuatu yang menyenangkan rasanya hambar, maka
terlibat dengan aktivitas yang merupakan hobi dapat mengusir kebosanan dan
mengatasi ketegangan-ketegangan dalam hidup termasuk krisis pada menopause.

5. Tetaplah berkarya dan usahakan dapat memberikan manfaat bagi orang lain,
datangnya menopause tidak perlu dipandang sebagai penderitaan. Banyak peluang
atau usaha yang dapat dijalani, yang dapat memberi pekerjaan bagi orang lain. Upaya
ini dapat meningkatkan perasaan bahwa diri kita masih mampu memberi manfaat bagi
orang lain.
6. Terlibat dalam aktivitas-aktivitas keagamaan-sosial, dengan memberikan apa yang di
miliki baik itu pengetahuan atau ketrampilan pada orang lain, akan dapat mengurangi
perasaan-perasaan negatif yang mungkin muncul. Keterlibatan dalam berbagai
aktivitas juga dapat mempertebal kepercayaan diri dan meningkatkan citra diri yang
mulai menurun.
i. Mengomunikasikan masalah dengan suami. Pengertian, penerimaan dan dukungan
dari suami sangat besar artinya bagi wanita yang mengalami menopause, sehingga
ketegangan yang munul dapat di cegah. Lebih baik bila keterbukaan ini juga
ditumbuhkan dalam keluarga secara keseluruhan, artinya anak-anak juga memberikan
dukungan.
ANDROPAUSE
Adropause berasal dari bahasa Yunani, yaitu andro berarti pria dan pause yang berarti
penghentian. Jadi adropause diartikan berhentinya proses fisiologis pada pria. Meski
memiliki banyak nama seperti viropause, andrenpause, somatopause,dll yang sering
digunakan adalah Andropause. Hal ini disebabkan androgen yang merupakan hormon pada
laki-laki. Sehingga sering disebut andropause yang dapat diartikan sebagai proses penurunan
produksi spermatozoa, hormon testosteron dan hormon lainnya secara perlahan dan bertahap.
Terdapat 3 hormon yang secara normal mengalami penurunan yaitu hormon testosteron,
Insulin growth factor, Growth hormon.
Andropause mungkin terkait dengan penurunan lambat tapi stabil dari produksi
hormon testosteron dan dehydroepiandrosterone pada pria paruh baya, dan konsekuensi dari
penurunan yang. Hal ini juga terkait dengan penurunan sel Leydig . Tidak seperti "
menopause ", kata " andropause " saat ini tidak diakui oleh Organisasi Kesehatan Dunia dan
klasifikasi ICD - 10 medis.
Faktor-faktor yang memengaruhi andropause :
1. Faktor internal : bisa dari tubuhnya sendiri/genetik. Terjadi perubahan
hormonal/organik, juga bisa karena mengidap penyakit tertentu seperti hipertensi,
obesitas, diabetes melitus, dll.
2. Faktor eksternal : bisa dari faktor lingkungan yang tidak lagi kondusif. Dapat erifat
fisik seperti kandungan bahan kimia, juga bisa karena faktor psikis, yaitu kebisingan
dan perasaan tidak nyaman,sering terpapar sinar matahari dan polusi yang bisa
menyebabkan stress, serta gaya hidup yang tidak sehat.
Gejala andropause:
1. Penurunan libido (gairah seksual) dan impotensi (gagal ereksi).
2. Perubahan suasana hati (mood ), disertai penurunan aktivitas intelektual, kelelahan,
depresi, dan mudah tersinggung.
3. Menurunnya kekuatan otot dan massa otot
4. Lemah dan kurang energi.
5. Perubahan emosional, psikologis dan perilaku (misalnya depresi).

6. Berkeringat dan gejolak panas di sekitar leher (hot flash ), yang terjadi secara
bertahap.
7. Pengecilan organ-organ seks dan kerontokan rambut di sekitar daerah kelamin dan
ketiak.
8. Peningkatan lemak di daerah perut dan atas tubuh.
9. Osteoporosis (keropos tulang) dan nyeri punggung.
4.

PELAYANAN KESEHATAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT LANSIA


Pelayanan kesehatan lansia menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo adalah sebuah sub
sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan)
dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat lansia.
Tujuan pelayanan kesehatan lansia:
1. Meningkatkan pengetahuan, mutu, dan derajat kesehatan lanjut usia
2. Memelihara kondisi kesehatan lanjut usia
3. Melakukan diagnosis dini
Azas yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI adalah Add life to the Years, Add
Health to Life, ad Add Years to Life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia,
meningkatkan kesehatan, dan memperpajang usia.
Upaya-upaya pelayanan kesehatan pada lansia meliputi upaya promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitative.
1. Upaya promotif : upaya menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut agar mereka
tetap dihargai, tetap berguna baik dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakt.
Misalnya:
a. Kesehatan dan pemeliharaan dirimakanan yang mengandung gizi seimbang.
b. Membina keterampilan.
c. Pembinaan mental dan meningkatkan ketaqwaan kepada TYME.
2. Upaya preventif : upaya pengobatan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit
maupun komplikasi penyakit yang disebabkan oleh proses penuaan. Misalnya :
a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk menemukan secara dini
penyakit lansia.
b. Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan
kemampuan lansia agar mereka tetap segar dan sehat.
3. Upaya kuratif : upaya pengobtan bagi lansia. Misalnya :
a. Pelayanan kesehatan dasar.
b. Pelayanan kesehatan spesialistik melalui sistem rujukan.
4. Upaya rehabilitatif : upaya mengembalikan fungsi organ yang telah menurun.
Misalnya :
a. Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang penggunaan berbagai
alat bantu seperti kaca mata, alat bantu dengar, dll.
b. Perawatan fisioterapi.
Jenis-jenis Pelayanan Geriatri
1. Poliklinik Geriatri
Tempat pelayanan ini memberikan jasa mengadakan pemeriksaan menyeluruh,
tindakan pengobatan sederhana dan konsultasi bagi penderita rawat jalan, baik di
masyarakat, puskesmas, maupun antar poliklinik. Tenaga minimal yang dibutuhkan
adalah dokter umum atau dokter ahli penyakit dalam yang telah mendapat kursus

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

geriatri, atau seorang dokter spesialis geriatri/geriatris, seorang perawat, dan seorang
petugas sosial medik.
Bangsal Geriatri Akut
Di bangsal ini pada dasarnya hanya dirawat pasien usia lanjut yang mempunyai
penyakit akut atau semi-akut. Terhadap penderita ini dilakukan asesmen, tindakan
pengobatan dan rehabilitasi secepat mungkin setelah keadaannya memungkinkan.
Bangsal Geriatri Kronis
Bangsal ini diperlukan untuk merawat pasien usia lanjut dengan penyakit kronis
yang memerlukan rawat inap dalam jangka waktu lama, dan karenanya memerlukan
biaya yang tinggi. Mengingat turn over rate-nya yang sangat rendah, keberadaan
bangsal ini di suatu RS Pemerintah di Indonesia, sementara ini bisa digantikan oleh
bangsal penyakit dalam, sedangkan di RS Swasta keberadaanya masih dimungkinkan.
Klinik Asuhan Siang
Di tempat ini dapat dilaksanakan semua tindakan seperti yang dilakukan di
bangsal akut, akan tetapi pasien tidak harus rawat inap dan pelayanan hanya di
lakukan pada jam kerja saja. Jasa yang dapat diberikan meliputi pemeriksaan
menyeluruh, tindakan pengobatan, rehabilitasi dan rekreasi. Oleh karenanya tenaga
yang dibutuhkan selain dokter geriatris juga macam-macam tenaga rehabilitasi medik
ditambah ahli gizi dan sebagainya.
Konsultasi Geriatri
Pasien yang dirawat oleh bagian lain dapat dikonsultasikan ke tim geriatri untuk
mendapatkan pemeriksaan menyeluruh, berbagai tindakan lain, atau bahkan
dipindahkan ke bangsal lanjut usia.
Penitipan
Orang lanjut usia yang relatif sehat, tidak ada eksaserbasi akut dari penyakit yang
mungkin diderita, dapat dititipkan selama maksimal dua minggu di Instalasi Geriatri
yang lengkap, misalnya di Paviliun Lanjut Usia Boedhi- Darmojo RS. Dr. Kariadi
Semarang. Tujuan pelayanan ini antara lain memberi istirahat pada keluarga yang
merawat agar segar kembali.
Perawatan Terminal
Pelayanan kesehatan sejak dulu diarahkan untuk menyembuhkan penyakit dan
mencegah kematian, tetapi ada kalanya dokter dihadapkan pada keadaan menjelang
ajal yang tidak dapat dielakan. Hospice care (asuhan sakit) merupakan salah satu
bentuk layanan geriatric dengan ciri-ciri: (i) harapan hidup penderita diperkirakan
kurang dari enam bulan; (ii) pendekatan paliatif, dengan penekanan pada pengelolaan
nyeri dan gejala; (iii) koordinasi oleh tim interdisiplin, terdiri atas tenaga medik,
rohaniwan, keluarga dan relawan/pekerja sosial. Asuhan sakit ini dapat dilakukan di
rumah sakit, atau di rumah penderita.
Pendidikan & Riset
Hal ini merupakan bagian implisit dari suatu pemberian pelayanan geriatri, antara
lain dilaksanakan untuk pendidikan tenaga medis, paramedis, terapis-rehabilitasi, dan
mahasiswa dari berbagai bidang keilmuan serta riset, yang pada gilirannya diperlukan
untuk meningkatkan pelayanan serta pengembangan ilmu geriatri.

9.

Rehabilitasi Medik
Penyakit pada usia lanjut selalu mempunyai kecenderungan untuk terjadinya
kecacatan, sehingga oleh WHO selalu diharapkan penegakan diagnosis pasien usia
lanjut dalam aspek gangguan organ (disease), penyakit (impairment), keterbatasan
(disability) yang diakibatkan dan kecacatan (handicap). Oleh karenanya rehabilitasi
medik selalu merupakan aspek yang harus terdapat dalam pelayanan kesehatan usia
lanjut. Rehabilitasi dilaksanakan sesegera mungkin sejak pasien masuk sampai
pulang, sesuai kebutuhannya. Bila latihanlatihan yang diberikan berjangka lama,
sebaiknya dilakukan di instalasi rehabilitasi medik.
10. Panti Rawat Wredha
Panti Rawat Wredha atau nursing home bukan suatu keharusan untuk diadakan
pada suatu RS. Bagian ini merupakan bentuk peralihan antara pelayanan RS dan
pelayanan di rumah/di panti wredha, di mana pasien sudah tidak banyak memerlukan
tindakan RS (asesmen dan kuratif) akan tetapi masih mempunyai masalah kesehatan
kronis yang memerlukan perawatan (care), sehingga tidak dimungkinkan untuk
dirawat di rumah atau di panti wredha biasa. Keberadaannya di suatu RS besar
memberikan nilai tambah untuk kepentingan pendidikan dan riset, dan walaupun tidak
sempurna dapat untuk menggantikan bangsal kronis.
Berdasarkan tingkatan pelayanannya, pelayanan kesehatan lansia dibagi menjadi 3
tingkatan, yaitu:
1. Pelayanan tingkat masyarakat
a. Terhadap lansia
Keluarga dengan lansia
Kelompok lansia seperti klub/perkumpulan; paguyuban, padepokan, dan
pengajian; serta bina kelurga lansia
Posyandu lansia
b. Masyarakat, mencakup LKMD, karang wreda, day care, dana sehat/JPKM.
2. Pelayanan tingkat dasar
Diselenggarakan oleh berbagai instansi pemerintahan dan swasta serta organisasi
masyarakat, organisasi profesi, dan yayasan seperti:
a. Praktik dokter dan dokter gigi
b. Balai pengobtan klinik
c. Pusesmas / balkesmas
d. Panti tresna wreda
e. Pusat pelayanan dan perawatan lansia
f. Praktik perawatan mandiri
3. Pelayanan tingkat rujukan
Dielenggarakan dirumah sakit dan rumah sakit khusus. Rujukan dapat bersifat
sederhana, sedang, lengkap dan paripurna.
a. Tingkat sederhana, hanya menyediakan layanan poliklinik lansia.
b. Tingkat sedang, di mana layanan yang diberikan selain poliklinik jugaklinik siang
terpadu (day care).
c. Tingkat lengkap, sama dengan layanan pada tingkat sedang ditambah dengan
pengadaan ruang perawatan khusus lansia dengan peyakit akut.

d. Tingkat paripurna, di mana diberikan semua jenis layaan yang ada pada tigkat
lengkap ditambah dengan adanya ruang perawatan khusus lansia dengan penyaki
kronis.
Rumah sakit, mencakup poliklinik geriatric, unit rehabilitasi, ruang rawat,
laboratorium, day hospital, UGD/IGD, dan bangsal akut
Rumah sakit jiwa dan rumah sakit khusus lain
Sasana tresna wreda
Secara umum pelayanan kesehatan pada lansia dapat dibagi menjadi 2, yakni:
1. Pelayanan kesehatan lansia berbasis rumah sakit (Hospital Based Geriatric
Service).
Pelayanan kesehatan lansia berbasis rumah sakit contohnya Puskesmas Santun
Lansia. Puskesmas Santun Lansia merupakan bentuk pendekatan pelayanan proaktif
bagi usia lanjut untuk mendukung peningkatan kualitas hidup dan kemandirian usia
lanjut, yang mengutamakan aspek promotif dan preventif, di samping aspek keratif
dan rehabilitatif. Puskesmas Santun Lansia mempunyai ciri-ciri seperti berikut:
a. Pelayanan yang baik berkualitas dan sopan
b. Memberukan kemudahan dalam pelayanan kepada usia lanjut.
c. Memberikan keringanan atau penghapusan biaya pelayanan kesehatan bagi usia
lanjut dari keluarga miskin atau tidak mampu.
d. Memberikan dukungan atau bimbingan pada lansia dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatanya agar tetap sehat dan mandiri.
e. Melakukan pelayanan secara proaktif untuk dapat menjangkau sebanyak mungkin
sasaran usia lanjut yang ada di wilayah kerja puskesmas.
f. Melakukan kerjasama dengan lintas program dan lintas program terkait di tingkat
kecamatan dengan asa kemitraan, untuk bersama-sama melakukan pembinaan
dalam rangka meningkatkan kualitas hidup usia lanjut.
2. Pelayanan kesehatan lansia di masyarakat (Community Based Geriatric Service).
Pada upaya pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, semua upaya kesehatan
yang berhubungan dan dilaksanakan oleh masyarakat harus diupayakan berperan serta
dalam menangani kesehatan para lansia. Puskesmas dan dokter praktik swasta
merupakan tulang punggung layanan di tingkat ini. Puskesmas berperan dalam
membentuk kelompok atau klub lansia. Di dalam dan melalui klub lansia ini
pelayanan kesehatan dapat lebih mudah dilaksanakan baik promotif, preventif, kuratif
atau rehabilitatif. Pelayanan kesehatan di kelompok lansia meliputi pemeriksaan fisik,
mental dan emosional. (Notoatmodjo, S, 2007) Pelayanan Kesehatan lansia berbasis
masyarakat contohnya posyandu lansia.
POSYANDU LANSIA
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu
wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka
bisa mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu lansia yang merupakan pengembangan dari
kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya

melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh
masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.
Tujuan posyandu lansia:
1. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.
2. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam
pelayanan kesehatan.
Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia
1. Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari / activity of daily living, meliputi kegiatan
dasar dalam kehidupan, seperti makan / minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun
tempat tidur, buang air kecil dan besar.
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional,
dengan menggunakan pedoman metode 2 menit ( bisa dilihat KMS usia lanjut)
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
dan dicatat pada grafik indek massa tubuh
4. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama satu menit.
5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist, Sahli, atau Cuprisulfat.
6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adannya penyakit gula.
7. Pemeriksaan adanya zat putih telur / protein dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit ginjal.
8. Pelaksaan rujukan ke puskemas bila mana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada
pemeriksaan pada nomor 1 hingga 7.
9. Penyuluhan bisa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam rangka kunjungan
rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi
oleh individu dan atau kelompok usia lanjut.
10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang tidak
datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat.
Mekanisme pelayanan Posyandu Lansiaada yang menyelenggarakan posyandu lansia
sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3
meja, dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Meja I: pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau tinggi
badan
2. Meja II : melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT).
Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di
meja II ini.
3. Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan
pelayanan pojok gizi.
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan, sarana dan
prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka), meja dan
kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi
badan, stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju
Sehat (KMS) lansia.

KMS LANSIA

Pada KMS lansia ada beberapa pertanyaan mengenai masalah psikologis.


1. Pertanyaan tahap 1
a. Mengalami sukar tidur?
b. Sering mengalami gelisah?
c. Sering murung/ menangis sendiri?
d. Sering was-was/ kuatir?
Bila lebih dari satu jawaban Ya
2. Pertanyaan tahap 2
a. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan?
b. Ada masalah/banyak pikiran?
c. Ada gangguan/ masalah dengan keluarga lain?
d. Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?
e. Cenderung mengurung diri?
Apabila ada 1 jawaban atau lebih Ya berarti lansia mengalami masalah emosional.
PENILAIAN GIZI
Penilaian status gizi pada usia lanjut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Anamnesis
Hal-hal yang perlu diketahui antara lain : identitas, orang terdekat yang dapat dihubungi,
keluhan dan riwayat penyakit, riwayat asupan makanan, riwayat operasi yang
mengganggu asupan makanan, riwayat penyakit keluarga, aktivitas sehari-sehari, riwayat
buang air besar atau buang air kecil, kebiasaan lain yang mengganggu asupan makanan.

2.

Pemeriksaan tanda vital


Hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan tanda vital adalah : derajat penurunan
atau perubahan kesadaran, pemeriksaan tekanan darah dan frekuensi jantung /nadi,
pemeriksaan frekuensi nafas.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menentukan hubungan sebab akibat antara status gizi
dan kondisi kesehatan usia lanjut serta menentukan terapi obat dan diet. Pemeriksaan
fisik meliputi : tanda-tanda klinis gizi kurang atau lebih, sistem kardiovaskuler, sistem
pernafasan, sistem grastrointestinal, sistem genitourinarius.
4. Pengukuran Antropometri
Berbagai cara pengukuran antropometri dapat digunakan untuk menentukan status gizi.
Cara yang paling sederhana dan banyak digunakan dengan menghitung Indeks Massa
Tubuh (IMT) dan Rumus Brocca. Cara lain yang dapat dilakukan sesuain kondisi usila
yaitu mengukur tinggi lutut (knee high).
a. Menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT merupakan indikator status gizi yang cukup peka digunakan untuk
menilai status gizi orang dewasa di atas umur 18 tahun dan mempunyai hubungan
yang cukup tinggi dengan persen lemak dalam tubuh (Kusuma M, 2002). IMT
digunakan hanya untuk orang dewasa, karena mempunyai nilai yang sama untuk
kelompok orang yang pendek, sedang dan tinggi, dan orang dewasa pada umumnya
mempunyai komposisi tubuh yang tidak berubah (Depkes RI, 1995).
Untuk menilai status gizi usia lanjut seseorang perlu dilakukan pengukuran
tinggi badan dan berat badan, kemudian IMT dihitung dengan cara :
IMT =
Pengukuran berat badan dilakukan dengan pakaian seminimal mungkin dan
tanpa alas kaki. Pengukuran tinggi badan dapat menggunakan alat pengukur tinggi
badan dengan kepekaan 0,1 cm.
Pengukuran
dilakukan
pada
posisi berdiri lurus dan tanpa menggunakan alas kaki. Status gizi ditentukan bia IMT :
Kategori
Wanita
Laki-laki
Normal
17-23
18-25
Kegemukan
23-27
25-27
Obesitas
>27
>27
b. Menggunakan Rumus Brocca
Cara ini digunakan untuk mengukur berat badan ideal dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
BB Ideal : (TB-100)-10%(TB-100)
c. Menghitung Tinggi Lutut
Menghitung tinggi lututdigunakan pada usia lanjut yang tulang punggungnya
terjadi osteoporosis (keropos), sehingga terjadi penurunan berat badan. Dari tinggi
lutut dapat dihitung tinggi badan yang sebenarnya dengan rumus :
Tinggi badan laki-laki = 59,01+ (2,08 x TL)
Tinggi badan perempuan = 75,00 + (1,91 x TL)

Catatan : TL = Tinggi lutut


Untuk orang sehat (dapat duduk)
1. Orang yang diukur duduk pada kursi
2. Posisi duduk sempurna (badan tegak, tangan bebas ke bawah dan muka
menghadap ke depan)
3. Lutut kedua kaki membentuk sudut siku (900)
4. Telapak kaki kiri yang diukur juga membentuk sudut siku (900)
5. Pasang alat pengukur tepat pada telapak kaki kiri bagian tumit dan lutut
6. Baca angka (panjang lutut) dengan alat secara seksama
7. Catat angka hasil penelitian
Untuk orang sakit (tidak dapat duduk)
1. Pasien tidur terlentang pada tempat tidur (usahakan posisi tempat tidur/
horisontal)
2. Tempatkan alat penyangga di antara lipatan paha dan betis kaki kiri membentuk
sudut siku (900)
3. Beri bantuan dengan bantal pada bagian pantat pasien jika alat penyangga
terlalu tinggi
4. Telapak kaki kiri pasien membentuk sudut siku (900)
5. Pasang alat pengukur tepat pada telapak kaki kiri pada bagian tumit dan lutut
6. Baca angka (panjang lutut) dengan alat secara seksama
7. Catat angka hasil penelitian
d. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendukung diagnosa penyakit
serta untuk menentukan intervensi gizi. Pemeriksaan laboratorium antara lain :
pemeriksaan darah, urine, faeces.
e. Pengkajian Asupan Makanan Perhari
Untuk menghitung konsumsi makanan dapat dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan untuk mengetahui jumlah asupan makanan
perhari. Secara kuantitatif dapat dilakukan dengan metode food recall, food record,
serta food weighing. Metode kualitatif dilakukan dengan menanyakan frekuensi
makan dan riwayat makanan.
(Sumber : Depkes 2003).

PENCEGAHAN PENYAKIT LANSIA


1. Asupan gizi yang cukup dan seimbang, terutama makan buah dan sayur setiap hari.
2. Olah raga rutin dan teratur.
3. Gaya hidup sehat seperti tidak merokok, tidak minum minuman beralkohol, tidak makan
makanan junk food, dan lain-lain.
4. Lingkungan yang bersih dan sehat yang bebas polusi.
5. Istirahat yang cukup dan relaksasi jika pikiran mulai jenuh agar tidak stress. Tidur juga
harus cukup, yaitu sekitar 8 jam sehari.
6. Pemeriksaan kesehatan secara berkala agar bila terjangkit penyakit, segera diketahui.
7. Kepeduliaan dari anggota keluarga terhadap kesehatan lansia.
C. NUTRISI UNTUK LANSIA

1.

2.

3.

4.

Angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk manula dalam sehari
KOMPOSISI
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
Energi (kal)
1960
1700
Protein (gram)
50
44
Kalori
Vitamin A (RE)
600
700
Hasil-hasil
Thiamin (mg)
0,8
0,7
penelitian
Riboflavin (mg)
1,0
0,9
menunjukan
Niasin (mg)
8,6
7,5
bahwa kecepatan
Vitamin
B12
1
1
metabolisme basal
(mg)
pada orang-orang
Asam
folat
170
150
berusia
lanjut
(mcg)
menurun
sekitar
Vitamin C (mg)
40
30
15-20%,
Kalsium (mg)
500
500
Fosfor (mg)
500
450
disebabkan
Besi (mg)
13
16
berkurangnya
Seng (mg)
15
15
massa otot dan
Iodium (mcg)
150
150
aktivitas.
Kalori
(energi) diperoleh dari lemak 9,4 kal, karbohidrat 4 kal, dan protein 4 kal per gramnya.
Bagi lansia komposisi energi sebaiknya 20-25% berasal dari protein, 20% dari lemak,
dan sisanya dari karbohidrat. Kebutuhan kalori untuk lansia laki-laki sebanyak 1960 kal,
sedangkan untuk lansia wanita 1700 kal. Bila jumlah kalori yang dikonsumsi berlebihan,
maka sebagian energi akan disimpan berupa lemak, sehingga akan timbul obesitas.
Sebaliknya, bila terlalu sedikit, maka cadangan energi tubuh akan digunakan, sehingga
tubuh akan menjadi kurus.
Protein
Untuk lebih aman, secara umum kebutuhan protein bagi orang dewasa per hari adalah
1 gram per kg berat badan. Pada lansia, masa ototnya berkurang. Tetapi ternyata
kebutuhan tubuhnya akan protein tidak berkurang, bahkan harus lebih tinggi dari orang
dewasa, karena pada lansia efisiensi penggunaan senyawa nitrogen (protein) oleh tubuh
telah berkurang (disebabkan pencernaan dan penyerapannya kurang efisien). Beberapa
penelitian merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya konsumsi proteinnya ditingkatkan
sebesar 12-14% dari porsi untuk orang dewasa. Sumber protein yang baik diantaranya
adalah pangan hewani dan kacang-kacangan.
Lemak
Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori yang
dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40% dari konsumsi
energi) dapat menimbulkan penyakit atherosclerosis (penyumbatan pembuluh darah ke
jantung). Juga dianjurkan 20% dari konsumsi lemak tersebut adalah asam lemak tidak
jenuh (PUFA = poly unsaturated faty acid). Minyak nabati merupakan sumber asam
lemak tidak jenuh yang baik, sedangkan lemak hewan banyak mengandung asam lemak
jenuh.
Karbohidrat dan serat makanan
Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau konstipasi
(susah BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Serat makanan telah

terbukti dapat menyembuhkan kesulitan tersebut. Sumber serat yang baik bagi lansia
adalah sayuran, buah-buahan segar dan biji-bijian utuh. Manula tidak dianjurkan
mengkonsumsi suplemen serat (yang dijual secara komersial), karena dikuatirkan
konsumsi seratnya terlalu banyak, yang dapat menyebabkan mineral dan zat gizi lain
terserap oleh serat sehingga tidak dapat diserap tubuh. Lansia dianjurkan untuk
mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan menggantinya dengan karbohidrat
kompleks, yang berasal dari kacang-kacangan dan biji-bijian yang berfungsi sebagai
sumber energi dan sumber serat.
5. Vitamin dan mineral
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang mengkonsumsi
vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D, dan E umumnya kekurangan ini
terutama disebabkan dibatasinya konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan
sayuran, kekurangan mineral yang paling banyak diderita lansia adalah kurang mineral
kalsium yang menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat besi menyebabkan
anemia. Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia menjadi penting untuk membantu
metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara
teratur sebagai sumber vitamin, mineral dan serat.
6. Air
Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan tubuh untuk
mengganti yang hilang (dalam bentuk keringat dan urine), membantu pencernaan
makanan dan membersihkan ginjal (membantu fungsi kerja ginjal). Pada lansia
dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per hari.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan gizi pada lansia.
1. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi/ompong
2. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penuruna cita rasa seperti asin, manis,
asam, dan pahit
3. Gerakan usus/gerak peristaltik lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi
4. Penyerapan makanandi usus menurun
Masalah Gizi atau Nutrisi Pada Lansia
1. Obesitas : Keadaan badan yang amat gemuk dan berat akibat timbunan lemak yang
berlebihan, dimana kelebihan lemak tubuh melebihi lebih dari 20% dari jumlah yang
dianjurkan untuk tinggi dan usia seseorang. Pola konsumsi yang berlebihan terutama
yang mengandung lemak, protein dan karbohidrat yang tidak sesuai dengan kebutuhan
tubuh. Pencetus berbagai penyakit seperti Hipertensi, Penyakit Jantung Koroner dan
Strok, Diabetes Mellitus.
2. Osteoporosis : Kondisi dimana sering disebut tulang keropos yang disebabkan oleh
penurunan densitas tulang. Mencapai maksimum pada usia 35 tahun pada wanita, 45
tahun pada pria, dan kurang konsumsi kalsium pada jangka waktu lama.
3. Gout : Kelainan metabolisme asam urat kongenital. Asam urat dalam darah yang
berlebih menyebabkan nyeri dan pembengkakan sendi. Mengatasinya dengan
mengurangi konsumsi lemak.
4. Anemia : Kondisi dimana sel-sel darah mengandung tingkat haemoglobin yang tidak
normal, kimia yang bertugas membawa oksigen di seluruh tubuh. Ini disebabkan karena
kurang Fe, asam folat, B12, dan protein serta kemunduran proses metabolisme sel darah

5.
6.
7.
8.
9.
10.

merah. Tandanya cepat lelah, lesu, otot lemah, letih, pucat, kesemutan, sering pusing,
mata berkunang-kunang, mengantuk, HB < 8 gr/dl.
Kurang Energi Kronis yaitu penurunan nafsu makan berkepanjangan BB turun, keriput
dan kurus.
Kurang vitamin A implikasinya kekeringan selaput mata.
Kurang B1 menyebabkan penebalan pembuluh darah, penyakit jantung koroner,
hipertensi.
Kurang vitamin C menyebabkan sariawan, perdarahan gusi.
Kurang vitamin D menyebabkan penurunan densitas tulang.
Kurang vitamin E sebagai anti oksidan.

Anda mungkin juga menyukai