Anda di halaman 1dari 16

INVENTARISASI

BMN

Disampaikan oleh : Bidang Kekayaan


Negara
Inventarisasi

Kegiatan untuk melakukan pengecekan


antara data administratip dengan kondisi
fisik Barang Milik Negara (BMN) yang
bersangkutan
Maksud inventarisasi

untuk mengetahui jumlah dan nilai serta


kondisi BMN yang sebenarnya, yang
dikuasasi oleh Pengguna Barang maupun
Kuasa Pengguna Barang atas suatu
obyek barang
Tujuan penertiban BMN

1. Menginventarisasi dan mengamankan seluruh


BMN pada Kementerian/ Lembaga yang
hingga saat ini belum terinventarisasi dengan
baik sesuai peraturan perundang-undangan.
2. Menyajikan nilai koreksi BMN pada laporan
keuangan Kementerian/ Lembaga per 31
Desember 2007.
3. Melakukan sertifikasi BMN atas nama
pemerintah Republik Indonesia.
 Dasar Hukum :

1. Peraturan Pemerintah No.6 tahun 2006


tentang pengelolaan BMN/D
2. KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 17 TAHUN 2007 TENTANG TIM
PENERTIBAN BARANG MILIK NEGARA
Barang Milik Negara (BMN)
adalah seluruh barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban APBN atau berasal
dari perolehan lainnya yang sah, baik
yang berada dalam penguasaan Kuasa
Pengguna Barang / Pengguna Barang
maupun Pengelola Barang
 Jenis BMN yang masuk dalam penertiban
antara lain :

1. BMN yang dikuasai Kementerian / Lembaga;


2. BMN yang berasal dari dana Dekonsentrasi dan Tugas
Perbantuan;
3. Aset eks BPPN;
4. Aset eks Asing / Cina;
5. Aset eks Kepabeanan / Bea Cukai;
6. Aset BDL
7. Aset eks Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS);
8. Barang Rampasan;
9. Benda Cagar Budaya;
10. Benda berharga eks muatan kapal yang tenggelam (BKMT);
11. Aset lain yang berdasarkan peraturan perundang-undangan
ditetapkan sebagai BMN.
Kegiatan penertiban BMN terdiri dari :

1. Inventarisasi;
2. Penilaian;
3. Pengolahan data dan penyusunan laporan;
4. Tindak lanjut penertiban BMN;
5. Monitoring dan evaluasi penertiban BMN.
Peran dan tanggung jawab Kuasa Pengguna
Barang :

1. Membentuk Tim Pelaksana yang melaksanakan inventarisasi


2. Menyiapkan dan menyampaikan dokumen dan data awal yang
diperlukan dalam rangka inventarisasi pada satker yang
bersangkutan kepada Tim Pelaksana DJKN
3. Melakukan inventarisasi / cek fisik lapangan atas seluruh BMN
yang berada dalam penguasaannya
4. Melakukan pengamanan BMN yang berada dalam
penguasaannya sesuai dengan ketentuan
5. Update data / laporan BMN berdasarkan hasil inventarisasi
6. Melaporkan hasil inventarisasi kepada Pengguna Barang dengan
tembusan kepada KPKNL setempat.
 PERAN DAN TANGGUNG JAWAB
PENGELOLA BARANG (KPKNL)

1. Melakukan monitoring, pengendalian dan


perkembangan pelaksanaan tugas Tim
Pelaksana yang bertugas pada wilayah
KPKNL setempat.
2. Melakukan koordinasi dengan Kanwil dalam
pembuatan laporan
3. Melaporkan perkembangan (progress)
pencapaian kegiatan penertiban BMN kepada
Kanwil DJKN secara berkala.
Kegiatan inventarisasi terdiri dari :

1. Pengumpulan data awal BMN;


2. Pencocokan data awal;
3. Klarifikasi data awal;
4. Cek fisik
Data awal terdiri dari :
1. Laporan Tahunan per 31 Desember 2004
2. Laporan semester I tahun 2007
3. Dokumen pendukung antara lain
a. Terkait dengan penatausahaan : DIR, DIL,
KIB, BI, LT, LMBT
b. Terkait dengan pengadaan : SPK, Kontrak,
Sertifikat, BPKB, STNK, IMB
 Data awal yang digunakan :

1. Apabila Satker K/L telah menerapkan


SABMN maka data awal yang digunakan
adalah Laporan Tahunan, DIR, DIL, KIP yang
merupakan produk aplikasi Sistem Akuntansi
Barang Milik Negara (SABMN).

2. Apabila Satker K/L belum menerapkan


SABMN maka data awal yang digunakan
berupa dokumen/laporan yang dibuat secara
manual.
 Penyusunan laporan :

1. Membuat Kertas Kerja Inventarisasi (KKI)


beserta lampirannya
2. Membuat Kertas Kerja Penilaian (KKP)
beserta lampirannya
3. Membuat laporan inventarisasi dan penilaian
sesuai dengan SE Dirjen Kekayaan Negara
No. SE-04/KN/2008
tanggal 11 Februari 2008
 PENILAIAN

1. Penilaian dilakukan untuk menentukan nilai


wajar/nilai pasar dari BMN
2. Hasil penilaian digunakan untuk menyusun
Laporan Keuangan Pemerintah (LKP)
3. BMN yang dinilai adalah Tanah, Bangunan,
Kendaraan dan BMN lainnya yang bernilai
ekonomis tinggi dan diatas Rp.300.000,-
4. Hasil penilaian harus dimasukkan dalam
SABMN

Anda mungkin juga menyukai