Pengertian Laba
Pengertian Laba
Pengertian laba
Menurut Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt dan Terry D. Warfield yang
diterjemahkan oleh Emil Salim (2002:40) menyatakan bahwa: Keuntungan adalah kenaikan
ekuitas(aktivabersih) sebuah perusahaan yang ditimbulkan oleh transaksi peripheral atau
insedentil dan dari semua transaksi serta kejadian lainnya dan situasi yang mempengaruhi
perusahaan
selam
suatu
periode
kecuali
yang
berasal
dari
pendapatanatauinvestasiolehpemilik.
Menurut (Belkaoui : 1993) Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar
keuangan yang merniliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba pada umumnya
dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran
dividen, pedoman investasi, dan pengambilan keputusan, dan unsur prediksi.
Menurut (Ikatan Akuntan Indonesia : 2007) Laba merupakan jumlah residual yang
tertinggal setelah semua beban (termasuk penyesuaian pemeliharaan modal, kalau ada)
dikurangkan pada penghasilan. Kalau beban melebihi penghasilan, maka jumlah residualnya
merupakan kerugian bersih.
B. Pengakuan Laba
Oleh karena laba merupakan selisih antara pendapatan dan biaya, secara umum laba
diakui sejalan dengan pengakuan pendapatan dan biaya. Dalam Konsep Dasar Penyusunan
dan Penyajian Laporan Keuangan, IAI (1994) menyebutkan bahwa: penghasilan (income)
akan diakui apabila kenaikan manfaat ekonomi di masa mendatang yang berkaitan dengan
peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi dan jumlahnya dapat diukur
dengan andal.
Dalam Konsep Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, IAI (1994)
menyebutkan bahwa, laba (income) akan diakui apabila kenaikan manfaat ekonomi di masa
mendatang yang berkaitan dengan peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi
dan jumlahnya dapat diukur dengan andal.
Pada umumnya pengakuan laba dari transaksi penjualan ada dua cara yaitu :
a) Metode laba diakui pada periode penjualan (Akrual Basic).
Apabila metode ini digunakan maka penjualan diperlakukan sama seperti penjualan
biasa atau transaksi penjualan kredit. Laba diakui pada saat terjadinya penjualan ditandai
dengan timbulnya piutang atau tagihan kepada pembeli.
Ketentuan metode ini adalah sebagai berikut :
Pada tahun berikutnya, tidak diakui adanya laba tetapi hanya mencatat penerimaan kas
dan mengurangi piutang.
Apabila konsumen dibebani bunga maka pencatatan atas bunga dilakukan dengan
mengakui pendapatan bunga.
b) Metode laba kotor diakui proporsional sesuai dengan penerimaan kas (Cash Basic).
Pada metode ini, laba kotor diakui secara proporsional sebesar persentase laba kotor
dibandingkan dengan jumlah uang kas yang diterima. Metode ini banyak digunakan oleh
perusahaan yang menerapkan penjualan angsuran dalam jangka waktu lebih dari satu periode
akuntansi.
Ketentuan akuntansi pada metode laba diakui proporsional dengan penerimaan kas
adalah sebagai berikut :
a. Laba penjualan yang timbul pada saat transaksi dilakukan, dimasukkan ke dalam
rekening Laba Kotor Belum Direalisasi (LKBD).
b. Setiap akhir tahun, perusahaan mengakui adanya laba kotor direalisasi (LKD) = %
LKBD x jumlah kas yang diterima tahun yang bersangkutan (tdk termasuk bunga)
c. % LKD dicatat dengan rumus:
Harga jual - harga pokok x 100%
Harga jual
d. LKD adalah merupakan pengakuan laba secara bertahap dari LKBD, yang kemudian
diakui sebagai laba periode yang bersangkutan di laporan rugi-laba.
e. Pendapatan bunga dicatat dan diakui tersendiri di luar LKD.
f. LKBD yang belum disesuaikan menjadi LKD, akan disajikan di Neraca pada sisi
passiva di bawah kelompok hutang.
Dalam metode ini laba kotor diakui sesuai dengan realisasi penerimaan kas dari
penjualan angsuran yang diterima pada periode akuntansi yang bersangkutan.
Berikut ini adalan pencatatan jurnalnya :
C. Pengukuran Laba
Pendekatan transaksi tidak menitikberatkan pada nilai aktiva tetap seperti yang
dilakukan pada pendekatan penilaian, tetapi memusatkan perhatian pada pengakuan terinci
atas pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian.
Pengukuran terhadap laba merupakan penentuan jumlah rupiah laba yang dicatat dan
disajikan dalam laporan keuangan. Pengukuran besarnya laba sangat tergantung pada
besarnya pendapatan dan biaya. Karena laba adalah bagian dari pendapatan, maka konsep
penghimpunan an realisasi pendapatan juga berlaku untuk laba. Dengan demikian perlakuan
akuntansi terhadap laba tidak akan menyimpang dari perlakuan akuntansi terhadap
pendapatan.
Secara konseptual ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur
laba. Pendekatan tersebut adalah :
a)
b)
adanya transaksi yang melibatkan perubahan aktiva/hutang dengan pihak luar perusahaan.
Transaksi internal timbul dari pemakaian atau konversi aktiva dalam perusahaan.
Pada saat transaksi eksternal terjadi, nilai pasar dapat dijadikan dasar untuk mengakui
pendapatan. Transaksi internal berasal dari perubahan nilai, yaitu perubahan nilai dari
pemakaian atau konversi aktiva. Apabila konversi telah terjadi, maka nilai aktiva lama akan
diubah menjadi aktiva baru.konsep atau pendekatan ini sama dengan konsep realisasi
pendapatan.
Pendekatan ini memiliki beberapa kebaikan yaitu :
Komponen laba dapat dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara. Misalnya : atas dasar,
produk /konsumen.
Laba operasi dapat dipisahkan dari laba non operasi.
Dapat dijadikan dasar dalam penentuan tipe dan kuantitas aktiva dan hutang yang ada
pada akhir periode.
Efisiensi usaha memerlukan pencatatan transaksi external untuk berbagai tujuan.
Berbagai laporan dapat dibuat dan dikaitkan antara laporan yang satu dengan yang
lainnya.
Pendekatan Kegiatan
c)
Laba dianggap timbul bila kegiatan tertentu telah dilaksanakan. Jadi laba bisa timbul
pada tahap perencanaan, pembelian, produksi, penjualan dan pengumpulan kas. Dalam
penerapannya, pendekatan ini merupakan dari pendekatan transaksi. Hal ini disebabkan
pendekatan kegiatan dimulai dengan transaksi sebagai dasar pengukuran.
Perbedaannya adalah bahwa pendekatan transaksi didasarkan pada proses pelaporan
yang mengukur transaksi dengan pihak luar. Sementara pendekatan kegiatan didasarkan pada
konsep peristiwa/ kegiatan dalam arti luas, tidak dibatasi pada kegiatan dengan pihak luar.
Meskipun demikian keduanya gagal menunjukan pengukuran laba dalam dunia nyata. Hal ini
disebabkan dua pendekatan tersebut di dasarkan pada hubungan struktural yang sama yang
tidak ada dalam dunia nyata.
Kebaikan pendekatan kegiatan adalah :
Laba yang berasal dari produksi dan penjualan barang memerlukan jenios evaluasi dan
prediksi yang berbeda dibandingkan laba yang berasal dari pembelian dan penjualan surat
berharga yang ditukar pada usaha memperoleh capital gain.
Effisiensi manajemen dapat diukur dengan lebih baik bila laba diklasifikasikan menurut
jenis kegiatan yang menjadi tanggung jawab manajemen.
Memungkinkan prediksi yang lebih baik karena adanya perbedaan pola perilaku dari jenis
kegiatan yang berbeda.
d)
pengukuran
laba
ini
disebut
dengan
konsep
mempertahankan