Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SITOMEGALO VIRUS (CMV)

A. DEFINISI
Citomegalovyrus (CMV) adalah virus yang diklasifikasikan dalam keluarga virus
herpes. CMV adalah infeksi oportunistik yang menyerang saat system kekebalan
tubuh lemah. Cytomegalovirus atau disingkat CMV merupakan anggota keluarga
virus herpes yang biasa disebut herpesviridae. CMV sering disebut sebagai virus
paradoks karena bila menginfeksi seseorang dapat berakibat fatal, atau dapat juga
hanya diam di dalam tubuh penderita seumur hidupnya.
Pada awal infeksi, CMV aktif menggandakan diri. Sebagai respon, system
kekebalan tubuh akan berusaha mengatasi kondisi tersebut, sehingga setelah beberapa
waktu virus akan menetap dalam cairan tubuh penderita seperti darah, air liur, urin,
sperma, lendir vagina, ASI, dan sebagainya. Penularan CMV dapat terjadi karena
kontak langsung dengan sumber infeksi tersebut, dan bukan melalui makanan,
minuman atau dengan perantaraan binatang. Cytomegalovirus juga jarang ditemukan
pada trasfusi darah.
B. KLASIFIKASI
CMV dapat mengenai hamper semua organ dan menyebabkan hamper semua jenis
infeksi. Organ yang terkena adalah:
1. CMV nefritis( ginjal).
2. CMV hepatitis( hati).
3. CMV myocarditis( jantung).
4. CMV pneumonitis( paru-paru).
5. CMV retinitis( mata).
6. CMV gastritis( lambung).
7. CMV colitis( usus).
8. CMV encephalitis( otak).

C. ETIOLOGI
Etiologi berdasarkan jenis CMV dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Kongenital: didapat didalam rahim melalui plasenta. Kira-kira 40% bayi yang
lahir dari wanita yang menderita CMV selama kehamilan juga akan terinfeksi
CMV. Bentuk paling berat dari infeksi ini adalah penyakit inklusi sito megalik.
2. Akut-didapat: didapat selama atau setelah kelahiran sampai dewasa. Gejala mirip
dengan mononucleosis( malaise, demam, faringitis, splenomegali, ruam petekia,
gejala pernapasan). Infeksi bukan tanpa sekuela, terutama pada anak-anak yang
masih kecil, dan dapat terjadi akibat tranfusi.
3. Penyakit sistemik umum: terjadi pada individu yang menderita imunosupresi,
terutama jika mereka telah menjalani transpantasi organ. Gejala-gejalanya
termasuk pneumonitis, hepatitis, dan leucopenia, yang kadang-kadang fatal.
Infeksi sebelumnya tidak menghasilkan kekebalan dan dapat menyebabkan
reaktivasi virus.
D. PATOFISIOLOGI
Sitomegalovirus (CMV) adalah penyebab utama infeksi virus congenital di amerika
utara. CMV agaknya ditularkan dari orang ke orang melalui kontak langsung dengan
cairan atau jaringan tubuh, termasuk urin, darah, liur, secret servikal, semen dan ASI.
Masa inkubasi tidak diketahui; berikut ini adalah perkiraan masa inkubasi: setelah
lahir-3 sampai 12 minggu; setelah tranfusi-3 sampai 12 minggu; dan setelah
transplantasi-4 minggu sampai 4 bulan. Urin sering mengandung CMV dari beberapa
bulan sampai beberapa tahun setelah infeksi. Virus tersebut dapat tetap tidak aktif
dalam tubuh seseorang tetapi masih dapat diaktifkan kembali. Hingga kini belum ada
imunisasi untuk mencegah enyakit ini.
Ada 3 jenis CMV:
1. Kongenital: didapat didalam rahim melalui plasenta. Kira-kira 40% bayi yang
lahir dari wanita yang menderita CMV selama kehamilan juga akan terinfeksi
CMV. Bentuk paling berat dari infeksi ini adalah penyakit inklusi sito megalik.
2. Akut-didapat: didapat selama atau setelah kelahiran sampai dewasa. Gejala mirip
dengan mononucleosis( malaise, demam, faringitis, splenomegali, ruam petekia,

gejala pernapasan). Infeksi bukan tanpa sekuela, terutama pada anak-anak yang
masih kecil, dan dapat terjadi akibat tranfusi.
3. Penyakit sistemik umum: terjadi pada individu yang menderita imunosupresi,
terutama jika mereka telah menjalani transpantasi organ. Gejala-gejalanya
termasuk pneumonitis, hepatitis, dan leucopenia, yang kadang-kadang fatal.
Infeksi sebelumnya tidak menghasilkan kekebalan dan dapat menyebabkan
reaktivasi virus.
E. MANIFESTASI KLINIS
Pada periode bayi baru lahir, bayi yang terinfeksi sitomegalovirus biasanya bersifat
asimtomatik. Awitan infeksi yang didapat secara congenital dapat terjadi segera
setelah lahir atau sampai berusia 12 minggu.
Tidak ada indicator yang dapat diramalkan, tetapi sering dijumpai gejala-gejala
berikut ini:
1. Petekia dan ekimosis.
2. Hepatosplenomegali.
3. Ikterus neonatorum,hiperbilirubinemia langsung.
4. Mikrosefali dengan kalsifikasi periventrikular.
5. Retardasi pertumbuhan intrauterine.
6. Prematuritas.
7. Ukuran kecil menurut usia kehamilan.
Gejala lain dapat terjadi pada bayi baru lahir atau pada anak yang lebih besar:
1. Purpura.
2. Hilang pendengaran.
3. Korioretinitis; buta.
4. Demam.
5. Pneumonia.
6. Takipnea dan dispnea.
7. Kerusakan otak.

E. KOMPLIKASI
1. Kehilangan pendengaran yang bervariasi.
2. IQ rendah.
3. Gangguan penglihatan.
4. Mikrosefali.
5. Gangguan sensorineural.
F. UJI LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
1. Kultur virus dari urin, secret faring, dan leukosit perifer.
2. Pemeriksaan mikroskopik pada sediment urin, cairan tubuh, dan jaringan untuk
melihat vius dalam jumlah besar( pemeriksaan urin untuk mengetahui adanya
iklusi intra sel tidaklah bermanfaat; verifikasi infeksi congenital harus dilakukan
dalam 3 minggu pertama dari kehidupan).
3. Skrining

toksoplasmosis,

rubella,

sitomegalo

virus,

herpes

dan

lain-

laia( toxoplasmosis, other, rubella, cytomegalovirus, herpes[TORCH])-digunakan


untuk mengkaji adanya virus lain.
4. Uji serologis
a. Titer antibody IgG dan IgM( IgM yang meningkat mengindikasikan
pajanan terhadap virus; IgG neonatal yang meningkat mengindikasikan
infeksi yang didapat pada masa prenatal; IgG maternital negative dan IgG
neonatal positif mengindikasikan didapatnya infeksi pada saat pascanatal.
b. Uji factor rheumatoid positif ( positif pada 35%-45% kasus)
5. Studi radiologist: foto tengkorak atau pemindaian CT kepala dengan maksud
mengungkapkan kalsifikasi intra cranial.
G. PENATALAKSANAAN
Sampai saat ini hanya terdapat penatalaksanaan mengatasi gejala(misalnya:
penatalaksanaan demam, tranfusi untuk anemia, dukungan pernapasan). Ada bukti
bahwa globulin imun-CMV yang diberikan melalui IV bersama obat gansiklovir
dapat mengurangi beratnya infeksi pada individu dengan system imun yang buruk
(mekanisme imunologiknya kurang/terganggu). Vaksin CMV hidup sedang diuji coba

pada pasien transplantasi ginjal. Kemoterap 5ember sedikit harapan, tetapi toksisitas
dan imunosupresi akibat dari pengobatan ini meningkatkan kekhawatiran jika
digunakan pada bayi baru lahir. Dalam penatalaksanaannya tidak diperlukan tindakan
kewaspadaan khusus, tetapi perawat harus tetap memakai sarung tangan, melakukan
teknik mencuci tangan yang baik dan menggunakan tidakan kewaspadaan umum.
H. PATHWAY KEPERAWATAN

Kongenital

Tranfusi

Tranplantasi organ

Resiko tinggi
infeksi

CMV

Infeksi pada
sistem
cerna( lambung/
usus)
Mual dan
muntah

Demam

Infeksi pada
paru-paru

Hipertermi

Sesak dan batuk

Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh

Penurunan
sistem imun

Kurang
pengetahuan

Suplai oksigen
tidak adekuat

Penurunan energi
dalam bernapas
Sumber: 1.Cecily Betz, 2002.

Pola nafas
tidak efektif
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN CMV
2.Nanda, 2002.

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1.

Riwayat Kesehatan
Hal-hal yang perlu ditanyakan/yang bias ditemukan:
a.Adanya riwayat tranfusi.
b.Adanya riwayat transplantasi organ.
c.Ibu pasien penderita infeksi CMV.
d.Suami/istri penderita CMV

2.

Pemeriksaan fisik
a.TTV : Suhu( demam), pernapasan( takipnea, dispnea), tekanan darah, nadi.
b.Kulit : Petekia dan ekimosis, lesi berwarna ungu disebabkan oleh eritripoiesis
kulit.
c.Penurunan berat badan.

3.

Pemeriksaan Penunjang
a.Kultur virus dari urin, secret faring, dan leukosit perifer.
b.Pemeriksaan mikroskopik pada sediment urin, cairan tubuh, dan jaringan untuk
melihat vius dalam jumlah besar( pemeriksaan urin untuk mengetahui adanya
iklusi intra sel tidaklah bermanfaat; verifikasi infeksi congenital harus dilakukan
dalam 3 minggu pertama dari kehidupan).
c.Skrining toksoplasmosis,
laia(

toxoplasmosis,

rubella,

other,

sitomegalo

rubella,

virus, herpes

cytomegalovirus,

dan lain-

herpes[TORCH])-

digunakan untuk mengkaji adanya virus lain.


d.Uji serologis
1) Titer antibody IgG dan IgM( IgM yang meningkat mengindikasikan
pajanan terhadap virus; IgG neonatal yang meningkat mengindikasikan
infeksi yang didapat pada masa prenatal; IgG maternital negative dan IgG
neonatal positif mengindikasikan didapatnya infeksi pada saat pascanatal.
2) Uji factor rheumatoid positif ( positif pada 35%-45% kasus)
e.Studi radiologist: foto tengkorak atau pemindaian CT kepala dengan maksud
mengungkapkan kalsifikasi intra cranial.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan NANDA( 2002), maka didapatkan diagnose keperawatan CMV sebagai


berikut:
1. Resiko tinggi infeksi b.d. penurunan system imun, aspek kronis penyakit.
2. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan energi dalam bernapas.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmampuan memasukkan
zat-zat gizi berhubungan dengan factor biologis: mual dan muntah.
4. Hipertermia b.d. penyakit/ trauma.
5. Kurang pengetahuan b.d. keterbatasan paparan.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Berdasarkan Marion Johnson,dkk( 2000) dan Joanne C. McCloskey, dkk( 1996), maka
didapatkan intervensi keperawatan CMV sebagai berikut:
1. Dx I : Resiko tinggi infeksi b.d. penurunan system imun, aspek kronis penyakit.
NOC : Pengendalian infeksi
Kriteria hasil: a. Memonitor faktor resiko lingkungan dan perilaku seseorang. 5

Skala

b. Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko.

c. Terbebas dari tanda/ gejala infeksi.

: 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Selalu

NIC : Kontrol Infeksi


a. Pertahankan lingkungan aseptis selama pemasangan alat.
b. Tingkatkan intake nutrisi.
c. Berikan terapi antibiotic bila perlu.
d. Pertahankan teknik isolasi.
e. Batasi pengunjung bila perlu.

2. Dx II: Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan energi dalam bernapas.
NOC : Respiratory Status : Ventilation
Kriteria hasil: a. Ekspansi dada simetris

Skala

b. Napas pendek tidak ada

c. Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernapas

: 1. Tidak pernah menunjukkan


2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan

NIC : Respiratory Monitoring


a.Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
b.Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
c.Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tabahan.
d.Monitoring respirasi dan status oksigen.
e.Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan.
3. DxIII: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmamuan
memasukkan zat-zat gizi berhubungan dengan factor biologis : mual dan muntah.
NOC : Nutrirional Status
Kriteria hasil: a.Makanan oral dan nutrisi parenteral
b.Asupan cairan oral atau IV
Skala

5
5

: 1. Tidak adekuat
2. Ringan
3. Sedang
4. Kuat
5. Adekuat total

NIC : Nutririon Management


a. Kaji adanya alergi makanan.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.

c. Berikan substansi gula.


d. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi).
e. Monitor jumlah nutrisi tentang kebutuhan kalori.
4. DxIV: Hipertermia b.d. penyakit/ trauma.
NOC : Thermoregulation
Kriteria hasil: a. Suhu tubuh dalam rentang normal
b. Nadi dan RR dalam rentang normal
Skala

5
5

: 1. Tidak pernah menunjukkan


2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan

NIC : Fever Treatment


a. Monitor suhu sesering mungkin.
b. Monitor tekanan darah, nadi, dan RR.
c. Monitor intake dan output.
d. Berikan antipiretik.
e. Kolaboras pemberian cairan intravena.
5. Dx V: Kurang pengetahuan b.d. keterbatasan paparan.
NOC : Knowledge : Disease Process
Kriteria Hasil : a.Mendeskripsikan proses penyakit

b.Mendeskripsikan factor penyebab

c.Mendeskripsikan factor resiko

d.Mendeskripsikan tanda dan gejala

Skala

: 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Selalu

NIC : Teaching : Disease process

a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien( keluarga)


tentang proses penyakit yang spesifik.
b. Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat.
c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit dengan
cara yang benar.
d. Sediakan bagi keluarga atau informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat.
e. Sediakan informasi pada pasien( keluarga) tentang kondisi dengan cara
yang tepat.
f.
D. EVALUASI KEPERAWATAN
1.Dx I : Resiko tinggi infeksi b.d. penurunan system imun, aspek kronis penyakit.
Kriteria hasil: a.Memonitor faktor resiko lingkungan dan perilaku seseorang. 5
b.Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko.

c.Terbebas dari tanda/ gejala infeksi.

2.Dx II: Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan energi dalam bernapas.
Kriteria hasil: a.Ekspansi dada simetris

b.Napas pendek tidak ada

c.Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernapas

3.DxIII: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmamuan


memasukkan zat-zat gizi berhubungan dengan factor biologis : mual dan muntah.
Kriteria hasil: a.Makanan oral dan nutrisi parenteral
b.Asupan cairan oral atau IV

5
5

4.DxIV: Hipertermia b.d. penyakit/ trauma.


Kriteria hasil: a.Suhu tubuh dalam rentang normal
b.Nadi dan RR dalam rentang normal

5
5

5.Dx V: Kurang pengetahuan b.d. keterbatasan paparan.


Kriteria hasil : a.Mendeskripsikan proses penyakit

b.Mendeskripsikan factor penyebab

c.Mendeskripsikan factor resiko

d.Mendeskripsikan tanda dan gejala

DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily L.2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC
Gordon Et All. 2002. NANDA Nursing Diagnoses Definition and Classification (NIC),

Second Edition. USA: Mosby


Johnson, Marion, dkk. 2000. IOWA Intervention Project Nursing Outcomes
Classification (NOC), Second Edition. USA: Mosby
McCloskey, Joanne C. 1996. IOWA Intervention Project Nursing Intervention
Classification (NIC), Second Edition. USA: Mosby
http://www. Spiritia.or.id
http://www. Roche. Com

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

SITOMEGALO VIRUS(CMV)

Disusun oleh:
Bangkit Aji Sahertian
P10220206003
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
PRODI KEPERAWATAN PURWOKERTO
2008

Anda mungkin juga menyukai