Anda di halaman 1dari 12

Pengantar Budidaya Jamur Tiram Putih (part 2)

PROPOSAL PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) part 2

PROPOSAL PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM


(Pleurotus ostreatus) part 1
September 28, 2009 by rial aditya

Postingan ini diperuntukkan untuk rekan rekan yang membutuhkan referensi/contoh proposal
pengembangan usaha jamur tiram. Silahkan dimanfaatkan sebaik mungkin. untuk konsultasi
ataupun berbagi pengalaman silahkan melalui kolom komentarkalaupun tidak, rekan rekan bisa
meninggalkan jejak jejak sejarahnya dengan menuliskan nama atau alamat atau sekedar say hello
di kolom komentar. Tujuannya hanya untuk menjalin silaturahmi. bukankah memperbanyak
silaturahmi akan melapangkan rizki?! setuju?! Salam sukses untuk semuanya

PENDAHULUAN
Berangkat dari niat untuk mendalami dunia usaha yang terbuka lebar serta keinginan untuk
memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat maka dengan segenap pengalaman,
pengetahuan,
pengembangan

dan

berbagai

usaha

jamur

hasil

survey

tiram

ini.

serta

konsultasi,

Pengembangan

penulis

usaha

ini

menyusun
dipilih

atas

proposal
beberapa

pertimbangan diantaranya daya serap pasar yang masih sangat tinggi dan potensial, kebutuhan
skill yang tidak begitu tinggi, biaya investasi yang relatif rendah serta telah tersedianya sarana
dan prasarana utama sehingga investasi yang masuk akan dialokasikan untuk dana
operasional usaha.
Budidaya jamur tiram putih yang bernama latin Pleurotus ostreatus ini masih tergolong baru. Di
Indonesia budidaya jamur tiram mulai dirintis dan diperkenalkan kepada para petani terutama di
Cisarua, Lembang, Jawa Barat pada tahun 1988, dan pada waktu itu petani dan pengusaha jamur
tiram masih sangat sedikit. Sekitar tahun 1995, para petani di kawasan Cisarua, yang semula
merupakan petani bunga, peternak ayam dan sapi mulai beralih menjadi petani jamur tiram meski
masih dalam skala rumah tangga. Dalam perkembangannya, beberapa industri berskala rumah
tangga bergabung hingga terbentuk CV dan memiliki badan hukum.

Sekilas tentang Jamur Tiram

Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jamur kayu yang sangat baik untuk
dikonsumsi manusia. Selain karena memiliki cita rasa yang khas, jamur tiram juga memiliki nilai
gizi yang tinggi. Jamur tiram mengandung protein sebanyak 19 35 % dari berat kering jamur,
dan karbohidrat sebanyak 46,6 81,8 %. Selain itu jamur tiram mengandung tiamin atau vit. B1,

riboflavin atau vit. B2, niasin, biotin serta beberapa garam mineral dari unsur-unsur Ca, P, Fe, Na,
dan K dalam komposisi yang seimbang. Bila dibandingkan dengan daging ayam yang kandungan
proteinnya 18,2 gram, lemaknya 25,0 gram, namun karbohidratnya 0,0 gram, maka kandungan
gizi jamur masih lebih lengkap sehingga tidak salah apabila dikatakan jamur merupakan bahan
pangan masa depan.
Jamur tiram juga bermanfaat dalam pengobatan, seperti :

Dapat menurunkan tingkat kolesterol dalam darah.

Memiliki kandungan serat mulai 7,4 % sampai 24,6% yang sangat baik bagi
pencernaan.

Antitumor, antioksidan, dll.


Budidaya jamur tiram memiliki prospek ekonomi yang baik. Jamur tiram merupakan salah satu
produk komersial dan dapat dikembangkan dengan teknik yang sederhana. Selain itu, konsumsi
masyarakat akan jamur tiram cukup tinggi, sehingga produksi jamur tiram mutlak diperlukan
dalam skala besar.
Jamur tiram tumbuh pada serbuk kayu, khususnya yang memiliki serat lunak seperti jenis kayu
albasiah. Suhu optimum untuk pertumbuhan tubuh buah jamur tiram adalah 20 28C, dengan
kelembaban 80 90 %. Pertumbuhan jamur tiram membutuhkan cahaya matahari tidak langsung,
aliran udara yang baik, dan tempat yang bersih.

Latar Belakang
Pemilihan bentuk usaha budidaya jamur tiram ini dilatarbelakangi oleh :
v Budidaya jamur tiram memiliki prospek ekonomi yang baik. Pasar jamur tiram yang telah jelas
serta permintaan pasar yang selalu tinggi memudahkan para pembudidaya memasarkan hasil
produksi jamur tiram.
v Jamur tiram merupakan salah satu produk komersial dan dapat dikembangkan dengan teknik
yang sederhana. Bahan baku yang dibutuhkan tergolong bahan yang murah dan mudah diperoleh
seperti serbuk gergaji, dedak dan kapur, sementara proses budidaya sendiri tidak membutuhkan
berbagai pestisida atau bahan kimia lainnya.
v Membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar pertanian jamur tiram.
v Media pembelajaran yang bertanggung jawab bagi penulis dalam memasuki dunia bisnis.
Visi
Menjadi industri budidaya jamur tiram yang memenuhi kebutuhan jamur tiram dalam negeri
khususnya daerah Bandung sekitarnya dan Indonesia pada umumnya.

Misi

Meningkatkan taraf hidup petani dengan menghasilkan jamur berkualitas baik.

Memperkenalkan jamur tiram secara luas kepada masyarakat melalui pendekatan


kualitas (cita rasa, mutu dan kesegaran) dan pendekatan pelayanan konsumen.

Membuka pelatihan budidaya jamur tiram kepada masyarakat secara luas

Mensosialisasikan manfaat jamur tiram bagi kesehatan masyarakat sekitar Bandung


pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.

ANALISIS PASAR
Deskripsi produk
Produk jamur tiram yang dihasilkan berupa :

Jamur Tiram segar

Produk turunan Jamur Tiram seperti kripik jamur, jamur goreng tepung, jamur siap masak

dalam kemasan plastik, dll.

Prospek Pasar
Budidaya jamur tiram di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung telah memiliki pasar yang jelas.
Hampir semua petani jamur tiram memiliki hubungan dengan pedagang yang siap menerima hasil
produksi jamur tiram dari petani dengan harga yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan
tanaman sayuran lainnya. Hal ini diperkuat dengan beberapa alasan sebagai berikut:
1.

Permintaan jamur tiram di daerah Bandung dan sekitarnya mencapai 7 -10 ton /hari.
Adapun produksi jamur tiram baru mencapai 2,5 3 ton /hari. Ini berarti terdapat gap
sebesar 4 7 ton/hari, yang sedikitnya dapat diisi dalam rencana budidaya jamur tiram
ini.

2.

Pasar jamur tiram saat ini telah meluas di sekitar Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten
sehingga diperlukan produksi jamur tiram dalam skala besar.

3.

Masyarakat semakin sadar pentingnya mengkonsumsi jamur untuk tujuan kesehatan.

4.

Jamur saat ini dikonsumsi sebagai pengganti daging selain dari beralihnya pola
makan masyarakat kepada bahan pangan organik.

Kebutuhan dan Kecenderungan Pasar


Target market usaha ini adalah konsumen jamur dari house need sehingga kebutuhan akan
jamur tiram masih tergolong tinggi dan pemenuhannya masih terbatas pada pasar tradisional pada
umumnya dan beberapa retail pada beberapa kota besar.
Sementara itu kecenderungan pasar akan jamur tiram masih tergolongkan padasecondary goods,
namun permintaan pasar masih tinggi. Sebaliknya pada segmen hotel dan restoran yang
kebutuhan akan jamur tiramnya cukup tinggi suppliers jamur tiram masih minim dan masih
sangat dibutuhkan.

Kecenderungan dari hotel dan restoran yang paling penting untuk disikapi adalah pelayanan akan
faktor satisfaction penyediaan barang, mulai dari ketepatan waktu, jenis pambayaran, layanan
purna jual, dan yang paling utama penurunan harga jual.

Target Pasar
Pada tahun-tahun awal, pemasaran produk difokuskan pada pasar domestik, traditional market,
dan house need.
Produk jamur segar yang dihasilkan akan dipasarkan ke / melalui :
1.

Agen baik dalam skala besar maupun kecil, yang selanjutnya akan dikirim ke
berbagai wilayah Bandung dan sekitarnya maupun luar Bandung seperti Jakarta,
Tangerang, Bogor, Cibitung, dll.

2.

Pasar tradisional

Bandung dan sekitarnya. Sebagai gambaran, permintaan pasar

induk seperti pasar Caringin atas produk jamur tiram ini sangat tinggi sehingga untuk
skala produksi yang direncanakan dalam proposal ini pemasarannya sudah cukup
melalui pasar induk.
3.

Pasar swalayan, restoran, dan hotel. Pemasaran direncanakan akan dilaksanakan


melalui sektor tersebut apabila produksi telah stabil serta sarana dan prasarana telah
memadai.

Proyeksi Pengembangan Usaha


Usaha ini diorientasikan sebagai usaha kecil menurut banyak pakar ekonomi, namun usaha
tersebut dipandang sebagai tulang punggung dalam salah satu pemulihan ekonomi Indonesia.
Untuk itu pengembangan budidaya jamur ini akan dibagi dalam tiga tahap, yaitu: tahap industri
kecil awal, tahap industri kecil lanjut, dan tahap industri menengah. Penjelasan mengenai ketiga
tahap industri tersebut adalah sebagai berikut :
A. Tahap Industri Kecil Awal

Tahap ini merupakan langkah awal menuju terbentuknya industri padat karya yang kuat
dan kokoh

Menerapkan standar produksi yang tepat untuk mengoptimalkan hasil budidaya jamur.

Penyempurnaan sistem produksi, keuangan dan distribusi.

Penambahan tenaga kerja.

Pencarian investor
Tahap industri kecil awal ini merupakan jembatan menuju berdirinya industri kecil yang kokoh.
Investasi yang dibutuhkan untuk tahap industri kecil awal diperkirakan berkisar antara 25 hingga
100 juta rupiah.
B.

Tahap Industri Kecil Lanjut

Tahap ini merupakan pengembangan dari tahap industri kecil awal. Setelah kebutuhan dana
mencukupi, dan seluruh kekurangan telah dapat diatasi, maka dimulailah industri kecil lanjut yang

ditargetkan untuk memiliki perijinan dan pembentukan badan usaha. Industri ini diharapkan
mampu menyerap banyak tenaga kerja, mulai dari pekerja kasar di bagian produksi hingga
profesional di bidang pemasaran, R & D dan administrasi.
Tahap industri kecil lanjut ini merupakan jembatan menuju berdirinya industri menengah nasional
yang produksinya diperkirakan mencapai sedikitnya 100.000 baglog produksi per musim. Tahap
industri kecil lanjut itu sendiri diharapkan mampu memproduksi hingga 9 ton per bulan. Investasi
yang dibutuhkan untuk tahap industri kecil lanjut ini diperkirakan berkisar antara 150 hingga 200
juta rupiah.
C. Tahap Industri Menengah Nasional
Secara umum, tahap industri menengah adalah perluasan dari industri kecil, mulai dari sistem,
kapasitas produksi hingga ekspansi distribusinya. Tidak tertutup kemungkinan untuk melakukan
ekspor. Tahap ini diharapkan mampu menyerap sedikitnya 50 tenaga kerja. Investasi yang
diperlukan masih dalam analisis.

PROPOSAL PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM


(Pleurotus ostreatus) part 2
POSTED BY RIAL ADITYA SEPTEMBER 29, 2009 45 COMMENTS
FILED UNDER BUDIDAYA, JAMUR TIRAM, KUMBUNG, LOG, PLEUROTUS, PROPOSAL, USAHA

16 Votes

ANALISIS OPERASIONAL
Lokasi Produksi

Lokasi usaha terletak di Desa kertawangi, Cisarua. Daerah ini merupakan sentra jamur tiram di
Bandung.

Kapasitas Produksi

Diperkirakan dalam tahap awal memproduksi sekitar 20.000 baglog. Produksi dilakukan 4 kali
dalam seminggu, satu minggu dihasilkan rata-rata 6000 baglog produksi.

Proses Produksi

Proses produksi dijelaskan dalam bagan sebagai berikut :

Investasi Yang Dibutuhkan

Investasi awal yang dibutuhkan adalah sebesar 30 100 juta rupiah. Investasi diperoleh dari
beberapa investor.

Rancangan produksi

Sebagai gambaran, sarana dan prasarana utama seperti bangunan kumbung dan kelengkapannya
dalam pengembangan usaha ini telah tersedia sehingga investasi yang ada akan difokuskan untuk
biaya operasional usaha.

Gambar kumbung pemeliharaan

Skema kumbung pemeliharaan

Gambar rak penyimpanan log.

Gambar skema rak penyimpanan log

Profil dan Struktur Kepengurusan

Struktur kepengurusan dibuat sesederhana mungkin sehingga selama tahap industri rumah
tangga, tiap pengurus memegang jabatan rangkap. Susunan kepengurusannya adalah sebagai
berikut :

Satu orang Manajer Utama merangkap Manager Pemasaran bertugas mengelola

perusahaan secara umum. Sebagai seorang Manager Pemasaran, ia pun bertugas membuka
pasar, melakukan negosiasi bisnis dan memastikan produk dipasarkan dengan baik dan sampai
ke konsumen tanpa masalah.
Satu orang Manajer Operasional Harian merangkap Manager Produksi. Direktur

Operasional dan Manajer Produksi bertanggung jawab terhadap kelancaran produksi secara
keseluruhan, melakukan pengembangan bibit, memastikan produk berada dalam kondisi baik.
Satu orang Manajer Keuangan. Manajer Keuangan bertugas melakukan analisis
keuangan dan memiliki pertanggungjawaban penuh pada pengaturan arus pengembalian
modal dan pembagian keuntungan pada investor. Bersama dengan manajer lainnya juga
berkordinasi dalam melakukan pengembangan dan ekspansi skala produksi secara bertahap.

Dalam target jangka panjang, setelah memasuki tahap industri menengah, susunan kepengurusan
akan disempurnakan dengan penambahan pengurus baru dan tidak ada lagi jabatan rangkap.
Divisi produksi akan diorientasikan sebagai divisi padat karya, sehingga mampu menyerap banyak
tenaga kerja. Tenaga kerja terlatih akan direkrut dari lulusan yang cakap dan ulet, dan tenaga
pemasaran akan ditambah sesuai dengan kapasitas produksi berjalan.

BIBIT JAMUR

INVESTASI JAMUR
MINI LAB
PELATIHAN
GANESHA MYCOSOFT
CONTACT US
PAKET BUDIDAYA JAMUR
DOWNLOAD

//
you're reading...
B U D I D AYA T I R A M

PROPOSAL PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA


JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) part 3
POSTED BY RIAL ADITYA SEPTEMBER 29, 2009 40 COMMENTS
FILED UNDER ANALISIS USAHA, BUDIDAYA, JAMUR TIRAM, KUMBUNG, MODAL, PENDAPATAN, PLEUROTUS

23 Votes

ANALISIS KEUANGAN
A. Analisis Biaya dan Pendapatan (Skala Produksi 18000 log)

1. Modal tetap

2. Biaya Penyusutan

Nilai ekonomis lahan dan peralatan : 2 tahun

Rp. 5.000.000

:4

= Rp. 1.250.000

3. Modal kerja (Biaya operasional)

a. Bahan baku untuk 18000 log

b. Gaji pegawai

Jumlah total per musim

= Rp.3.000.000,00

c. Utilitas

4.

Total Modal

= Modal tetap +modal Kerja

= Rp. 5.000.000 + Rp. 18.395.000 + Rp. 3.000.000 + Rp. 250.000

= Rp. 26.645.000

5.

Pendapatan kotor

Produksi jamur (kegagalan 20%)

7.200 kg @ 5000

6.

= 14.400 log x 0,5 kg = 7.200 kg

= Rp. 36.000.000

Biaya Produksi = Biaya penyusutan + modal kerja

= Rp. 1.250.000 + 18.395.000 + Rp. 3.000.000 + Rp. 250.000

= Rp. 22.895.000

7.

Pendapatan bersih (Net Profit)

= pendapatan kotor biaya produksi

= Rp. 36.000.000 Rp. 22.895.000

= Rp. 13.105.000

B. Break Event Point

BEP Produksi

= Total biaya produksi / harga satuan

= 22.895.000 / 5000

= 4579 kg

Artinya budidaya jamur tiram tidak mendapat untung dan juga tidak mengalami kerugian bila
jumlah produksi sebesar 4579 kg

BEP Harga

= Total biaya produksi / jumlah produksi

= 22.895.000 / 7200

= Rp. 3179,86

Artinya usaha ini tidak mendapatkan untung dan juga tidak mengalami kerugian bila harga jual Rp.
3179,86 per kilo

C. Benefit Cost Ratio

BC Ratio

= Rp. 13.105.000 / Rp. 26.645.000

= 0,5

Artinya pendapatan bersih yang diperoleh dalam usaha pembibitan bibit jamur adalah 0,5 di atas
total biaya.

D. Masa Pengembalian Modal

Masa pengembalian modal = Rp. 13.105.000 + Rp. 1.250.000

x 100%

Rp.26.645.000

= 53,88 %

E. Pembagian keuntungan

Pembagian keuntungan bersih direncanakan adalah sebagai berikut:

Kepentingan sosial

: 5% (zakat 2,5% + kepentingan sosial 2,5%)

profit

Pengembangan usaha

Pengelola

Dividen investor

: 25 % profit

: 20 % profit

: 50 % profit (20% profit share ; 30% pengembalian modal)

PENUTUP

Demikian proposal pengembangan usaha jamur tiram ini penulis susun. Dari hasil analisis penulis
mengenai peluang pemasaran, operasional, dan keuangan, penulis optimis bahwa budidaya jamur
tiram ini layak dan berpotensi tinggi untuk dikembangkan.

Anda mungkin juga menyukai