Anda di halaman 1dari 16

KSI-10

STRUKTUR KOMUNITAS IKAN KARANG DI LOKASI TERUMBU


KARANG BUATAN DI PERAIRAN TELUK SALEH,
NUSA TENGGARA BARAT
Hendra Satria dan Mujiyanto
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan
ABSTRAK
Ekosistem terumbu karang di Indonesia dengan luasan sekitar 85.700 km 2, atau 14 %
luasan total terumbu karang dunia menempati urutan nomer satu di dunia. Namun dengan adanya
perusakan karang menyebabkan penurunan keanekaragaman jenis ikan karang, sehingga
diperlukan upaya rehabilitasi antara lain dengan penempatan terumbu karang buatan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi tentang, keanekaragaman ikan karang
di lokasi terumbu karang buatan perairan Teluk Saleh, khususnya di sekitar perairan Pulau Rakit
dan Pulau Ganteng. Penelitian dilakukan dengan metode sensus pada garis transek, pengambilan
data dilakukan dengan penyelaman memakai peralatan selam SCUBA (Self Contained Underwater
Breathing Apparatus) dan jenis ikan dicatat pada kertas kedap air. Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa jumlah jenis tiap lokasi berkisar antara 25 59 jenis yang termasuk ke dalam 28 famili
dengan kelimpahan jenis berkisar antara 13 84 ind/m3. Kelompok ikan major, target dan
indikator di 4 stasiun pengamatan perairan Teluk Saleh, berturut-turut berkisar antara 75,11 95,2
%, 4,61-24,04 % dan 0,03- 0,85 %. Indeks keanekaragaman ikan karang di 4 stasiun pengamatan
pada umumnya hampir sama yaitu berkisar antara 2,204 2,582, termasuk keanekaragaman
sedang, dengan keseragaman jenis ikan berkisar antara 0,585- 0,745 dan indeks dominasi berkisar
antara 0,120-0,125.
Kata kunci: ikan karang, struktur komunitas, Teluk Saleh, NTB

PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, mempunyai terumbu
karang seluas 85.700 km2, atau 14 % luasan total terumbu karang dunia (Nontji, 2002).
Aktivitas pengambilan terumbu karang untuk bahan bangunan terus meningkat, sejalan
dengan meningkatnya laju pembangunan. Sukarno (1981) menyatakan bahwa kerusakan
terumbu karang selain diakibatkan karena pencemaran, juga oleh penggunaan bahan
peledak dan bahan kimia beracun dalam penangkapan ikan. Adanya aktivitas eksploitasi
terumbu karang yang kurang memperhatikan tingkat kelestariannya, menyebabkan
ekosistem terumbu karang tidak dapat memenuhi fungsinya, baik sebagai pelindung
pantai maupun tempat berlindung, mencari makan dan tempat bertelur berbagai jenis
biota laut. Kondisi yang demikian berakibat produktivitas ekosistem terumbu karang akan
mengalami penurunan. Hal ini sudah terlihat di beberapa wilayah perairan di Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh LIPI pada tahun 1996 (Dahuri, 2004), menunjukkan
bahwa kerusakan terumbu karang di Indonesia baik oleh sebab alami maupun akibat
kegiatan manusia mencapai angka rata-rata 40%. Pada tahun 2000 kerusakan itu
meningkat menjadi 72 %, dan selebihnya hanya 28% yang tergolong dalam kondisi baik
atau baik sekali (KPP-COREMAP, 2001). Syam et.al (2007) melaporakan bahwa kondisi
pertumbuhan karang alami di sekitar pantai barat Teluk Saleh, Kabupaten Sumbawa

Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011

Besar menunjukkan kondisi yang rusak dan perlu direhabilitasi dengan upaya terumbu
karang buatan.
Pengambilan terumbu karang yang diperkirakan memberikan keuntungan bersih
sebesar $ 121.000 per kilometer persegi batu karang yang diambil, dapat menimbulkan
kerugian pada masyarakat sebesar $ 93.600 dalam perikanan, $ 12.000 260.000 dalam
nilai proteksi wilayah pesisir, $ 2.900 481.900 dalam nilai pariwisata, $ 67.000 dalam
nilai kerusakan kawasan hutan, dan kerugian yang tidak dapat dihitung karena kehilangan
pangan dan keanekaragaman hayati (Cesar, 1997).
Melihat kondisi dan status terumbu karang pada saat ini, salah satu rumusan
kebijakan nasional pengelolaan terumbu karang adalah mengupayakan pelestarian,
perlindungan, perbaikan/rehabilitasi dan peningkatan kondisi/kualitas ekosistem terumbu
karang bagi kepentingan masyarakat yang kelangsungan hidupnya bergantung pada
eksploitasi sumber daya alam. Mengacu pada berbagai standar nasional dan internasional.
Salah satu program yang dapat dilakukan sehubungan dengan kebijakan tersebut adalah
mengembangkan program penelitian dan mengalokasikan dana untuk penelitian yang
berhubungan dengan terumbu karang, rehabilitasi, pemulihan dan pemanfaatan yang
berkelanjutan.
Kajian rehabilitasi habitat yang dilakukan pada tahun 2010 diharapkan dapat
diperoleh data dan informasi struktur komunitas ikan di perairan Teluk Saleh, khsususnya
di sekitar perairan Pulau Rakit dan Pulau Ganteng yang merupakan lokasi penempatan
terumbu buatan.
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan waktu penelitian
Kegiatan penelitian dilakukan pada Tahun 2010 dengan lokasi di Pulau Rakit dan
Pulau Ganteng, perairan Teluk Saleh, NTB (Gambar 1).
Pengumpulan dan analisis data
Pengambilan data dilakukan menggunakan peralatan selam SCUBA (Self
Contained Underwater Breathing Apparatus), underwater sheet dan pensil untuk
mencatat ikan pada waktu pengamatan, GPS (Global Positioning System) untuk mencari
posisi titik penenggelaman terumbu buatan, dan underwater camera.
Komunitas ikan didata secara visual menggunakan modifikasi teknik stationary
visual census (English et al. 1997). Jenis dan perkiraan jumlah ikan dicatat dalam data
sheets kedap air. Komunitas makro bentik didata secara visual pada modul terumbu
buatan. Setiap kategori lifeform dicatat pada data sheets. Pengamatan kelimpahan dan
keanekaragaman jenis fitoplankton, zooplankton, dan larva.

Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011

2 modul TKB di P. Rakit


Pulau Rakit
Stasiun 1

Kutipan dari Peta Lingkungan Laut


Nasional, Bakosurtanal (1992)
Skala = 1 : 500.000
15 km

Gambar 1.

Pulau Rakit
Stasiun 2

08 37'568 S

08 37'564 S

118 00'078 E

118 00'093 E

2 modul TKB di P. Ganteng


Pulau Ganteng
Stasiun 3
08 35'911 S
117 50'390 E

Pulau Ganteng
Stasiun 4
08 35'847 S
117 50'131 E

Letak posisi modul terumbu buatan di perairan Pulau Rakit dan Pulau
Ganteng, Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat

Analisa keanekaragaman hayati ikan karang menggunakan beberapa indeks, yaitu


Indeks Dominasi, Indeks Keanekaragaman (Diversity indices) dan Indeks Keseragaman
Jenis (Evenness Indices) (Ludwig & Reynold, 1988). Nilai indeks-indeks tersebut dicari
dengan rumus-rumus di bawah ini.
Indeks Shannon H = (ni/N) ln(ni/N)
Indeks Keseragaman - Indeks Pielou E = H / ln (S)}
dimana S = banyaknya jenis, H = Indeks Shannon.
Indeks Dominasi D = (ni /N)2
dimana ni = jumlah ikan jenis ke i, dan N = total individu ikan untuk semua
jenis, H = Indeks Shannon.
Selanjutnya jenis-jenis ikan karang dikelompokkan ke dalam 3 kelompok sebagai
berikut (Syarani, 2006) :
1. Kelompok ikan target (target species), yaitu kelompok ikan yang lebih dikenal oleh
nelayan sebagai ikan konsumsi, seperti dari family
Labridae, Lethtrinidae,
Lutjanidae, Muliidae dan Serranidae
2. Kelompok ikan indikator (indicator species), yaitu kelompok ikan yang dipakai
sebagai indikator biologis kesehatan terumbu karang di suatu perairan, seperti dari
famili Chaetodontidae.

Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011

3. Kelompok ikan utama (mayor species), yaitu kelompok ikan yang sering dijumpai
dan umumnya berukuran kecil, seperti dari family Apogonidae, Pomacentridae dan
Scaridae.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Struktur komunitas ikan karang di Pulau Rakit
Stasiun 1 (lokasi Barat P. Rakit)
Hasil pengamatan ikan pada stasiun1 di sekitar Pulau Rakit diperoleh jumlah
famili dan jumlah jenis yang dijumpai sebanyak 16 famili dan 39 jenis pada bulan Mei
sebanyak 19 famili dan 45 jenis pada bulan Juli dan 14 famili dan 39 jenis pada bulan
Oktober. Kelimpahan relatif stabil yaitu berada pada kisaran 23-26 ind/m3. Kelompok
katagori ikan mayor mendominasi pada setiap pengamatan yaitu sebesar 74,48-76,05%,
Apogonidae adalah famili dengan persentase paling tinggi pada katagori ini yaitu sebesar
56,74-57,79%. Jenis dari famili Apogonidae dijumpai sebanyak 5 jenis dengan kisaran
jumlah individu relatif tinggi (8-520 individu), terutama didominasi oleh Apogon
quenquelineatus pada kisaran 420-520 individu atau 8-10 ind/m3. Pomacentridae
merupakan famili terbesar kedua dengan persentase sebesar 10,47-12,27%, selanjutnya
diikuti oleh famili Labridae dan Gobiidae. Neopomacentrus cyanomos yang merupakan
jenis dari famili Pomacentridae dijumpai dengan jumlah yang relatif tinggi pada kisaran
38-85 individu. Spesies lainnya dari famili Pomacentridae dengan jumlah individu cukup
tinggi yaitu Chromis ternatensis dan Pomacentrus alexanderae. Genus Halichoeres
adalah jenis yang selalu dijumpai cukup tinggi pada komposisi famili Labridae. Eviota
pellucida merupakan satu-satunya jenis yang dijumpai pada komposisi famili Gobiidae
dengan kisaran jumlah individu sebesar 7-36 individu atau sebesar (0,1 - 0,7 ind/m3 )
Katagori famili ikan dari kelompok mayor lainnya seperti, Synodontidae, Grammistidae,
Pomacanthidae, Platycephalidae, Blenniidae, Pseudochromidae, Scorpaenidae,
Pinguipedidae, dan Ostracidae dijumpai dengan jumlah yang relatif rendah berkisar
antara 1-11 individu atau sebesar (0- 0,2 ind./m3)
Kelompok katagori ikan target dijumpai relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
di 3 unit terumbu buatan lainnya sebesar 277-334 individu (4,5 6,6 ind/m3) Jumlah ikan
target yang tinggi disebabkan oleh tingginya jumlah individu dari famili Caesionidae
sebesar 235-276 individu, Caesio dan Pterocaesio adalah 2 genus yang menyebabkan
tingginya jumlah individu untuk famili Caesionidae. Beberapa jenis ikan target lainnya
yang teramati adalah Platax, Scolopsis, Scarus, Parupeneus, Lethrinus, Gymnothorax,
Pentapodus, Epinephelus, Cephalopholis, Siganus, Lutjanus, Kyphosus, dan
Aethaloperca.
Sama halnya dengan kelompok ikan indikator dijumpai dengan jumlah individu
relatif tinggi dibandingkan 3 unit lainnya. Famili Chaetodontidae adalah merupakan
katagori ikan indikator, selama selama pengamatan dijumpai sebanyak 3 jenis yaitu
Chaetodon octofasciatus, Chaetodon kleinii dan Heniochus acuminatus sebesar 9-13
individu (0,1 0,2 ind./m3). Dengan demikian maka adanya terumbu karang memberikan
dampak yang positip untuk menarik menarik jenis ikan indikator ini untuk mencari
makanan dan berlindung pada rongga-rongga terumbu karang buatan. Jenis-jenis ikan
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011

berdasarkan kelompok kategori ikan (mayor, target dan species ) pada stasiun 1 tertera
pada Gambar 2.

Mei 2010
Juli 2010
Oktober 2010
Gambar 2. Persentase komposisi ikan berdasarkan katagori spesies pada terumbu buatan
di Timur Pulau Rakit (Mei,Juli, dan Oktober 2010)
Stasiun 2 (Timur P. Rakit)
Hasil pengamatan ikan pada stasiun 2 di sekitar Pulau Rakit diperoleh i jumlah
famili dan jumlah jenis yang dijumpai sebanyak 12 famili dan 25 jenis pada bulan Mei,
18 famili dan 37 jenis pada bulan Juli dan 12 famili dan 32 jenis pada bulan Oktober.
Kelimpahan ikan berada pada pada kisaran 13-14 ind/m3. Kelompok katagori ikan mayor
mendominasi pada setiap bulan pengamatan yaitu sebesar 86,47-90,77%. Famili
Pomacentridae dengan persentase paling tinggi terjadi pada bulan Mei dan Juli yaitu
sebesar 48,3 dan 43,56%. Sedangkan pada bulan Oktober Famili Apogonidae
mendominasi sebesar 39,1% dan Pomacentridae sebesar 35,49%. Jenis dari famili
Apogonidae dijumpai sebanyak 4 jenis dengan kisaran jumlah individu sebesar 10-200
individu atau sebesar 0,2 4 ind./m3, terutama didominasi oleh Apogon quenquelineatus
pada kisaran 150-200 individu atau 3-4 ind/m3. Famili Pomacentridae yang dijumpai
dengan jumlah yang relatif tinggi Chromis ternatensis dan Neopomacentrus cyanomos
pada kisaran 66-157 individu (1,3-3,1 ind./m3). Pada famili Labrifae yang cukup tinggi
adalah dari jenis Halichoeres. Pada famili Gobidae hanya ditemukan satu jenis saja yaitu
Eviota pellucida dengan kisaran jumlah individu sebesar 12-47 individu (0,2 0,9
ind./m3) .Katagori ikan mayor lainnya seperti, Synodontidae, Grammistidae, Blenniidae,
Scorpaenidae, Pinguipedidae, Tetraodontidae dan Ostracidae dijumpai dengan jumlah
yang relatif rendah berkisar antara 1-19 individu (0- 0,3 ind./m3)
Kelompok katagori ikan target dijumpai paling rendah dibandingkan dengan di 3
unit terumbu buatan lainnya sebesar 67-90 individu yaitu famili Caesionidae sebesar 2741 individu (0,5- 0,8 ind./m3), Ephippidae sebesar 20-22 individu atau sekitar 0,4
ind./m3), Nemipteridae sebesar 4 -16 individu dan 4 famili lainnya dalam jumlah rendah
berkisar 1-10 individu(0- 0,2 ind./m3) Beberapa jenis ikan target yang teramati yaitu
Caesio, Pterocaesio, Carangoides, Platax, Scolopsis, Scarus, Parupeneus, Aethaloperca
dan Epinephelus. Dedangkan pada kelompok ikan indikator yang dijumpai hanya 1 jenis
yaitu Chelmon rostratus sebanyak 2 individu . Hasil pengamatan selama penelitian jenisProsiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011

jenis ikan berdasarkan kelompok kategori ikan (mayor, target dan species ) pada stasiun 2
dijelaskan pada Gambar 3.

Mei 2010
Juli 2010
Oktober 2010
Gambar 3. Persentase komposisi ikan berdasarkan katagori spesies pada terumbu buatan
di Barat Pulau Rakit (Mei-Juli-Oktober 2010)
Struktur komunitas ikan karang di Pulau Ganteng
Stasiun 3 (Selatan P. Ganteng)
Hasil pengamatan ikan pada stasiun 3 di ekitar Pulau Ganteng diperoleh jumlah
famili dan jumlah jenis yang dijumpai yaitu sebanyak 20 famili dan 46 jenis pada bulan
Mei, 20 famili dan 50 jenis pada bulan Juli dan 17 famili dan 38 jenis pada bulan
Oktober. Perkembangan kelimpahan relatif stabil pada kisaran 39-46 ind/m3.
Kelompok katagori ikan mayor mendominasi pada setiap pengamatan yaitu
sebesar 93,33-95,14%. Apogonidae adalah famili dengan persentase paling tinggi yaitu
sebesar 59,81-63,06% dan dijumpai sebanyak 7 jenis dengan kisaran jumlah individu
relatif tinggi yaitu sebesar 14-500 individu (0,2 10 ind./m3). Jenis ikan dari famili ini
terutama oleh Archamia fucata yaitu pada kisaran 430-500 individu atau 8 -10 ind/m3.
Pomacentridae merupakan famili terbesar kedua dengan persentase sebesar 28,2032,01%. Neopomacentrus cyanomos dan Chromis ternatensis merupakan 2 jenis dari
famili Pomacentridae yang dijumpai dengan jumlah yang relatif tinggi yaitu pada kisaran
190-400 individu (3,8 8,0 ind./m3) . Katagori ikan mayor lainnya seperti, Synodontidae,
Pomacanthidae, Platycephalidae, Labridae, Blenniidae, Diodontidae, Gobiidae,
Scorpaenidae, Pinguipedidae, Tetraodotidae dan Ostracidae dijumpai dengan jumlah yang
relatif rendah berkisar antara 1-34 individu (0- 0,6 ind./m3)
Kelompok katagori ikan target dijumpai pada kisaran 1-68 individu (0 1,3
ind./m3). Beberapa jenis ikan target yang ditemukan dalam jumlah yang relatif kecil
seperti Caesio, Pterocaesio, Carangoides, Platax, Scolopsis, Scarus, Epinephelus,
Lethrinus, Pentapodus, Cephalopholis, Siganus, Lutjanus, Kyphosus, Sphyraena dan
Aethaloperca. Kelompok ikan indikator hanya dijumpai sebanyak 2 individu yaitu jenis
Chaetodon octofasciatus dan Chelmon rostratus . Hasil pengamatan selama penelitian
jenis-jenis ikan berdasarkan kelompok kategori ikan (mayor, target dan indikator ) pada
stasiun 3 dijelaskan pada Gambar 4.

Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011

Mei 2010
Juli 2010
Oktober 2010
Gambar 4. Persentase komposisi ikan berdasarkan katagori spesies pada terumbu buatan
di Selatan Pulau Genteng (Mei-Juli-Oktober 2010)
Stasiun 4 (Utara P. Ganteng)
Hasil pengamatan ikan pada stasiun 4 di sekitar Pulau Ganteng diperoleh jumlah
famili dan jumlah jenis yang dijumpai yaitu sebanyak 21 famili dan 46 jenis pada bulan
Mei, 24 famili dan 50 jenis pada bulan Juli dan 21 famili dan 38 jenis pada bulan
Oktober. Perkembangan kelimpahan mengalami peningkatan dari bulan Mei hingga
Oktober pada kisaran 53-84 ind/m3. Kelompok katagori ikan mayor mendominasi pada
setiap bulan pengamatan yaitu sebesar 94,55-95,62% . Famili Apogonidae adalah famili
dengan persentase paling tinggi pada yaitu sebesar 81,36-84,06%. Jenis dari famili
Apogonidae dijumpai sebanyak 9 jenis dengan kisaran jumlah individu 1-1090 individu
(0 21,8 ind./m3), terutama didominasi oleh Archamia zosterophora pada kisaran 7501090 individu atau 15-21 ind/m3. Pomacentridae merupakan famili terbesar kedua dengan
persentase sebesar 7,47-10%, selanjutnya diikuti oleh famili Labridae dan Gobiidae.
Sebanyak 15 jenis ikan yang dijumpai pada famili Pomacentridae dengan jumlah yang
relatif tersebar merata pada kisaran 1-98 individu (0 1,9 ind./m3), beberapa diantaranya
yaitu Chromis ternatensis, Neopomacentrus cyanomos, Neopomacentrus azysron,
Amblyglyphidodon curacao, Dischistodus perspicillatus, Pomacentrus alexanderae dan
Chrysiptera oxycephala. Katagori ikan mayor lainnya seperti, Synodontidae,
Grammistidae, Pomacanthidae, Platycephalidae, Blenniidae, Labridae, Gobiidae,
Scorpaenidae, Pinguipedidae, Tetraodontidae dan Ostracidae dijumpai dengan jumlah
yang relatif rendah berkisar antara 1-66 individu (0- 1,3 ind./m3). Hasil pengamatan
selama penelitian jenis-jenis ikan berdasarkan kelompok kategori ikan (mayor, target dan
species ) pada stasiun 3 dijelaskan pada Gambar 5.
Kelompok katagori ikan target dijumpai pada kisaran 1-152 individu (0- 3,0
ind./m3), famili Caesionidae dan Scaridae merupakan 2 famili yang dijumpai dengan
jumlah cukup tinggi berkisar 39-152 individu (0,7 3,0 ind./m3) . Beberapa jenis ikan
target yang teramati yaitu Caesio, Pterocaesio, Carangoides, Platax, Scolopsis, Scarus,
Epinephelus, Lethrinus, Pentapodus, Cephalopholis, Siganus, Lutjanus, Sphyraena
Parupeneus dan Gymnothorax. Sedangkan katagori ikan indikator dijumpai sebanyak 3
jenis yaitu Chaetodon octofasciatus, Chelmon rostratus dan Heniochus acuminatus
dengan jumlah individu berkisar 1-6 individu (0- 0,1 ind./m3)

Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011

Mei 2010
Juli 2010
Oktober 2010
Gambar 5. Persentase komposisi ikan berdasarkan katagori spesies pada terumbu buatan
di Utara Pulau Genteng (Mei-Juli-Oktober 2010)
Hasil sensus pengelompokkan ikan keseluruhan di perairan Teluk Saleh pada 4
stasiun pengamatan (Tabel 1) , yaitu untuk ikan Major berkisar antara 74,11 95,2 %,
ikan Target berkisar antara 4,61- 24,4 % dan ikan Indikator berkisar antara 0.03 0.85
%. Kelompok ikan sebagai kelompok ikan terbanyak khususnya dari family Apogonidae
terutama dari jenus Archamia fucata dan Archamia zosterophora. Sedangkan kelompok
ikan indikator adalah merupakan kelompok ikan yang paling sedikit di semua lokasi
seperti Chaetodon octofasciatus dan Chelmon rostratus, Chelmon rostratus dan
Heniochus acuminatus. Kelompok ikan indikator biasanya juga dipakai sebagai indikator
reandahnya keanekaragaman terumbu karang yang keras (Hard corals) yang disukai oleh
jenis ikan ini (Nash, 1989).
Tabel 1. Proporsi kelompok ikan Mayor, Target dan Indikator di 4 stasiun
pengamatan di perairan Teluk Saleh
Stasiun
St. 1

St. 2

St. 3

St. 4

Kelompok
Mayor
Target
Indikator
Mayor
Target
Indikator
Mayor
Target
Indikator
Mayor
Target
Indikator

Mei
74,82
24,13
1,05
90,77
9,23
0
93,33
6,67
0
95,44
4,42
0,14

Juli
76,03
23,2
0,75
90,01
9,7
0,29
94,72
5,19
0,09
95,62
4,05
0,33

Oktober
74,48
24,78
0,74
84,47
13,53
0
95,14
4,86
0
94,55
5,36
0,09

Jumlah
225,33
72,11
2,54
265,25
32,46
0,29
283,19
16,72
0,09
285,61
13,83
0,56

Rata-rata
75,11
24,04
0,85
88,42
10,82
0,1
94,4
5,57
0,03
95,2
4,61
0,19

Hasil analisis statistik dengan uji distribusi antar stasiun pemantauan (St. 1, St. 2,
St. 3 dan St. 4), tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata dengan P (value) = 0,7957
< dari P (critical) (Lampiran 3). Hal ini menunjuikkan bahwa sebaran jenis-jenis ikan yang
ada di masing-masing stasiun adalah sama. Kesamaan distribusi di duga karena pada
wilayah ini (Teluk Saleh bagian selatan), tidaklah terlalu luas dengan kondisi lingkungan
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011

yang hampir sama, sehingga jenis-jenis ikan yang ditemukan berdasarkan hasil sensus
juga tidak beragam. Namun demikian pada wilayah ini dapat dijadikan penempatan
terumbu karang yang baru, sehingga nantinya merupakan komplek terumbu karang.
Jumah Jenis ikan koral tiap lokasi berkisar antara 25 59 jenis terdiri dari 28
famili dan kelimpahan jenis berkisar antara 13 84 ind/m3. Jumlah jenis ini sedikit lebih
besar dari hasil penelitian pendahuluan di perairan teluk saleh di pulau Rakit dan
Takaibo pada tahun 2004 yaitu sebesar 105 jenis dengan jumlah jenis tiap lokasi berkisar
antara 34 57 jenis dan kelimpahan jenis berkisar antara 3,4 17,7 ind/m3 sebelum
penempatan terumbu karang (Hartati dan Edrus, 2005). Masih di wilayah perairan Teluk
Saleh yaitu dari hasil Ekspedisi Pulau Mojo (di bagian Utara Teluk Saleh) pada 1993
dilaporkan bahwa keanekaragaman jenis ikan karang yang ditemukan sebesar 196 jenis
yang berasal dari 28 suku (Anonimous, 1993). Hasil ini menunjukkan bahwa jenis-jenis
ikan di perairan Teluk Saleh masih dapat terus meningkat jumlah dan jenisnya, bila
penempatan Terumbu Karang Buatan (TKB) terus dilakukan pada karang yang telah
rusak (rehabilitasi). Syam et.al Dengan demikian dengan adanya terumbu karang buatan
memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan jumlah jenis di sekitar terumbu
karang buatan. Jenis-jenis ikan karang di perairan teluk saleh yang sebelumnya belum
terdapat Terumbu Karang Buatan (TKB) pada tahun 2004 yang di Pulau Rakit selama 5
tahun terakhir (tahun 2010) kini sudah meningkat jumlah jenisnya. (Gambar 6).
Sedangkan perkembangan jumlah individu berdasarkan kelas di Pulau Rakit dan Pulau
Ganteng di jelaskan pada Lampiran 1 dan 2 Di duga sampai satu dasawarsa ke depan
jumlah jenis-jenis ikan yang hadir di lokasi Terumbu Karang Buatan (TKB) akan terus
meningkat menjadi menjadi 100 jenis setiap lokasi terumbu buatan (Edrus, 2002) atau
dengan jumlah total species di perairan Teluk Saleh menjadi sebesar 150 jenis pada tahun
2005 Hal ini di dukung juga dari hasil penelitian toleh Hartati dan Edrus (2005) yang
melaporkan bahwa jenis-jenis ikan di perairan Teluk Saleh akan dapat meningkat melalui
gerakan rehabilitasi yang diharapkan mampu mengembalikan keanekaragaman ikan
karang di wilayah tersebut. Perkembangan jumlah individu berdasarkan kelas di Pulau
Rakit
Pemasangan terumbu buatan yang bahannya bukan dari beton semen dan
kontruksinya tidak seperti diatas, memang dapat pula menarik jenis ikan untuk
berkumpul. Namun secara ekologis tidak memberikan kehidupan ikan untuk dapat
tumbuh dan berkembang. Pemasangan Terumbu Karang Buatan memerlukan
persyarakatan untuk dapat tumbuh dan berkembang, agar jenis-jenis ikan karang sesuai
dengan kehidupannya (Hartati et all, 2006). Hal ini di dukung oleh (Lieske dan Myers,
1997) yang melaporkan bahwa setiap habitat terumbu karang, ikan banyak memiliki
banyak relung ekologis yang spesifik yang mampu menampung ikan dengan
keberagaman yang tinggi.

Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011

5 tahun

Gambar 6. Kondisi terumbu karang buatan (TKB) yang baru di pasang pada tahun 2005
dan pengamatan pada bulan Oktober 2010.
Indeks biologi ikan karang
Punahnya relung ekologi menyebabkan ikan kehilangan tempat tinggal yang
sesuai dengan fungsi simbion, otoritas area, reproduksi, jarring makanan dan funsi
ekologis laiinya dari masing masing ikan karang (Hartati dan Edrus, 2005). Hasil analisis
indeks biologi ikan karang di 4 stasiun pengamatan tercantum pada Tabel 2. Hasil
pengamatan indeks keanekaragaman pada tiap pengamatan dan tiap stasiun pengamatan
pada umumnya hampir sama yaitu berkisar antara 2.204 2.582. Dengan demikian
maka keaneka ragaman di 4 stasiun masih berada kisaran keanekaragaman sedang.
Keanekaragaman yang cukup tinggi berada pada St.2 pengamatan bulan Oktober yaitu
sebesar 2.582. Hasil ini masih dalam kategori terumbu karang yang kurang sehat yang
berakibat pada penurunan keanekaramanan ikan karang di lokasi tersebut. Hartati dan
Edrus (2005) melaporkan bahwa indeks keanekaragaman (H) ikan karang yang kurang
dari nilai 3 menunjukkkan bahwa habitat ikan karang mengalami gangguan, yang
berakibat pada penurunan keanekaragaman ikan karang di lokasi tersebut. Pada kondisi
terumbu karang yang sehat biasanya indeks H lebih besar dari nilai 3.
Indeks keseragaman ikan karang berkisar pada tiap pengamatan dan stasiun
pengamatan cukup tinggi yaitu berkisar antara antara 0.585 -0.745, tertinggi berada
stasiun 2 pada bulan Oktober. Hal ini menandakan pada stasiun 2 di bulan Oktober
kesamaan jumlah individu antar species tinggi, jadi tiap species mempunyai kesamaan
jumlah tinggi , sedangkan nilai indeks keseragaman yang paling kecil pada stasiun 4 pada
bulan Juli. Indeks dominasi ikan karang pada stasiun dan tiap pengamatan pada
umumnya rendah, yaitu berkisar antara 0.120 1.95, yang berarti bawa di 4 stasiun tidak
ada species yang mendominasi Hal ini juga menunjukkan bahwa di perairan Teluk
Saleh meskipun keanekaragaam pada tingkat sedang, yang di duga perkembangan awal
pemasangan Terumbu Karang Buatan (TKB) belum menampakkan hasil yang nyata
seperti terumbu karang pada tingkat yang baik dengan koloni keanekaragaman ikan
karang memiliki jumlah dan jenis-jenis ikan karang yang cukup besar. Dengan
demikian maka di perairan Teluk Saleh tidak menunjukkan adanya kondisi yang ekstrim
yang mendukung dominasi dari satu atau lebih populasi ikan. Odum (1971) mengatakan
bahwa pertumbuhan koloni yang sangat pesat pada konsisi yang ekstrim (polusi) terjadi
karena kondisi yang spesifik dan menguntungkan khsusnya bagi populasi yang mampu
berkembang. Hal ini di dukung dengan pendapat Hartati dan Idrus (2005) yang
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011

10

melaporkan bahwa kelangkaan habitat yang termasuk relung ekologi adalah factor
pembatas untuk perkembangan semua koloni dari populasi ikan karang.
Tabel 2. Nilai indeks biologi di 4 stasiun pengaman jenis Ikan karang di lokasi terumbu
buatan
Parameter
Mei
Jumlah Total Individu (Total Ind.)
Jumlah Jenis(Total species)

Stasiun
St.1
1.239

St.2
737

St.3
2.039

St.4
2.763

39

25

46

59

2,317

2,456

2,439

Indeks Keseragaman (Evennes indices)

2,204
0,601

0,72

0,642

0,598

Indeks Dominansi (Domination indices)

0,187

0,133

0,145

Kelimpahan (ind/m) (Abundace ind./m3)

24

14

0,12
39

1.194

691

2.140

3.037

45

37

51

55

Indeks Keragaman (Diversity indices)

2,364

2,581

2,339

2,344

Indeks Keseragaman (Evennes indices)

0,621

0,715

0,598

Indeks Dominansi (Domination indices)

0,177

0,122

0,137

0,585
0,155

Kelimpahan (ind/m),(Abundace ind./m3)

23

13

41

59

1.348

665

2.385

4.350

39

32

38

57

Indeks Keragaman (Diversity indices)

2,282

2,582

2,366

2,414

Indeks Keseragaman (Evennes indices)

0,623

0,65

0,597

Indeks Dominansi (Domination indices)

0,195

0,745
0,135

0,128

0,143

26

13

46

84

Indeks Keragaman (Diversity indices)

Juli
Jumlah Total Individu (Total Ind.)
Jumlah Jenis (Total species)

Oktober
Jumlah Total Individu (Total Ind.)
Jumlah Jenis (Total species)

Kelimpahan (ind/m) (Abundace ind./m3)

53

KESIMPULAN
1. Proporsi antara kelompok ikan major, target dan indikator di 4 stasiun pengamatan
perairan Teluk Saleh, berturut-turut berkisar antara 50,17 63,39 %, 3,14 16 % dan
0,03 0,14 %.
2. Jumlah jenis ikan karang di tiap lokasi berkisar antara 25 59 jenis dari 28 famili
dengan kelimpahan jenis berkisar antara 13 84 ind/m3.
3. Indeks keanekaragaman ikan karang di empat stasiun pengamatan hampir sama yaitu
berkisar antara 2,20 2,58, termasuk keanekaragaman sedang, dengan indeks
keseragaman jenis ikan berkisar antara 0,58- 0,74 (cukup tinggi) dan indeks dominasi
berkisar antara 0,12-0,12 yang berarti .
4. Jenis-jenis ikan yang mendominasi di ke empat pengamatan antara lain dari jenis
Apogon quenquelineatus, Archamia fucata, Archamia zosterophora (Apogonidae)
dan Neopomacentrus cyanomos, Chromis ternatensis, Pomacentrus alexanderae
(Pomacentridae), sedangkan jenis-jenis ikan dengan jumlah yang sedikit namun
penting sebagai indikator terumbu karang karang keras antara lain Chaetodon
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011

11

octofasciatus, Chaetodon kleinii, Heniochus acuminatus dan Chelmon rostratus


(Chaetodontidae)
5. Jumlah dan jenis kenekaragaman ikan karang di perairan Teluk Saleh masih dapat
ditingkatkan melalui upaya rehabilitasi terumbu karang yang rusak dengan
pembuatan terumbu karang buatan dari bahan beton
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 1993. Laporan ekspedisi Pulau Mojo. 17 September 7 Oktober 1993.
Lembaga Ilmu Penetahuan Indonesia, Jakarta
Cesar, H. 1997. Nilai ekonomi terumbu karang Indonesia. World Bank.
Dahuri, R., J. Rais, S. P. Ginting, & M. J. Sitepu. 2004. Pengelolaan sumberdaya
wilayah pesisir dan lautan secara terpadu. PT. Pradnya Paramitra. Jakarta. 198:
199 p.
Edrus, I. N. 2002. Assessment of community participation in the coastal resource
rehabilitation project in Bali, Indonesia. Thesis. University of the Philippines-Los
Banos.
English S., C. Wilkinson & V. Baker. 1997. Survey manual for tropical marine resource
(2nd edition). Australian Institute of Marine Science. Australia. 390 p.
Hartati, S. T. & I. N. Edrus. 2005. Komunitas ikan karang di perairan pantai Pulau Rakit
dan Pulau Takaibo, Teluk Saleh- Nusa Tenggara Barat. JPPI Edisi Sumberdaya
dan penangkapan, Vol.11 No.2 Tahun 2005. BRKP BKP, Jakarta. 83-93 pp.
Hartati, S. T., Krismono, A. Thamin, S. E. Purnamaningtyas, Mujiyanto, Suprihanto, S.
M. Syarif & Wasilun. 2006.: Perkembangan stok sumberdaya perairan karang
pasca rehabilitasi habitat di Teluk Saleh NTB. Laporan Akhir Kegiatan
Penelitian. Loka Riset Pemacuan Stok Ikan. Badan Riset Kelautan dan Perikanan.
Departemen Kelautan dan Perikanan. Tidak Dipublikasikan.
KPP-COREMAP. 2001. Buku panduan pengelolaan berbasis masyarakat (PBM)COREMAP. COREMAP- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
Lieske, E. & R. Myers. 1997. Reef Fishes Of The world. Periplus Edition. Jakarta.
Indonesia
Ludwig, J. A. & J. F. Reynolds, 1988. Statistical ecology: a primer methods and
computing. John Wiley & Sons. New York : xviii + 337 p.
Nash, S. V. 1989. Reef diversity indeks survey methods for non specialist. Tropical
coastal area management . Vol.4 (3): 14-17 pp.
Nontji, A. 2002. Plankton laut. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Odum, E. P. 1971. Fundamental of ecology-third Edition. W. B. Sunders Company.
Toronto. 574 p.
Satria, H., Mujiyanto, B. I. Purwati, D. Wijaya, Riswanto, I. Suprihanto & U. Sukandi.
2010. Evaluasi rehabilitasi habitat melalui terumbu buatan di perairan teluk
Saleh-Nusa Tenggara Barat. Laporan Akhir Penelitian. BRPSI-Jatiluhur -KKP.
91 p. Tidak Dipublikasikan.
Sukarno. 1981. Terumbu karang di Indonesia: sumber daya, permasalahan, dan
pengelolaan. LON LIPI. Jakarta.
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011

12

Syam, A. R., S. T. Hartati & Krismono. 2007. Komunitas biota penempel pada terumbu
buatan di perairan pulau Ganteng dan Pulau Rakit, Teluk Saleh-Nusa Tenggara
Barat. JPPI-Vol. 13 No.2: 158-166 pp.
Syarani, L. & S. Agung. 2006. Gambaran umum Kepulauan Karimun Jawa. Penerbit:
Unissula Press, Semarang cetakan pertama: 148 p.

Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011

13

Lampiran 1. Perkembangan jumlah individu ikan berdasarkan katagori spesies (mayor,


target dan indikator) pada terumbu buatan di Barat Pulau Rakit strasiun 1
dan 2 (Mei-Juli-Oktober 2010)

Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011

14

Lampiran 2. Perkembangan jumlah individu ikan berdasarkan katagori spesies (mayor,


target dan indikator) pada terumbu buatan di Barat Pulau Ganteng strasiun
3 dan 4 (Mei-Juli-Oktober 2010)

Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011

15

Lampiran 3. Uji distribusi antar stasiun pengamatan (St. 1, St. 2, St. 3 dan St. 4)
H0 : All the Groups have the same distribution
5%
ANOVA Table
Source

SS

DF

MS

Fcritical

P-Value

Between
Within
Total

10,323
1,685,440
1,695,763

3
167
170

3,441
10,092

0,3410

2,6587

0,7957

Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011

16

Anda mungkin juga menyukai