Anda di halaman 1dari 8

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

STRUKTUR KOMUNITAS POLYCHAETA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN


PULAU PARANG KARIMUNJAWA
1*

Ibadur Rahman , Muhammad Zainuri , Jusup Suprijanto dan Mujiyanto

MA-17

Mahasiswa Magister Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro


Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro
3
Staff Pengajar Magister Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro
4
Peneliti Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI) Purwakarta
2

Abstrak
Taman Nasional Karimunjawa tersusun atas 3 komponen ekosistem utama, yaitu; ekosistem terumbu
karang, lamun dan mangrove. Ketiganya merupakan habitat bagi berbagai jenis organisme, sebagai
tempat untuk mencari makan (feeding ground), tempat pembesaran (nursery ground), ataupun tempat
memijah (spawning ground). Di antara ketiga ekosistem tersebut, padang lamun merupakan ekosistem
yang memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup biota-biota laut. Cacing laut (kelas
Polychaeta) merupakan salah satu biota yang berasosiasi dengan padang lamun. Polychaeta berperan
penting sebagai makanan hewan perairan dasar seperti ikan dan udang, pemakan hasil dekomposisi
serasah lamun, pemakan bangkai, atau sebagai pemakan bahan organik partikulat, dan sangat baik
sebagai indikator perairan karena memiliki jenis dan cara hidup yang sangat beragam. Penelitian ini
dilakukan mulai bulan Desember 2012 hingga Juni 2013 pada 3 lokasi di Pulau Parang (P. Kembar,
Batu Merah, dan P. Kumbang). Metode yang digunakan dalam pengamatan lamun adalah metode
visual menggunakan transek kuadran 1x1 m, sedangkan pengambilan sampel Polychaeta dilakukan
menggunakan PVC corer (d = 6 cm, t = 50 cm). Sampel yang diperoleh disaring menggunakan
saringan berukuran 0,5 mm kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel dan diberi formalin (10%)
yang dicampur dengan Rose Bengal (1 gram/20 liter) untuk memberikan warna pada sitoplasma
sehingga memudahkan pemilahan di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 30
jenis Polychaeta dari 15 famili dan 967 individu. Indeks Keanekaragaman (H') termasuk dalam
kategori sedang dengan kisaran 2.22 2.86. Indeks Keseragaman (E) berkisar antara 0.69 0.88,
yang termasuk kategori sedang dan tinggi. Sedangkan Indeks Dominansi (C) berkisar antara 0.08
0.15 yang menunjukkan bahwa komunitas Polychaeta pada ekosistem padang lamun Pulau Parang
cenderung stabil, dan tidak ada jenis yang mendominasi.
Kata kunci: padang lamun, polychaeta, Pulau Parang, struktur komunitas
Pengantar
Ekosistem padang lamun disusun oleh tumbuhan lamun dan menjadi tempat yang cocok untuk
beragam jenis hewan. Tingginya produktivitas primer tumbuhan lamun ditambah dengan alga epifit
dan bentik, menjamin ketersediaan bahan organik tetap melimpah yang menjadi sumber energi utama
untuk jaring-jaring makanan di padang lamun. Stuktur tiga dimensi tumbuhan lamun yang terdiri dari
rimpang, akar dan kanopi adalah tempat yang paling baik untuk berlindung dari pemangsa sekaligus
berperan sebagai penjebak sedimen. Struktur tersebut menciptakan kondisi fisika dan kimia yang
dapat menarik beragam jenis hewan (Hemminga dan Duarte, 2000).
Salah satu kelompok hewan yang berasosiasi dengan ekosistem padang lamun adalah cacing laut
(kelas Polychaeta). Polychaeta merupakan salah satu organisme pengurai yang menguraikan serasah
lamun yang telah didekomposisi oleh detritus menjadi partikel-partikel organik (Gray dan Elliot, 2009;
Mahfud dkk., 2013) yang sangat penting bagi kelangsungan hidup lamun. Polychaeta juga merupakan
makanan yang penting bagi berbagai biota asosiasi lainnya seperti ikan, udang dan hewan
invertebrata lainnya (Bruno et al., 1998; Hadiyanto, 2011).
Kondisi ekosistem padang lamun dewasa ini semakin mendapat tekanan (Bengen, 2004), baik karena
faktor manusia seperti alih fungsi lahan, lalu lintas kapal, pencemaran ataupun karena faktor alami
seperti perubahan musim dan iklim global, adanya interaksi populasi dan komunitas (pemangsaan
dan persaingan). Tekanan yang terjadi pada ekosistem lamun diduga akan berpengaruh terhadap
komunitas Polychaeta yang merupakan salah satu biota asosiasi lamun. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengkaji struktur komunitas Polychaeta di ekosisem padang lamun Pulau Parang,
Karimunjawa.

Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perairan A (MA-17)

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

Bahan dan Metode


Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel Polychaeta yang diambil dari ekosistem
padang lamun Pulau Parang, Karimunjawa. Parameter lingkungan yang diambil sebagai data
pendukung meliputi ukuran butir sedimen, suhu, salinitas, pH, dan kandungan bahan organik
sedimen. Penelitian ini terdiri dari 6 tahapan, yaitu survey pendahuluan, penentuan lokasi penelitian,
pengambilan sampel, pensortiran sampel, identifikasi sampel dan analisis data. Survey lokasi
penelitian dilakukan pada bulan Desember 2012. Pengambilan sampel, pensortiran, dan identifikasi
sampel dilakukan pada bulan Desember 2012 hingga Juni 2013.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif eksploratif. Penentuan lokasi
penelitian dilakukan dengan metode purposive, yaitu penentuan tempat yang didasarkan
pertimbangan tertentu (Arikunto, 1998). Lokasi penelitian ini terbagi menjadi 3 stasiun, yaitu
P.Kembar, P.Kumbang dan Batu Merah. Stasiun P.Kembar merupakan pulau yang dipengaruhi
langsung oleh dinamika arus dari Laut Jawa dari arah utara perairan, karena letaknya di ujung barat
laut Kepulauan Karimunjawa. Pulau ini tidak berpenghuni dan diyakini oleh masyarakat sebagai pulau
yang keramat. Sedikitnya aktivitas masyarakat di Pulau ini, mengakibatkan kondisi ekosistem lamun
masih alami dengan persentase penutupan lamun tinggi. Di stasiun P.Kembar ini ditemukan 6 spesies
lamun dengan kerapatan yang cukup tinggi. Stasiun P.Kumbang merupakan pulau tak berpenghuni
yang termasuk dalam zona inti Taman Nasional Karimunjawa. Karena termasuk dalam zona inti, pada
stasiun ini dijumpai beberapa jenis biota langka seperti kima dan bintang laut. Perairan di Pulau
Kumbang sangat jernih, dan ditemukan 6 jenis lamun di pulau ini dengan kerapatan yang rendah.
Sedangkan stasiun Batu Merah merupakan pesisir bagian timur Pulau Parang yang menjadi kawasan
penangkapan ikan nelayan. Pada stasiun ini ditemukan 6 jenis lamun dengan kerapatan yang tinggi.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian (Pulau Parang, Karimunjawa)


Pengambilan sampel Polychaeta dilakukan secara kuantitatif menggunakan kuadran transek dengan
ukuran 1 x 1 m. Sedimen diambil sedalam 10 cm karena diperkirakan pada kedalaman tersebut bahan
organik yang menjadi sumber makanan dari Polychaeta sangat melimpah (Mahfud dkk., 2013).
Sampel sedimen yang telah diambil kemudian disaring menggunakan ayakan berukuran mata saring
0,5 mm. Polychaeta yang terlihat pada saat penyaringan, langsung dimasukkan ke dalam botol
sampel yang berisi formalin 10% yang sebelumnya telah dicampur dengan Rose Bengal dan telah
diberi label dengan informasi tanggal dan lokasi pengambilan sampel. Sampel kemudian dicuci
dengan ayakan berdiameter 0,1 mm untuk menghilangkan kandungan formalin di dalam sampel.
Kemudian sampel dikelompokkan menurut kemiripannya, dimasukkan dalam botol sampel berisi
alkohol 70%. Selanjutnya sampel tersebut diidentifikasi menggunakan mikroskop binokuler dengan
berpedoman pada buku identifikasi Day (1967) dan Beesley et al., (2000).

Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perairan A (MA-17)

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
Analisa struktur komunitas Polychaeta yang digunakan dalam penelitian ini yaitu; analisa kelimpahan
2
(ind/m ) (Odum, 1993), Indeks Keanekaragaman Shannon-Weaner, Indeks Keseragaman (Krebs,
1985), Indeks Dominasi Simpson (Odum, 1993), dan Indeks Kesamaan Komunitas (Odum, 1993).
Hasil dan Pembahasan
Ekosistem padang lamun di Pulau Parang, Karimunjawa relatif dalam kondisi yang baik. Dari 12
spesies lamun yang telah ditemukan di Indonesia (Nontji, 1987), 7 spesies lamun ditemukan di Pulau
Parang dengan kerapatan yang cukup baik dan membentuk pola campuran (mixed community). 7
spesies lamun tersebut yaitu; Halodule uninervis, Halodule pinifolia, Cymodoceae rotundata,
Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, dan Thalassia hempricii.

3%
3%
2%

Kembar

9%

total
55%

10%

28%

3%
5%
2%
2%

Kumbang

25%
13%

4%
2%
Batu Merah

55%

4%

33%

10%
0%

10%

20%

30%

40%

50%

Halophila ovalis

Halodule uninervis

Halodule pinifolia

Cymodocea serrulata

Cymodocea rotundata

Enhalus acoroides

Thalassia hemprichii
Gambar 2. Persentase penutupan lamun di Pulau Parang, Karimunjawa
Stasiun P.Kembar memiliki kerapatan lamun yang cukup tinggi dengan persentase penutupan
sebesar 55%. Spesies lamun yang paling banyak ditemukan di stasiun P.Kembar adalah Thalassia
hempricii (28%). Stasiun P. Kumbang yang merupakan zona inti Taman Nasional Karimunjawa
memiliki kerapatan lamun yang cukup rendah dengan persentase penutupan sebesar 25% dimana
spesies yang paling banyak ditemukan adalah Thalassia hempricii (13%). Sedangkan stasiun Batu
Merah, juga memiliki kerapatan lamun yang cukup tinggi dengan persentase penutupan sebesar 55%,
dimana spesies Enhalus acoroides merupakan jenis yang paling sering ditemukan (33%).
Berdasarkan hasil penelitian terhadap sampel Polychaeta pada ekosistem padang lamun di Pulau
Parang, ditemukan 30 genus dan 15 famili dari total 967 individu. Jenis Polychaeta yang paling
2
2
banyak ditemukan adalah dari famili Capitellidae 199 ind/m , Spionidae 198 ind/m dan Syllidae 176
2
ind/m .
2

Tabel 1. Kelimpahan (ind/m ) Polychaeta yang ditemukan pada masing-masing stasiun di Pulau
Parang, Karimunjawa.
No.
1

Nama Famili,
Genus

Kembar

Kumbang

Batu Merah

St. 1

St. 2

St. 3

St. 1

St. 2

St. 3

St. 1

St. 2

St. 3

Spio sp.

Prionospio sp.

34

16

19

Spiophanes sp.

18

Spionidae

Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perairan A (MA-17)

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

Polydora sp.

Malacoceros sp.

18

Scolelepis sp.

Paraonis sp.

14

Aricideasp.

10

12

Capitella sp.

35

20

23

20

16

Notomastus sp.

10

19

24

Nicomache sp.

17

Euclymene sp.

14

10

19

19

17

Cirratulidae
Cirratulus sp.

Paraonidae

Opheliidae
Armadia sp.

Capitellidae

Maldanidae

Notoproctus sp.
7

Terebellidae
Pista sp.

10

Fabriciola sp.

Magelomma sp.

Dendronereis sp.

14

11

Nereis sp.

11

Platynereis sp.

Nematonereis sp.

Marphysa sp.

Dorvillea sp.

Protodorvillea sp.

Syllis sp.

21

13

35

35

24

Exogone sp.

109

64

110

18

45

159

240

118

104

Sabellidae

Phyllodocidae
Phyllodoce sp.

10

11

12

Nereidae

Eunicidae

Lumbrineridae
Lumbrineris sp.

13

14

15

Dorvillidae

Syllidae

Nephtyidae
Nephtys sp.
Total

Jenis yang paling banyak ditemukan di stasiun P. Kembar adalah famili Capitellidae (82 ind/m ) dan
2
Syllidae (82 ind/m ). Banyaknya populasi famili Capitellidae ini diduga karena famili ini mampu
beradaptasi dengan baik pada berbagai kondisi bahkan pada lingkungan yang ekstrim sekalipun
(Mahfud dkk., 2013), Lebih lanjut Day (1967) menambahkan bahwa famili Capitellidae biasa hidup

Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perairan A (MA-17)

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
pada substrat berlumpur, berpasir dan daerah estuarine. Substrat yang terdapat di stasiun P.Kembar
ini didominasi oleh pasir dan sedikit lumpur. Sedangkan melimpahnya populasi Syllidae di stasiun P.
Kembar ini dikarenakan famili Syllidae dapat hidup di laut dangkal hingga laut dalam, pada substrat
lunak seperti lumpur pasiran dan pasir lumpuran, pada substrat kasar seperti pecahan karang, dan
kerikil, bersifat epibion pada alga, lamun (seagrass) dan invertebrata lainnya (Glasby et al., 2000).
Beberapa studi telah mengungkapkan bahwa Syllidae merupakan spesies yang dominan di sedimen
dan padang lamun. Tetapi beberapa spesies memiliki adaptasi habitat yang berbeda-beda tergantung
faktor habitat yang ditempatinya seperti: kepadatan lamun, tipe sedimen dan lain-lain (Somaschini dan
Gravina, 1994).

Kembar 3.35%

Kumbang

Batu Merah

88.76%

4.69%

15.11%

kerikil/gravel

pasir/sand

6.99%0.90%

87.94%

6.75% 0.62%

69.56%

13.82% 1.51%

lanau/lumpur/silt

lempung/clay

Gambar 3. Ukuran butir sedimen/substrat ekosistem padang lamun Pulau Parang, Karimunjawa
Famili Syllidae juga paling banyak ditemukan di stasiun P.Kumbang dengan kelimpahan sebesar 47
2
ind/m . Sedangkan pada stasiun Batu Merah, jenis yang paling banyak ditemukan adalah dari famili
2
Spionidae dengan kelimpahan 141 ind/m . Substrat pada stasiun Batu Merah terdiri dari pasir
(69.56%), kerikil (15.11%) dan lumpur (13.82%). Kondisi substrat yang demikian merupakan habitat
yang sesuai karena famili Spionidae menyukai habitat berpasir, baik pasir berlumpur maupun lumpur
berpasir karena substrat tersebut lebih stabil dan memudahkan kehidupan Spionidae yang bersifat
menggali (burrowing).
Bahan organik substrat juga memiliki peranan yang tinggi dalam persebaran Polychaeta. Hal ini
dikarenakan bahan organik secara tidak langsung merupakan makanan bagi Polychaeta (Mahfud
dkk., 2013). Kennish (1990) menambahkan bahwa Polychaeta menyukai tempat dengan kandungan
bahan organik yang tinggi. Kandungan bahan organik substrat di stasiun P.Kembar, P.Kumbang dan
Batu Merah secara berturut-turut adalah sebesar 4.38%; 4.54%; 7.88%. Hasil analisis korelasi antara
kandungan bahan organik dengan jumlah Polychaeta adalah sebesar 0,96 atau memiliki hubungan
yang sangat kuat.
7.88%
4.38%

4.54%

Pulau Kembar

Pulau Kumbang

Watu Merah

Gambar 4. Kandungan bahan organik substrat padang lamun Pulau Parang, Karimunjawa
Nilai Indeks Keanekaragaman pada ketiga stasiun termasuk dalam kategori sedang, dengan besaran
nilai masing-masing adalah P.Kembar (2.22); P.Kumbang (2.86) dan Batu Merah (2.79). Nilai Indeks

Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perairan A (MA-17)

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
Keanekaragaman yang cenderung sama pada ketiga stasiun tersebut menandakan bahwasanya tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah tutupan lamun dengan nilai keanekaragaman
Polychaeta. Nilai indeks keanekaragaman yang masuk dalam kategori sedang menandakan bahwa
penyebaran genus dalam sebuah komunitas cukup merata dan tidak ada jenis tertentu yang
jumlahnya melimpah sedangkan genus yang lain hanya sedikit (Krebs, 1985).
Tabel 2. Indeks Keanekaragaman (H), Indeks Keseragaman (E) dan Indeks Dominansi (C) yang
ditemukan pada setiap stasiun penelitian.
Stasiun

Keanekaragaman
H'

Kategori*

Keseragaman
E

Kategori**

Dominansi
C

Kategori***

Kembar

2.22

Sedang

0.69

Sedang

0.15

Tidak ada dominansi

Kumbang

2.86

Sedang

0.87

Tinggi

0.08

Tidak ada dominansi

Batu Merah

2.79

Sedang

0.88

Tinggi

0.08

Tidak ada dominansi

Indeks keseragaman menunjukkan kisaran yang bervariasi mulai dari kategori sedang sampai
kategori tinggi. Brower et al., (1998) menjelaskan bahwa keseimbangan penyebaran suatu spesies
dalam komunitas dapat diketahui dari Indeks keseragaman. Jenis Polychaeta dari berbagai kelompok
famili umumnya dapat ditemukan di seluruh stasiun penelitian di Pulau Parang, Karimunjawa. Dengan
demikian, penyebaran kelompok famili Polychaeta tidak secara eksklusif hanya berpusat di satu atau
dua stasiun tertentu. Hasil pengukuran data parameter lingkungan juga tidak menunjukkan adanya
perbedaan yang mencolok di antara masing-masing stasiun penelitian. Adanya kondisi lingkungan
yang relatif seragam ini memungkinkan seimbangnya penyebaran Polychaeta (Priosambodo, 2011).
Tabel 3. Hasil pengukuran data parameter lingkungan
Parameter
0

Suhu ( C)
Kedalaman (m)
0

Salinitas ( /00)
pH Air
DO / Oksigen Terlarut (mg/L)

P Kembar

P Kumbang

Watu Merah

30.18

30.63

30.47

0.41

0.68

0.90

33.17

32.44

32.33

7.97

8.00

8.00

6.214

5.072

4.000

Priasambodo (2011) menjelaskan bahwa dominansi suatu spesies Polychaeta terhadap spesies
lainnya, akan memberikan pengaruh terhadap kestabilan komunitas Polychaeta secara keseluruhan.
Selain itu, dominansi suatu spesies juga mengindikasikan adanya gangguan terhadap lingkungan di
sekitar komunitas Polychaeta karena hanya spesies tertentu saja yang mampu menyesuaikan diri dan
bertahan hidup.
Nilai indeks dominansi Polychaeta di stasiun P.Kembar, P.Kumbang dan Batu Merah menunjukkan
kisaran 0.08 0.15. Hal ini menandakan bahwa kondisi komunitas Polychaeta di Pulau Parang cukup
stabil, dan tidak ada yang mendominasi. Adanya jenis Polychaeta yang mendominasi akan
mengakibatkan tertekannya komunitas.Tekanan tersebut dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan
ataupun karena aktifitas manusia. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan Krebs (1985) bahwa
penghilangan satu spesies dominan dalam suatu komunitas sering kali terjadi karena pengaruh
manusia sehingga lamun yang merupakan tempat memijah, berlindung dan mencari makan bagi
Polychaeta berkurang bahkan tidak ada sehingga menyebabkan spesies yang lain menjadi lebih
dominan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa terdapat 15 famili, 30 genus dari total 967 individu yang
ditemukan di ekosistem padang lamun Pulau Parang, Karimunjawa. Jenis yang paling banyak adalah
2
famili Capitellidae dengan kelimpahan 199 ind/m . Tidak ada jenis Polychaeta yang mendominasi di
semua stasiun, dikarenakan penyebarannya yang cukup merata di seluruh stasiun padang lamun.

Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perairan A (MA-17)

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
Ucapan Terima Kasih
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada segenap pembimbing, juga kepada
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI), dan kepada Biro
Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri (BPKLN) Kemdiknas yang telah memberikan beasiswa
kepada penulis, serta semua pihak yang telah membantu terciptanya tulisan ini.
Daftar Pustaka
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. PT. Pemuda Cipta: Jakarta.
Beesley, P.L., Ross and Glasby (eds). 2000. Polychaeta dan Allies The Southern Synthesis, Fauna of
Australia. Vol. 4A Polychaeta, Myzostomida, Pogonophora, Echiura, Sipunculata. CSIRO
Publishing: Melbourne. xii 465 p.
Bengen. 2004. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut serta Prinsip Pengelolaannya.
Pusat kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Brower J.E, Zar J.H, von Ende C.N. 1998. Field and Laboratory Methods for General Ecology. Mc
Graw-Hill Company.
Bruno C, M.B. Cousseau, and C. Bremec. 1998. Contribution of Polychaetous Annelid to the Diet of
th
Cheilodactylus berghi (Pisces, Cheilodactilidae). Abstract of 6 International Polychaete
Conference. Brazil, 2-7 Agustus 1998. International Polychaetes Association.
Day, J.H. 1967. A monograph on the Polychaeta of Southern Africa. Part 1. Errantia. Trust. Brit. Mus.
(Nat. Hist.) 656: (i--viii) + (1--458).
Glasby, C.J., P.A. Hutching., K. Fauchald., H. Paxton., G.W. Rouse., C.W. Russel., R.S. Wilson. 2000.
Class Polychaetes. In: Polychaetes and Allies: The Southern Synthesis. Fauna of Australia.
Polychaeta, Myzostomida, Pogonophora, Echiura, Sipuncula. CSIRO Publishing: Melbourne.
467 p.
Gray, J.S and Elliot, M. 2009. Ecology of Marine Sediments: From Science to Management. Oxford
University Press. 225 p.
Hemminga M.A, Duarte C.M. 2000. Seagrass Ecology. London-United Kingdom (UK): Cambridge
University Press.
Hadiyanto. 2011. Cacing Laut di Padang Lamun. Oseana, Volume XXXVI, Nomor 1, Tahun 2011: 5767.
Kennish, M. J. 1990. Ecology of Estuary. Biological Aspects. Vol : 2. CRC Press, Boston. 391 pp.
Krebs, C.J. 1985. Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and Abundance. Third Edition.
Harper and Row, New York. 800 p.
Mahfud, Widianingsih, Retno H. 2013. Komposisi dan Kelimpahan Makrozoobenthos Polychaeta di
Pantai Maron dan Sungai Tapak Kel. Tugurejo, Kec. Tugu, Kota semarang. Journal of Marine
Research. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013: 134-142.
Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Edisi ke-III. Diterjemahkan oleh Tjahjono, S. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta: 201-250.
Priosambodo, Dody. 2011. Struktur Komunitas Makrozoobentos di Daerah Padang Lamun Pulau
Bone Batang, Sulawesi Selatan. Sekolah Pascasarjana IPB: Bogor.

Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perairan A (MA-17)

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
Somaschini A, Gravina MF. 1994. Ecological Analysis of Some Syllidae (Annelida,Polychaeta) from
the Central Tyrrhenian Sea (Ponza Island), Memories du Museum National dHistoire
Naturelle., 162: 1-642.
Tanya Jawab
Penanya

Wawan Kuswara

Pertanyaan

Bagaimanakah korelasi antara lamun lebat,lamun jarang dan polichaeta?

Jawaban

Lamun terkadang punya pengaruh yang sangat kuat. Hubungan lamun dengan
policaheta lebih rendah daripada hubungan polichaeta dengan bahan-bahan
organic dan inorganic.

Penanya

Pertanyaan

Penelitian dilakukan 3 musim,dari hasil konsentrasi. Apakah ada perbedaan


signifikan dari musim-musim itu dan apa parameter yang mempengaruhinya?

Jawaban

Tidak ditunjukan adanya perbedaan yang siginifikan karena jumlah polichaeta


tetap dan tidak ada jenis yang mendominasi dan persebarannya merata pada
masing-masing pulau tersebut.

Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perairan A (MA-17)

Anda mungkin juga menyukai