Anda di halaman 1dari 20

Erosi

Erosi adalah pengikisan batu atau tanah oleh tenaga air dan angin. Secara fisik, dampak erosi
menimbulkan perubahan lingkungan, salah satunya adalah sedimentasi atau endapan. Umumnya erosi
terjadi di daratan. Erosi yang terjadi oleh tenaga air dapat menyebabkan terkikisnya batu-batuan di
pantai. Erosi yang terjadi oleh angin bisa membawa pasir ke tempat lain atau dapat juga menjadi
gundukan bukit di tempat lain. Tumbuhan akan tertutup pasir karena angin. Tumbuhan yang berada di
sekitar laut dapat hanyut karena gelombang laut.

http://calya-chesta.blogspot.com/2014/03/dampak-lingkungan.html

PENGERTIAN PERUBAHAN LINGKUNGAN KARENA FAKTOR ALAM &


MANUSIA
Secara garis besar terjadinya kerusakan lingkungan hidup yang ada di bumi ini karena dua
faktor. Pertama kerusakan lingkungan hidup karena faktor/proses alam dan kerusakan
lingkungan akibat ulahtangan manusia. Peristiwa alam yang menyebabkan terjadinya
kerusakan pada alam ini meliputihhal hal seperti ayng bisa Anda baca di postingan mengenai
lingkungan.Kehidupan manusia di dunia ini tidak akan lepas dari lingkungan.
Baik itu dari lingkungan alamataupun lingkungan sosial. Manusaia bernapas butuh
udara/oksigen dari lingkungan sekitar.Aktivitas makan dan minum hingga memelihara
kesehatan, semuanya butuh lingkungan. Lingkungan hidup, kalau menurut UU no. 32 tahun
2009, Lingkungan Hidup adalah kesatuanruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dankesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Untuk
persoalan Lingkungan Hidup, manusia memiliki pengaruh yang amat penting. Karenadalam
pengelolaan lingkungan hidup tersebut pada akhirnya juga buat keberlangsungan
manusiaselama hidup di bumi ini. Terjadinya kerusakan lingkungan hidup sekarang ini karena
adanyatindakan yang dapat menimbulkan perubahan secara langsung ataupun tidak langsung
sehinggalingkungan hidup tidak lagi dapat berfungsi sebagai penunjang pembangunan yang
berkelanjutan(KMNLH, 1998).Terjadinya kerusakan lingkungan hidup bisa terjadi dimana saja
baik di darat, udara, ataupun diair. Penyebab terjadinya kerusakan lingkungan hidup yang ada
di dunia ini karena 2 faktor, yaitu Faktor Alam dan Faktor Manusia. Kerusakan Lingkungan
Hidup Faktor AlamTerjadinya kerusakan Lingkungan hidup akibat faktor alam umumnya dalam
bentuk bencanaalam seperti yang sering terjadi di Indonesia. Contohnya adalah gelombang
tsunami yang pernahterjadi di provinsi Aceh dan telah memporak-porandakan bumi Serambi
Mekah dan Nias.Bencana alam lainnya mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup adalah
gunung meletus, Gempa bumi, serta Angin topan. Peristiwa-peristiwa alam tersebut telah
mengakibatkankerusakan pada lingkungan hidup. b. Kerusakan Lingkungan Hidup Faktor
ManusiaUlah manusia yang hidup di bumi ini juga berperan besar dalam menjaga dan
merawatkelestarian lingkungan hidup yang ada di bumi. Karena ulah manusia dalam
memanfaatkanlingkungan, seringkali tidak diimbangi dengan pemikiran bagaimana masa depan
kehidupangenerasi berikutnya. Manusia juga yang menjadi penyebab kerusakan lingkungan
hidup.Contoh kerusakan lingkungan yang di akibat faktor tangan manusia adalah:*Masalah
pencemaran (terjadinya pencemaran udara, air, tanah, dan suara) merupakan dampak dari

adanya kawasan industri.*Bencana banjir, penebangan hutan secara liar, buruknya drainase
atau sistem pembuangan air, buang sampah sembarangan hanya sebagian kecil dari
kerusakan lingkungan akibat tanganmanusia. Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di
bumi berperan besar dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai
makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan
sederhana sampai ke bentuk kehidupan modern seperti sekarang ini. Namun sayang, seringkali
apa yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan
generasi berikutnya. Banyak kemajuan yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk
terhadap kelangsungan lingkungan hidup. Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena
faktor manusia, antara lain: a. Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan
suara) sebagai dampak adanya kawasan industri. b. Terjadinya banjir, sebagai dampak
buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan kesalahan dalam menjaga daerah aliran
sungai dan dampak pengrusakan hutan. c. Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung
dari rusaknya hutan. Beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak
langsung membawa dampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain: a. Penebangan
hutan secara liar (penggundulan hutan). b. Perburuan liar. c. Merusak hutan bakau. d.
Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman. e. Pembuangan sampah di sembarang tempat. f.
Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS). g. Pemanfaatan sumber daya alam secara
berlebihan di luar batas. Bentuk-bentuk Kerusakan Lingkungan. Bentuk-bentuk kerusakan
lingkungan disebabkan oleh 2 macam penyebab yakni proses alam dan ulah manusia. Proses
Alam Ialah bentuk kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi
secara alami dari alam . Contoh kerusakan lingkungan oleh alam antara lain adalah : 1. Gunung
meletus , ini merupakan peristiwa alam dimana gunung tersebut menyemburkan lava, lahar
panas, pasir, batu, lumpur, dan debu ketika meletus.Gunung meletus akan merusak alam dan
memakan korban dan kerugian materi yang tidak sedikit. Tetapi dampak dari letusan gunung
tersebut membawa keuntungan antara lain : menyuburkan tanah, mememperluas lahan
pertanian, letak mineral dekat demngan permukaan bumi, dan tempat wisata. 2. Tanah
Longsor , biasanya terjadi karena penebangan hutan yang sembarangan. Untuk mencegah
tanah longsor perlu digalakan reboisasi. 3. Gempa Bumi, ialah getaran yang terjadi akibat dari
dalam bumi. Gempa tersebut menurut terjadinya ada tiga macam : Gempa Vulkanis , karena
letusan gunung berapi Gempa tektonik , karena adanya patahan dan atau pergeseran lapisan
batuan Gempa runtuhan , karena tanah runtuh 4. Erosi dan abrasi , proses pengikisan
permukaan bumi oleh air dan air laut Kegiatan Manusia Ialah kerusakan lingkungan yang
disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri. Manusia memanfaatkan lingkungan tanpa disadari
dapat merugikan lingkungan hidup. Contoh kegiatan manusia yang menimbulkan kerusakan
lingkungan alam adalah sebagai berikut : 1. Sampah Masalah sampah ini dapat membawa
akibat berantai bagi pencemaran lingkungan berupa : Bau busuk menggagu orang
disekitarnya Mempercepat terjangkitnya penyakit dan sumber penularan penyakit
Tersumbatnya got-got dan aliran air yang berakibat banjir Dampak merusak kenyamanan dan
keindahan kota 2. Terkurasnya Flora dan Fauna adalah suatu penciptaan kondisi keberadaan
flora dan fauna menjadi langka. Hal ini disebabkan oleh terputusnya jaringan kehidupan .
Kelangkaan flora dan fauna dapat dikawatirkan akan terjadi kepunahan . Yang akhirnya
manusia pada generasi berikutnya sulit menemukan jenis flora dan fauna yang langka bahkan
hanya tinggal legenda. 3. Pencemaran Percemaran atau polusi terjadi karena pertambahan

penduduk yang pesat dan tidak ditopang dengan daya dukung lingkungan serta tidak
memperhatikan kaidah pemanfaatan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan hidup.
Pencemaran tersebut terdiri dari pencemaran air, pencemaran udara, pencemaran tanah dan
pencemaran suara. 1. Tanah Kritis Adalah merupakan kerusakan tanah karena produktivitas
tanah sebagai tempat tumbuhnya tanaman akan menurun bahkan tidak berfungsi lagi. Akhirnya
tanah menjadi tandus dan gersang serta tanaman tidak dapat tumbuh lagi dan menghasilkan
sesuai dengan harapan manusia. 1. Penyimpangan Iklim Merupakan masalah kerusakan
lingkungan terjadi kondisi dimana iklim telah bergeser atau berubah. Hal ini menimbulkan
kecemasan dan ketakutan penghuninya terutama petani, nelayan, pelayaran dan penerbangan.
Ramalan cuaca yang tidak akurat, timbulnya angin topan, kekeringan dan curah hujan yang
berlebihan merupakan dampak pergeseran iklim. 1. Hujan Asam Hujan asam adalah hujan yang
airnya tercemar oleh polutan (debu dan asap) dan korosit. Apabila hijan ini menimpa bendabenda yang mengadung besi atau metal maka akan mengalami keropos dan berkarat. Apabila
menimpa manusia dan hewan akan mengalami terserang penyakit kulit dan pernapasan serta
bila menimpa tanaman akan membuat pertumbuhannya kerdil dan menurunkan produktivitas
tanaman tersebut. Hujan asam banyak terjadi di negara-negara industri maju dimana
penetralisir hujan yakni hutan dan tanaman yang ada sangat sedikit atau berkurang. 8.
Menipisnya Ozon Fungsi atmosfir antara lain sebagai pelindung bumi dari panasnya sinar ultra
violet dan infra merah dari matahari , terutama lapisan ozon di atmosfir. Saat ini lapisan ozon di
bumi telah menipis bahkan telah berluban di kedua kutub bumi, sehingga sinar infra merah
dapat menembus atmosfir bumi dan tidak dapat dipantulkan kembali. Yang akhirnya dapat
menaikkan suhu bumi dan kondisi bumi semakin panas. Penyebab menipisnya ozon karena
pemakaian gas CFC (Carbon Fluoro Oksida), Freon, Foem, Metanol sebagai imbas dari
pemakaian AC, barang-barang busa dan plastik. Kenaikan suhu bumi berakibat mencairnya
secara besar-besaran gletzer di kedua kutub bumi yang dapat meninggikan permukaan air laut
dari waktu-kewaktu. Hal ini dapat menggelamkan kota-kota yang di daerah pantai atau
didataran rendah pada beberapa puluh tahun mendatang.
http://senyumketiga.blogspot.com/2014/09/pengertian-perubahan-lingkungankarena.html
Perubahan lingkungan dapat mengarah kepada perbaikan lingkungan
atau kerusakan lingkungan. Perbaikan lingkungan mengarah pada
keseimbangan lingkungan. Sekarang ini menjadi hal yang sangat sulit
untuk mengembalikan lingkungan kepada keseimbangan lingkungan.

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa kerusakan lingkungan dapat


disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia.
Faktor alam tidak dapat dicegah terjadinya, sedangkan faktor manusia
dapat dikurangi dan dikendalikan.
Beberapa faktor alam yang dapat merusak lingkungan adalah
bencana alam, seperti banjir bandang, gunung meletus, tanah longsor,
gempa bumi, tsunami, kekeringan, kebakaran hutan, angin puting beliung,
dan perubahan musim. Meskipun tidak dapat dipungkiri, sering kali
bencana seperi banjir dan tanah longsor juga disebabkan oleh
kecerobohan manusia.
Kegiatan manusia meliputi kegiatan untuk memenuhi kebutuhan

hidup yang semakin meningkat, misalnya, kebutuhan pangan, sandang,


papan, lahan, dan sarana transportasi. Peningkatan jumlah penduduk
yang diikuti dengan kemajuan iptek berakibat pada semakin banyaknya
sumber daya alam yang tereksploitasi. Jika tidak dikendalikan, dapat
menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan.

http://wawasanfadhitya.blogspot.com/2012/04/perubahan-lingkungan-dan-faktorfaktor.html

Pengaruh Aktivitas Manusia terhadap Perubahan & Pencemaran Lingkungan


Di dalam suatu ekosistem, manusia mampu dan berperan dalam mengubah
ekosistem tersebut. Dapat dikatakan bahwa manusialah yang menjadi penentu dari
keseimbangan suatu ekosistem. Untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan. Untuk
memenuhi kebutuhannya itu, manusia dapat mengubah ekosistem. Sebagai contoh,
tanah tandus oleh manusia dapat diubah menjadi tanah
yang subur dan siap ditanami. Demikian juga dengan hutan lindung yangditebangi
dapat diubah menjadi lahan pertanian yang dapat dimanfaatkanmanusia untuk
bercocok tanam. Usaha-usaha itu dilakukan manusia
untuk menyejahterakan hidupnya. Akan tetapi, kadang-kadang manusialupa bahwa
usaha-usaha tersebut dapat merugikan manusia sendirikarena mereka tidak
mengetahui bahwa tindakan tersebut dapat merusak
keseimbangan ekosistem. Ekosistem dan lingkungan sangat erat hubungannya
karena
ekosistem adalah bagian dari lingkungan. Dapat dikatakan bahwa ruang lingkup
lingkungan lebih luas daripada ruang lingkup ekosistem. Ruang lingkup lingkungan
tidak hanya membahas hubungan antara komponen
biotik dan abiotik, tetapi juga mencakup interaksi antara manusia dan
lingkungannya. Interaksi manusia dan lingkungannya ini dapat berupa interaksi
sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Bab ini membahas hubungan antara faktor
biotik dan abiotik serta hubungannya dengan perubahan dan pencemaran
lingkungan serta usahausaha pendaurulangan limbah sebagai hasil dari
pencemaran lingkungan. Seperti telah dicontohkan di atas bahwa berbagai usaha
manusia untuk menyejahterakan kehidupannya, tanpa disadari, sering kali dapat
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Dampak negatif dari kegiatan
manusia ini dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Selain dari faktor manusia
itu sendiri, sumber pencemaran lingkungan juga dapat

disebabkan oleh faktor alami, seperti bencana alam banjir, gunung meletus, dan
tanah longsor. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh faktor manusia dapat
dikurangi dan dikendalikan, sedangkan pencemaran lingkungan yang disebabkan
oleh alam tidak dapat dicegah. Manusia sangat berperan dalam mencegah
terjadinya pencemaran lingkungan. Dengan berbagai upaya, mereka dapat
mengurangi dan mengendalikan terjadinya pencemaran, baik itu pencemaran
udara, air, maupun tanah. Jika tidak dikendalikan, pencemaran lingkungan dapat
mengakibatkan berbagai macam masalah, seperti kerusakan lingkungan, punahnya
berbagai makhluk hidup, dan kesehatan manusia. Daur ulang adalah salah satu
cara yang dapat dilakukan oleh manusia dalam memanfaatkan limbah.

DAMPAK LINGKUNGAN AKIBAT KEGIATAN MANUSIA

1. Perubahan Lingkungan: Alami dan Buatan Manusia


Dalam beberapa puluh tahun terakhir ini ada tiga istilah yang masih saling
berkaitan, yaitu Lingkungan, Ekosistem, dan Kualitas Hidup, banyak digunakan
untuk melukiskan isu-isu patriotisme yang dapat menggugah emosi. Istilah-istilah
ini jarang didefinisikan, barangkali karena makna-makna kamusial seperti itu
tidak cukup mencerminkan gema simboliknya secara memadai. Kita tidak akan
berhenti dengan tradisi seperti ini, tetapi para pembaca buku ini akan diarahkan
oleh konsteks di dalam mana istilah-istilah tersebut digunakan; misalnya saja akan
dibuat referensi-referensi bagi lingkungan fisik, biologi, dan sosial-ekonomi. Pada
pokoknya kita akan memu-satkan perhatikan pada lingkungan bio-geofisik, dan
pengaruh-pengaruh kegiatan manusia terhadapnya.
Dalam kondisi tidak ada manusia sekalipun, lingkungan alami pasti mengalami
perubahan-perubahan secara kontinyu. Hal ini mungkin saja berlangsung dalam
jangka waktu ratusan juta tahun, seperti misalnya terangkatnya kontinental dan
pembentukan gunung api; atau dalam jangka waktu puluhan ribu tahun seperti
Jaman Es dan perubahan per-mukaan air laut yang menyertainya; atau dalam
jangka waktu ratusan tahun seperti halnya eutrofikasi alami dan siltasi danau-danau
dangkal; atau bahkan dalam jangka waktu beberapa tahun, seperti kalau koloni
binatang beaver mengubah lahan kering menjadi rawa-rawa. Sebagian dari
perubahan-perubahan alami tersebut bersifat tidak dapat balik (irreversible) seperti
eutrofikasi danau, sedangkan lainnya bersifat siklis seperti siklus klimatik tahunan,
atau transien seperti kekeringan.

Bersamaan dengan perubahan-perubahan lingkungan secara alami tersebut juga


terjadi perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia. Bahkan
pada tingkat budaya masyarakat pemburu dan pengumpul hasil hutan, penggunaan
api telah memodifikasi beberapa lingkungan alami. Kemudian dengan domestikasi
hewan dan introduksi pertanian, efek-efek dari kegiatan-kegiatan ini menjadi lebih
luas, terutama kalau semakin banyak manusia yang terlibat. Laju perubahan
tersebut meningkat dengan berkem-bangnya industri karena tenaga otot digantikan
dengan enerji yang berasal dari bahan bakar fosil hingga beberapa dekade terakhir
ini. Dampak manusia telah mencapai intensitas yang tidak diharapkan dan
mempengaruhi seluruh dunia, karena jumlah penduduk meningkat dengan pesat
dan konsumsi setiap kapita yang lebih tinggi

gambar 1.Pemanfaatan sumberdaya alam dan pencemaran lingkungan

Gambar 2. Kerugian primer dan sekunder akibat pencemaran


Intervensi manusia, misalnya dengan jalan penebangan hutan, penambangan,
pembangunan bendungan besar dan diversi sungai, telah menjadi suatu gaya yang
berskala geologis. Terlepas dari banyaknya batuan dan material bumi yang
dipindahkan setiap tahun dalam berbagai aktivitas pertambangan, konstruksi jalan
raya, dan lain-lainnya, pengaruh pada aliran air dan pengisian kembali air bumi
mungkin menjadi sangat penting. Kita hanya mengetahui sedikit sekali siklus-siklus
bio-geokimia alami untuk menduga konsekuensi-konsekuensi yang sesungguhnya
dari gangguan-gangguan tersebut. Usulan-usulan dari beberapa Futurist untuk
mendapatkan mineral dari bijih yang kua-litasnya sangat rendah harus diteliti
dengan sangat hati-hati; dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh limbahnya bisa
sangat serius.
Semakin meningkatnya kontrol manusia terhadap lingkungan hidupnya seringkali
menciptakan konflik-konflik antara sasaran-sasaran kemanusiaan dengan prosesproses alamiah. Dalam rangka untuk mencapai hasil yang lebih banyak atau untuk
tujuan-tujuan lainnya, manusia berupaya menyimpangkan aliran enerji alamiah,
mengabaikan proses-proses alami, memotong rantai makanan, menyederhanakan
ekosistem, dan menggunakan banyak subsidi enerji untuk mempertahankan
kenyamanan keseimbangan yang artifisial. Memang dalam beberapa kasus
aktivitas-aktivitas ini dapat menciptakan atau diperlukan untuk mempertahankan
kondisi sekeliling yang dianggap perlu oleh manusia, seperti misalnya aspek-aspek
tertentu di daratan Eropa, yang selu-ruhnya merupakan buatan manusia tetapi
mencerminkan budidaya yang seksama selama banyak generasi. Walaupun
demikian sering terjadi konflik antara strategi-strategi yang memaksimumkan
manfaat jangka pendek (misalnya hasil pangan selama lima tahun) dan yang
memaksimumkan manfaat jangka panjang (misalnya hasil yang lestari 50 tahun).

Hal yang pertama seringkali mengakibatkan penalti berupa degradasi lingkungan


yang sifatnya tidak dapat balik. Ketidak-sesuaian antara ahli ekonomi dan ahli
ekologi terutama terletak pada perbedaan perspektif waktu yang digunakannya;
pada umumnya 5-10 tahun dianggap merupakan periode/jangka panjang oleh para
ahli ekonomi, tetapi dianggap jangka pendek oleh para ahli ekologi. Sedikit
pertimbangan dan perhitungan dilibatkan dalam perhitungan ekonomis terhadap
proses-proses lingkungan seperti kerusakan tanah yang lambat atau penurunan
kapasitas akuifer.
2.Dampak Lingkungan (DAL)
Dampak (L) penting adalah perubahan lingkungan yang sangat mendasar yang
diakibatkan oleh suatu kegiatan. Perubahan mendasar ini meliputi tiga kelompok
besar, yaitu:
(1). Perubahan akibat suatu kegiatan yang (secara kumulatif) menghilangkan
identitas rona lingkungan awal secara nyata.
(2). Perubahan akibat suatu kegiatan yang menimbulkan ekses nyata pada
kegiatan lain di sekitarnya
(3). Perubahan akibat suatu kegiatan yang menyebabkan suatu rencana tata
ruang (SDA) tidak dapat dilaksanakan secara konsisten lagi.
Cara penentuan Dampak lingkungan adalah:
(1).

Berdasarkan pengalaman empiris profesional (expert judgement)

(2).

Perubahan dibandingkan dengan baku mutu lingkungan

(3). Perubahan dibandingkan dengan sistem nilai, fasilitas, pelayanan sosial dan
sumberdaya yang diperlukan.
Kriteria penentuan dampak penting adalah:
Jumlah penduduk yang terkena dampak lingkungan
Luas wilayah persebaran dampak lingkungan
Lamanya dampak lingkungan berlangsung
Intensitas dampak lingkungan
Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak lingkungan
Sifat kumulatif dampak lingkungan
Reversibilitas /irreversibilitas akibat dampak lingkungan.

PENGARUH AKTIVITAS MANUSIA TERHADAP IKLIM DAN LINGKUNGAN ATMOSFIR

PENDAHULUAN

Secara umum Indonesia berada di daerah tropis yang terletak pada posisi diantara
dua benua, Benua Asia dan Benua Australia, serta dua samudera, Samudera Pasifik
dan Samudera Indonesia. Atau disebut juga Indonesia terbentang dari Tropics of
Cancer di Belahan Bumi Utara hingga Tropic of Capricorn di Belahan Bumi Selatan.
Di dalam wilayah ini tidak ditemui adanya musim dingin. Selain itu di wilayah ini
juga ditandai dengan adanya suhu rata-rata diatas muka laut > 18 oC dalam bulan
terdingin (Nieuwolt, 1977). Tepatnya secara geografis wilayah Indonesia disebut
sebagai maritime continent (Ramage, 1971) yang terletak dalam luasan antara 06
05 LU 10 25 LS dan 95 06 143 41 BT (Sandy,1995)

Untuk mempelajari sistem cuaca Indonesia yang unik dan komplek kita perlu
memperhitungkan sistem peredaran umum atmosfir Indonesia. Dua komponen
peredaran umum yang ikut mempengaruhi sistem cuaca Indonesia yaitu peredaran
utara selatan (meridional) yang disebut sebagai peredaran Hadley (sirkulasi Hadley)
yang wujudnya dikenal sebagai monsun (angin musim). Monsun Asia Musim Dingin
umumnya berkaitan erat dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan monsun
Australia Musim Dingin bertalian erat dengan terjadinya musim kemarau di wilayah
Indonesia (Sulistya, 1995). Dan peredaran barat timur (zonal) yang lazim disebut
sebagai peredaran Walker (Sirkulasi Walker). Selain itu fenomena global seperti ElNino dan La-Nina yang bersumber di lautan Pasifik serta Dipole Mode Event (DME)
yang bersumber di lautan Hindia yang akhir akhir-akhir ini makin kerap terjadi ikut
mempengaruhi kondisi cuaca/iklim Indonesia.

Proses hidup organisme dimuka bumi ini dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor
lingkungan. Faktor lingkungan terdiri dari faktor biotik (biotic factor) dan faktor
abiotik (abiotic factor), faktor abiotik terdiri dari faktor tanah dan faktor cuaca/iklim
di atmosfir. Faktor genetis tanaman dan hewan dengan tingkat teknologi yang ada
telah dapat direkayasa manusia, demikian juga faktor tanah, tanah-tanah tidak
produktif telah dapat dimanfaatkan manusia dengan berbagai masukan teknologi.
Namun faktor cuaca/iklim hingga dewasa ini belum mampu direkayasa manusia
kecuali dalam skala mikro seperti pembuatan rumah kaca. Setiap organisme
kehidupannya telah tertentu keadaan cuaca/iklim yang sesuai, dengan demikian
jika terjadi perubahan pada unsur cuaca/iklim tersebut jelas akan berdampak
negative terhadap organisme tersebut.

Sejak tahun 1950-an masalah lingkungan telah mendapat perhatian masyarakat,


yang dipicu oleh terjadinya pencemaran limbah industri dan pertambangan serta
pestisida oleh air raksa (Hg) dan cadmium (Cd) dari limbah industri di Jepang.
Pencemaran tersebut telah menyebabkan penyakit minamata akibat mengkonsumsi
ikan yang ditangkap diteluk Minamata yang tercemar Hg, dan penyakit ital-ital
akibat mengkonsumsi beras dari lahan sawah di Jepang yang tercemar Cd.

Tahun 1969 masyarakat Amerika telah bereaksi menentang terhadap kerusakan


lingkungan yang disebabkan aktivitas manusia. Reaksi ini mencapai keadaan
ekstrim sampai menimbulkan sikap yang menentang pembangunan dan
penggunaan teknologi tinggi. Para aktivis lingkungan menjadi lawan bagi perencana
pembangunan pada masa itu. Akhirnya di Amerika muncul AMDAL sebagai syarat
mutlak izin mendirikan pembangunan dengan penggunaan teknologi canggih, yang
oleh sebagian orang dianggap sebagai penentang atau penghambat pembangunan.
Ironisnya karena persyaratan AMDAL cukup berat akhirnya negara maju berupaya
memindahkan penanaman modalnya dalam Industri teknologi tinggi ke negara yang
sedang berkembang. Negara berkembang memang membutuhkan pembangtunan
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan belum banyak menyadari
kerusakan lingkungan sebagai dampak dari pembangunan tersebut (terutama
kerusakan lingkungan Amosfir dan Tanah serta Air) (Soemarwoto, 1990).

Energi radiasi matahari yang sampai kebumi sebagian besar berupa radiasi
gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini sampai
kepermukaan bumi, energi ini berubah dari cahaya menjadi panas dan
menghangatkan bumi. Permukaan bumi akan memantulkan kembali sebagian dari
panas ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa, sebagiannya
tetap terperangkap di atmosfir bumi. Gas-gas tertentu di atmosfir termasuk uap air,
CO2, CH4 menjadi perangkap radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan
kembali radiasi yang dipancarkan bumi dan akibatnya panas tersebut akan
tersimpan di permukaan bumi. Gas-gas tersebut berfungsi sebagai kaca dalam
rumah kaca, mampu ditembus radiasi gelombang pendek tetapi tidak mampu
ditembus radiasi gelombang panjang, sehingga gas-gas ini dikenal sebagai gas
rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfir,
semakin banyak panas yang terperangkap dibawahnya.

Semua kehidupan di bumi tergantung pada efek rumah kaca ini, karena tanpanya
planet ini akan sangat dingin sehngga es akan menutupi seluruh permukaan bumi.
Akan tetapi bila gas-gas ini semakin banyak di atmosfir, akibatnya adalah

pemanasan bumi yang terus berlanjut. Dari berbagai laporan menyebutkan yang
tergolong gas-gas rumah kaca selain Uap air, CO2 dan CH4 termasuk juga N2O,
CFC, CO, NOx, juga gas-gas organik non metan yang volatil (mudah menguap),
yang umumnya bersumber dari penggunaan bahan bakar fosil.

IKLIM DAN ATMOSFIR

Dalam mengenal serta memahami sifat-sifat cuaca dan iklim di alam, kita
dihadapkan dengan beberapa pengertian yang satu sama lain saling terkait antar
lain; Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam periode waktu yang panjang pada
suatu wilayah tertentu. Ilmu yang mempelajari iklim disebut Klimatologi. Sedangkan
cuaca adalah peristiwa fisika yang terjadi di atmosfir, atau keadaan atmosfir pada
suatu saat. Dan ilmu yang mempelajari cuaca disebut Meteorologi. Atmosfir atau
Atmosfera berasal dari bahasa Yunani "Atmos" yang berarti uap air atau gas dan
"Sphaira" yang berarti keadaan sekitarnya atau selimut. Jadi atmosfir dapat
diartikan selubung gas, atau selimut gas yang disekitar bumi. Teranglah bahwa
pengenalan cuaca dan iklim menyangkut semua peristiwa yang terjadi di atmosfir
yang diantaranya radiasi surya, suhu udara, tekanan udara, angin, hujan dan awan,
kelembaban udara, penguapan, keseluruhannya disebut juga unsur-unsur cuaca.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk daerah yang sempit atau disekitar lokasi
usaha tertentu disebut iklim mikro (micro climate) (Darsiman, 2000, 2007).

Karena iklim merupakan rata-rata dari cuaca maka unsur-unsur iklim sama dengan
unsur-nsur cuaca. Unsur-unsur cuaca/iklim tersebut satu sama lain saling
mempengaruhi dan saling mengendalikan. Sebagai unsur pengendali cuaca/iklim
antara lain:

1. Radiasi matahari
2. Suhu udara
3. Kelembaban udara (Relative Humidity= RH)
4. Tekanan udara
5. Angin
6. Ketinggian tempat (elevasi)

7. Penyebaran daratan dan lautan


8. Gangguan-gangguan atmosfir
9. Fenomena-fenomena iklim global, dsb.

Akibat adanya unsur-unsur pengendali iklim diatas maka masing-masing unsur


cuaca/iklim berbeda dari suatu tempat ketempat lain atau dari waktu ke waktu dari
setiap jengkal lahan secara mikro dibumi ini (Darsiman, 2007).

Untuk mempermudah mempelajari iklim maka para pakar sejak lama telah
mengupayakan menyusun suatu penggolongan (klasifikasi) iklim yang efektif dan
efisien. Klasifikasi yang sangat lengkap akan mempunyai efektivitas yang sangat
tinggi, namun sangat sulit dan kurang efisien atau kurang memiliki arti praktis yang
tinggi. Klasifkasi yang terlalu sederhana akan kurang efektif karena kurang cermat
walaupun gampang dimengerti dan sangat praktis. Sangat banyak klasifikasi iklim
didunia ini sesuai kebutuhan masing-masing negara. Namun sistem klasifikasi yang
paling banyak digunakan di Indonesia antara lain:
Sistem Klasifikasi Koppen (klasifikasi Iklim Dunia). Dasar penyusunannnya Curah
Hujan, Suhu, kelembaban tanah/vegetasi. Sistem Klasifikasi menurut Schmidt &
Ferguson. Dasar penyusunannya berdasarkan jumlah bulan basah dan jumlah bulan
kering. Bulan Basah curah hujan >100 mm, bulan kering curah hujan <60.

DAMPAK PEMBANGUNAN TERHADAP IKLIM DAN ATMOSFIR

Laju degradasi kualitas dan kuantitas lingkungan berlangsung sangat cepat dan
telah mengkhawatirkan. Salah satu penyebabnya, buruknya pengelolaan sumber
daya alam dan lingkungan. Kegiatan eksploitasi komersil secara besar-besaran
menjadi penyebab kerusakan sumber-sumber kehidupan yang ada di bumi. Sampai
Juli 2008 tidak sedikit informasi kemarahan alam karena kerusakannya, banjir dan
tanah longsor di Kalimantan, Sulawesi, Sumatera Utara, angin puting beliung,
kekeringan yang melanda Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT, NTB, dan lain-lain yang
secara nyata telah merugikan harta benda dan nyawa masyarakat dan negara yang
tidak ternilai harganya. Banyak pihak yang menyadari hal tersebut tapi sangat
sedikit yang peduli dan berani mengatakan hentikan perusakan lingkungan.
Kegiatan eksploitasi lingkungan yang hanya memberikan sedikit manfaat dari
segelintir orang harus dibayar mahal oleh negara ini, dan sudah saatnya kebodohan

ini dilarang dan dihentikan dengan segera. Tidak ada yang membantah, banjir dan
longsor disebabkan karena curah hujan tinggi. Hujan akan turun ketika angin
membawa uap air yang disebut awan. Jika terjadi hujan abnormal dan daya dukung
lingkungan rendah, maka hujan dapat menyebabkan bencana. Jika terjadi kerusakan
satu komponen lingkungan akan mempengaruhi komponen lingkungan yang lain.
Kerusakan hutan akan berdampak pada menurunnya tingkat kesuburan tanah,
erosi, longsor, suhu udara semakin tinggi, tiupan angin semakin kencang,
penguapan dari tanah dan air meningkat, perubahan suhu, dan peningkatan curah
hujan. Perubahan iklim yang abnormal seperti saat ini, yang tidak jelas batas musim
hujan dan musim kemarau merupakan bukti nyata kegagalan pengelolaan
lingkungan di Bumi ini. Pada saat ini, Bumi menghadapi pemanasan yang cepat,
yang oleh para ilmuan dianggap disebabkan aktivitas manusia. Penyebab utama
pemanasan ini adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak
bumi, dan gas alam, yang melepas CO2 dan gas-gas lainnya seperti CO, N2O, NOx,
SO2, kegiatan manusia lainnya juga menghasilkan CFC dari AC dan gas Aerosol
(seperti untuk kecantikan dan minyak wangi), serta aktivitas pengolahan gambut
juga menghasilkan CH4, yang semuanya dikenal sebagai gas rumah kaca ke
atmosfir. Ketika atmosfir semakin kaya akan gas-gas rumah kaca ini, ia semakin
menjadi insulator yang menahan lebih banyak energi panas yang dipantulkan bumi.
Dalam laporan yang dikeluarkan tahun 2001, Intergovermenal Panel on Climate
Change (IPCC) menyimpulkan bahwa temperatur udara global telah meningkat 0,6
oC sejak tahun 1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan
oleh aktivitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfir. IPCC
memprediksi peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat 1,4-5,8 oC
pada tahun 2100. Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global,
daerah bagian utara dari belahan bumi utara (BBU) akan memanas lebih dari
daerah-daerah lain di bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan
daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan utara
tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak
akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis , bagian yang
ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mancair. Musim tanam
akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam
hari akan cenderung untuk meningkat. Pemanasan global (global warming) adalah
peningkatan secara gradual suhu permukaan global akibat efek emisi gas rumah
kaca (terutama CO2) dari aktivitas manusia (antropogenik). Akibat pemanasan
global terjadinya perubahan iklim (climate change).

Perubahan iklim dapat mencairkan es di kutub, terjadi perubahan arah dan


kecepatan angin, meningkatkan badai atmosfir, seperti angin puting beliung,
gelombang pasang, meningkatkan intensitas petir, perubahan pola tekanan udara,
perubahan pola curah hujan (banjir dan longsor serta kekeringan), dan siklus
hidrologi, serta perubahan ekosistem, hingga bertambahnya jenis organisme

penyebab penyakit. Dampak dari banjir dan longsor terjadi erosi yang merusak
lahan-lahan subur, terjadinya sedimentasi di sungai, danau dan laut, pendangkalan
sungai yang makin mempermudah banjir. Kenaikan permukaan air laut baik oleh
sedimentasi maupun oleh mencainya es di kutub, akan terjadi intrusi air laut. Intrusi
berakibat air tanah menjadi asin yang dapat merusak tanah dan tanaman. Yang
lebih mengerikan lagi laut akan merendam lahan pertanian di dataran rendah serta
pemukiman penduduk.. Penyebab pemanasan global dan perubahan iklim adalah
meningkatnya gas rumah kaca (GRK) di atmosfir oleh penggunaan bahan bakar fosil
seperti minyak, gas dan batubara. Serta diperparah oleh perubahan lingkungan,
rusaknya hutan, tidak adanya kawasan penyangga baik dipantai maupun di
daratan. Pemanasan global dan perubahan iklim sangat sulit untuk dihambat
namun dampaknya dapat diperlambat terhadap lingkungan bumi. Mitigasinya
(pencegahan) kurangi penggunaan bahan bakar fosil. Hentikan penebangan hutan,
hutankan kembali kawasan yang telah rusak dan daerah pantai. Lakukan adaptasi
disemua sektor terhadap lingkungan iklim yang telah berubah. CFC yang dihasilkan
dari aktivitas manusia, seperti pengguanaan AC, aerosol, bom, dalam peperangan,
pesawat jet supersonik, uji coba senjata nuklir, dapat merusak Ozon di atmosfir,
rusaknya ozon dapat merubah kualitas dan kuantitas solar radiasi. Selain itu
rusaknya ozon akan bertambahnya sinar ultra violet yang sampai kebumi yang akan
meningkatkan suhu bumi, dapat meningkatkan penyakit katarak pada mata,
kangker kulit. Berubahnya kualitas dan kuantitas solar radiasi dapat menyebabkan
iklim menjadi tidak normal, tejadinya degradasi energi matahari yang pada akhirnya
dapat merubah ekosistem, spesies tanaman dan hewan, yang akhirnya akan
merubah produksi pertanian yang akan berdampak destabilisasi produk hasil
pertanian. Asam belerang (SO2) dapat menyebabkan hujan asam, yang dapat
meningkatkan kemasaman tanah yang akhirnya tejadi degradasi tanah dan
degradasi air. Yang pada akhirnya akan merubah ekosistem. Selain itu hujan asam
dapat menyebabkan penyakit pada manusia seperti penyakit batuk, tulang dan
buah pinggang. Air laut dan sungai yang menjadi asam dapat membunuh akuatik
air seperti ikan, Vegetasi tertentu akan mati, mempercepat usia bangunan dan cat
serta merusakkan semua bahan yang terbuat dari besi. Dari hasil pengamatan di
Medan, ternyata air hujan di Medan telah asam, sebagaimana data dalam Tabel 1
berikut ini. Karbon dioksida (CO2) dapat menyebabkan pemanasan global, akan
meningkatkan suhu udara dan meningkatkan suhu tanah sehingga iklim tidak
normal dan terjadinya degradasi tanah yang akan merubah ekosistem. CFC, SO2
dan CO2 diatmosfir akan menyebabkan efek rumah kaca (green hause effect =GHE)
yang menyebabkan pemanasan global dan penyimpangan iklim.

Tabel 1. Rataan pH, sulfat, nitrat air hujan, SPM dan curah hujan di Sampali Medan
tahun 2005

Gambar 1. Rataan pH air hujan di Sampali Medan dari Januari-Desember

Gambar 2. Rataan Suspention Partikel Matter (SPM) dan Curah Hujan Sampali
Medan

Penyinaran Matahari National Environmental Policy Act (NEPA) 1969 di Amerika


Serikat merupakan suatu reaksi terhadap kerusakan lingkungan oleh aktivitas
manusia yang makin meningkat, antara lain tercemarnya lingkungan oleh pestisida
serta limbah industri dan transportasi, rusaknya habitat tumbuhan dan hewan
langka, serta menurunnya nilai estetika alam. Misalnya sejak permulaan tahun
1950-an Los Angeles telah terganggu oleh kabut asap yang menyelubungi kota
mengganggu kesehatan dan merusak tanaman. Kabut asap tersebut berasal dari
gas limbah kendaraan dan pabrik yang mengalami fotooksidasi dan terdiri atas
ozon, peroksiasetil nitrat, nitrogenoksida dan zat-zat lain (Soemarwoto, 1990).
Disamping merusak kesehatan dan lingkungan kabut asap akan menghalangi
radiasi matahari sampai kepermukaan bumi, dan akan mengurangi laju fotosintesa
tanaman dan akan menurunkan produksi.
Suhu Udara Terjadinya peristiwa iklim ekstrim seperti badai, banjir, dan kekeringan
di berbagai belahan bumi selama dua dekade terakhir dicurigai disebabkan oleh
adanya proses pemanasan global (global warming) akibat meningkatnya
konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfir seperti CO2, CH4, NOx , NO, CFC dan
NO2. Hardjawinata (1997) menyatakan kegiatan manusia dengan revolusi
industrinya ditambah dengan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat
mempengaruhi mundurnya kualitas lingkungan hidup. Salah satu diantaranya
meningkatnya gas rumah kaca yang pada gilirannya meningkatkan suhu udara
dipermukaan bumi. Titus dan Seidel (1986) menulis bahwa suhu udara pada zaman
es 5 oC lebih rendah dari sekarang. Sedangkan IPCC (1990) melaporkan dalam
seratus tahun terakhir telah terjadi kenaikan suhu 0,3 0,6 oC. Darsiman (1994,
1995) juga melaporkan perubahan iklim terutama pemanasan global dengan
meningkatnya suhu udara ternyata telah merambah ke kota Medan. Peningkatan
lebih tajam terjadi sejak 1986. Antara tahun 1966 hingga 1996 peningkatan suhu
setiap bulannya bervariasi antara 0,3-0,7 oC.

Unsur Cuaca Lainnya Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa sebagian besar
unsur cuaca bersifat sebagai pengendali cuaca dan iklim, dengan kata lain unsur
cuaca saling mempengaruhi unsur-unsur cuaca lainnya. Terjadinya pemanasan
akibat peningkatan konsentrasi gas rumah kaca pada suatu kawasan, akan
berdampak Peningkatan suhu udara di kawasan itu, peningkatan suhu udara akan
menurunkan Tekanan Udara. Menurunnya tekanan udara angin akan bergerak dari
daerah sekitarnya kelokasi itu, makin tinggi perbedaan tekanan udara kecepatan
angin akan semakin kuat. Angin yang bertabrakan pada suatu kawasan akan terjadi
konveksi, udara akan naik membubung ke troposfir atas yang akan membentuk
awan. Tipe awan yang terbentuk oleh akibat ini disebut tipe awan konvektif atau
jenis Cumulonimbus (Cb). Karena dikawasan itu telah diawali oleh gas-gas rumah
kaca sebagai polutan di atmosfir, jika awan tadi berubah manjadi hujan akan terjadi
hujan asam, dimana akan jatuhnya hujan tersebut tergantung dari mana datangnya
arah angin serta kecepatan angin atas, dan sampai dimana terjadi pendinginan
maksimum. Sebelum awan Cb berubah manjadi hujan akan diawali oleh petir dan
angin puting beliung yang belakangan ini makin kerap terjadi. Kejadian petir ini
selalu mengancam peralatan elektronik masyarakat termasuk telepon. Dari
berbagai hasil pengamatan BMG dewasa ini petir dan angin puting beliung tidak lagi
sopan muncul sebagai ciri khas terbentuknya awan Cb yaitu saat sore menjelang
senja.

Disiang bolongpun sering muncul yang mematahkan pepatah kuno ibarat petir
disiang bolong. Dampak yang pasti telah banyak dirasakan masyarakat angin
puting beliung memporak porandakan rumah masyarakat. Akibat pemanasan global
lapisan troposfir semakin tebal yang kemampuannya menampung uap air semakin
tinggi, dengan dibarengi oleh suhu yang semakin tinggi penguapan akan semakin
meningkat. Makin tinggi penguapan walaupun curah hujan normal air tanah lebih
banyak menguap dan air tanah tidak cukup lagi untuk tanaman. Yang paling
merisaukan adalah distribusi curah hujan makin tidak menentu, ada daerah menjadi
lebih kering, dan ada daerah menjadi lebih basah sehingga berpeluang muncul
bencana banjir (Salim, 1992). Dampak lain adalah air tanah makin berkurang,
sedangkan pengambilan oleh manusia makin meningkat sehingga permukaan air
tanah menurun yang dapat mencapai lebih rendah dari permukaan air laut, yang
akan terjadi adalah intrusi air laut, sehingga air tanah menjadi asin lahan menjadi
rusak, tidak sesuai lagi untuk berbagai jenis tanaman yang akan menurunkan
produksi, serta membunuh berbagai satwa mikro tanah yang tidak toleran dengan
kondisi asin.

UPAYA PEMERINTAH MENGATASI KERUSAKAN LINGKUNGAN

Laporan Kurnia, dkk (2004) salah satu penyebab pencemaran atmosfir adalah
kegiatan industri, pertambangan, pertanian/perkebunan besar, yang tetap berjalan
tanpa hambatan. Terjadinya pemanasan global akibat meningkatnya gas-gas rumah
kaca yang dihasilkan oleh penggunaan bahan bakar fosil terutama oleh industri dan
kendaraan bermotor seperti CO2, CFC, CH4, O3 dan N2O berdampak mencairnya es
dikutub sehingga muka laut makin naik, yang meningkatkan laju intrusi dan
menenggelamkan desa-desa pantai dan meningkatkan abrasi pantai. Hujan asam
akan terjadi yang akan merusak lingkungan yang tidak toleran, menurunkan usia
bangunan dan jembatan yang terbuat dari semen karena larut oleh asam secara
kimiawi. Dalam laporan yang sama Kurnia, dkk (2004) menyajikan kandungan
bahan pencemar dan logam berat dalam tanah, dari jaringan tanaman dan beras
yang menggunakan air yang tercemar limbah industri tekstil sebagai air pengairan
secara terus menerus diantaranya Cu, Zn, Pb, Cd, Co, Cr, dan Ni. Walaupun tidak
menurunkan hasil peranian secara nyata namun bila bahan beracun tersebut masuk
kedalam rantai makanan dan secara periodik dikonsumsi manusia, bisa
menyebabkan gangguan kesehatan. Yang pasti dewasa ini dipermukaan bumi telah
muncul bermacam penyakit aneh baik manusia maupun hewan dan tanaman, yang
masih diselidiki penyebabnya. Arah angin nampaknya perlu dipertimbangkan dalam
AMDAL sebelum lokasi Industri disetujui, agar polutan tidak terbawa oleh angin ke
lokasi pemukiman. Artinya data dan hasil pengamatan BMG semestinya
dimanfaatkan dalam menyusun AMDAL. Badan Meteorologi dan Geofisika telah
memiliki 37 stasiun pemantau kualitas udara yang tersebar di 26 propinsi diseluruh
Indonesia. Satu diantaranya merupakan jaringan Stasiun Global Atmospheric Watch
(GAW) berlokasi di Bukit Koto Tabang Bukittinggi yang mampu menjangkau
pengamatan ASEAN, 31 stasiun merupakan jaringan stasiun regional disebut
Background Air Pollution Monitoring Network (BAPMon), dan 5 stasiun merupakan
jaringan stasiun lokal/perkotaan. Dalam upaya pengendalian pencemaran dan
kerusakan lingkungan pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan, seperti
telah diberlakukan UU RI No 23 thn 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, PP
No 27 tahun 1997 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Keputusan
Menteri Negara LH No 30 tahun 1999 tentang Panduan Penyusunan Dokumen
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Secara praktis langkah-langkah untuk mengatasi
dampak pembangunan terhadap kondisi iklim dan atmosfir dapat diusulkan sebagai
berikut;
Secara berahap mengganti CFC dengan bahan lain seperti Helium untuk keperluan
AC, lemari es dan penyemprot aerosol.
Menyaring asap dari industri dengan alat tertentu untuk mengelakkan Efek Rumah
Kaca yan menyebabkan kenaikan suhu dan hujan asam.
Penggunaan bahan bakar untuk kendaraan yang tidak mengandung timah hitam
(Pb).

Gunakan kendaraan elektronik


Cegah pembalakan hutan, lakukan reboisasi
Gunakan unsur iklim terutama arah dan kecepatan angin dalam merancang lokasi
pabrik, agar emisi gas buangan tidak mencemari perkotaan dan pemukiman.

KESIMPULAN

Dari bebagai penjelasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan:


Untuk mempelajari cuaca Indonesia yang unik dan komplek perlu
mempertimbangkan sistem peredaran udara umum atmosfir Indonesia.
Atmosfir dewasa ini telah tercemar oleh limbah industri, yang berdampak terjadinya
pemanasan global, dan perubahan iklim.
Dunia terutama Jepang telah menyadari sejak tahun 1950-an, dan Amerika tahun
1969 dimana masyarakatnya telah menentang pembangunan berteknologi tinggi.
Indonesia juga telah mengeluarkan UU RI no 23 th 1997 dan PP No 27 tahun 1997,
serta Kepmen LH No 30 tahn 1999, untuk mencegah kerusakan lingkungan.
BMG telah memiliki 37 stasiun pemantau kualitas udara di 26 Propinsi di Indonesia,
kiranya perlu diberdayakan datanya untuk memantau dampak perubahan Iklim dan
Atmosfir oleh limbah aktivitas manusia.
Secara berahap mengganti CFC dengan bahan lain seperti Helium untuk keperluan
AC, lemari es dan penyemprot aerosol.
Menyaring asap dari industri dengan alat tertentu untuk mengelakkan Efek Rumah
Kaca yan menyebabkan kenaikan suhu dan hujan asam.
Penggunaan bahan bakar kendaraan yang tidak mengandung timah hitam (Pb).
Gunakan kendaraan elektronik
Cegah pembalakan hutan, dengan kepastian hukum, lakukan reboisasi.
Gunakan unsur iklim terutama Arah dan Kecepatan Angin dalam merancang lokasi
pabrik, agar emisi gas buangan tidak mencemari perkotaan dan pemukiman, dan
perlunya interpretasi data iklim dalam setiap rancangan AMDAL.

DAFTAR PUSTAKA

Darsiman, B. 2007. Agroklimatologi. Fakultas Pertanian UISU , Medan


Darsiman, B. 2006. Klimatologi. STIP-AP, LPP Medan
Darsiman, B. 2000. Dasar-Dasar Klimatologi. FP-UPMI, Medan.
Darsiman, B. 1994. Isu Perubahan Iklim Bumi dan Pola Pemantauan Suhu Udara di
Medan. Makalah disajikan dalam Seminar Sehari HMD BMG Wil.I Medan, 7 April
1994. 18 pp
Darsiman, B. 1995. Perubahan Iklim Bumi dan pengaruhnya terhadap Pertanian.
Makalah disajikan dalam Seminar Ilmiah FKK-HIMAGRI KTW.I di FP-UISU Medan, 14
Okt 1995.
Cheung, P. 1992. Land Use and Lend Use Cover Change: A Project on Human
Dimension of Global Change. In Proceedings of Asian Symposium on Global
Environmental Change. Tokyo, 1-2 December 1992. p. 91-104
Hardjawinata, S. 1997. Perubahan Iklim Bumi. Dalam Sumber Daya Air dan Iklim
Dalam Mewujudkan Pertanian Efisien. Kerjasama Deptan dengan PERHIMPI. Bogor
IPCC. 1990. Intergovermental Panel on Climate Change. WMO, UNEP.
Kurnia, U., J. Sri Adiningsih., dan A. Abdurachman. 2004. Strategi Pencegahan dan
Penaggulangan Pencemaran Lingkungan Pertanian. Pros. Seminar Nasional
Peningkaan Kualitas Lingkungan dan Produk Pertanian. IPB Bogor
Nieuwolt, S. 1977. Tropical Climatology. John Willey and Sons Inc. New York.
Ramage, C. S. Monsoon Meteorology. Academic Press Inc. International Geophysics
Series, Vol. 15.
Salim, E. 1992. Dampak perubahan iklim terhadap keberlanjutan pemanfaatan
sumberdaya alam pertanian. Pros. Simposium Meteorologi Pertanian III, Malang 2022 Agustus 1991. PERHIMPI, Bogor. Hal: 1-3.
Sandy, I. M. 1995. Republik Indonesia. Penerbit PT Indografi Bakti dan Jurusan
Geografi FMIPA-UI, Cetakan ke-7
Soemarwoto, O. 1990. AMDAL. Gajahmada University Press. Yogyakarta.
Sulistya, W. 1995. Application Dune Methode Danalyse Factorielle En Composantes
Principles Par Rapport Aux Distributions Der Precipitations En Indonesie. Univ. Blaise
Pascal, France. Rapport De Tage.

Titus, J. O., and S. R. Seidel. 1986. Overview of the Effect of Changing the
Atmosphere, In Effect of Changes in Stratospheric Ozone and Global Climate. Vol 4.

Sumber : Disini , Disini, Disini

Anda mungkin juga menyukai