Tatalaksana
1.) Penatalaksanaan ketika serangan panik terjadi
Serangan panik merupakan salah satu jenis kegawatdaruratan psikiatri.
Adapun beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi pasien
serangan panik yang datang dengan keluhan nyeri dada, sesak napas,
palpitasi, atau nyaris pingsan antara lain:
1.
2.
3.
4.
Terapi oksigen
Membaringkan pasien dalam posisi fowler
Memonitor tanda-tanda vital, saturasi oksigen, dan EKG
Memeriksa ada tidaknya kelainan lain yang dialami pasien seperti
kelainan kardiopulmoner dan memastikan kalau pasien memang sedang
melalui
terapi
ini
pasien
dapat
serotonin
di
Fluoxetine
secara
selektif
menghambat
reuptake
seotonin
presinaptik, dengan efek minimal atau tanpa efek sama sekali terhadap
reuptake norepinephrine atau dopamine.
(ii) Paroxetine (Paxil, Paxil CR)
Ini merupakan SSRI alternatif yang bersifat sedasi karena cara
kerjanya berupakan inhibitor selektif yang poten terhadap serotonin
neuronal dan memiliki efek yang lemah terhadap reuptake
norepinephrine dan dopamine.
(iii) Sertraline (Zoloft)
Cara kerjanya mirip fluoxetine namun memiliki efek inhibisi yang
lemah pada reuptake norephinephrine dan dopamine neuronal.
(iv) Fluvoxamine (Luvox, Luvox CR)
Fluoxamine merupakan inhibitor selektif yang juga poten pada
reuptake serotonin neuronal serta secara signifikan tidak berikatan
pada alfa-adrenergik, histamine atau reseptor kolinergik sehingga efek
sampingnya lebih sedikit dibanding obat-obatan jenis trisiklik.
(v) Citalopram (Celexa)
Citalopram meningkatkan aktivitas serotonin melalui inhibisi
selektif reuptake serotonin pada membran neuronal. Efek samping
antikolinergik obat ini lebih sedikit.
(vi) Escitalopram (Lexapro)
Escitalopram merupakan enantiomer citalopram. Mekanisme
kerjanya mirip dengan citalopram.
Efek samping SSRI biasanya timbul selama 1-4 minggu pertama ketika
tubuh mulai mencoba beradaptasi dengan obat (kecuali efek samping
seksual yang timbul pada fase akhir pengobatan). Biasanya penggunaan
SSRI mencapai 6-8 minggu ketika obat mulai mendekat potensi terapi yang
menyeluruh. Adapun beberapa efek samping SSRI antara lain: anhedonia,
insomnia, nyeri kepala, tinitus, apati, retensi urin, perubahan pada perilaku
seksual, penurunan berat badan, mual, muntah dan yang ditakutkan adalah
efek samping keinginan bunuh diri dan meningkatkan perasaan depresi pada
awal pengobatan (Memon et al, 2011).
b. Golongan Trisiklik
Golongan trisiklik zat kimia heterosiklik yang awalnya digunakan
untuk mengatasi depresi. Pada awal penemuannya, golongan trisiklik
merupakan pilihan pertama untuk terapi depresi. Meskipun masih
5
ekstraseluler
yang
dapat
bereaksi
dalam
proses
Clomipramine (Anafranil)
Obat ini berefek langsung pada uptake serotonin sedangkan pada
efeknya uptake norepinephrine terjadi ketika obat ini diubah menjadi
metabolitnya, desmethylclomipramine.
Ada banyak efek samping yang dapat disebabkan oleh trisiklik yang
sehingga
ini
dapat
mencegah
pemecahan
monoamine
serotonin,
melatonin,
epinephrine
and
norepinephrine.
inhibisi
GABA
dan
transmiter
inhibitorik lainnya. Selain itu, obat ini memiliki waktu paru yang relatif
panjang sekitar 36 jam.
Diazepam merupakan salah satu jenis benzodiazepin yang
potensinya rendah. Namun dapat digunakan untuk mengatasi serangan
panik. Efek samping yang paling sering ditemukan pada benzodiazepin
biasanya berkaitan dengan efek sedasi dan relaksan ototnya. Beberapa
di antaranya adalah mengantuk, pusing, dan penurunan konsentrasi dan
kewaspadaan. Kurangnya koordinasi bisa mengakibatkan jatuh dan
kecelakaan, terutama pada orang tua. Akibat lain dari benzodiazepin
adalah penurunan kemampuan menyetir sehingga dapat berakibat pada
tingginya angka kecelakaan.
3. Interaksi Obat
Adapun beberapa interaksi obat yang harus diperhatikan pada
penggunaan terapi medikasi gangguan panik antara lain:
a. Kombinasi antara trisiklik (Imipramine/Clomipramine)
dengan
jenis
obat
anti-panik
hampir
sama
efektifnya
dalam
menanggulangi sindrom panik pada taraf sedang dan pada stadium awal
dari gangguan panik.
b. Bila pasien peka terhadap efek samping obat, maka golongan obat yang
dianjurkan adalah SSRI yang lebih sedikit efek sampingnya.
c. Alprazolam menjadi pilihan untuk menangani pasien yang terkena
serangan panik akut.
d. Obat anti-panik harus dimulai dengan dosis kecil lalu ditingkatkan
secara perlahan hingga tercapai dosis maintenance. Dan harus
diingatkan pada pasien bahwa efek obat anti-panik bekerja dalam
jangka waktu 2-4 minggu sehingga meyakinkan pasien agar tetap patuh
minum obat sangatlah penting.
e. Lamanya pemberian obat anti-panik bisa mencapai 6-12 bulan dan bila
sudah tidak terdapat lagi gejala, dosisnya dapat diturunkan selama 3
bulan hingga pasien tidak tergantung lagi pada obat. Namun apabila
terdapat lagi serangan, pasien harus memulai lagi pengobatan dari awal.
11
f. Semua pasien yang baru saja memakan obat anti-panik tidak dianjurkan
membawa kendaraan atau menjalankan mesin karena pasien dapat
tertidur saat melakukan aktivitas.
g. Semua ibu hamil tidak dianjurkan memakan obat anti-panik.
h. Pada manula dan yang menderita gangguan hati serta ginjal, maka dosis
obat anti-panik harus diberikan seminimal mungkin (Maslim, 2007).
DAFTAR PUSTAKA
Cloos JM. Treatment of panic disorder. Updated on January 2005. [Cited on June
2011]. Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/497207_1
Maslim R Obat anti-panik. Dalam: Penggunaan Klinis Obat Psikotropika. Edisi
Ketiga. Jakarta: PT Nuh Jaya. Hal.52-56
McLean PD & Woody SR. 2001. Panik diorder and agoraphobia. In: Anxiety
Disorders in Adults. Vancouver: Oxford University Press.
Memon MA. Panic disorder. Updated on March 2011. [Cited on June 2011].
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/287913-overview
Saddock BJ & Saddock VA. 2007. Panic disorder and agoraphobia. In: Kaplan
&
Sadock's
Synopsis
of
Psychiatry:
Behavioral
Sciences/Clinical
12