Plenopemicu 1 Hepatokel 5
Plenopemicu 1 Hepatokel 5
Anggota Kelompok 5
Nama
NIM
Jabatan
Rhendy Umbas
4050900
Anggota
Widyasari
405090091
Anggota
Yessica Theresia
Ibrahim
405090102
Anggota
Sheila Clarissa
Korayan
405090103
Anggota
Fanni Luciana
405090123
Anggota
405090175
Anggota
Trie Arni
405100010
Ketua
Stephanie Darmawan
405100083
Sekretaris
Mason Rubianto
405100152
Anggota
Rino Setiady
405100155
Penulis
Setiadi Winata
Orlensia
405100194
405100262
Anggota
Anggota
Step 2
1. Mengapa bayi yang berusia 1 minggu mengalami
penyakit kuning sejak satu hari yang lalu?
2. Adakah hubungan genetik dengan penyakit kuning?
3a. Mengapa bayi tampak sedikit iritabel dan kurang
berminat menyusui?
3b. Mengapa BAB berwarna kuning cair dan berbiji-biji?
4. Apakah ada hubungan mendapat injeksi vitamin K,
imunisasi hepatitis B dan vaksin polio?
5. Apakah ada hubungan ASI dengan jaundice?
6. PF dan PL?
Step 3
1. - Fungsi hati belum sempurna
Step 4
Ibu dan
Ayah
(China)
(Australia)
Bayi umur 1 minggu
Kuning ( 1 hari yang lalu)
BAB cair dan berbiji
Iritabel
Tdk minat menyusui
PF : BB turun
Kramer 3
Turgor turun
Fontanela cekung
PL: Hb turun
ALT turun
Bilirubin total meningkat
Retikulosit (+) Heinz bodies
Hiperbilirubinem
ia
Step 5 :Learning
Objective
1. Menjelaskan Anatomi dari hepar, kantung empedu
dan salurannya
Menjelaskan Histologi dari hepar, kantung empedu
dan salurannya
Menjelaskan fisiologi dari hepar, kantung empedu dan
salurannya
Definisi biokimia dari hepar,
Diagnosis
2. Menjelaskan
kantung empedu
Epidemiologi
Pemeriksaan
dan
salurannya
klasifiksi
Penatalaksanaan
3. Menjelaskan
Etiologi Ikterus
Diagnosa banding
Tanda dan gejala
Komplikasi
Pathophisiologi
prognosis
LO 1
Anatomi hepar, kantung empedu dan salurannya
Embriologi Hepar
Perkembangan hati minggu ke 4
Pertumbuhan entoderm bagian ventral foregut, kranial dari pada yolk sac dan kaudal dari
pada jantung.
Pertumbuhan itu dinamakan hepatic
diverticulum/ hepatic rudiment.
Kaudal empedu dan ductus cysticus
Kranial saluran empedu intra dan
ekstrahepatic ( ductus choledochus, ductus
hepaticus)
Pertumbuhan mesoderm septum
transversum sinusoid, pembuluh darah,
Glissons capsule, jaringan ikat segitiga Kiernan
Aliran Empedu
Sel hepar
Kanalikuli
Preductuli Biliaris
(Saluran Hering)
D. Cysticus
D. Choledochus
(Common Bile Duct)
D. Hepaticus
Interlobularis
D.Pancreaticus
Wirsungi
Ampulla Hepato
Pancreatica
Sphincter Oddi
Ductuli
Biliaris
Santorini/
accesorius
9%
Papilla
Duodeni
Minor
Vesica Fellea
Vesica fellea
Alat ekskresi hepar, Terletak di fossa vesica fellea hepatis antara lobus
quadratus lobus dexter, ,berfungsi: Tempat penampungan cairan empedu
Diliputi oleh peritoneum
Bagian2 :
Fundus,corpus,collumke ductus cysticus
Pembuluh darah :
A.cystica (cabang dari a. hepatica dextra)
Vena cystica (cabang kanan v. porta hepatis)
Pembuluh limfe:
Nodi lymphatici cysticusNodi lymphatici hepatici nodi lymphatici
coeliaci
Persarafan:
Simpatis plexus coeliacus, Parasimpatis N.vagus, Sensoris
N.phrenicus kanan
Ductus cysticus
Panjang 2-4 cm
Mucosa ada lipatan spiralis:plica spiralis ductus cystici
(valvula heisteri)berfungsi mempertahankan lumen tetap
terbuka.
Ductus ke bawah sedikit posterior ,kiri pada pinggir
omentum minusbersatu dgn ductus hepaticus
communisductus choledochus (common bile duct) ~
diujung ada M.sphincter ductus choledochi (boydens
sphincter)
Ductus choledochus bersatu dgn ductus pancreaticus
ampulla hepatopancreatica(bermuara pada papilla
duodeni major di sisi medial pars descendens duodenum
( ada M.sphincter oddiatur pengeluaran cairan empedu
dan pancreas)
Pankreas
Pankreas merupakan kelenjar campuran pada system digestive
yang tarbesar setelah hepar.
Terdiri atas dua bagian, yaitu:
- Kelenjar eksokrin
- Kelenjar endokrin
Pankreas terdapat retro peritoneal yang melintang dari bagian
kanan menyerong ke kiri atas diantara duodenum. Ujung kiri
yang disebut cauda pankreatis menempel pada lien.
Ukuran pada prang dewasa yaitu:
Panjang 2030 cm
Berat 60160 cm
Bagian-bagiannya yaitu:
Caput pankreatis, Corpus pankreatis, Caudal pankreatis
Pankreas
Ada 2 salu Santoriniran keluar : ductus
pancreaticus Wirsungibdan ductus
pancreaticus accessorius
Pembuluh darah:
a. Splenica (corpus & cauda)
aa.pancreaticoduodenalis superior et
inferior (caput)
vena dari pankreas dialirkan ke vena porta
hepatis, vena splenica dan vena mesentrica
superior
PANKREAS
Pembuluh limfe
nl. Pancreaticoduodenalis sepanjang
a. Splenica dan sebagian kecil
nl.pyloricinl.coeliaci,hepatici, dan
mesentrica superior
Persarafan:
n. Vagi dan splanchnici
Komponen Hepatobilier
Hepatosit (80% volume hepar)
Sel fungsional utama yang memiliki
fungsi metabolik, sekretorik, dan
endokrin.
Hepatic lamina
susunan 3 dimensi hepatosit
dilapisi oleh endothelial-lined vascular
spaces (sinusoid)
Kanalikuli biliaris
Ductus kecil antar hepatosit akumulasi
cairan empedu
Kanalikuli ductuli biliaris ductus
biliaris ductus hepaticus dextra et
sinistra ductus hepaticus comunis +
ductus cysticus ductus biliaris komunis
(ductus choledocus) intestine
Sinusoid
Pembuluh kapiler antar deretan hepatosit yang
menerima darah yang kaya O2 dari cabang arteri
hepatica dan zat-zat makanan dari vena porta
hepatica
Sel Kupffer menghancurkan leukosit mati dan
eritrosit, bakteri, dan benda-benda asing pada aliran
darah vena dari GI tract
TRIAD PORTAL ductus biliaris + cabang arteri
hepatica + cabang vena porta
1 Central
vein
2 Glisson
triad
(capsula
Glissoni)
1 Sinusoids
2 Kupffer cells
(macrophages
)
3 Central vein
Vesica fellea
Pancreas
Pankreas
Bagian
Karakteristik
Hepar
Sel hepar
- Bentuk besar, poligonal, berhub dalam columna cellular, 1-2 nukleus
- Sitoplasma eosinofilia, bergranula, bervakuol dg mitokondria, mikrovili,
glikogen, lipid, protein, pigmen lipofuchsin
Sinusoid
- Sel endotel: inti berwarna tua, gepeng, sitoplasma sedikit
- Sel kupffer: ukuran lebih besar, inti ovoid, kromatin pucat, cabang
sitoplasma, bergranuler
Segitiga kiernann
V. Felea
Tunica mucosa
-Epitel selapis torak, sinus rokistansky aschoff, (-)tunica muscularis mukosa
Tunica muscularis
-Tidak beraturan (longitudinal, oblique, sirkuler*)
- jar. Ikat antar otot polos banyak serat elastin
- perimuskular jar ikat fibrosa yg berhub lgs dg hepar
Tunica serosa
- jar. Ikat dg mesotel
Pankreas
FISIOLOGI HATI
metabolisme
karbohidrat
metabolisme
lemak
metabolisme protein
pembekuan
darah
Hati mengubah
pentosa dan
heksosa yang
diserap dari usus
halus menjadi
glikogen,
mekanisme ini
disebut
Glikogenesis.
Hati mengadakan
katabolisis asam
lemak dipecah
menjadi beberapa
komponen :
Senyawa 4
karbon KETON
BODIES
Senyawa 2
karbon ACTIVE
ACETATE
(dipecah
menjadi asam
lemak dan
gliserol)
Pembentukan
cholesterol
Pembentukan
dan pemecahan
fosfolipid
Hati merupakan
pembentukan utama,
Sintesis protein
plasma untuk
pembentukan
faktor
pembekuan
darah
(fibrinogen,
protrombin,
faktor V, VII, IX,
X) dan untuk
mengangkut
hormon tiroid,
steroid, kolestrol
dalam darah.
Glikogen lalu
ditimbun di dalam
hati kemudian hati
akan memecahkan
glikogen menjadi
glukosa,
mekanisme ini
disebut
Glikogenolisis.
FISIOLOGI HATI
tempat
penyimpanan
dan ekskresi
detoksikasi
fagositosis dan
imunitas
Fungsi hemodinamik
Penyimpanan
glikogen,
lemak, besi,
tembaga, dan
vitamin A, B,
D, E, K.
Hati adalah
pusat detoksikasi
tubuh, Proses
detoksikasi
/degradasi terjadi
pada proses
oksidasi, reduksi,
metilasi,
esterifikasi dan
konjugasi
terhadap
berbagai macam
bahan seperti zat
racun, hormon,
obat over dosis,
dan zat sisa.
Sel kupfer
merupakan
saringan penting
bakteri, pigmen
dan berbagai
bahan melalui
proses fagositosis.
Selain itu sel kupfer
juga ikut
memproduksi globulin sebagai
imun livers
mechanism.
Mengekskresika
n kolestrol
dan bilirubin
Fungsi empedu
- mempermudah pencernaan lemak, oleh karena dapat
mengemulsi lemak yaitu dengan
menurunkan tegangan permukaan sehingga tersedia
permukaan substrat/lemak yang cukup
luas untuk aktifitas lipase pancreas
- membantu absorpsi lemak, kolesterol dan vitaminvitamin yang larut dalam lemak (ADEK)
yaitu dengan membentuk micelle.
- menetralisasi asam.
- sebagai alat ekskresi : kolesterol, pigmen empedu,
obat, toksin dan zat-zat organik (Cu,
Zn,Hg.)
LO 2
Biokimia
BILIRUBIN
DEFINISI
Bilirubin adalah suatu pigmen empedu,
pigmen ini merupakan produk pemecahan
hem terutama terbentuk dari degradasi
hemoglobin eritrosit di dalam sel
retikuloendotelial.
KLASIFIKASI
Bilirubin dalam darah terdiri dari dua bentuk,
yaitu bilirubin conjugated (direk) dan bilirubin
unconjugated (indirek).
Bilirubin direk larut dalam air dan dapat
dikeluarkan melalui urin.
Bilirubin indirek tidak larut dalam air dan
terikat pada albumin.
Metabolisme Bilirubin
Pembagian metabolisme bilirubin terdahulu
berlangsung dalam 3 fase ; prehepatik,
intrahepatik, dan pascahepatik masih relevan.
Pembagian metabolisme bilirubin yang baru
menambahkan 2 fase lagi sehingga tahapan
metabolisme bilirubin menjadi 5 fase, yaitu :
1. Pembentukan bilirubin
Fase Prahepatik
2. Transpor plasma
3. Liver uptake
Fase Intrahepatik
4. Konjugasi
Fase Pascahepatik
5. Ekskresi bilier
FASE PRAHEPATIK
1. Pembentukan bilirubin
sekitar 250-350mg bilirubin (4mg/kg BB)
terbentuk setiap harinya; 70-80% berasal dari
pemecahan SDM matang. Sedangkan 20-30%
dari protein heme yang berasal dari STL dan
hati.
sebagian dari heme dipecah menjadi besi dan
produk antara biliverdin dengan perantara enzim
hemeoksigenase, kemudian biliverdin diubah
menjadi bilirubin oleh enzim biliverdin reduktase,
tahapan ini terjadi terutama dalam sel sistem
retikuloendotelial.
Peningkatan hemolisis SDM merupakan
penyebab utama peningkatan pembentukan
FASE PRAHEPATIK
2. Transport Plasma
Bilirubin tidak larut dalam air, karenanya
bilirubin tak terkonjugasi ini transportnya dalam
plasma terikat dengan albumin dan tidak dapat
melalui membran glomerulus, karenanya tidak
muncul dalam air seni.
Ikatan melemah dalam beberapa keadaan
seperti asidosis dan beberapa bahan seperti
antibiotika tertentu, salisilat berlomba pada
tempat ikatan dengan albumin
FASE INTRAHEPATIK
3. Liver uptake
Proses pengambilan bilirubin tak terkonjugasi
oleh hati secara rinci dan pentingnya protein
pengikat seperti ligandin atau protein Y belum
jelas.
Pengambilan bilirubin melalui transport yang
aktif dan berjalan cepat, namun tidak termasuk
pengambilan albumin
4. Konjugasi
Bilirubin bebas yang terkonsentrasi dalam sel
hati mengalami konjugasi dengan asam
glukoronik membentuk bilirubin diglukuronida
atau bilirubin konjugasi (bilirubin direk).
Reaksi ini yang dikatalisasi oleh enzim
mikrosomal glukoronil-transferase menghasilkan
bilirubin yang larut air. Dalam beberapa keadaan
reaksi ini hanya menghasilkan bilirubin
monoglukuronida, dengan bagian asam
glukuronik kedua ditambahkan dalam saluran
empedu melalui sistem enzim yang berbeda,
namun reaksi ini tidak dianggap fisiologik.
Bilirubin konjugasi lainnya selain diglukuronid
juga terbentuk namun kegunaannya tidak jelas.
FASE PASCAHEPATIK
5. Ekskresi Bilirubin
Bilirubin konjugasi dikeluarkan ke dalam
kanalikulus bersama bahan lainnya. Anion organik
lainnya atau obat dapat mempengaruhi proses yang
kompleks ini
Dalam usus flora normal bakteri mendekonjugasi
dan mereduksi bilirubin menjadi sterkobilinongen dan
mengeluarkannya sebagian besar ke dalam tinja yang
memberi warna coklat. Sebagian diserap dan
dikeluarkan kembali kedalam empedu, dan dalam
jumlah kecil mencapai air seni sebagai urobilinongen.
Ginjal dapat mengeluarkan diglukuronida tetapi
tidak bilirubin unkonjugasi, hal ini menerangkan warna
air seni yang gelap yang khas pada gangguan
hepatoselular atau kolestasis intrahepatik.
ERITROSIT
HEME
GLOBIN
BILIVERDIN
RES
LO 3
Ikterus
Definisi
Deskolorasi kuning pada
kulit,membran mukosa, dan sklera
akibat peningkatan kadar bilirubin
dalam darah. Orang dewasa tampak
kuning bila kadar bilirubin serum
>2mg/dl, sedangkan pada neonatus
bila kadar bilirubin >5mg/dl
IDAI Gastroenterologi-Hepatologi
Pengertian
Ikterus neonatorum:
Keadaan klinis pada bayi yang ditandai
oleh perwarnaan ikterus pada kulit dan
sklera akibat bilirubin tak berkonjugasi
yg berlebih. Tampak jika bilirubin darah
5-7 mg/dL
Ikterus fisiologis:
Terjadi pada bayi baru lahir, kadar
bilirubin tak berkonjugasi pada minggu
pertama >2mg/dL.
Pada bayi aterm, puncaknya 6-8 mg/dL
Pada bayi prematur, puncaknya (7-14
mg/dL)
Epidemiologi
Di Indonesia, sebuah studi cross-sectional yang
dilakukan di RSCM selama tahun 2003,
menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru
lahir (minggu pertama):
58% bilirubin >5 mg/dL
29,3% bilirubin >12 mg/dL
Pemeriksaan dilakukan pada hari 0, 3 dan 5.
Dengan pemeriksaan kadar bilirubin setiap hari,
didapatkan ikterus dan hiperbilirubinemia terjadi
pada 82% dan 18,6% bayi cukup bulan.
Bayi kurang bulan, dilaporkan ikterus dan
hiperbilirubinemia ditemukan pada 95% dan
56% bayi.
Tahun 2003 terdapat sebanyak 128 kematian
neonatal (8,5%) dari 1509 neonatus yang
dirawat dengan 24% kematian terkait
hiperbilirubinemia.
Etiologi
Asidosis
Hipoksia
Infeksi
Tidak ada enzim glukoronil transferase (sind. Criggler-Najjar)
Defisiensi protein Y (peran penting dalam uptake bilirubin ke sel hepar)
Gangguan transportasi
Klasifikasi
Ada 2 jenis:
Berdasarkan mekanisme:
Berdasarkan sifat:
Ikterus fisiologis
Ikterus patologis
HIPERBILIRUBINEMIA
TERKONJUGASI/DIREK
TIDAK TERKONJUGASI/INDIREK
IKTERUS
Penimbunan bilirubin dalam tubuh dapat menyebabkan
ikterus (jaundice).
Ikterus dapat ditimbulkan oleh tiga mekanisme :
1. Ikterus prahepatik (masalah terjadi sebelum hati)
atau hemolitik disebabkan oleh penguraian (hemolisis)
berlebihan sel darah merah,sehingga hati menerima
lebih banyak bilirubin daripada kemampuan hati
mengekspresikannya.
2. Ikterus hepatik (masalahnya di hati) terjadi jika
hati sakit dan tidak mampu menangani beban normal
bilirubin.
3. Ikterus pascahepatik (masalah terjadi setelah
hati) atau obstruktif terjadi jika duktus biliaris
tersumbat, misalnya oleh batu empedu, sehingga
bilirubin tidak dapat dieliminasi melalui feses.
DIAGNOSIS BANDING
Jangka Waktu
Diagnosis
24 jam
Erythroblastis fetalis
Perdarahan dalam
Sepsis
Infeksi kongenital
2-3 hari
Ikterus fisiologis
Crigler-Najjar Syndrome
Breastfeeding jaundice
3 hari 1 minggu
Sepsis bakterial
Infeksi traktur urinarius
> 1 minggu
Breastfeeding jaundice
Septicemia
Atresia kongenital
Hepatitis
Hemolitik anemia
Defisiensi enzim
Persisten 1 bulan
Kolestasis
Hepatitis
Infeksi
Atresia duktus biliaris kongenital
Berkepanjangan
Hipotiroidisme
Stenosis pilorus
Anamnesis
Kapan mulai terjadi ikterusnya?
Riwayat inkompatibilitas darah?
Riwayat transfusi tukar atau terapi sinar pada
bayi sebelumnya?
Ada tidaknya kehamilan dengan komplikasi?
Obat apa saja yg diberikan pada ibu selama
hamil/persalinan?
Apakah ada kehamilan dengan DM,gawat janin,
malnutrisi intrauterin, infeksi intranatal dll?
APGAR SCORING
Apgar Sign
Activity
(muscle tone)
Active,
spontaneous
movement
Pulse
(heart rate)
Normal (above
100 beats per
minute)
Below 100
beats per
minute
Absent
(no pulse)
Grimace
(responsiveness
or "reflex
irritability")
Pulls away,
sneezes, or
coughs with
stimulation
Facial
movement only
(grimace) with
stimulation
Absent (no
response to
stimulation)
Appearance
Normal color all Normal color
(skin coloration) over (hands and (but hands and
feet are pink)
feet are bluish)
Bluish-gray or
pale all over
Slow or
Respiratory
Normal rate and irregular
Absent (no
(rate and effort) effort, good cry breathing, weak breathing)
KRAMER
Kramer I. Daerah kepala
(Bilirubin total 5 7 mg%)
Kramer II daerah dada pusat
(Bilirubin total 7 10 mg%)
Kramer III Perut dibawah pusat s/d lutut
(Bilirubin total 10 13 mg%)
Kramer IV lengan s/d pergelangan tangan
tungkai bawah s/d pergelangan kaki
(Bilirubin total 13 17 mg%)
Kramer V s/d telapak tangan dan telapak
kaki
(Bilirubin total >17 mg%).
Intensitas Ikterus
Zona
Ikterus
Maksimum
II
12
III
12
16
IV
15
18
tangan, kaki
>15
--
IKTERUS
Pemeriksaan Penunjang
Serum bilirubin darah
Tes fungsi hati dan kolesterol
Prothrombin time
CBC (Complete blood count)
Ultrasound of the abdomen
Biopsi hati
Urine and fecal urobilinogen
Bilirubin
Indirek
Coombs Test
(+)
Isoimunisasi
Rh
ABO
Golongan darah
lain
Meningkat
Morfologi
Eritrosit
Karakteristik
Sferositosis
Piknositosis
Sel-sel
fragmentasi
Normal atau
Rendah
Hitung
Retikulosit
Normal
Asfiksia
neonatorum
Obstruksi usus
Perdarahan
Nonspesifik
tertutup
Defisiensi G6PD
DIC
Defisiensi enzim
lain
Hemoglobin
Polisitemia
Transfusi
Keterlambatan
dalam klem tali
pusar
Bayi ukuran kecil
untuk lahir cukup
bulan
Bilirubin Direk
Sepsis
Infeksi Intrauterine:
Toxoplasmosis
Cytomegalovirus
Rubella
Herpes
Syphillis
Kelainan duktus biliaris
Kelainan metabolisme garam
empedu
Penyakit hemolitik yang parah
Atresia biliaris
Giant cell hepatitis
Kista koledokal
Fibrosis kistik
Galaktosemia
AAT deficiency
Tyrosinemia
Kolestasis
IKTERUS
Penatalaksanaan
1.Peningkatan frekuensi asupan bayi
2.Phototherapy
3. Transfusi darah
4. Immunoglobulin intravena
IKTERUS
Fototerapi
Sinar biru (pjg gel 400-500 nm)
disorotkan ke kulit ikterus mengubah
bilirubin tak terkonjugasi menjadi
bentuk yang dapat larut.
Suhu badan harus dimonitor selama
fototerapi, dan masuknya cairan
ditingkatkan 25% untuk mengimbangi
peningkatan kehilangan cairan yang
tidak disadari.
Mata harus ditutup untuk melindungi
dari cahaya.
Terapi Sinar
Pertimbangkan terapi sinar pada:
NCB (neonatus cukup bulan) SMK (sesuai
masa kehamilan) sehat : kadar bilirubin total > 12
mg/dL
NKB (neonatus kurang bulan) sehat : kadar
bilirubin total > 10 mg/dL
Pertimbangkan tranfusi tukar bila kadar bilirubin
indirek > 20 mg/dL
Penatalaksanaan
Terapi sinar
sinar
15Z-bilirubin
4Z, 15E
bilirubin
Mudah larut
dalam plasma
Diekskresi hati
ke sal.empedu
Bilirubin cepat
meninggalkan
usus
Peristaltik usus
meningkat
Pe pengeluaran
cairan empedu
ke usus
Ikterus Terkait
Pemberian ASI
Berkaitan dengan ekskresi pregnance3,20-diol ibu ke dalam ASI
Steroid ini menghambat konjugasi bilirubin
dengan menghambat aktivitas glukoronil
transferase hambat reabsorpsi bilirubin
bebas
Kenaikan bilirubin tak terkonjugasi pada usia
4-7 hari
Puncak
minggu ke3-4
Kadar 10-30mg/dL
Ikterus Terkait
Pemberian ASI
Penatalaksanaan
ASI dilanjutkan
Hiperbilirubinemua menurun bertahap menetap
selama 3-10 minggu pada kadar yang lebih rendah
ASI dihentikan
Selama 1-2 hari diganti susu formula
Menurun dengan cepat dalam beberapa hari
Setelah turun ASI dapat dilanjutkan kembali kadar
bilirubin tidak akan naik ke kadar tinggi seperti
sebelumnya
Fototerapi
Ada tanda penyakit lain atau tanda kernikerus
HYPERBILIRUBINEMIA
TAK TERKONJUGASI
Hemolisis sel darah merah yang hebat
Ikterus fisiologis :
-terjadi pada bayi baru lahir karena fungsi
hepar belum sempurna:
-aktifitas enzim UDP-glukuronida
-sintesis UDP-asam glukuronat
-bila kadar bilirubin > 20-25 mg/dlKERN
IKTERUS/ENSEFALOPATI TOKSIK
HYPERBILIRUBINEMIA
Sindroma Gilbert
-herediter,autosom dominan
-karena hemolisis terkompensasi,
gangguan uptake & aktifitas enzim
menurun
Hyperbilirubinemia toksik
-karena gangguan fungsi hati akibat :
-kloroform,arsenamin,CCl4,virus hepatitis,
cirrhosis,keracunan jamurAmanita,asetaminofen
-disini sering ada kerusakan sel parenchym
hati dan obstruksi saluran empedu didalam
hati sehingga disertai pula hyperbilirubinemia konjugasi.
HYPERBILIRUBINEMIA
TERKONJUGASI
Ikterus idiopatik kronika (Sindroma
Dubin Johnson) :
-autosom resesif
-karena gangguan sekresi bilirubin
konjugasi ke empedu
-hepatosit dalam sentrilobuler
mengandung pigmen abnormal.
Rotor syndrom :
-adanya kronik hiperbilirubinemia
terkonjugasi
-penyebabnya tidak diketahui,
mungkin defect transport hepatosit
-histologi liver normal.
Pengobatan Ikterus
1. Menghilangkan/mengatasi penyebab.
2. Mencegah peningkatan kadar bilirubin lebih lanjut
dengan cara :
1. Meningkatkan kerja enzim dan konsentrasi ligandin
Phenobarbital (luminal) 1-2 mg / kg 1 x 2-3x /
hr (3 hari)
2. Merubah bilirubin tidak larut menjadi larut dalam air.
3. Fototerapi isomer bilirubin yang dapat dieksresi
lagsung tanpa konjugasi eksresi bilirubin bertambah
4. Membuang bilirubin darah
Transfusi tukar (exchange transfusion).
Transfusi Tukar
1. Indikasi
Neonatal hyperbilirubinemia .
Severe septicemia + selerema neonatorum
2. Tujuan
Menurunkan kadar bilirubin indirek ada mernatus
Menurunkan bahan-bahan toksik yang ada.
3. Manfaat : Memperbaiki keadaan umum pada pasien dan mcncegah
komplikasi yang lebih berat
4. Pemilihan darah
Bila karena ketidakcocokan darah golongan Rhesusu menggunakan
golongan darah 0 rhesus negatif.
Bila karena ketidakcocokan golongan darah A B 0 (biasanya ibu 0
anak A atau B) menggunakan gol darah 0 dengan low titer golongan
darah anak dengan rhesus positif.
Bila bukan karena ketidakcocokan golongan darah menggunakan
golongan darah yang sama dengan gol darah bayi.
- hemorrhage intracranial
- hipoglikemi
- irregular movement
DD
Definisi Karotenemia
Keadaan klinis yang ditandai oleh
pigmentasi kuning pada kulit akibat
kadar -karoten dalam darah yang
tinggi
Etiologi
Konsumsi makanan yang kaya karoten secara berlebihan.
Tetapi saat ini juga dikaitkan dengan
keadaan yang lebih serius, yaitu :
Diabetes melitus
Penyakit hati
Penyakit ginjal
Hipotiroidism
Penyakit ginjal
Kadar serum karoten meningkat pada
sindroma nefrotik.
Gejala
Pigmentasi kuning sering terlihat
pertama kali di ujung hidung, telapak
tangan, telapak kaki, dan lipatan
nasolabial memperluas secara
bertahap di seluruh tubuh.
Paling jelas terlihat pada telapak
tangan, telapak kaki, dan lipatan
nasolabial.
Atresia Biliaris
Definisi
Suatu kondisi yang disebabkan tidak
adanya duktus biliaris
intra/ekstrahepatik.
Duktus biliaris biasanya ada sewaktu
lahir namun kemudian hancur
disebabkan proses peradangan.
Manifestasi klinis
Splenomegali
Jaundice
Ascites
Transplantasi hepar
Neonatal Hepatitis
Definisi
Suatu kelainan yang biasanya
ditandai dengan liver membesar dan
jaundice.
Apabila dilakukan biopsi hati dapat
terlihat hepatocyte giant cell.
Biasanya memiliki prognosis yg
bagus
Pemeriksaan Lab
AST, ALT
Total dan direct bilirubin
GGT
1-Antitrypsin level
Tatalaksana
Prosedur Kasai -> harus dilakukan
sebelum pasien berumur umur 2 3
bulan
Fenobarbital dan ursodeoxycholic
acid dapat meningkatkan aliran
empedu dalam beberapa kondisi.
Angka kejadian
Kolestasis pada bayi atau sindrom
hepatitis neonatal dapat mencapai 1
dari 2500 kelahiran hidup.
Di subdivisi hepatologi anak
FKUI/RSCM, dalam kurun waktu 2
tahun (2002-2003) telah dirawat
sebanyak 119 (73,5%) kasus
kolestasis intrahepatik dari 162
kasus kolestasis pada bayi
Diagnosis
Gejala klinik:
Anamnesa riwayat keluarga,
riwayat morbiditas selama
kehamilan, riwayat kelahiran,
morbiditas perinatal, riwayat
pemberian nutrisi parenteral,
riwayat pengobatan, dan riwayat
penyakit
Pemeriksaan penunjang
Lap rutin dan khusus (bilirubin,
aminotransferase, fosfatase, GGT, albumin,
protrombin, kolesterol, gula darah,
spektrometri, serologis, hormon tiroid, asam
amino, oftalmologis)
Pencitraan (USG dengan akurasi 80%,
skintigrafi dengan akurasi 10%)
Biopsi hati (paling dapat dipercaya dengan
akurasi 95-96,8%)
Tatalaksana
Memperbaiki aliran empedu dengan
cara:
Mengobati etiologi
kolestasis(toksoplasma-spiramisin, CMVgancyclovir bila berat, herpes-acyclovir,
sifilis-penicillin, sepsis-antibiotik yang
sesuai kuman patogennya, TBC-OAT)
Menstimulasi aliran
empedu(fenobarbital, asam
ursodeoksikolat, kolestiramin, rifampisin
Nutrisi
Formula MCT
Asupan kalori dan protein
Vitamin
Mineral dan trace element
prognosis
Tergantung penyakit dasar, pada umumnya
baik pada sindrom hepatitis neonatal yang
sporadik sebesar 60%, sementara pada kasus
yang bersifat familial prognosisnya buruk (60%
meninggal), prognosis hepatitis neonatal
idiopatik baik dengan mortilitas 13-25%,
predikator prognosis yang buruk adalah kuning
hebat berlangsung lebih dari 6 bulan, tinja
dempul, riwayat penyakit dalam keluarga,
hepatomegali persisten dan terdapatnya
inflamasi hebat pada hasil biopsi hepar
kolesistitis
Klasifikasinya ada yang akut dan
kronik
Akut: reaksi inflamasi akut dinding
kandung empedu yang disertai
keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri
tekan, dan demam
Kronik: lebih sering dijumpai di klinis,
dan sangat erat hubungannya
dengan litiasis dan lebih sering
timbul secara perlahan-lahan
Kolesistitis akut
Etiologi dan patofisiologi
Stasis cairan empedu paling sering
akibat adanya batu kandung empedu di
duktus sistikus
Infeksi kuman dapat menyebabkan
inflamasi kandung empedu
Iskemia dinding kandung empedu yang
berpengaruh pada kepekatan cairan
empedu
Gejala klinis
Diagnosis
Pengobatan
Istirahat total
Nutrisi parenteral
Diet ringan
Obat penghilang rasa nyeri
Antibiotik pada fase awal untuk
cegah komplikasi
Prognosis
Sembuh spontan ditemukan pada
80% kasus, sekalipun kandung
empedu menjadi tebal, fibrotik,
penuh dengan batu dan tidak
berfungsi lagi
Kolesistitis kronik
Gejala klinis:
Dispepsia
Rasa penuh di epigastrium
nausea
Diagnosis
Kolesistografi oral
Usg
Kolangiografi
ERCP (endoscopic retrograde
choledochopancreaticography)
Pengobatan
Kolesistektomi
Waspadai adanya penyakit lain yang
beresiko untuk tindakan operatif
Kesimpulan
Kami telah mempelajari Anatomi,
histologi, fisiologi, biokimia dari
hepar, kantung empedu dan
salurannya.
Kami juga telah mempelajari ikterus,
penyakit yang menyebabkan ikterus,
komplikasi, DD, penanggulangan
ikterus.
Saran
Lakukan pemeriksaan lebih lanjut
diagnosis tepat, terapi sesuai.