Kelompok A-5
1 Rico Alfredo
(G0012181)
2 M. Hafizh Islam S
(G0012119)
3 Khairunnisa N. Huda
(G0012107)
4 Gilang Yuka S.
(G0012083)
5 Wahyu Septianingtyas
(G0012227)
6 Krisnawati Intan S.
(G0012109)
7 Elfrida Rahma B.
(G0012065)
8 Rachmaniar Ratrianti
(G0012169)
9 Yuscha Anindya
(G0012239)
(G0012221)
(G0012187)
12 Shofura Azizah
(G0012211)
13 Anandita Winadira
(G0012013)
Tutor:
BAB I
PENDAHULUAN
ADUH NEK, KAKEK JATUH TERJERUMUS PARIT
Kakek Yoso, seorang pensiunan guru, yang masih bugar di usianya yang 60 tahun,
tiba-tiba merasa berkunang-kunang dan jatuh terjerumus parit pada saat jalan-jalan di
pagi hari bersama istrinya.
Esok harinya nyeri lututnya kambuh kembali, bahkan sulit digerakkan dan minta
dibawa ke dokter. Pemeriksaan dokter tekanan darah 190/100 mmHg. Hasil
pemeriksaan laboratorium UGD didapatkan GDS 200 mg/dl, Hb 10,5 gr%, tidak
ditemukan proteinuria. EKG dalam batas normal.
Kakek mengeluhkan mata kabur, pendengaran berkurang, dan sering lupa. Jika
berjalan merasa tidak stabil dan nggliyeng (serasa ingin jatuh).
Sebelumnya beliau minum bisoprolol dan HCT secara rutin, kadang-kadang
mengkonsumsi juga antalgin atau meloxicam yang dibeli di took obat untuk meredam
nyeri sendi.
BAB II
DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA
A. Seven Jump
JUMP 1
1. Nggliyeng/dizziness : sensasi kepala ringan, berputar, pusing, pandangan
kabur. Dizziness mencakup vertigo, presinkop, disekuilibrium, dan vague
light.
2. Bisoprolol : obat antihipertensi golongan beta blocker
3. HCT : obat antihipertensi golongan diuretik tiazid
4. Antalgin :Antalgin adalah salah satu obat penghilang rasa sakit (analgetik)
turunan NSAID, atau Non-Steroidal Anti Inflammatory Drugs. Umumnya,
obat-obatan
analgetik
adalah
golongan
obat
antiinflamasi
(antipembengkakan), dan beberapa jenis obat golongan ini memiliki pula sifat
antipiretik (penurun panas), sehingga dikategorikan sebagai analgetikantipiretik.
5. Meloxicam: Meloxicam merupakan golongan Anti Inflamasi Non steroid
(NSAID) derivat asam enolat yang bekerja dengan cara menghambat
biosintesis prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi melalui
penghambat cyclooxygenase 2 (COX-2), sehingga terjadinya proses inflamasi
dapat dihambat tanpa terjadi efek samping terhadap ginjal dan gastro
intestinal yang merupakan ciri khas pada penggunaan obat-obat Anti Inflamasi
Non Steroid selama ini.
6. Proteinuria : adanya protein dalam urin. Proteinuria mengindikasikan
kerusakan ginjal karena gagal melakukan filtrasi yang berpengaruh pada
komposisi urin.
7. Geriatri: individu usia lebih dari 60 tahun dan mengidap dua atau lebih
penyakit kronis.
8. Gerontologi: ilmu yang mempelajari geriatri
JUMP 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
JUMP 3
1. Definisi geriatri
2. Perubahan fisiologis, anatomis, dan biologis pada geriatri
3. Proses penuaan/ aging
JUMP 4
>= 60 TAHUN
> 2 PENYAKIT
GERIATRI
Perubahan
anatomi, fisiologi,
biologi
G
I
SINDROMA
GERIATRI
PENANGANAN
INTERDISIPLINER
JUMP 5
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
ASSESMENT GERIATRI
Definisi geriatric dan lansia menurut WHO dan Depkes?
Perubahan termoregulasi pada geriatric?
Mengapa kakek tiba-tiba jatuh dan berkunang-kunang serta terjerumus parit?
Mengapa nyeri lutut kambuh kembali bahkan sulit digerakkan?
Bagaimana efek obat yang diminum kakek?
Bagaimana interpretasi pemeriksaan vital sign dan pemeriksaan fisik?
Apakah ada efek samping akibat interaksi obat?
Farmakokinetik, farmakodinamik, dan farmakologi obat yang diminum
JUMP 6
- Mengumpulkan informasi baru.
-Mahasiswa mencari informasi di rumah
JUMP 7
- Melaporkan, membahas dan menata kembali informasi baru yang diperoleh.
- Hasil dari Langkah VII akan dijelaskan di Pembahasan
B. Pembahasan
1. Definisi geriatric dan lansia
Lansia (lanjut usia) menurut WHO meliputi, usia pertengahan (middle age)
yaitu usia antara 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (eldery) yaitu usia antara 60
sampai 74 tahun, lanjut usia tua (old) yaitu usia antara 76 sampai 90 tahun, dan
usia sangat tua (very old) yaitu usia diatas 90 tahun.
Menurut Depkes RI (2003), batasan lansia terbagi dalam empat kelompok
yaitu pertengahan umur usia lanjut (virilitas) yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa antara 45-54 tahun, usia
lanjut dini (prasenium) yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut antara
55-64 tahun, kelompok usia lanjut (senium) usia 65 tahun keatas dan usia lanjut
dengan resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau
kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal di panti, menderita
penyakit berat, atau cacat. Di Indonesia, batasan lanjut usia adalah 60 tahun keatas.
geriatri adalah warga usia lanjut yang memiliki karakteristik tertentu sehingga
harus dibedakan dari mereka yang sekadar berusia lanjut namun sehat.
Karakteristik pertama pasien geriatri adalah multipatologi, yaitu pada satu pasien
terdapat lebih dari satu penyakit yang umumnya bersifat kronik degeneratif. Kedua
adalah menurunnya daya cadangan fungsional, menyebabkan pasien geriatri sangat
mudah jatuh dalam kondisi gagal pulih. Ketiga, yaitu berubahnya gejala dan tanda
penyakit dari yang klasik. Keempat adalah terganggunya status fungsional pasien
geriatri; status fungsional adalah kemampuan seseorang melakukan aktivitas hidup
sehari-hari. Kelima adalah kerapnya terdapat gangguan nutrisi, gizi kurang atau
gizi buruk.
2. Teori penuaan
Teori biologi
1) Seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan
kebanyakan sel-sel tubuh diprogram untuk membelah 50 kali. Jika sebuah
sel pada lansia dilepas dari tubuh dan dibiakkan di laboratorium, lalu
diobservasi, jumlah sel-sel yang akan membelah, jumlah sel yang akan
membelah akan terlihat sedikit. (Spence & Masson dalam Waton, 1992). Hal
ini akan memberikan beberapa pengertian terhadap proses penuaan biologis
dan menunjukkan bahwa pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi untuk
pertumbuhan dan perbaikan jaringan, sesuai dengan berkurangnya umur.
Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem muskuloskeletal dan
jantung, sel pada jaringan dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika
sel tersebut dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut
beresiko mengalami proses penuaan dan mempunyai kemampuan yang
sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan memperbaiki diri. Ternyata
sepanjang kehidupan ini, sel pada sistem ditubuh kita cenderung mangalami
kerusakan dan akhirnya sel akan mati, dengan konsekuensi yang buruk
karena sistem sel tidak dapat diganti.
Penuaan seluler dan apoptosis adalah suatu proses yang terjadi selama
masa hidup organism kompleks seperti mamalia. Apoptosis terutama penting
pada saat perkembangan embryo. Keduanya diperkirakan memberikan
kontribusi terhadap penuaan dan/atau keadaan patologis yang berkaitan
dengan penuaan. Penuaan seluler menghentikan proliferasi dari sel yang
mengalami kerusakan atau berisiko mengalami transformasi maligna,
sedangkan apoptosis mengeliminasi sel tersebut (Campisi, 2007).
Siklus sel terdiri dari fase M, G1, S, dan G2. Fase M merupakan
tahap pembelahan sel. Dari fase M, siklus sel berlanjut ke fase G1 dimana
terjadi pertumbuhan dan persiapan sel seperti sintesis protein dan organel.
Setelah itu sel akan memasuki fase G0, dimana metabolisme sel tersebut
masih aktif tetapi proliferasinya tidak aktif. Sel yang memasuki fase G0
memiliki 2 kemungkinan: repair atau apoptosis. Jika terjadi kegagalan
3) Dysdifferentiation
Teori ini diajukan oleh Cutler, tahun 1982. Teori ini mengatakan bahwa
akumulasi bertahap dari kerusakan molekuler yang acak akan mengganggu
regulasi normal dari aktivitas gen, kemudian berpotensi memicu tahapantahapan jejas sebagai konsekuensinya. Kesalahan pada sintesis protein
diakibatkan oleh kerusakan molekuler, yang akan mengakibatkan ekspresi
gen yang abnormal. Selain itu sel juga mungkin membentuk protein yang
berbeda dari protein karakteristik sel tersebut akibat dari kurang ketatnya
peran dari gen kontrol.
4) Teori Error Catastrophe
Ide dasar dari teori ini dikemukakan pada tahun 1963, yaitu kemampuan sel
untuk memproduksi protein fungsional bergantung tidak hanya pada
spesifikasi genetik yang tepat, namun juga pada alat-alat yang dibutuhkan
untuk membentuk protein tersebut.Sehingga, teori ini mengemukakan adanya
kemungkinan terjadi kesalahan dalam transfer informasi pada tempat lain
selain DNA. Kemudian, akumulasi dari banyak kesalahan-kesalahan kecil
pada proses sintetis dan enzimatis pada sel akan mengakibatkan suatu
kondisi dimana sel tidak dapat lagi bertahan.
5) Mutasi Somatik dan Kerusakan DNA
Konsep dari teori ini adalah bahwa integritas dari genome adalah faktor yang
mengatur proses penuaan. Sehingga, baik mutasi (perubahan pada sekuens
polynucleotide yang tetap tidak terkoreksi) maupun kerusakan DNA
(perubahan kimiawi pada struktur double-helix yang tidak sepenuhnya
diperbaiki) dapat mendasari proses penuaan dan menentukan tingkat
penuaannya (Carey dan Zou, 2007).
3. Perubahan fisiologis dan anatomis pada geriatric
Sistem imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan.
Walaupun demikian, kemunduran kamampuan sistem yang terdiri dari sistem
limfatik dan khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang
berkontribusi dalam proses penuaan.
sehingga
sel
kanker
leluasa
membelah-belah.
Inilah
yang
(Suhana, 1994)
Sistem pancaindra
Terdapat berbagai macam perubahan morfologik pada mata, telinga, hidung,
syaraf perasa di lidah dan di kulit. Perubahan anatomik fungsional tersebut
bersifat degeneratif, sehingga memberi manifestasi pada morfologi berbagai
organ pancaindra seperti fungsi melihat, mendengar, keseimbangan ataupun
perasaan dan perabaan.
Sistem gastrointestinal
Perubahan morfologi pada sistem ini adalah atropi rahang yang
menyebabkan gigi jadi lebih mudah lepas, atropi pada sel mukosa lambung
sehingga terjadi kegagalan sekresi asam, selain itu terjadi atropi mukosa,
kelenjar, dan otot-otot pencernaan. Hal tersebut bisa menyebabkan gangguan
mengunyah dan menelan, perubahan nafsu makan, disfagia, hiatus hernia, ulkus
peptikum, dan lain-lain. Perubahan pada vili mukosa usus halus yang menjadi
lebih pendek dan lebar bisa menyebabkan malabsorpsi sehingga pada lansia
seing terjadi defisiensi beberapa mikronutrien (asam folat, B12, zat besi,
keadaan latihan/exercise.
Sistem respirasi
Sistem respirasi mengalami kematangan pertumbuhan pada usia 20-25
tahun, setelah itu fungsinya akan menurun. Elastisitas paru menurun, kekakuan
dinding dada meningkat, kekuatan otot dada menurun. Semua itu akan
mengakibatkan menurunnya rasio ventilasi-perfusi dibagian paru yang tak bebas
o
o
o
o
o
4. Geriatric giant
Geriatric Giant adalah problem-problem raksasa/ luar biasa besar pada pasien
geriatri yaitu :
Imobilisasi
Instabilitas dan jatuh
Inkontinensia urin dan alvi
Gangguan Intelektual (demensia)
Infeksi
Gangguan penglihatan & pendengaran
Impaksi (konstipasi)
Isolasi (depresi)
Inanisi (malnutrisi)
Impecunity (kemiskinan)
Latrogenesis (sering karena terlalu banyak obat)
Insomnia
Defisiensi imunitas
Impotensi
volume
dan
arterial
compliance(kemampuan
melebarnya
Gula darah
Table 1 Blood Sugar Levels Chart
Blood
Sugar
Levels
Normal
Early Diabetes
Diabetes
Fasting Values
70 - 100 mg/dL
101 - 126 mg/dL
More
than
126
mg/dL
Table 2 Normal sugar levels chart during various times of the day
Time
After Waking Up
Just Before Meals
About 2 Hours After Meals
Before Sleeping
Minimum Level
100 mg
140 mg
126 mg
200 mg
Maximum Level
126 mg
199 mg
More than 126 mg
More than 200 mg
7. Keluhan
Lupa
Seiring bertambahnya usia ,ada suatu plak yang bernama plak senilis di
jaringan otak.Plak senilis ini adalah salah satu gambaran patologis utama yang
penting untuk diagnosis penyakit alzeimer.Plak senilis akan menyebabkan
kematian pada sel-sel neuron di otak.Akibatnya ,terjadilah abnormalitas pada
fungsi kognitif dan perilaku yang merupakan salah satu gejala klinis dari
alzeimer.Terlebih lagi terjadi defisit neurotransmitter yang membuat proses
Meliputi :
Kontrol posisi tubuh untuk stabilitas sehingga keseimbangan tubuh dapat
dipertahankan 2 komponen keseimbangan yaitu keseimbangan statis dan
keseimbangan dinamis.
Jatuh terjadi ketika sistem kontrol postural tubuh gagal mendeteksi
pergeseran dan mereposisi pusat gravitasi untuk menghindari hilangnya
keseimbangan, disebabkan oleh :
1) Gangguan lingkungan
2) Hilangnya fungsi sensorik (gangg. Kemampuan SSP untuk mengorganisasi
respon postural).
FAKTOR RISIKO
Untuk dapat memahami faktor risiko jatuh, maka harus dimengerti bahwa
stabilitas badan ditentukan atau dibentuk oleh:
1) Sistem sensori
Yang berperan di dalamnya adalah: visus (penglihatan), pendengaran, fungsi
vestibuler, dan proprioseptif. Semua gangguan atau perubahan pada mata akan
menimbulkan
gangguan
penglihatan.
Semua
penyakit
telinga
akan
diderita oleh lansia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon
tidak baik terhadap input sensorik.
3) Kognitif
Pada beberapa penelitian, dementia diasosiasikan dengan meningkatkan
risiko jatuh.
4) Muskuloskeletal
Faktor ini disebutkan oleh beberapa peneliti merupakan faktor yang benarbenar murni milik lansia yang berperan besar terhadap terjadinya jatuh.
Gangguan muskuloskeletal. Menyebabkan gangguan gaya berjalan (gait) dan ini
berhubungan dengan proses menua yang fisiologis. Gangguan gait yang terjadi
akibat proses menua tersebut antara lain disebabkan oleh:
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
seperti
memudahkan jatuh.
terpleset,
tersandung,
kejadian
tiba-tiba,
sehingga
Berkunang-kunang
Pada kasus ini, kakek Yoso memiliki tekanan darah tinggi yaitu 190/100
mmHg. Salah satu dampak dari tekanan darah tinggi adalah penyempitan dan
kekakuan pada arteri sehingga lama-kelamaan kemungkinan besar akan terjadi
aterosklerosis. Apabila terjadi aterosklerosis dan kemudian pasokan darah ke
otak berkurang, maka akan terjadi sinkop yang salah satu tandanya adalah mata
menjadi berkunang-kunang.
Dalam skenario di atas juga disebutkan bahwa kakek mengonsumsi HCT.
Salah satu efek samping dari HCT adalah peningkatan sensitifitas terhadap
cahaya, sehingga kemungkinan saat jalan-jalan kakek Yoso tidak tahan dengan
teriknya matahari.
farmakodinamik, dan hal khusus lain yang merubah perilaku obat dalam tubuh.
Farmakokinetik
Tabel 1. Perubahan farmakokinetik obat akibat proses menua
Parameter
Absorbsi
Distribusi
Peningkatan pH lambung.
Penurunan: curah jantung, cairan badan total, massa otot badan, serum
albumin.
Peningkatan lemak badan.
Peningkatan alfa-1 asam glikoprotein.
Metabolisme
Ekskresi
penginduksian enzim.
Penurunan: aliran darah ginjal, filtrasi glomerulus, sekresi tubuler.
Sensitifitas jaringan
farmakokinetik.
Efek samping obat
Kejadian pada lansia meningkat 2-3 kali lipat. Problem ini paling banyak
menimpa sistem gastrointestinal dan sistem haemopoetik. Penelitian atau
pengukuran fungsi hepar, ginjal, kadar obat dalam plasma darah terlebih-lebih
dalam terapi polifarmasi sangat membantu dalam mengendalikan atau
menurunkan angka kejadian ESO.
dan
rokok
dapat
menginduksi
enzim
hepar
sehingga
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Kondisi kakek yang tiba-tiba jatuh kemungkinan karena fungsi sistem
keseimbangan yang menurun atau karena efek samping obat HCT yang
dikonsumsi kakek.
2. Dari hasil pemeriksaan didapatkan kakek mengalami hipertensi, diabetes
melitus, dan anemia. Kakek juga kemungkinan mengalami osteoartritis.
3. Penanganan pada kakek disarankan sesuai dengan aturan pemberian obat
untuk geriatri yaitu start low go slow. Selain itu perlu juga diimbangi dengan
terapi non farmakologis seperti diet dan olahraga ringan.
A. Saran
1. Sebaiknya obat yang diberikan untuk kakek tidak terlalu banyak dan
dikonsumsi sekali sehari karena mempertimbangkan daya ingat yang menurun
pada orang lanjut usia.
2. Sebaiknya dilakukan juga edukasi bagi keluarga kakek mengenai bagaimana
harus mendampingi dan membantu kakek.
3. Untuk pelaksanaan tutorial sebaiknya lebih aktif lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, Boedhi & Martono, Hadi. 2006. Buku Ajar Geriatri Edisi 4. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Subhan Kadir. 2007. Proses Menua. http:// subhankadir. wordpress. com/
2007/08/20/9/. Diakses tanggal 21 Maret 2015
Guidelines Subcommittee. World Health
Organization-International
Society
David
C.
2013.
Foot,
leg,
and
ankle
swelling.
David
C.
2012.
Aging
changes
in
the
senses.