PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang
peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat
ditunjukkan dan banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup dan bekerja
pada sektor pertanian (Mubyarto, 1994).
Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi
pertumbuhan sektor ekonomi yang tinggi dan sekaligus terjadi perubahan
masyarakat dan taraf hidup yang kurang baik menjadi lebih baik. Hal ini terlihat
dari peranan sektor pertanian terhadap penyediaan pangan, penyumbang devisa
negara melalui ekspor dan lain sebagainya (Soekartawi, 1994).
Menurut Rahardi, dkk (1997), kegiatan agribisnis dimulai dari
perencanaan usaha, penyediaan sarana dan prasarana, budidaya tanaman,
penanganan hasil produksi sampai distribusi produk. Oleh karena itu diperlukan
suatu manajemen (pengelolaan) yang dapat mengelola faktor alam, modal, tenaga
kerja dan teknologi dengan faktor sarana prasarana agar dapat saling menunjang.
Salah satu tujuan utama pembangunan pertanian tanaman pangan adalah
swasembada pangan. Kebijaksanaan swasembada pangan diperluas, tidak hanya
bertumpu pada komoditas beras saja tetapi juga pada komoditas lain yang
mengandung karbohidrat, protein, mineral dan vitamin seperti buah-buahan,
sayur-sayuran dan bunga-bungaan, seperti halnya komoditas tomat (Soekartawi,
1994).
Buah tomat sebagai salah satu komoditas sayuran mempunyai prospek
pemasaran yang cerah. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya buah tomat yang
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat diantaranya adalah sebagai sumber vitamin.
Buah tomat sangat baik untuk mencegah dan mengobati berbagai macam
penyakit, seperti sariawan karena mengandung vitamin C. Selain sebagai buah
segar yang langsung dapat konsumsi, buah tomat juga dapat digunakan sebagai
bahan penyedap berbagai macam masakan seperti sop, gado-gado, sambal, dan
juga dapat dijadikan bahan industri untuk dikonsumsi dalam bentuk olahan,
misalnya untuk minuman sari buah tomat, es juice tomat, dan konsentrat.
Berbagai macam kegunaan tersebut dapat memberikan keuntungan, baik bagi
konsumen, produsen, maupun masyarakat pada umumnya.
Potensi pasar buah tomat juga dapat dilihat dari segi harga yang
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga membuka peluang yang
lebih besar terhadap serapan pasar (Cahyono,1998).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Sulawesi Tenggara (2009),
produksi tomat pada tahun 2011 sebanyak 3.009 ton dengan luas panen seluas 40
ha, sementara untuk Desa Lapandewa pada tahun 2011 produksi tanaman tomat
sebanyak 93,58 ton dengan luas panen sekitar 10,56 ha.
Menurut Soeharjo dan Patong (1994), pada beberapa daerah di Indonesia,
petani belum mampu mengambil keputusan ekonomis yang menguntungkan. yang
dimaksud adalah kemampuan petani dalam menentukan, mengorganisasikan dan
mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif mungkin agar
produksi pertaniannya memberikan fungsi yang lebih baik dan lebih
menguntungkan.
Desa Lapandewa sebagian besar penduduknya bermata pencaharian
sebagai petani, selain ubi, jenis tanaman yang diusahakan oleh petani adalah
komoditas tomat, yang hasilnya dijual sebagai sumber pendapatan keluarga.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah berapa besar biaya produksi dan pendapatan dalam
usahatani tomat di Desa Lapandewa Kabupaten Buton.
C. Tujuan
Adapun tujuan dan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya biaya
produksi dan pendapatan usahatani tomat Desa Lapandewa Kabupaten Buton.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Produksi dan Biaya Produksi
Pada umumnya, produksi yaitu proses kombinasi dan koordinasi materialmaterial dan kekuatan-kekuatan (input, sumber daya, atau jasa-jasa produksi)
dalam pengolahan suatu barang atau jasa (Beattie-Taylor, 1994). Faktor produksi
adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut
mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Diberbagai literatur, faktor
produksi ini dikenal pula dengan istilah input, production factor, dan korbanan
produksi (Soekartawi, 2001)
Sukirno (2002), mendefinisikan biaya produksi sebagai pengeluaran yang
dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi atau biayabiaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, baik secara tunai
maupun
tidak
tunai.
Menurut
Soekartawi
(1993),
faktor-faktor
yang
tingkat
pendapatan,
resiko
ketidakpastian,
kelembagaan,
tercapai
tingkat
penerimaan
yang
optimal,
produsen
haruslah
kegiatan produksi tidak hanya memperhitungkan jumlah produksi fisik saja, tetapi
juga memperhitungkan faktor -faktor produksi yang digunakan sehingga tercapai
produksi yang optimal. Tingkat produksi optimal diperoleh pada saat keuntungan
maksimal, yang terdapat pada tingkat produksi yang memberikan selisih besar
antara penerimaan dengan biaya produksi.
Menurut Hernanto (1996), tujuan berusahatani adalah mendapatkan
keuntungan yang sebesar-besarnya dan pemilihan penggunaan faktor produksi.
Ditambahkan Soekartawi (2003), keuntungan dapat ditingkatkan dengan cara
meminimumkan biaya dengan mempertahankan tingkat penerimaan yang di
peroleh dan meningkatkan total penerimaan dengan mempertahankan total biaya
tetap.
B. Harga
Harga merupakan nilai yang dinyatakan dalam satuan mata uang atau alat
tukar yang lain dengan satu barang tertentu. Harga merupakan elemen pokok
dalam pemesanan karena langsung berhubungan dengan permintaan hasil total
dimana dalam penetapan harga ini dapat berbeda-beda dari tempat satu ke tempat
yang lain (Winardi, 1990). Sedangkan menurut Saladin (1991), harga adalah
sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh produk dan jasa. Mubyarto
(1994), mengemukakan bahwa suatu barang mempunyai harga karena barang
tersebut berguna dan jumlahnya terbatas. Harga ditetapkan oleh interaksi kekuatan
permintaan dan penawaran didalam suatu pasar yang karakteristiknya persaingan
sempurna yaitu banyaknya konsumen dan produsen yang bersaing satu sama
lainnya didalam situasi di mana tidak satupun diantara mereka secara individual
cukup penting bisa mempengaruhi salah satu harga yang dibayar atau kuantitas
yang diminta dan ditawarkan (Todaro, 1997).
C. Penerimaan dan Pendapatan
Penerimaan usahatani adalah hasil penjualan dan sejumlah produksi
tertentu yang diterima atas penyerahan sejumlah barang pada pihak lain
(Boediono, 1992). Di lain pihak, Soedarsono (1992) menyatakan bahwa jumlah
TR
= Price (Harga)
usahatani
adalah
pendapatan
yang
diperoleh
dengan
: I
= Income (Pendapatan)
tanaman
Tomat
adalah:
Kingdom:
Plantea,
Divisio:
b. Keadaan tanah
Tanaman tomat dapat tumbuh di segala jenis tanah. Tanah yang ideal adalah
tanah lempung berpasir yang subur, gembur, banyak mengandung bahan
organik serta unsur hara, pH 6,0 - 7,0 dan draenase baik.
2. Budidaya tanaman tomat
Menurut Cahyono (1998), budidaya tanaman tomat yaitu:
a. Persiapan bahan tanaman
Pengadaan benih tomat dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan cara
membeli bibit yang sudah siap tanam atau dengan membuat benih sendiri.
Apabila pengadaan bibit dengan cara membeli, hendaknya membeli pada toko
pertanian yang terpercaya menyediakan benih-benih yang bermutu baik dan
telah bersertifikat
b. Pengolahan tanah
Tomat dapat hidup subur bila tanahnya gembur. Oleh karena itu, tanah harus
dicangkul, ditraktor atau dibajak lebih dahulu sebelum tomat di tanam. Setelah
itu dibuat bedengan dengan ukuran 100 - 200 cm untuk media tanaman tomat
c. Pemasangan mulsa plastik hitam perak
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan mulsa adalah,
sebelum pemasangan, bedeng-bedeng yang telah terbentuk sebaiknya diairi
terlebih dahulu sehingga kondisinya lembab. Pemasangan mulsa sebaiknya
dilakukan sekitar pukul 09.00-14.00 agar mulsa plastik dapat terpancang kuat,
karena pada saat itu plastik mengalami pemuaian akibat teriknya matahari
langsung.
d. Penanaman
Bibit tomat yang telah berumur kurang lebih 2-3 minggu dan berdaun 3 - 4
helai dapat ditanam pada lahan yang telah disiapkan. Jarak tanam sebaiknya
60 x 40 cm, 60 x 60 cm atau 50 x 50 cm. Dalam satu hektar dapat ditanami
sekitar 21 ribu rumpun.
e. Pemeliharaan
1) Penyiraman
Penyiraman untuk tanaman tomat sebaiknya diberikan sesuai dengan
kebutuhan hidup sehingga tanaman dapat hidup dan berproduksi secara
optimal.
2) Penyiangan
Penyiangan adalah kegiatan membersihkan atau memberantas rumput-rumput
dan jenis tanaman lain yang mengganggu tanaman yang di budidayakan
Gulma yang tumbuh di areal tanaman tomat harus disiangi agar tidak menjadi
pesaing tanaman.
3) Pemberian air
Pada umur 21 hari sejak penanaman di kebun, atau kira-kira sudah setinggi 25
cm, tanaman tomat harus diberi air untuk menopang tegaknya tanaman dan
menopang buah. Sebab, tanaman tomat memiliki batang yang kurang kuat
sehingga apabila tidak diberi air akan roboh.
4) Penyulaman
Penyulaman adalah mengganti tanaman yang mati atau masak. Penyalaman
hendaknya dilakukan seminggu setelah tanaman.
5) Pemupukan
Jenis pupuk yang dapat digunakan untuk tanaman tomat adalah pupuk organik
(pupuk kandang, kompos dan pupuk hijau) atau pupuk buatan (pupuk nitrogen
(N), Pospor (P), dan Kalium (K). Pemupukan yang berwawasan lingkungan
adalah pemupukan yang dilakukan dengan memperhatikan waktu, dosis, dan
cara penempatannya. Dengan memperhatikan tiga hal tersebut, maka dapat
menghindari pemupukan yang berlebihan.
6) Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit yang perlu diterapkan adalah pengendalian
secara terpadu yaitu pengendalian yang memadukan cara biologis, mekanis,
dan iklim.
10
BAB III
PEMBAHASAN
A. Budidaya Tomat
Tanaman tomat di Desa Lapandewa ditanam secara intensif artinya bahwa
tomat diusahakan secara sungguh-sungguh hal ini juga dipengaruhi oleh faktor resiko
yang cukup besar dan iklim yang sudah tidak bisa dibaca secara pasti. Adapun caracara budidaya tanaman tomat yang dilakukan petani di Desa Lapandewa adalah
sebagai berikut:
1. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan dilakukan dengan cara dicangkul atau dibajak secara
merata kemudian lahan dibiarkan selama satu minggu untuk mematangkan tanah, satu
minggu setelah pengolahan lahan, dibuatlah bedengan-bedengan untuk media tanam
dengan ukuran lebar bedeng antara 120-130 cm sedangkan panjang bedengan
disesuaikan dengan kondisi lahan. Untuk penggunaan ukuran lebar bedengan
tersebut digunakan oleh seluruh petani yang ada di lokasi penelitian.
2. Penyemaian
Untuk memudahkan perawatan, biji yang sudah mendapat perlakuan
fungisida, disemaikan dalam wadah yang terbuat dari kotak kayu, polibag, pot bunga
dan sebagainya. Biji disebar merata diatas pesemaian berupa tanah yang bersih yang
sudah diayak dan dicampur dengan pasir bersih serta pupuk kandang (perbandingan
1:1:1). Kemudian ditutup dengan tanah yang dilewatkan melalui sebuah ayakan,
tidak tebal tetapi asal dapat menutup media. Media untuk pesemaian ini dipilih yang
mempunyai aerasi baik, subur dan gembur, maka akar akan tumbuh lurus dan
memudahkasn pemindahan bibit ke polibag pembesaran.
3. Pemupukan Dasar
Pemupukan dasar dilakukan setelah bedengan telah siap. Pupuk dasar yang
digunakan antara lain, kapur, pupuk kandang, ponska, dan KCL. Pupuk
diberikan secara bersamaan sebelum dilakukan pemasangan rnulsa, untuk
11
luas lahan 0,4 ha kapur, pupuk kandang, ponska, dan KCL. Pemupukan dilakukan
dengan cara ditabur secara merata di atas bedengan yang kemudian dicangkul
kembali dengan halus agar pupuk yang ditabur dapat tercampur dengan sempurna.
Semua responden di lokasi penelitian menggunakan pupuk kandang, KCl, kapur dan
Mutiara, sedangkan pada pupuk Ponska hanya digunakan 11 responden dan pada
pupuk Tensil Organik hanya digunakan 8 responden.
Cara pemupukan di lokasi penelitian dilakukan secara terus menerus dan
takaran pupuk disesuaikan dengan usia tanamannya. Sebelum menabur pupuk
terlebih dahulu dibuat tanaman itu dengan batang tanaman sebagai pusat lingkaran.
Garis tengah lingkaran selalu berubah-ubah mengikuti pertumbuhan tajuk tanaman.
Dengan demikian, makin bertambahnya usia tanaman maka makin lebar tajuknya,
maka makin besar pula lingkaran yang mengelilingi tanaman itu untuk menabur
pupuk. Sesudah pupuk ditabur merata di dalam rorakan selanjutnya ditutup kembali
dengan tanah.
Mengenai dosis/takaran pemupukan belum ada ketentuannya. Kebanykan
petani scukup melakukan pemupukan secara umum saja, yaitu sekedar memberi
pupuk organik (pupuk kandang) atau pupuk hijau (yang kebetulan tumbuh di sekitar
kebun). Sampai kini, berapa banyak takaran pupuk dan apa yang dibutuhkan belum
ada kepastiannya.
4. Pemasangan Mulsa
Sejalan dengan semakin berkembangnya teknologi budidaya tanaman, telah
diperkenalkan dengan teknik kultur sistem mulsa plastik, terutama MPHP.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian di lapangan, sistem pemulsaan ini berpengaruh
baik terhadap peningkatan kuantitas dan kualitas hasil tomat. Penggunaan mulsa
plastik hitam perak sebagai mulsa lebih praktis dibanding dengan penggunaan sisasisa tanaman yang telah mati atau jerami. Penggunaan mulsa plastik dibanding lebih
praktis, karena mudah didapat, mudah penggunaannya sehingga lebih menghemat
biaya pada musim tanam berikutnya. Pemasangan mulsa dilakukan pada saat
bedengan benar-benar sempurna, mulsa yang digunakan adalah jenis mulsa plastik
12
hitam perak, pemasangan mulsa bertujuan untuk menjaga tingkat kelembaban media
tanam, menekan pertumbuhan gulma, mengurangi tingkat serangan hama dari
penyakit tanaman. Semua responden yang ada di lokasi penelitian melakukan
pemasangan mulsa.
5. Pembuatan lubang tanam
Setelah persiapan lahan pertanaman rampung/selesai pekerjaan selanjutnya
pada areal pertanaman adalah mempersiapkan lubang tanam. Pembuatan lubang
tanam dilakukan satu minggu sebelum penanaman bibit.
Lubang tanam dibuat sesuai dengan jarak tanam yang telah ditentukan yaitu
60 cm X 80 cm dan alat yang digunakan untuk membuat lubang tanam ada berbagai
jenis. Misalnya kaleng silinder, ataupun alat yng dibuat secara khusus untuk membut
lubang tanam. Jarak tanam harus diatur dengan baik dan jangan terlalu rapat, karena
dapat mengurangi penerimaan sinar matahari. Tanaman tomat yang kurang menerima
sinar matahari akan mengakibatkan proses fotosintesis tidak dapat berlangsung
dengan baik. Jarak yang terlalu rapat dapat mengakibatkan tingkat kelembaban
menjadi tinggi dan persaingan dalam penyerapan air dan unsur hara pun terjadi.
Ukuran ini juga digunakan oleh seluruh responden di lokasi penelitian.
6. Penanaman
Bibit seharusnya sudah diseleksi pada temat pembibitan sebelumnya
diangkut ke lahan pertanaman. Bibit tomat adapat dipindahkan ke lahan pertanaman
apabila telah berumur antara 30 45 hari di pesemaian. Bibit yang terpilih sebaiknya
yang berpenampilan sehat, tumbuh subur dan tegak serta daunnya tidak ada yang
rusak.
Bibit dirawat agar terhindar dari serangan hama dan penyakit. Kesehatan
bibit yang sudah terjamin baik dapat diperhastikan dari petumbuhannya yang normal
dan tanaman tampak subur.
Bibit tanaman tomat di tempat pembibitan itu biasanya dinaungi atau tidak
mendapat sinar matahari secara langsung. Jadi sebelum ditanam di areal pertanaman,
13
bibit itu harus cukup terbiasa mendapat sinar matahari langsung karena pada areal
pertanaman tidak ada lagi yang dapat menaunginya.
Saat yang terbaik untuk menanam sayuran tomat adalah tiga hari sesudah
lubang tanam dipersiapkan dan diusahakan pada pagi atau sore hari. Pada saat pagid
an sore hari, keadaan cuaca belum panas sehingga tanaman dapat terhindar dari
kelayuan. Kelayuan dapat terjadi karena tidak adanya keseimbangan antara jumlah
air yang diserap oleh akar tanaman adengan proses transpirasi (penguapan) yang
terjadi pada tanaman itu sendiri. Penanaman tomat pada umumnya ditanam dengan
jarak 60 cm X 80 cm dengan jumlah rumpun satu rumpun setiap lubang tanam.
Penanaman dengan jarak ini digunakan oleh seluruh responden yang ada di lokasi
penelitian.
7. Penyulaman
Penyulaman adalah kegiatan untuk mengganti tanaman yang mati, rusak atau
yang pertumbuhannya tidak normal. Penyulaman tanaman biasanya dilakukan antara
4-7 hari setelah tanam. Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman yang mati atau
tumbuh secara abnormal dan bibit yang digunakan untuk menyulam haruslah berasal
dari bibit yang sama dengan harapan tanaman yang ada tumbuh secara seragam.
Untuk perlakuan penyulaman ada yang 4-7 hari setelah tanam ada juga yang 3 hari
karena pada saat itu sudah dapat terlihat adanya tanaman yang pertumbuhannya tidak
normal. Pertumbuhan yang tidak normal itu dapat terjadi disebabkan oleh kesalahan
pada saat penanaman.
Bibit yang digunakan untuk penyulaman adalah bibit yang sengaja disisakan
atau dibiarkan tumbuh pada lahan pembibitan sebagai bibit cadangan. Bibibt yang
digunakan untuk penyulaman adalah bibit yang sama umurnya dengan tanaman yang
tidak disulam, sehingga pertumbuhan semua tanaman seragam.
8. Pemasangan ajir/turus
Pemasangan turus berguna untuk menegakkan tanaman tumbuh. Tanaman
tomat yang tingginya kira-kira 25 cm atau sekitar 21 hari sejak ditanam harus diberi
ajir/turus atau penunjang. Tanaman tomat yang memiliki batang yang kurang kuat
14
15
Hama adalah hewan yang merusak tanaman atau hasil tanaman karena
aktivitas hidupnya, terutana aktivitas untuk memperoleh makanan. Hama tanaman
memiliki kemampuan merusak yang sangat hebat. Akibatnya tanamana dapat rusak
atau bahkan tidak dapat menghasilkan sama sekali.
Hama pada tanaman terdiri dari atas hewan mamalia, serangga dan burung.
Hama tanaman berupa hewan mamalia terdiri dari tikus, babi hutan dan kera. Hama
tanaman berupa burung terdiri dari burung gelatik dan burung pipit. Hama tanaman
berupa serangga misalnya wereng, kutu daun, walang sangit, belalang, berbagai ulat
dan berbagai kumbang. Diantara hama-hama tersebut yang paling menimbulkan
kerugian besar pada tanaman adalah kelompok serangga.
a) Hama Gurem
Hama Gurem (Thrips atau Myten) biasanya menyerang daun, bunga dan buah
pada tanaman sayuran tomat. Untuk mengatasi hama gurem ini dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu pembibitan/pesemaian disemprotkan dengan obat Dieldrin dan
pada areal yang tetap atau lahan pertanaman dapat disemprotkan dengan antara
copper fungisida dan Dieldrin.
b) Ulat Tanah
Ulat Tanah (Agrotis ipsilon) ini menyerang tanaman sayuran tomat pada
bagian batangnya. Warna ulatnya hitam mengkilat. Untuk pemberantasan hama ulat
tanah ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)
16
2)
Cara kuratif : memberi umpan, yang merupakan campuran antara Metadex dan
bekatul.
3) Cara preventif : membuat got keliling, dan got tersebut harus ada airnya.
e) Hama Kutu Pucuk
Jenis kutu ini ada yang berwarna hitam ada juga yang berwarna putih. Kedua
jenis ini menyerang menghisap sari-sari makanan lewat pucuk tanaman secara
bergerombol. Untuk memberantas hama kutu pucuk ini dapat dilakukan dengan caracara penyemprotan dengan Folidol dan Dieldrin, serta mengadakan rotasi tanaman
secara sempurna.
Penyakit tanaman adalah gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh
mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut adalah virus, bakteri, protozoa, jamur dan
cacang nematode. Mikroorganisme itu dapat menyerang organ tumbuhan seperti
pada akar, batang, daun atau buah.
a) Penyakit Jamur Phythophthora infestans
Penyakit busuk daun pada tanaman sayuran tomat yang disebabkan oleh
jamur Phythophthora infestans biasanya berjangkit pada musim hujan dan dapat
menyerang semua stadia pertumbuhan tanaman tomat sehingga perlindungannya
harus dimulai sejak pindah pada lahan pertanaman.
Kebiasaan petani penyemprot pestisida secara serampangan menyebabkan
timbulnya strain baru dari Phythophthora infestans yang ditunjukkan adanya
kekebalan jamaur Phythophthora infestans terhadap fungisida tertentu atau dosis
efektif.
Fungisida yang dapat dianjurkan sebagai elternatif untuk mengendalikan
jamur Phythophthora infestans pada tomat antara lain:
17
18
tanaman sudah sempat terserang penyakit virus ini, segeralah dicabut kemudian
dimusnahkan dengan cara membakarnya.
e) Penyakit Bakteri Xanthomonas solanacearum
Penyakit
bakteri
yang
menyerang
tanaman
sayuran
tomat
adalah
19
3) Pengairan (penyiraman) harus merata, jangan membiarkan tanah terlalu basah atau
kekeringan.
4)
Bila ditemukan ada gejala awal kurang Ca, segera semprot dengan CaCl 2 pada
seluruh permukaan daun 5 7 hari sekali secara berulang-ulang sampai sembuh.
Penyiangan
selanjutnya dapat dilakukan pada saat umur tanaman sudah sekitar 5 minggu.
20
12. Panen
Penentuan panen sangat mempengaruhi mutu dan harga tomat saat di
pasarkan. Pemanenan secara periodik dilakukan 2 atau 3 kali sepekan bergantung
pada keadaan buah yang matang.
Adapun ciri buah tomat dalam proses perubahan warna buah tomat:
Panen Tomat Warna Hijau : Panen dilakukan pada saat seluruh permukaan
buah berwarna hijau, mungkin hijau cerah atau hijau pekat. Di sekitar biji terdapat
lendir dan jika buah dipotong bijinya menyamping atau dengan kata lain tidak
terpotong.
Panen Tomat Warna Gading : Panen dilakukan pada saat tomat berwarna
gading mulai muncul di ujung buah. Perubahan warna tidak lebih dari 10%.
Permukaan buah berubah kekuningan, jingga atau merah dan selebihnya hijau.
Panen Tomat Warna Kuning : Panen dilakukan pada saat warna tomat mulai
berubah dari warna hijau menjadi kuning, oranye atau merah.
Panen Tomat Merah Muda : Panen dilakukaan pada saat buah berwarna merah
muda atau setengah masak. Warna hijau pada tomat hampir sama dengan kuning,
oranye atau merah.
Panen Tomat Merah : Panen dilakukan pada saat buah berwarna merah atau
buah masak, permukaan buah lebih banyak berwarna kuning, oranye, jingga atau
merah. Warna hijau berangsur berkurang hanya sekilas.
Bersamaan dengan proses pematangan tersebut, kandungan klorofil, vitamin
C dan kekerasan menurun. Sebaliknya kandungan lycopene dan etilen jstru
meningkat. Perubahan kimia selama proses kematangan buah meliputi warna dari
hijau jke merah, karbiohidrat dari pati menjadi gula dan asam organik yang kian
menurun. Disamping itu, protein dan pembebasan asam amino meningkat diikuti
kerusakan jaringan sel serta perubahan aroma.
Pemanenan tomat dilakukan mulai tanaman berumur 70 HST panen pertama
sampai panen ke 9 dengan selang panen 3-4 hari setelah panen. Tanaman tomat pada
21
umumnya mempunyai masa panen antara 8-9 kali setelah itu terjadi penurunan hasil
secara drastis.
12. Pemasaran hasil
Penanganan hasil panen adalah suatu rangkaian kegiatan yang dimulai dari
pengumpulan hasil panen sampai pada tahap siap untuk dipasarkan. Penanganan
hasil panen harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati karena sangat menentukan
mutu akhir buah. Pemasaran hasil tanaman tomat di Desa Lapandewa pada
umumnya petani menjual langsung ke tengkulak yang kemudian tengkulak
membawa dan menjualnya di pasar-pasar terdekat yang ada.
B. Faktor Produksi dan Produksi Tomat
1. Penggunaan Faktor Produksi
Faktor produksi adalah sesuatu yang ditambahkan dalam proses produksi
atau segala sesuatu yang dipergunakan untuk produksi (Rosyidi, 2001). Adapun
faktor-faktor produksi yang diperhitungkan dalam penelitian ini yaitu: sarana
produksi (benih, pupuk, pestisida) dan tenaga kerja.
Biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan
dalam kegiatan usahatani tomat yang terdiri dari biaya variabel yaitu biaya sarana
produksi untuk benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja, sedangkan biaya tetap
adalah biaya penyusutan.
2. Biaya sarana produksi (Biaya Variabel)
Biaya sarana produksi terdiri dari biaya benih, pupuk, dan pestisida.
a. Benih
Benih yang digunakan oleh petani responden di Desa Lapandewa adalah jenis
Benih Lentana. Jumlah benih yang digunakan oleh 15 responden adalah sebanyak
363,00 grammt-1dengan rata-rata jumlah benih per responden adalah sebanyak 24,20
grammt-1 dengan rata-rata harga gram-1 yaitu Rp 20.000,00 . Jadi jumlah biaya benih
yang digunakan 15 responden adalah Rp 7.260.000 mt -1dengan rata-rata - rata per
22
Rp
2.480
kg mt-1 dengan rata-rata per responden 165,33 kg mt-1 responden-1 dengan harga ratarata Rp 1.750 kg -1mt-1 dan jumlah biaya pupuk urea adalah
Rp
6.260 kg mt -1
Rp 12.400.000
23
90.000 L-1mt-1 dan jumlah biaya pupuk Tensil Organik adalah Rp.5.760.000 mt -1
dengan rata-rata per responden Rp 384.000 mt -1.
Total biaya pupuk adalah Rp 15.580.000 mt -1 dengan rata-rata per responden
adalah Rp 1.038.666,67 mt -1 dan total biaya pupuk per hektar adalah
Rp.70.926.549,15 dan rata-rata per responden adalah Rp 4.72.436,61. (Lampiran 4
dan 5).
c. Pestisida
Pestisida yang digunakan petani tomat adalah Agrinek, Gramoxon, Antracol,
Biotonik dan Furadan. Dalam penelitian ini, tidak semua jenis pestisida digunakan
oleh petani responden dalam kegiatan usahataninya.
Jumlah Agrinek yang digunakan oleh 15 responden adalah 5,96 Lmt -1
dengan rata-rata per responden 0,40 Lmt -1responden-1 dengan harga rata-rata
Rp.140.000 L-1mt-1 dan jumlah biaya pestisida Agrinek adalah Rp 834.400 mt -1
dengan rata-rata per responden Rp 55.626,67 mt -1.
Jumlah Gramoxol yang digunakan oleh 15 responden adalah 13,50 Lmt -1
dengan rata-rata per responden 0,90 Lmt -1responden-1 dengan harga rata-rata
Rp.50.000 L-1mt-1 dan jumlah biaya pestisida Gramoxon adalah Rp 675.000 mt -1
dengan rata-rata per responden Rp 75.000 mt -1.
Jumlah Antracol yang digunakan oleh 15 responden adalah 13 Lmt -1 dengan
rata-rata per responden 0,87 Lmt -1responden-1 dengan harga rata-rata Rp.90.000 L 1
mt-1 dan jumlah biaya pestisida Antracol adalah Rp 1.170.000 mt -1 dengan rata-rata
24
1.200 kg-1mt-1 dan jumlah biaya pestisida Furadan adalah Rp 330.000 mt -1 dengan
rata-rata per responden Rp 82.500 mt -1.
Total biaya pestisida adalah Rp 3.669.400,00 mt -1 dengan rata-rata per
responden adalah Rp 244.626,67,00 mt -1 dan total biaya pestisida per hektar adalah
Rp 16.411.581,20 dan rata-rata per responden adalah Rp 1.094.105,41 (Lampiran 6
dan 7).
d. Tenaga Kerja
Tenaga Kerja yang digunakan petani tomat adalah untuk pengolahan lahan,
persemaian, penanaman, pemupukan, penyiangan, pemasangan ajir, pengendalian
HPT dan panen. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja pria dan wanita
dalam usia produktif (15 - 64 tahun).
Jumlah tenaga kerja pada proses pengolahan lahan yang digunakan oleh 15
reponden adalah 205 HOK dengan rata-rata per responden 13,67 HOKmt -1 dengan
upah rata-rata Rp 50.000 HOK-1mt-1.
Jumlah tenaga kerja pada proses persemaian yang digunakan oleh 15
reponden adalah 15,50 HOK dengan rata-rata per responden 1,03 HOKmt -1dengan
upah rata-rata Rp 50.000 HOK -1.
Jumlah tenaga kerja pada proses penanaman yang digunakan oleh 15
reponden adalah 35 HOK dengan rata-rata per responden 2,33 HOKmt -1 dengan
upah rata-rata Rp 50.000 HOK -1mt-1.
Jumlah tenaga kerja pada proses pemupukan yang digunakan oleh 15
reponden adalah 93 HOK dengan rata-rata per responden 6,20 HOKmt -1 dengan
upah rata-rata Rp 50.000 HOK -1mt-1.
Jumlah tenaga kerja pada proses pemasangan ajir yang digunakan oleh 15
reponden adalah 59 HOK dengan rata-rata per responden 3,93 HOKmt -1 dengan
upah rata-rata Rp 50.000 HOK -1mt-1.
Jumlah tenaga kerja.pada proses pengendalian HPT yang digunakan oleh 15
reponden adalah 94 HOK dengan rata-rata per responden 6,27 HOKmt -1 dengan
upah rata-rata Rp 50.000 HOK -1mt-1.
25
Jumlah tenaga kerja pada proses panen yang digunakan oleh 15 reponden
adalah 117 HOK dengan rata-rata per responden 7,80 HOKmt -1dengan upah ratarata Rp 50.000 HOK -1mt-1.
Total biaya tenaga kerja adalah Rp 39.625.000 mt -1 dengan rata-rata per
responden adalah Rp 2.641.666,67 mt -1 dan total biaya tenaga kerja per hektar
adalah Rp 222.740.811,97 dan rata-rata per responden adalah Rp 14.849.387,46
( Lampiran 8 dan 9).
e. Penyusutan Alat
Alat-alat pertanian yang digunakan petani tomat adalah cangkul, arit,
handsprayer, parang, gembor dan mulsa.
Jumlah cangkul yang digunakan oleh 15 responden adalah 36 buah dengan
rata-rata penggunaan per responden 2,40 buah dengan rata-rata umur teknis 3,93
tahun dan rata-rata harga cangkul Rp 65.000 . Jumlah biaya penyusutan alat cangkul
adalah Rp 659.500 mt -1 dengan rata-rata per responden adalah Rp 43.966,67.
Jumlah arit yang digunakan oleh 15 reponden adalah 35 buah dengan rata-rata penggunaan per responden 2,33 buah dengan rata-rata umur teknis 2,40 tahun
dan rata-rata harga arit Rp 45.000. Jumlah biaya penyusutan alat arit adalah Rp
725.833,33 mt -1 dengan rata-rata per responden adalah Rp 48.388,89.
Jumlah handsprayer yang digunakan oleh 15 reponden adalah 25 buah
dengan rata-rata penggunaan per responden 1,67 buah dengan rata-rata umur teknis
5,27 tahun dan rata-rata harga handsprayer Rp 213.800. Jumlah biaya penyusutan
alat handsprayer adalah Rp 1.058.500 mt -1 dengan rata-rata per responden adalah Rp
70.566,67.
Jumlah parang yang digunakan oleh 15 reponden adalah 22 buah dengan
rata-rata penggunaan per responden 1,47 buah dengan rata-rata umur teknis 2,67
tahun dan rata-rata harga parang Rp 34.667,67. Jumlah biaya penyusutan alat
parang adalah Rp 351.166,67 mt -1 dengan rata-rata per responden adalah Rp
23.411,11..
26
27
usahatani
yang
dilakukan
di
menguntungkan.
28
Desa
Lapandewa
tersebut
adalah
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Diketahui bahwa jumlah biaya produksi usahatani tomat per musim tanam di
Desa Lapandewa adalah Rp 93.264.651,25 dengan rata-rata per petani Rp
6.217.643,42 dan jumlah biaya produksi per musim tanam per hektar adalah
Rp 468.739.575,51 dengan rata-rata per petani Rp 31.249.350,03. Biaya
produksi terdiri dari rata-rata biaya benih per petani Rp 484.000,00, rata-rata
biaya pupuk per petani Rp 1.038.666,67, rata-rata biaya pestisida per petani
Rp 244.754,67, rata-rata biaya tenaga kerja Rp 2.641.666,67, rata-rata biaya
penyusutan alat per petani Rp 831.350,00 dan rata-rata biaya lain-lain per
petani Rp 977.333,33.
2. Diketahui bahwa rata-rata produksi per petani petani tomat di Desa
Lapandewa adaIah 2.456,67 kgmt -1, dengan harga jual rata-rata Rp 6.000kg1
, penerimaan rata-rata per petani per musim tanam adalah Rp. 14.740.000
29
30
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, B. 1998. Tomat Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius, Yogyakarta.
Kadariah. 1983. Teori Ekonomi Mikro. Fakultas Ekonomi, UI.
Rahardi, F. Y. H. Indriani dan Haryono. 1997. Agribisnis Tanam Buah. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Muhyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Edisi 3. LP3ES, Jakarta.
Rukmana, R. 1994. Tomat dan Cherry. Kanisius, Jakarta.
Samuelson, P. A dan W. D Nordhaus. 2003. Ekonomi Mikro. Edisi 14. Erlangga,
Jakarta.
Soedarsono. 1992. Pengantar Ekonomi Mikro. Edisi Perisi. LP3ES, Jakarta.
31
TUGAS
MAKALAH
RENCANA USAHA TANI TOMAT
DI DESA LAPANDEWA
OLEH :
WA ODE NURSIAH
1209010286
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
BAU-BAU
2012
32