Anda di halaman 1dari 7

Kaum muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Khatib mewasiatkan kepada diri khatib pribadi dan jamaah sekalian agar senantiasa bertakwa
kepada Allah Subhanahu wa Taala, menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita, kekasih kita, penyejuk hati
kita, Muhammad bin Abdullah shallallahu alaihi wa sallam, juga kepada keluarganya, para
sahabat serta pengikutnya hingga hari kiamat.
Kaum muslimin yang semoga rahmat Allah meliputi saya dan Anda sekalian.
Sebagian orang telah memiliki harta yang banyak, telah diberi kemewahan oleh Allah
Subhanahu wa Taala, telah dimudahkan rezekinya, namun mereka tidak merasakan
kebahagiaan. Sebenarnya Allah Subhanahu wa Taala telah menunjukkan banyak cara dan kiat
untuk menggapai kebahagiaan. Dan telah terbukti bahwa kebahagiaan itu tidak hanya diukur
dengan harta, kebahagiaan bukan diukur dengan kemewahan, kebahagiaan bukan diukur dengan
ketenaran, ada perkara-perkara lain yang bisa menjadikan seseorang berbahagia.
Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah.
Pada kesempatan kali ini kita berbicara tentang orang-orang yang Allah berikan rezeki kepada
mereka, terutama yang memiliki kelebihan. Bagaimana caranya agar mereka bisa meraih
kebahagiaan? Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


)
(

Manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia, dan
pekerjaan yang paling dicintai Allah adalah menggembirakan seorang muslim, atau menjauhkan
kesusahan darinya, atau membayarkan hutangnya, atau menghilangkan laparnya. Sungguh aku
berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada
beriktikaf di masjid ini (masjid Nabawi) selama sebulan (HR. Thabrani di dalam al-Mujam
al-Kabir, no. 13646).

Allahu Akbar! Luar biasa, amalan yang tidak kita sangka besarnya, bahkan lebih besar daripada
berdiam diri di masjid selama satu bulan untuk beribadah (itikaf) di Masjid Nabawi. Beliau
katakan amalan menemani seorang muslim untuk ia tunaikan kebutuhannya, itu adalah amalan
yang besar dan amalan yang agung. Mengapa demikian? Karena menolong orang lain,
menghilangkan rasa laparnya, mengatasi kesulitannya adalah amalan yang sangat dicintai oleh
Allah Subhanahu wa Taala, dan amalan tersebut akan memberikan rasa kebahagian kepada para
pelakunya.
Ada seorang sahabat yang menemui Nabi shallallahu alaihi wa sallam, sahabat ini
mengeluhkan kekerasan dan kekakuan di dalam hatinya, ia tidak merasakan kebahagiaan. Maka
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Jika engkau ingin agar hatimu menjadi lunak, maka berilah makan orang miskin dan usaplah
kepala anak yatim. (HR. Ahmad no. 7576 dan 9018)
Kaum muslimin yang dirahamati Allah

Mungkin di antara kita ada yang bertanya, apa hubungannya kebahagiaan dengan memberi
makan orang yang miskin? Apa hubungannya kebahagiaan dengan mengusap kepala anak yatim?
Apa hubungan hal ini dengan kelembutan hati dan kebahagiaan?
Ingatlah wahai kaum muslimin, di dalam agama kita ada sebuah prinsip yang agung
Balasan itu sesuai dengan amalan. Jika seorang hamba berusaha menyenangkan hati
orang lain, memikirkan kesulitan yang dihadapi orang lain, makan Allah juga akan menyenagkan
hatinya. Oleh karenanya kita dapati sebagian orang, berletih-letih, berpayah-payah, pergi ke
tempat yang jauh untuk membantu kaum muslimin, membawakan bantuan, mengumpulkan dana
untuk diberikan kepada kaum muslimin, dia tidak pernah merasakan keletihan, padahal itu
pekerjaan yang sangat berat, mungkin ia tidak mendapatkan dunia (upah) sepeser pun, akan
tetapi mengapa ia bisa begitu betah melakukan itu semua? Karena ada kebahagiaan yang ia
dapatkan. Allah yang memasukkan kebahagiaan dalam dirinya.

Oleh karenanya manusia yang paling berbahagia di muka bumi ini adalah Nabi shallallahu
alaihi wa sallam. Mengapa? Karena beliau adalah orang yang paling memikirkan bagaimana
caranya membahagiakan orang lain. Allah Subahanahu wa Taala berfirman,

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasih lagi
penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS. At Taubah)
Rasulullah merasa berat hatinya penderitaan para sahabatnya, penderitaan kaum muslimin secara
umum, beliau menginginkan keimanan dan keselamatan bagi para sahabatnya dan umat beliau
seluruhnya.
Ummul mukminin, Kahdijah radhiallahu anha juga pernah memuji sifat suaminya ini, ketika
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam merasa takut bahwa dirinya terancam saat menerima
wahyu pertama,






Janganlah begitu, bergembiralah! Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu, selamalamanya. Demi Allah! Sesungguhnya, kamu telah menyambung tali persaudaraan, berbicara
jujur, memikul beban orang lain, suka membantu orang yang tidak punya, menjamu tamu, dan
sentiasa mendukung kebenaran. (HR. Al-Bukhari no. 4572 dan Muslim no. 231)
Inilah sifat dasar Nabi shallallahu alaihi wa sallam bahkan sebelum beliau menerima wahyu.
Khadijah menyebutkan beberapa sifat suaminya, yang kesemuanya menunjukkan bahwa beliau
selalu berusaha membuat orang lain berbahagia; menyambung silaturahmi, jujur, memikul beban
orang lain, membantu orang yang tidak punya, memuliakan tamu, dan mendukung kebenaran.
Dalam hadis yang lainnya dikisahkan, ada seorang budak wanita yang masih kecil menarik
tangan Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk menunaikan suatu keperluannya. Nabi
shallallahu alaihi wa sallam membiarkan budak tersebut membawanya ke tempat yang ia
inginkan. Mengapa ini semua beliau lakukan? Karena beliau sangat ingin memasukkan
kebahagiaan di hati orang lain.
Karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah orang yang paling ingin membahagiakan
orang lain, maka beliau adalah orang yang paling berbahagia.
.
Khutbah Kedua:



,
:
.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah Taala
Setelah kita mendengarkan beberapa hadis tentang keutamaan membahagiakan orang lain,
membahagiakan orang lain adalah amalan yang paling dicintai Allah, dan kita juga
mendengarkan contoh praktek langsung dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, maka bagi kita
adalah mengamalkannya. Mencari kebahagiaan dengan membahagiakan orang lain.
Jika Anda memiliki kelebihan rezeki, sumbangkanlah sebagian harta yang Anda miliki kepada
orang-orang miskin, sumbangkan kepada orang-orang yang membutuhkan. Masukkan
kebahagiaan di hati mereka, maka pasti Allah akan memasukkan kebahagiaan di hati Anda
sekalian. Yakinlah akan hal ini, Balasan itu sesuai dengan amalan. Tidak
perlu sampai orang lain meminta, ketika ada keluarga, saudara, tentangga kita merasa sulit, maka
kita bantu mereka dengan harta, tenaga, dan pikiran kita.
Yang merasa sulit membahagiakan saudaranya dengan harta, maka ia bisa bahagiakan
saudaranya dengan bantuan tenaga atau pemikiran. Sehingga saudara kita mendapatkan ide dan
solusi dari masalah yang ia hadapi.

Bagaimana mungkin Allah akan membiarkan orang-orang yang sibuk berpikir agar orang lain
berbahagia, merasakan kesedihan, kegalauan di dalam hatinya, tidak mungkin! Yakinlah
bahwasanya Allah akan membahagiakan orang yang ingin membahagiakan orang lain, dan
lakukanlah amalan yang mulia ini dengan keikhlasan mengharap pahala dan ridha dari Allah
Subhanahu wa Taala.
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Taala menjadikan kita orang-orang yang senantiasa
membantu saudara-saudara kita, memasukkan kebahagiaan di hati-hati mereka, sehingga Allah
memberikan kebahagiaan kepada kita di dunia maupun di akhirat kelak, Allahumma amin.
.


.

. .


.
.
Dinukil dari ceramah pendek Ustadz Firanda An

di
rja, M.A. dengan tambahan dari tim

Anda mungkin juga menyukai