Anda di halaman 1dari 70

BAB.

I ASAS DASAR ILMU LINGKUNGAN


Kompetensi Dasar:
Setelah selesai mengikuti kegiatan perkuliahan pada BAB ini, diharapkan mahasiswa mampu
menjelaskan tentang asas-asas dasar ilmu lingkungan.
MATERI :
PENDAHULUAN:
Didalam Bab ini dibahas mengenai asas-asas dasar ilmu lingkungan yang akan diberikan dalam dua
kali pertemuan.
PENYAJIAN:
Pengetahuan manusia terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, untuk itu
dibutuhkan penggalian ilmu secara terus menerus, sehingga diperlukan daya cipta, daya khayal,
keinginan tahu manusia dan inisiatif.
Ilmu Lingkungan merupakan salah satu ilmu yang mengintegrasikan berbagai ilmu yang
mempelajari jasad hidup (termasuk manusia) dengan lingkungannya, antara lain dari aspek sosial,
ekonomi, kesehatan, pertanian, sehingga ilmu ini dapat dikatakan sebagai suatu poros, tempat
berbagai asas dan konsep berbagai ilmu yang saling terkait satu sama lain untuk mengatasi masalah
hubungan antara jasad hidup dengan lingkungannya.
Asas di dalam suatu ilmu pada dasarnya merupakan penyamarataan kesimpulan secara umum, yang
kemudian digunakan sebagai landasan untuk menguraikan gejala (fenomena) dan situasi yang lebih
spesifik. Asas dapat terjadi melalui suatu penggunaan dan pengujian metodologi secara terus
menerus dan matang, sehingga diakui kebenarannya oleh ilmuwan secara meluas. Tetapi ada pula
asas yang hanya diakui oleh segolongan ilmuwan tertentu saja, karena asas ini hanya merupakan
penyamarataan secara empiris saja dan hanya benar pada situasi dan kondisi yang lebih terbatas,
sehingga terkadang asas ini menjadi bahan pertentangan. Namun demikian sebaliknya apabila suatu
asas sudah diuji berkali-kali dan hasilnya terus dapat dipertahankan, maka asas ini dapat berubah
statusnya menjadi hukum. Begitu pula apabila asas yang mentah dan masih berupa dugaan ilmiah
seorang peneliti, biasa disebut hipotesis Hipotesis ini dapat menjadi asas apabila diuji secara terus
menerus sehingga memperoleh kesimpulan adanya kebenaran yang dapat diterapkan secara umum.
Untuk mendapatkan asas baru dengan cara pengujian hipotesis ini disebut cara induksi dan
kebanyakan dipergunakan dalam bidang-bidang biologi, kimia dan fisika. Disini metode

10

pengumpulan data melalui beberapa percobaaan yang relatif terbatas untuk membuat kesimpulan
yang menyeluruh. Sebaliknya cara lain yaitu dengan cara deduksi dengan menggunakan kesimpulan
umum untuk menerangkan kejadian yang spesifik. Asas baru juga dapat diperoleh dengan cara
simulasi komputer dan penggunaan model matematika untuk mendapatkan semacam tiruan keadaan
di alam (mimik). Cara lain juga dapat diperoleh dengan metode perbandingan misalnya dengan
membandingkan antara daerah yang satu dengan yang lainnya. Cara-cara untuk mendapatkan asas
tersebut dapat dikombinasikan satu dengan yang lainnya.
Asas di dalam suatu ilmu yang sudah berkembang digunakan sebagai landasan yang kokoh dan kuat
untuk mendapatkan hasil, teori dan model seperti pada ilmu lingkungan. Untuk menyajikan asas
dasar ini dilakukan dengan mengemukakan kerangka teorinya terlebih dahulu, kemudian setelah
dipahami pola dan organisasi pemikirannya baru dikemukakan fakta-fakta yang mendukung dan
didukung, sehingga asas-asas disini sebenarnya merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan
tidak dapat dipisahkan satu sama lain (sesuai dengan urutan logikanya).
ASAS 14
Sumber alam, ialah
segala sesuatu yang
memungkinkan
organisme hidup
untuk meningkatkan
pengubahan energi

ASAS 3
Materi, energi,
ruang, waktu dan
keanekara-gaman
adalah kategori
sumber alam

ASAS 1
Energi tak pernah
hilang, hanya
berubah

ASAS 2
Semua proses
pengubahan tidak
cermat

ASAS 5
Peningkatan
pengadaan
suatu sumber
alam mungkin
dapat
terangsang
penggunaan
sumber alam
tersebut

ASAS 9
Keanekaragaman sebanding
dengan biomasa/produktivitas

ASAS 6
Ketupan (genotip)
dengan daya
pembiakan tertinggi
akan sering
dijumpai pada
generasi berikutnya

Sistem yang
mantap
(dewasa)
mengeksploita
si sistem yang
belum dewasa

ASAS 8
Tingkat makanan atau takson
menjadi jenuh
oleh
keanekaragaman,
dengan kecepatan
yang ditentukan
oleh sifat mic,
diferensiasi

ASAS 4
Mengenai
kejenuhan dan
ketidakjenuhan

ASAS 11

Derajat pola
keteraturan
fluktuasi
populasi
bergantung
kepada
pengaruh
sejarah
populasi itu
sendiri

ASAS 13
Lingkungan fisik
yang stabil
memungkinkan
keanekaragaman
biologi berlaku
dalam ekosistem
mantap, yang
kemudian
menggalakkan
stabilitas populasi
lebh jauh lagi

11

ASAS 10
Biomassa/
produktivitas
meningkat
dalam
lingkungan
yang stabil

ASAS 7
Keanekaragaman
yang kekal lebih
tinggi pada
lingkungan yang
stabil
(Rosenzwelg)

ASAS 12
Kesempurnaan
adaptasi tiap
tabiat/sifat bergantung ke-pada
kepenti-ngan
relatifnya dalam
suatu lingkungan
tertentu

Gambar.

Hubungan berlogika di antara 14 asas dasar ilmu lingkungan (Watt,1973)

ASAS 1. Semua energi yang memasuki sebuah organisme hidup, populasi atau ekosistem dapat
dianggap sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan. Energi dapat diubah dari suatu bentuk ke
bentuk yang lain, tetapi tidak dapat hilang, dihancurkan atau diciptakan.
Energi

Hewan makan

Terbuang tak
terasimilasi

Disimilasi

2
Produksi materi
kehidupan

3
Energi dibakar
dan energi diubah
sebagai panas

Energi disimpan
sebagai lemak

Energi digunakan untuk


menyokong berbagai kegiatan,:
lari, berenang, terbang, dsb.

Energi digunakan untuk menyokong


metabolisme dasar, misalnya: denyut jantung,
pernafasan, mempertahankan suhu tubuh dsb.

Energi diambil
oleh
pengeksploitasi

Pertumbuhan

Pembiakan

Pemisahan energi yang masuk jadi dua komponen.


Jumlah energi yang masuk dan keluar dari suatu pemisahan atau suatu proses, berupa materi.

12

Jumlah energi yang masuk dan keluar dari suatu pemisahan atau suatu proses, berupa tenaga atau panas.

Asas 1 ini disebut juga dengan hukum konservasi energi, dalam ilmu fisika sering disebut sebagai
hukum termodinamika pertama. Asas ini menerangkan bahwa energi dapat diubah, dan energi yang
memasuki jasad hidup, populasi ataupun ekosistem dianggap sebagai energi yang tersimpan ataupun
yang terlepaskan, sehingga dapat dikatakan bahwa sistem kehidupan sebagai pengubah energi.
Dengan demikian dalam sistem kehidupan dapat ditemukan berbagai strategi untuk mentransformasi
energi, maka dibutuhkan pembukuan masukan dan keluaran kalori dalam sistem kehidupan
Contohnya makanan yang dimakan oleh hewan.
Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa ternyata energi ada yang dapat dimanfaatkan dan ada pula
yang terbuang dan hal ini spesifik untuk masing-masing spesies hewan tergantung bagaimana
kemampuan dan strategi hewan tersebut untuk melawan alam lingkungannya. Keberhasilan dalam
melawan lingkungan dapat diukur dengan peningkatan jumlah populasinya.

Gambar : Energi panas yang jatuh di bumi dipakai oleh tumbuhan dan genangan air, serta
dipantulkan oleh lahan terbuka dan bangunan.
ASAS 2. Tak ada sistem pengubahan energi yang betul-betul efisien

13

Asas ini sama dengan hukum termodinamika kedua dalam ilmu fisika. Hal ini berarti meskipun
energi itu tidak pernah hilang, namun demikian energi tersebut akan diubah dalam bentuk yang
kurang bermanfaat. Secara keseluruhan energi di planet kita ini terdegradasi dalam bentuk panas
tanpa balik, yang kemudian beradiasi ke angkasa.
Dalam sistem biologi, energi yang dimanfaatkan baik oleh jasad hidup, populasi maupun ekosistem
kurang efisien, karena masukan energi dapat dipindahkan dan digunakan oleh organisme hidup yang
lain. Contohnya pada piramida makanan, tingkatan konsumen yang paling bawah mendapatkan
asupan energi yang banyak, sebaliknya konsumen paling atas hanya mendapatkan sedikit, disamping
itu pada setiap tingkatanpun energi tidak dimanfaatkan secara efisien (banyak terbuang).
Energi yang dapat dimanfaatkan oleh kita seperti tumbuhan, hewan, ikan dsb., itu termasuk kategori
sumber alam, namun demikian apakah sumber alam ini dapat diukur manfaatnya dan apa batasan
sumber alam tersebut?.
Sumber alam adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh organisme hidup, populasi, atau ekosistem
yang pengadaannya hingga ke tingkat optimum atau mencukupi, sehingga akan meningkatkan daya
pengubahan energi.

Gambar : Buah-buahan sebagai salah satu sumber energi bag manusia, entropi berupa kulit buah
adalah sumber energi bagi semut.

14

Gambar : Jerami sebagai entropi digunakan untuk bahan baku kertas, pakan ternak, dan lainnya.
Pemanfaatan limbah pertanian kedele untuk pakan ternak.

15

ASAS 3.
alam

Materi, energi, ruang, waktu dan keanekaragaman, semuanya termasuk kategori sumber

Materi dan energi sudah jelas termasuk kedalam sumber alam. Ruang yang dimanfaatkan oleh
organisme hidup untuk hidup, berkembang biak dsb. dapat dianalogkan dengan materi dan energi,
karena dibutuhkan, sehingga secara asas termasuk katagori sumber alam. Begitu pula dengan waktu,
meskipun tidak dapat berdiri sendiri, namun termasuk kategori sumber alam, karena berapa waktu
yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk mendapatkan makanan. Keanekaragaman juga termasuk
ke dalam kategori sumber alam, karena apabila suatu spesies hanya memakan satu spesies saja akan
mudah terancam punah, namun apabila makanannya beranekaragam dia akan mampu survive.
Asas 3 ini mempunyai implikasi yang penting bagi kehidupan manusia untuk mencapai
kesejahteraannya
ASAS 4. Untuk semua kategori sumber alam, kalau pengadaanya sudah optimum, pengaruh unit
kenaikannya sering menurun dengan penambahan dengan penambahan sumber alam itu sampai ke
suatu tingkat maksimum. Melampaui batas maksimum ini tak ada pengaruh yang menguntungkan
lagi.
Untuk semua kategori sumber alam (kecuali keanekaragaman dan waktu) kenaikan pengadaannya
yang melampaui batas maksimum, bahkan akan berpengaruh merusak karena kesan peracunan. Ini
adalah asas penjenuhan. Untuk banyak gejala sering berlaku kemungkinan penghancuran yang
disebabkan oleh pengadaan sumber alam yang sudah mendekati batas maksimum.
Pada asas ini mempunyai arti bahwa pengadaan sumber alam mempunyai batas optimum, yang
berarti bahwa batas maksimum maupun minimum sumber alam akan mengurangi daya kegiatan
sistem biologi. Dari sini dapat ditarik suatu arti yang penting, yaitu karena adanya ukuran optimum
pengadaan sumber alam untuk populasi, maka naik turunnya jumlah individu populasi itu
tergantung pada pengadaan sumber alam pada jumlah tertentu.

ASAS 5. Ada dua jenis sumber alam dasar, yaitu sumber alam yang pengadaannya dapat merangsang
penggunaan seterusnya, dan yang tidak mempunyai daya rangsang penggunaan lebih lanjut.
Pada asas 5 ini ada dua hal penting, pertama jenis sumber alam yang tidak dapat menimbulkan
rangsangan untuk penggunaan lebih lanjut, sedangkan kedua sumber alam yang dapat menimbulkan
rangsangan untuk dapat digunakan lebih lanjut.

16

ASAS 6. Individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan daripada saingannya,
cenderung berhasil mengalahkan saingannya itu.
Pada asas ini berlaku seleksi alam, artinya bagi spesies-spesies yang mampu beradaptasi baik
dengan faktor biotik maupun abiotik, dia akan berhasil daripada yang tidak dapat menyesuaikan diri.
Dapat diartikan pula, spesies yang adaptif akan mampu menghasilkan keturunan lebih banyak
daripada yang non adaptif, Sehingga individu-individu yang adaptif ini mempunyai kesan lebih
banyak merusak
ASAS 7. Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas lebih tinggi di alam lingkungan yang
mudah diramal.
Pada asas ini arti kata mudah diramal ialah adanya keteraturan yang pasti pada pola faktor
lingkungan dalam suatu periode yang relatif lama. Adanya fluktuasi turun-naiknya kondisi
lingkungan, besar-kecilnya fluktuasi, dan dan sukar-mudahnya untuk diramal berbeda untuk semua
habitat. Sehingga diharapkan pada setiap lingkungan adanya penyebaran spesies yang berbeda-beda
kepadatannya. Apabila terjadi perubahan lingkungan sedemikian rupa, maka akan terjadi perubahan
pengurangan individu yang sedemikian rupa sampai pada batas yang membahayakan individuindividu spesies tersebut. Lingkungan yang stabil secara fisik merupakan lingkungan yang
mempunyai jumlah spesies yang banyak, dan mereka dapat melakukan penyesuaian terhadap
lingkungannya tersebut (secara evolusi). Sedangkan lingkungan yang tidak stabil adalah lingkungan
yang dihuni oleh spesies yang jumlahnya relatif sedikit. Menurut Sanders (1969) bahwa komunitas
fauna dasar laut mempunyai keanekaragaman spesies terbesar, hal ini dijumpai pada habitat yang
sudah stabil sepanjang masa dan lama. Kemudian diinterpretasikan oleh Slobodkin dan Sanders (!
969) sebagai pengaruh lingkungan yang mudah diramal (stabil). Maksudnya ialah semakin lama
keadaan lingkungan dalam kondisi yang stabil, maka semakin banyak keanekaragaman spesies yang
muncul disitu sebagai akibat berlangsungnya proses evolusi. Menurut Pilelou (1969) keadaan iklim
yang stabil sepanjang waktu yang lama, tidak saja melahirkan keanekaragaman spesies yang tinggi,
tetap juga akan menimbulkan keanekaragaman pola penyebaran kesatuan populasi.
ASAS 8. Sebuah habitat dapat jenuh atau tidak oleh keanekaragaman takson, bergantung kepada
bagaimana nicia dalam lingkungan hidup itu dapat memisahkan takson tersebut.
Pada asas ini menyatakan bahwa setiap spesies mempunyai nicia tertentu, sehingga spesies-spesies
tersebut dapat berdampingan satu sama lain tanpa berkompetisi, karena satu sama lain mempunyai
kepentingan dan fungsi yang berbeda di alam. Tetapi apabila ada kelompok taksonomi yang terdiri

17

atas spesies dengan cara makan serupa, dan toleran terhadap lingkungan yang bermacam-macam
serta luas, maka jelas bahwa lingkungan tersebut hanya akan ditempati oleh spesies yang
keanekaragamannya kecil.
ASAS 9. Keanekaragaman komunitas apa saja sebanding dengan biomassa dibagi produktivitas.
Pada asas ini menurut Morowitz (1968) mengatakan bahwa adanya hubungan antara biomassa, aliran
energi dan keanekaragaman dalam suatu sistem biologi.
ASAS 10. Pada lingkungan yang stabil perbandingan antara biomassa dengan produktivitas (B/P)
dalam perjalanan waktu naik mencapai sebuah asimptut.
Dalam asas ini dapat disimpulkan bahwa sistem biologi mengalami evolusi yang mengarah kepada
peningkatan efisiensi penggunaan energi dalam lingkungan fisik yang stabil, yang memungkinkan
berkembangnya keanekaragaman. Dengan kata lain kalau kemungkinan produktivitas maksimum
sudah ditetapkan oleh energi matahari yang masuk kedalam ekosistem, sedangkan keanekaragaman
dan biomassa masih dapat meningkat dalam perjalanan waktu, maka jumlah energi yang tersedia
dalam sistem biologi itu dapat digunakan untuk menyokong biomassa yang lebih besar. Apabila asas
ini benar, maka dapat diharapkan bahwa dalam komunitas yang sudah berkembang lanjut pada
proses suksesi, rasio biomassa produktivitas akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan komunitas
yang masih muda. Pada kenyataan di alam memang demikian, sebab spesies bertambah, dan
ditemukan pula tumbuhan berkayu sehingga diperoleh stratifikasi.
Implikasi dari asas ini bahwa sebuah komunitas dapat dibuat tetap muda dengan jalan
memperlakukan fluktuasi iklim yang teratur. Atau pada komunitas buatan lahan pertanian dengan
jalan mengambil daun-daunannya untuk makanan hewan.
ASAS 11. Sistem yang sudah mantap (dewasa) mengeksploitasi sistem yang belum mantap (belum
dewasa).
Arti dari asas ini adalah pada ekosistem, populasi yang sudah dewasa memindahkan energi,
biomassa, dan keanekaragaman tingkat organisasi ke arah yang belum dewasa. Dengan kata lain,
energi, materi dan keanekaragaman mengalir melalui suatu kisaran yang menuju ke arah organisasi
yang lebih kompleks, atau dari subsistem yang lebih rendah keanekaragamannya ke subsistem yang
lebih tinggi keanekaragamannya
ASAS 12. Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat tergantung kepada kepentingan relatifnya di
dalam keadaan suatu lingkungan.

18

Asas ini merupakan kelanjutan dari asas 6 dan 7. Apabila pemilihan (seleksi) berlaku, tetapi
keanekaragaman terus meningkat di lingkungan yang sudah stabil, maka dalam perjalanan waktu
dapat diharapkan adanya perbaikan terus-menerus dalam sifat adaptasi terhadap lingkungan. Jadi,
dalam ekosistem yang sudah mantap dalam habitat (lingkungan ) yang sudah stabil, sifat responsive
terhadap fluktuasi faktor alam yang tak terduga ternyata tidak diperlukan. Yang berkembang justru
adaptasi peka dari perilaku dan biokimia lingkungan sosial dan biologi dalam habitat itu. Evolusi
pada lingkungan yang sukar ditebak perubahan faktor alamnya cenderung memelihara daya plastis
anggota populasi. Sedangkan evolusi pada lingkungan yang mantap, beranekaragam secara biologi
cenderung menggunakan kompleksitas itu untuk bereaksi terhadap kemungkinan beraneka-macam
perubahan.
Implikasi dari asas ini bahwa sesungguhnya tidak ada sebuah strategi evolusi yang terbaik dan
mandiri, semua tergantung pada kondisi lingkungan fisik. Kesimpulannya bahwa populasi pada
ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi terhadap perubahan lingkungan fisikokimia
dibandingkan dengan populasi pada ekosistem yang sudah mantap.
ASAS 13.Lingkungan yang secara fisik mantap memungkinkan terjadinya penimbunan
keanekaragaman biologi dalam ekosistem yang mantap, yang kemudian dapat menggalakkan
kemantapan populasi lebih jauh lagi.
Asas ini merupakan penjabaran dari asas 7, 9 dan 12. Pada komunitas yang mantap, jumlah jalur
energi yang masuk melalui ekosistem meningkat, sehingga apabila terjadi suatu goncangan pada
salah satu jalur, maka jalur yang lain akan mengambil alih, dengan demikian komunitas masih tetap
terjaga kemantapannya. Apabila kemantapan lingkungan fisik merupakan suatu syarat bagi
keanekaragaman biologi, maka kemantapan faktor fisik itu akan mendukung kemantapan populasi
dalam ekosistem yang mantap dan komunitas yang mantap mempunyai umpan-balik yang sangat
kompleks. Disini ada hubungan antara kemantapan ekosistem dengan efisiensi penggunaan energi.
ASAS 14. Derajat pola keteraturan turun-naiknya populasi bergantung kepada jumlah keturunan
dalam sejarah populasi sebelumnya yang nanti akan mempengaruhi populasi itu.
Asas ini merupakan kebalikan dari asas ke 13, tidak adanya keanekaragaman yang tinggi pada rantai
makanan dalam ekosistem yang belum mantap, menimbulkan derajat ketidakstabilan populasi yang
tinggi.

19

BAB.II BIO INDIKATOR


KOMPETENSI DASAR :
Setelah selesai mengikuti kegiatan perkuliahan BAB III ini, diharapkan mahasiswa mampu
menjelaskan tentang bioindikator.
MATERI :
PENDAHULUAN:
Didalam Bab ini dibahas mengenai bioindikator yang akan diberikan dalam satu kali pertemuan.
PENYAJIAN:
Bioindikator = indikator biologi = respon organisme hidup baik pada
populasi terhadap kondisi lingkungan.

tingkat individu atau

Berbagai spesies hewan, tumbuhan dan mikroorganisme dapat digunakan sebagai indikator
pencemaran udara, air dan tanah. Artinya apabila kondisi perairan, udara, dan tanah mengandung
polutan, sehingga terjadi perubahan pada lingkungan tersebut maka akibatnya ada spesies-spesies
tertentu baik itu tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme yang merespon perubahan tersebut. Masingmasing organisme akan memberikan respon yang spesifik dari perubahan lingkungan tersebut.
Respon yang diterima oleh organisme berdasarkan ketahanan dari organisme itu pada perubahan
lingkungan yang terjadi. Ada organisme yang sangat sensitif (peka) terhadap perubahan lingkungan,
sehingga apabila kondisi lingkungan berubah sedikit saja, organisme itu langsung memberikan
respon. Ada pula organisme yang sensitif, pada organisme ini kadar polutan yang diterima lebih
tinggi dari organisme yang sangat sensitif. Sedangkan organisme yang kurang sensitif respon yang
diterima menunjukkan gejala resisten ada faktor kekebalan pada organisme tersebut, dan ini dapat
terjadi karena adanya akumulasi dari polutan pada tubuhnya. Gejala yang timbul akibat adanya
polutan dari masing-masing organismepun berbeda, misalnya tumbuhan akan menunjukkan
sensitifitasnya dengan adanya bercak-bercak pada daun, atau ukurannya menjadi kecil. Pada
organisme perairan terutama dari golongan invertebrata ada atau tidaknya spesies-spesies tertentu
dapat mengindikasikan bahwa kondisi perairan dalam keadaan bersih atau tercemar. Sedangkan pada
golongan vertebrata, ikan merupakan spesies yang paling sensitif terhadap perubahan kondisi
perairan, organ yang biasanya menunjukkan respon tersebut adalah insang.
Respon biologi yang timbul tergantung pada:
1. Pembangun genetik
2. Tahapan perkembangan atau pertumbuhan

20

3. Kondisi lingkungan
4. Konsentrasi polutan
Berikut ini adalah contoh-contoh dari organisme baik di perairan maupun darat yang merespon
perubahan lingkungan:
Tabel 1 : Kemampuan tanaman pekarangan menyerap debu
No

Tanaman

Spesies

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kembang merak
Trengguli
Sonokeling
Sengon
Srikoyo
Mindi
Jambu air
Asam keranji
Glodogan/Bonger

Caesalpinia
pulcherrima
Cassia fistula
Dalbergia sisso
Albizzia lebbeck
Annona squamosa
Azadirachta indica
Eugenia jambolana
Pithecelobium dulce
Polyalthia longifolia

Penyerapan
debu (g/m2)
48,3
48,0
41,6
34,6
33,4
37,5
34,1
76,3
22,9

21

Gambar : Daun yang lebar baik untuk bioindikator pencemaran udara.

Gambar : Tomat yang ukurannya kecil dan tidak normal sebagai bioindikator pencemaran tanah,
pada konsentrasi 1000-16000 ppm serbuk batere bekas pada media uji

22

Tabel 2 : Bioindikator ekosistem perairan


Air bersih
Air tercemar
Bakteri Fe : Sphaerotilus
Jamur : Leptomitus
Algae :
Chlorella
Cladocera
Chlamydomonas
Ulothrix
Oscillatoria
Navicula
Phormidium
Stigeoclonium
Protozoa :
Carchesium
Trachelomonas
Colpidium
Annelida:
Tubifex
Limnodrillus
Insekta:
Plecoptera
Negaloptera
Trichoptera
Ephemeroptera
Elmidae

Bivalvia:
Unionidae
Ikan:
Etheostoma
Notropis
Chrosomus
Sumber: Tandjung 1992

Culex
Chironomus
Tubifera

Gastropoda:
Physa integra
Bivalvia:
Sphaerium
Cyprinus carpio

23

Gambar : Ikan yang berwarna merah yang hidup di air bersih, akan berubah warna menjadi kuning
pucat pada saat air menjadi tercemar.
Sumber : Tandjung, 1994.

24

Gambar : Larva serangga yang hanya dapat dijumpai hidup pada ekosistem perairan yang bersih

Gambar: Serangga dan siput air yang hidup pada perairan yang terkontaminasi oleh limbah organic

25

Gambar : Beberapa kelompok invertebrata yang hidup di ekosistem perairan yang tercemar sedang

26

Gambar: Pada ekosistem yang tercemar berat dijumpai berbagai bentuk cacing air
Pencemaran perairan menyebabkan kerusakan organ dan penurunan berat ikan (status nutrisi ikan)
Tabel 3: Korelasi antara angka status nutrisi ikan (NVC) dengan tingkat pencemaran perairan
N
NVC
Tingkat Pencemaran
o
1
> 1,70
Tidak ada, air bersih
2
1,30 1,69
Terkontaminasi
3
0,90 1,29
Tercemar ringan
4
0,50 0,89
Tercemar sedang
5
< 0,49
Tercemar berat

Gambar: Ikan harus dengan morfologi seperti torpedo, diukur dari ujung mulut sampai ujung ekor.
Sumber: Tandjung, 1982

27

Insang adalah sasaran utama pencemaran perairan


Tabel: Tingkat kerusakan hispatologi (mikroanatomi) insang menentukan tingkat pencemaran
perairan.
N
Mikroanatomi normal
Air bersih
o
1
2
3
4
5

Edema pada sel epitelium lamellae


branchiales
Hiperplasia pada satu basis lamella
branchiales
Hiperplasia pada 2 lamellae
branchiales
Hampir semua lamellae branchiales
mengalami hiperplasia
Semua lamellae branchiales dan
filamen kehilangan struktur

Air terkontaminasi
Tercemar ringan
Tercemar sedang
Tercemar agak berat
Tercemar sangat
berat

28

Gambar: Struktur mikroanatomi insang ikan yang hidup dalam berbagai media dengan tingkat
pencemaran berbeda.

BAB.III LINGKUNGAN DAN EKOLOGI MANUSIA


KOMPETENSI DASAR :
Setelah selesai mengikuti kegiatan perkuliahan pada BAB IV ini, diharapkan mahasiswa
mampu menjelaskan hal-hal mengenai lingkungan dan ekologi manusia serta strategi
mengatasi masalah kependudukan.
MATERI :
PENDAHULUAN :
Dalam bab ini akan dibahas masalah lingkungan dan ekologi manusia serta strategi
mengatasi masalah kependudukan yang akan diberikan dalam satu kali pertemuan.
PENYAJIAN :
Dari empat belas asas yang telah dibahas, lima asas sangat penting dalam peradaban manusia pada
era teknologi modern. Hal ini karena kita sudah beranggapan bahwa ke lima asas tersebut tidak ada
gunanya dan relevansinya untuk kepentingan manusia. Apabila kita tetap mengabaikan ke lima asas
tersebut, malapetaka sudah menunggu di masa yang akan datang.
Asas 3 mengatakan bahwa materi, energi, ruang, waktu dan keanekaragaman semuanya adalah
kategori sumber alam. Sungguhpun demikian banyak masalah manusia dewasa ini timbul, karena
kegagalan manusia untuk menyadari bahwa ruang, waktu dan keanekaragaman adalah sama
pentingnya dengan materi dan energi sebagai sumber alam. Sedemikian pentingnya, sehingga
hambatan pembangunan akan timbul apabila manusia melalaikannya. Implikasi dari sistem ini
adalah bahwa materi beredar atau melakukan siklus dalam ekosistemnya, oleh karena itu harus
diberikan cukup waktu untuk diubah kembali dari satu bentuk ke bentuk berikutnya pada saat
menjalani siklusnya.
Contoh yang paling nyata adalah tumpukan sampah di kota besar, ini merupakan kelalaian manusia
yang tidak memberikan waktu dan kesempatan kepada mikroba pembusuk untuk melakukan

29

fungsinya dalam proses resiklus materi. Jadi pada hakekatnya pencemaran alam merupakan gejala
teknologi yang berlawanan dengan kehendak dan kemampuan alam.
Implikasi lain yang penting ialah pengadaan sumber alam menentukan kapasitas bawa suatu
lingkungan. Ketergantungan kita pada minyak dan gas bumi bahkan pada tenaga nuklir yang
merupakan energi persediaan atau energi tersimpan I bukan energi mengalir seperti energi matahari),
menyebabkan kapasitas bawa dunia ini meniungkat bagi manusia. Perhatian sangat kurang kepada
kemungkinan berkurang atau habisnya persediaan energi, sehingga kapasitas bawa dari bumi
merosot. Apa yang akan terjadi kemudian?.
Selain itu berapa masalah lingkungan berkembang dalam lingkungan hidup manusia, karena kita
terus menerus mengurangi keanekaragaman bentuk kehidupan di luar kota dan desa.
Keanekaragaman hidup sebagai sumber alam yang dapat mempertahankan kemantapan.
Pada asas tersebut, manusia telah menggali dan mengelola materi dalam ekosistemnya melebihi
kecepatan pembusukan atau dekomposisi bahan buangan, sehingga terjadi pencemaran alam.
Sampah bertumpuk karena tidak sempat di resiklus oleh mikroba dalam ekosistemnya. Kemudian
masalahnya bertambah parah ketika ada sampah plastik yang tak dapat dibusukkan secara biologi.
Sementara itu industri plastik saat ini terus berkembang dengan pesatnya. Pencemaran ini merupakan
kesan sampingan yang sangat merugikan, karena adanya penggunaan energi yang besar oleh
peradaban modern dewasa ini. Penggunaan energi yang sangat besar ini tidak merata, melainkan
hanya terpusat di wilayah tertentu saja (kota besar dan pusat industri), sehingga terkonsentrasi pada
ruang tertentu saja, dan timbullah kesulitan untuk membuang limbahnya.
Penggunaan energi yang semakin meningkat oleh perkembangan peradaban manusia contohnya
orang-orang Amerika Serikat yang menggunakan energi. Penduduk Amerika Serikat naik 8,82 kali
lipat pada kurun waktu 120 tahun, produksi energinya naik menjadi 203 kali lipat, sedangkan per
individunya dalam penggunaan energi naik menjadi 23 kali lipat. Ketergantungan penggunaan energi
juga beralih dari energi matahari ke energi batu bara, kemudian gas dan minyak bumi, maka
peningkatan produksi naik dengan pesatnya. Hal ini menyebabkan kapasitas bawa ekosistem
manusia meningkat pula. Sehingga kecenderungan bahwa kita sedang menghabiskan persediaan gas
dan minyak bumi sangatlah nyata. Bahkan di Indonesia diperkirakan hanya dapat dihasilkan kurang
dari 30 tahun saja. Apabila ini benar, dan sumber energi lain seperti sumber geothermal dan energi
nuklir tak dapat digunakan pada waktunya, maka kapasitas bawa seluruh planet ini akan merosot
sangat drastis. Konsekuensi lain sebagai akibat meningkatnya aliran energi dalam ekosistem, tempat
manusia ini hidup, ialah karena energi hanya ditumpukkan kepada komponen biotik tertentu saja
yang menguntungkan manusia. Hal ini berarti ekosistem manusia semakin kurang mantap.
Ekosistem manusia menjadi rawan terhadap berbagai bentuk perubahan lingkungan , seperti wabah
penyakit, serangan hama dan perubahan cuaca. Ketidakmantapan ini terutama karena kita cenderung
untuk meningkatkan populasi seperti tanaman padi, jagung, gandum dan palawija, serta hewan
ternak sapi dan biri-biri, dan menekan banyak sekali spesies hewan dan tumbuhan yang lain.

30

Proporsi energi yang tinggi dunia ini juga dicurahkan pada kepentingan transportasi. Ini membawa
manusia kepada kemampuan untuk tukar-menukar bahan secara lebih besar dan lebih jauh lagi
antara wilayah yang satu dengan lainnya. Sistem pengangkutan ini disamping menelan energi yang
sangat besar, juga menimbulkan pencemaran terhadap alam.
Ruang adalah sumber alam yang kritis bagi manusia, meskipun masalahnya berlainan antara satu
negara dengan negara yang lain. Yang umum, adalah adanya perkembangan urbanisasi di sekitar
kota besar, sehingga banyak kawasan pemukiman yang terpaksa harus menelan daerah tepi kota
yang relatif subur untuk daerah pertanian. Dan apabila ruang dan tanah itu sudah memiliki prospek
urbanisasi dan industri, maka akhirnya jatuh kepada kaum spekulator yang tak langsung
mengembangkan ruang itu, sebelum harga meningkat. Disamping hal ini sudah umum, di Indonesia
masalah yang lebih penting lagi menyangkut hubungan antara ruang dengan penyebaran penduduk.
Pemecahan dari masalah ini adalah diterapkannya program transmigrasi.
Anonim, gambaran keadaan suatu wilayah ditandai dengan bertambah majemuk dan bervariasinya
keadaan kependudukan, seperti megacities Jakarta. Ekosistem yang berbeda antara pulau-pulau di
Indonesia akan menambah kompleksitas yang dihadapi. Ini berarti dibutuhkan kemampuan
pengelolaan keterkaitan kependudukan dan lingkungan yang tidak hanya melihat dari sudut
demografinya saja, tetapi juga dilihat dari pengaruhnya terhadap keadaan alam, ekonomi, dan
kehidupan sosial.
Walaupun laju pertumbuhan penduduk Indonesia semakin tahun cenderung semakin menurun,
namun jumlah penduduk absolut akan terus meningkat. Diproyeksikan bahwa jumlah penduduk
Indonesia pada tahun 2020 akan berkisar 254 juta 257 juta orang. Artinya akan terjadi pertambahan
penduduk sekitar 70 juta orang dalam waktu 30 tahun (1990 2020), hal ini mempunyai
konsekuensi dalam penggunaan ruang, pemenuhan energi dan kebutuhan pangan. Bila dikaitkan
dengan kemampuan sumber alam, maka masalahnya adalah sejauh mana sumber alam tersebut dapat
memenuhi kebutuhan pertambahan penduduk.
Tabel : Perkiraan kepadatan penduduk (org/km) tahun 2020
Perkiraan Kepadatan Penduduk
(org/km) th 2020
WILAYAH
1990
2020
Maluku &
7
14
Irian
Sulawesi
66
101
Kalimantan
17
31
Bali, NTB,
115
180
NTT, Timtim
Jawa
813
1093

31

Sumatra

77

128

Dari berbagai hasil pembangunan yang dicapai, maka gambaran keadaan penduduk di masa datang
adalah sebagai berikut:
1. Prosentase penduduk perkotaan semakin besar disebabkan oleh adanya urbanisasi dan adanya
perubahan wilayah dari desa ke kota
2. Laju pertumbuhan penduduk menurun seiring dengan terjadinya perubahan struktur usia , dimana
penduduk usia produktif semakin besar
3. Permintaan barang non pangan akan meningkat dengan pesat yang berimplikasi pada
pengurangan sumber alam untuk kepentingan non pangan.

STRATEGI MENGATASI MASALAH KEPENDUDUKAN


Tantangan-tantangan yang akan dihadapi di masa depan cukup berat. Untuk mewujudkan
masyarakat sejahtera baik di desa maupun di kota, perhatian terhadap lingkungan menjadi prasyarat.
Keberlanjutan kehidupan di pedesaan dan perkotaan sangat terkait dengan aspek lingkungan.
Apapun bentuk dari dinamika penduduk yang terjadi, bila kebijakan kependudukan selalu dikaitkan
dengan dimensi lingkungan, maka pembangunan yang berkelanjutan akan terwujud. Untuk itu
dibutuhkan strategi:
1. Pengembangan keterkaitan kependudukan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan
2. Perumusan integrasi kebijakan kependudukan, lingkungan dan pembangunan berkelanjutan pada
tingkat nasional, regional dan local
3. Pelaksanaan program integrasi kependudukan, lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan
pada masyarakat.
Manusia juga sudah melupakan waktu sebagai sumber alam yang kritis. Ini berarti bahwa kita
kurang menyadari bahwa suatu proses atau kejadian tergantung dengan waktu. Misalnya penggunaan
sumber energi tenaga nuklir, dibutuhkan waktu untuk penelitian dengan cermat, dan waktu yang
dibutuhkan tidak sedikit.
Keanekaragaman sebagai sumber alam juga telah dilalaikan oleh manusia. Seorang ahli berpendapat
bahwa hasil peradaban manusia telah mempercepat aliran energi melalui sistem biologi. Banyak
wilayah daratan di permukaan bumi ini dicoba untuk dibuat seragam menjadi daerah pertanian yang
serupa, sejenis, untuk wilayah yang sangat luas. Keanekaragam tumbuhan dan hewan dikurangi oleh
manusia untuk membentuk daerah monokultur, dan akibat semua ini adalah:
1. Pengaruh penyederhanaan keanekaragaman biologi terhadap hama dan penyakit.
2. Pengaruh monokultur terhadap kemantapan ekonomi.
3. Pengaruh penyederhanaan keanekaragaman biologi terhadap habitat yang tak subur
4. Pengaruh kurangnya keanekaragaman ekonom terhadap stagnasi ekonomi di kota.

32

Asas 4 mengatakan bahwa dalam setiap proses yang berlaku di suatu lingkungan terdapat tingkat
optimum untuk pengadaan sumber alamnya. Asas ini mengingatkan kita pada adanya batas
kejenuhan dan kekurangan yang dapat mempengaruhi berbagai proses, karena memang sumber alam
itu terbatas jumlah atau pengadaannya. Sehingga pencemaran alam menjadi sangat berbahaya
apabila kita terlalu memperjenuh kapasitas udara dan air dengan bahan pencemar. Demikian pula
apabila kita terlalu memaksakan kemampuan mikroba tanah untuk pembusukan sampah lingkungan.
Implikasi ini untuk manusia menyangkut hasil panen yang optimum.
Pencemaran alam dapat merupakan faktor pembatas pada populasi manusia. Artinya pencemaran
alam dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Pencemaran alam dan penurunan nilai ekosistem
tempat hidup manusia merupakan akibat terlalu cepat meningkatnya daya penggunaan energi. Salah
satu usaha untuk mengatasinya adalah dengan mengurangi kecepatan aliran energi. Pada dasarnya
penurunan nilai ekosistem manusia karena pencemaran alam yang ada hubungannya dengan
kepadatan manusia.
Asas 10 menyangkut efisiensi penggunaan energi pada komunitas yang melampaui tingkat
pionirnya. Manusia bahkan bertindak sebaliknya, setelah teknologi makin berkembang, kita bahkan
makin kurang cermat dalam menggunakan energi.
Komunitas alam cenderung untuk menjalani evolusi yang menuju ke arah efisiensi yang makin
tinggi dalam penggunaan energi.
Asas 11 mengemukakan tentang sistem yang mantap mengeksploitasi sistem yang rawan. Asas inilah
maka kota-kota besar yang dilengkapi dengan berbagai bentuk pelayanan, industri, kebudayaaan,
administrasi dan sosio-ekonomi yang sudah mantap dan beranekaragam, selalu menjadi penyerap
kota kecil atau wilayah di sekitar kota besar tersebut. Akibatnya kota besar selalu hidup sebagai
parasit terhadap kota kecil dan wilayah di sekitarnya. Contoh nyata adalah tenaga kerja, kota
besar selalu menyerap tenaga kerja dari kota-kota kecil. Proses ini sebetulnya menimbulkan kota dan
wilayah yang kurang mantap justru tetap dipertahankan dalam keadaan rawan, karena energi yang
seharusnya digunakan untuk memantapkan, ternyata malah dialirkan ke pusat kota tersebut.
Asas 14 mengemukakan kesan perlambatan yang beroperasi dalam sebuah populasi menghasilkan
momentum yang kuat dan pola yang menentukan naik turunnya populasi. Manusia merupakan
contoh terakhir yang dikuasai oleh perlambatan, dan bahkan populasinya tumbuh di luar batas
kemampuan untuk menahannya, kecuali oleh kekuatan yang tersimpan dalam nilai peradaban
manusia itu sendiri.
Populasi yang diatur dengan menggunakan suatu sistem sebab akibat yang kemudian menimbulkan
kesan perlambatan, cenderung untuk memiliki keteraturan yang tinggi dalam pola turun naiknya
populasi. Keadaan populasi di wilayah tertentu sangat kuat dipengaruhi oleh sejarah atau keadaan
masa lalu populasi dengan lingkungannya yang cenderung dapat mengatur populasi tersebut.
Contohnya populasi manusia. Ada dua mekanisme untuk mengarahkan populasi manusia untuk terus
tumbuh :

33

1. Daya kesuburan wanita, pada wanita muda


2. Populasi wanita muda pada populasi yang sedang tumbuh akan terus bertambah.
Proses yang dapat membantu membatasi kecenderungan pertumbuhan populasi manusia adalah
perkembangan ekonomi, pencemaran alam. Kelima asas tersebut di atas sangat relevan untuk
manusia dalam ekosistemnya.

34

BAB.IV SISTEM LINGKUNGAN


KOMPETENSI DASAR:
Setelah selesai mengikuti perkuliahan BAB ini, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan
berbagai sistem lingkungan.
MATERI :
PENDAHULUAN :
Dalam bab ini akan dibahas mengenai berbagai sistem lingkungan yang akan diberikan
dalam dua kali pertemuan.
PENYAJIAN :
1. Sistem Pertanian
Indonesia merupakan negara kepulauan , dan rakyatnya sebagian besar hidup sebagai petani.
Meskipun untuk memenuhi kebutuhan bahan sandang dan pangan pemerintah Indonesia masih harus
mengimpor dari luar negeri.. Namun demikian sumbangan sector pertanian untuk negara tidak dapat
diabaikan begitu saja. Beberapa tahun yang lalu Indonesia bahkan sudah berhasil swasembada beras,
sedangkan komoditi yang lain keberhasilannya belum dapat menyamai komoditi beras.
Sumbangan sektor pertanian di negara kita terhadap pembangunan tidak lepas dari bagaimana
strategi pertanian diterapkan, karena rendahnya produktivitas sektor pertanian akan mempengaruhi
perekonomian secara nasional. Apabila dihubungkan dengan asas yang telah dipelajari di depan,
apakah tujuan strategi pertanian tersebut sejalan dengan asas-asas yang sudah dibahas,
Sehingga kalau ternyata berlawanan, maka akan dilakukan pemilihan strategi pertanian yang dapat
dipertimbangkan baik jangka panjang ataupun jangka pendeknya. Adapun strategi pertanian
mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Memperoleh produksi maksimum per unit luas tertentu dari tanah pertanian.
2. Melakukan tata cara bertani untuk memperoleh keuntungan maksimum.
3. Menekan sekecil-kecilnya ketidakmantapan dalam produksi pertanian
4. Mencegah penurunan kapasitas produksi sistem pertanian.
Sedangkan strategi pengembangan pertanian yang berkelanjutan merupakan pengelolaan dan
konservasi sumber alam yang berorientasi pada perubahan teknologi dan kelembagaan yang dapat

35

menjamin pemenuhan dan pemuasan kebutuhan manusia secara berkelanjutan. Untuk itu perlu dicari
alternatif teknologi dan metode yang tepat guna, layak secara ekonomi dan secara social dapat
diterima. Ini berarti bahwa tujuan dan sasaran pengembangan pertanian secara berkelanjutan
merupakan sebuah upaya peningkatan produksi pertanian , terutama beras sebagai pangan utama,
dan menjamin bahwa peningkatan produksi tersebut tidak akan berakibat pada kerusakan sumber
alam dan lingkungan. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut diperlukan upaya-upaya:
1. Pengkajian kebijakan, perencanaan dan program terpadu pertanian.
2. Perbaikan produksi pertanian dan sistem bertani melalui diversifikasi usaha tani dan upaya
pengembangan prasarana pendukung
3. Peningkatan peran serta masyarakat dan kualitas sumberdaya manusia
4. Konservasi dan rehabilitasi tanah
5. Pengendalian hama terpadu
6. Perbaikan unsur hara untuk peningkatan produksi pertanian.
Dalam mencari strategi pertanian banyak timbul masalah, yaitu bagaimana cara untuk memperoleh
hasil produksi optimum bagi kepentingan manusia, namun biaya produksi dan energi seminimal
mungkin, serta dengan mencegah kerusakan lingkungan baik dalam jangka panjang ataupun pendek.
Untuk melaksanakan strategi ini, pilihan tata kerja harus ditawarkan ke petani, dalam hal ini ada 12
pertimbangan, Yaitu:
1. Apakah perlu ada inovasi tanaman atau ternak yang berasal dari luar negeri, luar daerah, atau dari
daerah asal sebelum tanah tersebut menjadi tanah pertanian.
2. Apakah perlu menebang seluruh daerah hutan untuk keperluan petani, atau perlu menyelamatkan
sebagian kawasan hutan untuk memperoleh kayu bakar, jalur hijau, jalur pelindung, penahan erosi
tanah, atau penjaga keseimbangan tata air.
3. Berapa banyak hasil ternak yang ingin dicapai, tentunya harus disesuaikan dengan lahan yang
tersedia.
4. Apakah perlu mengganti kerbau dengan traktor, karena traktor menghasilkan energi lebih banyak,
namun harganya mahal dan tidak dapat menghasilkan pupuk kandang.
5. Apakah perlu membangun irigasi, bagaimana sistem yang paling cocok, dan bagaimana cara
pembangunannya agar dapat memberikan manfaat yang banyak
6. Berapa luas daerah pertanian yang sanggup digarap untuk mendapatkan hasil produksi yang
optimum sesuai dengan kemampuan biaya dan tenaga.
7. Tanaman dan hewan yang akan dipelihara harus disesuaikan dengan daerah setempat
8. Berapa banyak kerapatan tanam supaya mendapatkan hasil yang optimum
9. Sistem pertanaman monokultur atau tumpangsari?
10.Berapa banyak pestisida yang harus digunakan
11. Apakah perlu pemeliharaaan seperti penyiangan?
12.Bagaimana menentukan tanaman yang akan ditanam dan pemakaian pupuknya?

36

Meskipun upaya untuk meningkatkan produksi pertanian sudah dirancang sedemikian rupa, namun
Anonim Indonesia, sector pertanian di masa mendatang menghadapi tantangan, dan tantangannya
berupa:
1. Penurunan kemampuan pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan lain akibat
makin cepatnya laju pengalihan fungsi tanah pertanian.
2. Derasnya mobilisasi penduduk pedesaan yang disebabkan semakin menurunnya penghasilan
petani, sebagai akibat menyempitnya tanah usaha sehingga para petani mencari sumber tambahan
dengan bekerja di luar bidang pertanian, yang umumnya berada di kota.
3. Mobilisasi petani yang tinggi tidak hanya mengalir ke hilir (kota), tetapi juga dengan mengalir ke
hulu (merambah hutan lindung) yang dapat berdampak negatif terhadap lingkungan.
4. Meningkatnya tekanan penduduk, pertumbuhan industri, dan permukiman terhadap tanah-tanah
pertanian yang diperburuk dengan meningkatnya usaha intensifikasi pertanian dengan menggunakan
masukan an organik (pupuk, pestisida, dan hormon pengatur tumbuh) dalam jumlah besar yang pada
akhirnya mengakibatkan kualitas lingkungan air dan tanah menjadi turun.
5. Ketatnya persaingan untuk dapat menghasilkan produk yang bermutu dan berkualitas tinggi
dengan harga bersaing dalam menghadapi era perdagangan bebas.
Sistem Pertanian dan Komunitas Alam
Sistem pertanian berbeda dengan komunitas alam. Pada sistem pertanian keanekaragaman menjadi
berkurang, hal ini tergantung dari keinginan si petani
itu sendiri. Misalnya si petani menginginkan lahannya untuk ditanami secara monokultur ataupun
tumpangsari. Pada hal sistem pertanian seperti ini si petani mempunyai tujuan tertentu yaitu
mendapatkan produktivitas per biomassa setinggi mungkin, sehingga diusahakan menanam jenis
yang produksinya tinggi, misalnya menanam padi yang mempunyai butir banyak dengan rumpun
yang pendek. Pada sistem monokultur ini, meskipun keanekaragaman rendah sekali, namun
pemanfaatan energi untuk mengurus lebih cermat, selanjutnya untuk peningkatan produksi dilakukan
intensifikasi misalnya dengan penggunaan pupuk, pestisida, mekanisasi tanah, irigasi dsb. Dengan
mengurangi keanekaragaman spesies pada sistem pertanian monokultur, maka menaikkan
homogenitas jenis, sehingga kawasan pertanian menjadi sangat tidak stabil. Akhirnya praktek bertani
banyak memerlukan energi untuk memelihara kemantapan, dan hal ini seringkali menjadi petaka
besar, karena banyaknya aliran energi yang keluar masuk dengan cepat, disertai dengan pembalikan
mineral tanah, sehingga mengakibatkan kerusakan tanah.
Sedangkan pada komunitas alam mempunyai kestabilan dan keanekaragaman yang tinggi dengan
biomassa setinggi mungkin per luasan tertentu. Pada komunitas alam yang mengalami suksesi yaitu
merupakan proses perubahan komunitas yang berurutan yang menyangkut peningkatan biomassa,
karena proses ini bermula dari komunitas dengan tumbuhan perintis dan kemudian menjadi semak

37

belukar, dan pada akhirnya menjadi hutan dengan biomassa yang besar. Komunitas alam input
energinya hanya tergantung pada matahari.
Revolusi Hijau
Revolusi hijau adalah suatu usaha untuk mencari berbagai varitas tanaman penghasil biji-bijian
(terutama beras dan gandum) yang berproduksi tinggi dalam skala yang besar. Penelitian dan
pengembangan dari revolusi hijau ini dilakukan di negara-negara sedang berkembang seperti
Filipina, Meksiko, India, Pakistan dan Turki. Program ini diharapkan dapat mengatasi krisis populasi
sumber alam yang melanda negara-negara berkembang. Namun demikian dari hasil revolusi hijau ini
sebaiknya perlu dicermati oleh kita karena:
1. Dari hasil revolusi hijau ini varietas tanaman memang sudah relatif lebih baik, tetapi produksi
yang meningkat itu bukan semata-mata hanya karena varietas tanaman saja yang baik, ada aspek lain
yang mendukung, seperti musim. Hal ini sesuai dengan asas 3 yang menyatakan bahwa ada lima
kategori sumber alam, termasuk materi (curah hujan), energi (suhu), yang dapat menaikkan hasil
panen.
2. Di India, hasil panen terus meningkat, tetapi dengan cara membuka lahan pertanian yang baru,
dan apabila cara ini terus menerus dilakukan, berarti akan terjadi pembukaan lahan baru.
3. Hasil panen dapat terus-menerus ditingkatkan dengan pemakaian pupuk, pembangunan irigasi,
pemanfaatan mekanisasi dan teknologi pertanian, sehingga memerlukan biaya yang sangat besar
yang mungkin diluar kemampuan negara berkembang.
4. Revolusi hijau juga mengancam kita dengan bahaya genetika. Apabila wilayah pertanian hanya
ditanamai varietas tertentu saja (gandum, padi, jagung), maka ada kemungkinan daerah tersebut peka
dengan hama dan penyakit.
Menurut asas ke 13, peningkatan keanekaragaman justru perlu ditingkatkan untuk memantapkan
daerah pertanian.. Disini dapat disimpulkan bahwa meskipun revolusi hijau membawa kemajuan
yang berarti, namun kita tetap harus waspada karena kemajuannya harus diimbangi dengan aspekaspek yang lain seperti peningkatan sumber daya manusianya.
2. Siatem Hutan
Luas hutan dunia, separohnya merupakan hutan yang terletak di daerah tropika. Dari seluruh hutan
di daerah tropika, kira-kira seperempatnya terletak di wilayah Asia-Pasifik dan hampirnya
merupakan hutan alam. Sedangkan Indonesia mempunyai hutan tropik terluas ketiga di dunia,
dengan ekosistem yang beragam mulai dari hutan tropik dataran rendah dan dataran tinggi hutan
rawa gambut, rawa air tawar dan hutan bakau. Ekosistem hutan tersebut mempunyai fungsi dan

38

peranan yang penting. Secara ekologis hutan merupakan sumber keanekaragaman hayati yang sangat
kaya, baik flora maupun faunanya dan juga sebagai paru-paru dunia.
Eksploitasi Hutan
Eksploitasi hutan tidak hanya terbatas pada hasil hutannya saja, melainkan pada hutan itu sendiri
seperti pembukaan lahan untuk pemukiman, penambangan, pertanian, yang banyak dilakukan di
negara-negara berkembang yang mempunyai kepadatan penduduk yang relatif tinggi. Di Indonesia
eksploitasi hutan disamping yang disebutkan diatas juga karena adanya pertumbuhan penduduk
yang tinggi dan tidak merata, kasus pemilikan tanah secara tradisional, pembukaan lahan untuk
program transmigrasi dsb. Untuk mengatasi hal semacam ini diperlukan kesadaran masyarakat yang
tinggi mengenai arti pentingnya peranan hutan bagi manusia secara berkelanjutan.
Strategi Ekonomi
Dari aspek ekonomi, hutan merupakan sumber pendapatan penting bagi negara terutama bagi
negara-negara yang sedang berkembang, juga bagi penduduk sekitar hutan merupakan sumber
pangan. Anonim pembangunan di sector kehutanan selama PJP I telah memberikan dampak yang
sangat berarti bagi pembangunan ekonomi dan perbaikan lingkungan hidup di negara kita.
Hutan dan Perkembangan Bangsa
Apabila dilihat dari sejarah perkembangan manusia, hutan memegang peranan yang berarti, karena
kekuasaan, pengaruh dan vitalitas kebudayaan beberapa masyarakat zaman dahulu banyak
bergantung kepada pengadaan hutan di lingkungan negaranya. Misalnya Athena dan Sparta adalah
negara yang kuat pada zaman sebelum Masehi, tetapi pada abad ke empat sebelum Masehi
pengaruhnya menurun sejalan dengan habisnya wilayah hutan di negara tersebut. Begitu pula dengan
negara Spanyol yang telah berjaya dengan kekuasaannya selama tiga abad pada abad ke 17
menurun . Hal ini disebabkan karena menurunnya hasil hutan yang dipakai untuk membangun
armada kapalnya. Lain halnya dengan Amerika Serikat yang agak beruntung, karena setelah
penebangan hutan kemudian ditemukan arang batu bara sebagai pengganti kayu bakar, kemudian
ditemukan pula minyak bumi, sehingga negara itu masih tetap eksis. Disini dapat diartikan bahwa
banyak negara tergantung dengan hutan karena kemampuan mereka mengelolanya.
Sedangkan di negara Indonesia, banyak sekali kebudayaaan yang berkembang terutama pada
masyarakat asli pedalaman yang mempunyai keterkaitan dengan hutan. Misalnya suku-suku di
pedalaman hutan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh Riau yang senantiasa menjaga kelestariannya,
suku-suku di Kep. Mentawai dsb.
Pengaruh Hutan terhadap Lingkungan

39

Hutan berpengaruh terhadap faktor lingkungan yaitu iklim, tanah dan air. Contoh hasil penelitian
tentang pengaruh hutan terhadap iklim telah dilakukan dengan membandingkan hutan yang sudah
ditebang dan hutan yang masih utuh, hasilnya menunjukkan bahwa hutan mempengaruhi iklim
setempat (iklim mikro). Pada hutan yang sudah ditebang dapat menimbulkan variasi iklim yang
besar dari panas ke dingin, dan dari basah ke kering sehingga kurang cocok untuk pertumbuhan
tanaman. Sedangkan pada hutan yang belum ditebang penuh dengan belukar, karena pohon-pohonan
mampu mengurangi kecepatan angin, akibatnya mengurangi penguapan air (evaporasi) dari
tumbuhan yang terlindung olehnya, sehingga apabila dibawahnya ada tanaman pertanian maka
pertumbuhannya akan baik dan dapat meningkatkan hasil panen.
Pohon-pohon hutan juga mempengaruhi struktur tanah dan erosi, sehingga mempengaruhi
pengadaan air di lereng gunung. Serasah di lantai hutan dapat mencegah rintikan air hujan untuk
langsung jatuh ke tanah, tanpa adanya serasah, tanah lantai hutan akan padat oleh air hujan, dengan
demikian daya serapnya berkurang.
Jadi apabila hutan di lereng gunung habis ditebang, air hujan akan mengalir deras membawa partikel
tanah permukaan, yang kemudian bercampur menjadi Lumpur. Peristiwa ini akan menutupi pori-pori
tanah di permukaan, pada hujan berikutnya lebih banyak lagi air yang mengalir di sepanjang lereng,
karena makin berkurangnya daya serap tanah. Hal ini menyebabkan tanah di lereng gunung menjadi
gersang dan kerdil. Apabila kejadiannya semakin parah, air yang mengalir dari lereng gunung tanpa
rintangan, maka menimbulkan banjir, banjir ini akan menghanyutkan lapisan humus pada permukaan
tanah.
Dari uraian di atas nampak bahwa penebangan hutan dapat menciptakan lingkaran setan. Makin
banyak pohon yang ditebang, maka semakin besar perubahan ekstrim iklim mikro, sehingga makin
sukar tumbuhan akan hidup.
Pengaruh Hutan dalam Tataguna Tanah
Keadaan iklim mikro di suatu daerah berhubungan erat dengan vegetasi yang terdapat di daerah itu.
Berbagai teori telah dikembangkan dalam mencari hubungan antara vegetasi dengan iklimnya. Teori
ini berkembang dalam dalam suatu bidang ekologi yang dikenal dengan ekologi zona kehidupan
(Life-zone ecology). Bidang keilmuan ini dapat digunakan sebagai alat dalam perencanaan tataguna
tanah pada tingkat nasional. Apabila dapat ditentukan jenis tumbuhan yang dapat dipelihara di suatu
daerah dengan cukup menguntungkan, maka akan dapat ditentukan pola penggunaan wilayah dengan
keuntungan yang dapat diperoleh dalam jangka panjang.
Dalam hal ini hubungan antara ekologi zona kehidupan dengan perencanaan tataguna tanah menurut
Holdrige (1967) pada tingkat nasional pada sebuah negara mempunyai dua strategi. Strategi
pertama adalah dengan menentukan pola penghidupan yang sesuai dengan keadaan sumber alam
yang ada di lingkungannya, artinya tidak ada unsur paksaan bagi seseorang untuk hidup bertani,
karena lingkungan nya tidak cocok untuk pertanian. Strategi ini pertama harus menentukan kapasitas

40

manusia dan jenis tanah serta iklim daerah setempat, kemudian menentukan penyebaran populasi
manusia yang diatur dan disesuaikan menurut pembakuan (standart) kehidupan yang diingini.
Strategi yang kedua adalah membiarkan populasi manusia tumbuh semaunya serta membuka
kesempatan kepada mereka untuk memanfaatkan setiap jengkal tanah yang dimanfaatkan untuk
pertanian, untuk menyokong penghidupan mereka, meskipun dengan produksi rendah (namun
pilihan ini bertentangan dengan asas ke empat).
Penelitian untuk menemukan teknik yang terbaik dalam mengklasifikasikan wilayah telah banyak
dilakukan, sehingga dapat ditentukan jenis tumbuhan yang cocok di suatu daerah dengan berbagai
faktor lingkungannya dengan memanfaatkan sumber alam yang ada di dalamnya sebaik mungkin.
Zona Kehidupan
Pengujian zona kehidupan telah dilakukan oleh Holdridge, yang mendasarkan metodenya pada
perkiraan bahwa:
1. Asosiasi tumbuhan yang dijumpai dimanapun di bumi ini berdasarkan tiga faktor lingkungan,
yaitu suhu, curah hujan dan kelembaban udara. Kelompok/asosiasi tumbuhan tersebut dapat dibatasi
oleh ke tiga faktor tersebut, dan kelompok ini yang menempati zona kehidupan tertentu. Zona ini
mempunyai dua arti yaitu ditujukan pada tumbuhan yang hidup didalamnya dan ditujukan pada batas
kisaran nilai suhu dan curah hujan dalam zona tersebut. Oleh karena itu berdasarkan hubungan
antara kedua faktor iklim tersebut dengan tumbuhan yang tersebar di dalamnya, dapat ditentukan
berbagai asosiasi tumbuhan yang ada di dalam zona tertentu.
2. Ekivalensi di antara ketiga besaran faktor iklim dengan suatu jenis asosiasi tumbuhan dapat
dinyatakan dengan suhu, curah hujan, dan kelembaban udara dalam unit yang memiliki relevansi
biologi secara maksimum. Jad untuk suhu digunakan indeks suhu biologi (biotemperatur) rata-rata
per tahun.
Holdridge menyatakan suhu biologi itu sebagai suhu yang berada pada batas kisaran, yang masih
memungkinkan pertumbuhan vegetasi. Dan vegetasi diperkirakan tumbuh pada kisaran suhu antara 0
C 30 C
Curah hujan dinyatakan dengan jumlah rata-rata per tahun dalam millimeter. Kedua angka
biotemperatur dan curah hujan ini sudah cukup untuk menentukan zona kehidupan.
3. Pengaruh suhu, curah hujan atau evapotranspirasi potensial pada tumbuhan berhubungan erat
dengan nilai logaritma nilai yang diukur dari ketiga besaran tadi.
4. Daerah lintang mempunyai ekivalensi dengan jalur ketinggian tempat. Jadi, kalau seseorang
mendaki lereng gunung di daerah tropika, maka ia akan sampai pada ketinggian yang keadaan
vegetasinya sebanding dengan kondisi curah hujan yang serupa dengan keadaan di kutub.
5. Satu macam kelompok tumbuhan yang tumbuh di suatu kawasan tidaklah secara unik ditentukan
oleh zona kehidupan. Holdridge mengusulkan adanya tiga tingkat hirarki untuk mengklasifikasikan
lingkungan tumbuhan, yang tertinggi atau terluas (zona kehidupan).

41

Dalam unit ini kemudian terdapat tiga pembagian yang disebut asosiasi. Asosiasi ini kemudian
ditentukan oleh karena adanya pengaruh suhu, curah hujan, kelembaban, dan modifikasi azonal,
seperti angin yang keras searah, kabut tebal, pola curah hujan menurut musim dst
Jadi Holdridge mengenal asosiasi suhu, asosiasi hidris, asosiasi tanah dst. Tiap asosiasi ini
kemudian dapat dibagi pembagian tingkat ketiga yang didasarkan pada perbedaaan tataguna tanah.
Sistem di atas mempunyai arti bahwa seorang ahli yang terlatih dapat meramalkan jenis komunitas
di suatu daerah berdasarkan pada data faktor lingkungan dan iklim di daerah tersebut, kemudian
dapat pula ditentukan jenis tumbuhan apa yang cocok ditanam di daerah tersebut.
3. Sistem Danau
Indonesia mempunyai lebih dari 500 danau dengan luas sekitar 5000 km 2. Dari sejumlah danau
terutama di Sulawasi, Sumatra dan Irian Jaya mempunyai spesies endemis, contohnya Danau
Matano-Towuti mempunyai 25 spesies endemik ikan, 12 spesies endemik moluska, 1 spesies
endemik ular dan beberapa spesies tumbuhan air., sedangkan di Indonesia bagian Barat, belum
diketahui berapa banyak spesies endemik Anonim (1996).
Danau merupakan salah satu ekosistem dari sekian banyak ekosistem yang telah dikenal. Menurut
seorang ahli danau sebagai sebuah mikrokosmos. Tumbuhan dan hewan yang ada di dalam danau
adalah bagian dari pada sistem interaksi yang dinamis dan diantara mereka saling pengaruhmempengaruhi. Danau dapat digunakan untuk mengemukakan beberapa asas penting bagi semua
ekosistem.
Asas pertama, ekosistem lahir karena perjalanan sejarah. Maksudnya adalah semua bentuk kekuatan
yang beroperasi pada setiap waktu di dalam sebuah ekosistem lama kelamaaan dapat mengubah cirri
dari ekosistem tersebut. Artinya semua ekosistem mengalami suksesi, contoh nyata adalah danau.
Suksesi dalam sebuah ekosistem, tidak hanya berarti bahwa setiap spesies tumbuhan dan hewan
dalam ekosistem itu mengalami perubahan genetika untuk dapat menyesuaikan diri dengan keadaan
lingkungannya. Tetapi juga berarti bahwa karena perubahan yang berlalu dalam ekosistem itu, maka
spesies yang tak sesuai dengan keadaan baru telah diganti
oleh spesies yang lebih mampu
menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya. Komposisi spesies tumbuhan dan hewan dalam
danau juga berubah-ubah dan proses suksesi ini menyangkut berbagai gelombang perubahan
komposisi spesies.
Suksesi dalam Danau
Terjadinya sebuah danau berasal dari berbagai akibat atau kejadian. Danau alam biasanya terbentuk
oleh adanya aktifitas vulkanik atau tektonik (Lehmusluoto,1999). Danau Toba misalnya adalah
danau yang terjadi karena akibat patahan di permukaan bumi yang kemudian diikuti peristiwa
klimat. Beberapa danau lain terjadi karena gejala vulkanik misalnya danau Lamongan, karena

42

belokan sungai yang terlalu dalam, karena depresi tanah kapur, ada juga danau buatan seperti
Jatiluhur.
Ketika danau pertama kali terbentuk, di dalamnya terkandung bahan organic yang jumlahnya sedikit,
dan airnya jernih, dengan kerapatan tumbuhan dan hewan rendah. Karena airnya jernih, maka sinar
matahari dapat menembus sampai ke dalam, sehingga suhunya menjadi dingin.
Hewan terutama ikan yang ditemukan di dalam danau tersebut merupakan hewan yang dapat
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang sejuk, kurang bahan makanan tetapi kaya
oksigen. Danau semacam ini disebut danau oligotrofi artinya makanan sedikit. Dalam keadaaan
seperti ini bahan makanan juga sedikit, karena aktifitas biologi sedikit. Oleh sebab itu, ada
kemungkinan pada permukaan air juga terjadi kekurangan bahan seperti fosfor, nitrogen dan
kalsium. Padahal unsur kimia tersebut sangat dibutuhkan oleh mahluk hidup. Meskipun demikian
kegiatan biologis dalam danau lama kelamaan meningkat, kecuali kalau memang danau tersebut
sangat dingin atau sangat kekurangan bahan makanan. Bahan organik seperti fitoplankton,
zooplankton dan sampah organik lain yang ada di dalam danau semakin lama semakin banyak
menumpuk di daerah permukaan . Akibatnya kejernihan air semakin lama semakin menurun air
menjadi semakin keruh, ini berarti sinar matahari tidak dapat menembus ke dalam perairan, hanya di
permukaan air saja, sehingga proses fotosintesis semakin terganggu, terjadi hanya sebatas di
permukaan perairan saja. Dengan meningkatnya jumlah total kegiatan biologis per unit waktu dalam
volume air tertentu, maka akan menimbulkan produksi sampah organik meningkat yang mulanya
terapung dipermukaan air, tetapi lama kelamaan akan tenggelam di dasar danau. Ditambah pula
adanya pemasukan bahan dari luar melalui air sungai yang mengalir ke danau, lama kelamaan danau
akan menjadi dangkal karena adanya pengendapan bahan. Terutama di tepi danau yang banyak
kegiatan biologis, akan memperkaya bahan-bahan di danau tersebut, sehingga danau yang tadinya
oligotrofi menjadi mesotrofi.
Daya pengendapan bahan memang bervariasi dalam danau mesotrofi. Ada danau mesotrofi yang
lama sekali berubah ke tingkatan berikutnya, tetapi ada juga danau mesotrofi yang dengan cepat
berubah menjadi dangkal bagian tepinya, dengan bagian tengah mempunyai kedalaman tertentu (310m). Apabila kecepatan aktifitas biologi bertambah tinggi dan konsentrasi organisme hidup besar,
maka produksi bahan organik menjadi bertambah, menyebabkan air danau menjadi keruh. Akibatnya
matahari hanya dapat menembus beberapa meter saja (1-3 m) saja, sehingga danau airnya menjadi
hangat dan terjadilah perubahan komposisi spesies jasad hidup, danaupun akan menjadi lebih kaya
dengan jasad hidup.. Hal ini menyebabkan selalu tersedia cukup makanan di permukaan air untuk
mendukung berbagai kegiatan biologi. Danau ini kemudian berubah tingkatannya menjadi eutrofi.
Apabila terjadi pendangkalan terus menerus dengan jasad hidup yang sangat melimpah, maka akhir
dari suksesi ini akan terjadi distrofi.
Keadaan tersebut menunjukkan perubahan dari danau menjadi rawa, lalu menjadi tanah daratan
seperti biasa. Pada keadaan distrofi, jumlah bahan organik yang dibusukkan menjadi begitu besar,

43

sehingga oksigen yang digunakan untuk aktifitas pembusukan melebihi kemampuan tumbuhan untuk
menyediakannya. Akibatnya tumbuhan aquatik dalam danau itu menjadi sangat berkurang daya
aktifitas biologinya, akhirnya danau tersebut akan mati, kemudian lahirlah komunitas daratan baru.
Urutan perubahan suksesi pada danau tersebut akbat dari aktifitas manusia, misalnya pembuangan
sampah organik, pencemaran limbah pertanian dsb.
Manfaat Danau bagi Manusia
Danau mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia, menjadi sumber alam yang dapat
dimanfaatkan baik langsung ataupun tidak langsung oleh manusia, karena sebagai sumber alam air
danau dapat dimanfaatkan untuk pengairan, suplai industri domestik, PLTU, perikanan, transportasi,
rekreasi dan konservasi keanekaragaman flora dan fauna (Lehmusluoto, 1999). Keuntungan tehnis
dari danau adalah menghasilkan ikan dan sebagai sumber irigasi, di danau Maninjau dan Singkarak,
Batur dan Bratan danau dapat dimanfaatkan untuk tempat rekreasi, dan irigasi.
Danau merupakan sumber bahan makanan yang penting bagi manusia, contohnya adalah ikan.
Meskipun demikian jumlah bahan makanan (ikan} yang dapat diambil oleh manusia dari danau
tergantung dari tingkat suksesinya (kesuburannya), sehingga diperlukan strategi manusia dalam
pengambilan hasil dari dalam danau itu. Disini dibutuhkan pengelolaan secara berkelanjutan agar
tidak habis dan punah.
4. Sistem Padang Rumput
Padang rumput dengan sistem peternakan di dalamnya perlu memperoleh perhatian khusus, karena
merupakan suatu sistem edaran sebab-akibat antara tumbuhan dan hewan dalam lingkungan hidup
manusia. Dari hubungan timbal balik ini manusia dapat memetik manfaatnya yang sangat berharga.
Yang menarik dari sistem padang rumput ini adalah berlakunya hubungan pengaruh-mempengaruhi
antara keanekaragaman spesies tumbuhan dan keanekaragaman spesies hewan. Hewan (ternak)
pemamah biak dari berbagai spesies, bahkan dari berbagai umur pada spesies yang sama, sering
mempunyai pilihan spesies tumbuhan tertentu untuk makanannya. Ini berarti apabila kita
memindahkan spesies atau kelompok umur suatu hewan ternak ke padang rumput lain, maka kita
akan mengubah pula komposisi spesies tumbuhan di padang rumput asalnya.

44

Hasil ternak
bagi manusia

Kepadatan hewan
spesies 1

Pengaruh jejak kaki


terhadap sifat manusia

Kepadatan hewan
spesies2

IKLIM
Pemupukan tanah
oleh manusia
Kepadatan
tumbuhan
spesies 1

Konsentrasi zat
makanan dalam
tanah

Kepadatan
tumbuhan
spesies 2

Gambar
Bagan alir hubungan timbal-balik hewan tumbuhan - manusia di dalam ekosistem
padang rumput.
Hubungan Tumbuhan-Hewan dan Manusia
Hubungan antara hewan, tumbuhan dan peranan manusia dalam sebuah padang rumput dapat
ditunjukkan secara sederhana pada gambar di atas. Meskipun pada kenyataannya padang rumput
dihuni oleh oleh banyak spesies hewan dan tumbuhan dengan bermacam kelas umurnya yang
berbeda-beda, namun untuk memudahkan ilustrasi pada gambar, hanya akan dicantumkan dua
spesies hewan ternak dan dua spesies tumbuhan. Dalam gambar tersebut terlihat bahwa manusia
dapat mengambil hasil dari kedua spesies hewan ternak yang terdapat dalam padang rumput tersebut.
Artinya, setiap tahun manusia dapat mengambil X% dari daging yang dihasilkan oleh spesies hewan
yang satu, dan Y% dari spesies hewan yang kedua. Kedua spesies hewan ini mempengaruhi spesies
tumbuhan , bukan saja spesies stumbuhan tersebut dijadikan bahan makanan, tetapi juga karena
pengaruh jejak kakinya. Manusia dalam usaha meninggikan produksi hewan, dapat secara tidak
langsung memberi pupuk kepada kawasan padang rumput, yang kemudian akan terdapat

45

penambahan zat makanan dalam tanah bagi tumbuhan untuk hidup lebih subur. Sungguhpun
demikian perlu diingat, bahwa tiap tumbuhan yang terdapat dalam padang rumput itu mempunyai
keperluan bahan makanan yang berbeda-beda.
Sebaliknya tumbuhan merupakan faktor yang penting juga dalam mempengaruhi sifat serta cirri
tanah sebagai penyumbang bahan organic. Gambar tersebut tidak menampung hubungan timbal balik
sistem hewan-tumbuhan-manusia secara kritis, misalnya bagaimana pengaruh faktor lingkungan
terhadap keseimbangan hidup sapi di padang rumput. Untuk lebih menjelaskan hubungan yang
dinamis antara spesies tumbuhan dan hewan di padang rumput , dirumuskan hubungan tersebut sbb:
1. Berbagai spesies hewan pemamah biak yang hidup di padang rumput yang sama mempunyai
pilihan tumbuhan yang berbeda sebagai bahan makanannya.
2. Adanya pilihan tertentu terhadap tumbuhan sebagai makanannya, maka hewan dapat mengubah
komposisi tumbuhan di padang rumput tsb, karena adanya seleksi terhadap tumbuhan, ada
kemungkinan spesies tumbuhan yang kerapatannya menjadi berkurang.
3. Timbulnya perubahan kerapatan relatif spesies tumbuhan yang berlainan, berakibat pada
timbulnya perubahan spesies hewan yang mencari makanan di daerah tsb.
Pilihan Bahan Makanan oleh Ternak
Disini dicontohkan oleh Taibott (1996) yang melaporkan bahwa setiap spesies pemamah biak di
Afrika Timur dan Tengah mempunyai pilihan bahan makanan yang berlainan. Jerapah lebih memilih
daun dari pohon-pohon yang tinggi, badak memakan daun semak-belukar, sedangkan wilde beest
lebih senang makan rumput yang eksklusif. Hal yang serupa berlaku di padang rumput Cagar Alam
Ujung Kulon. Badak lebih suka makan daun dan kayu dari semak belukar yang muda, banteng
hampir secara eksklusif memakan rumput-rumputan, sedangkan rusa memakan pucuk muda dari
beberapa tumbuhan semak Sedangkan di California sapi dan biri-biri bahan makanannya menurut
perjalanan musim (table).
Apabila dianalisa cara makan kedua hewan ternak tersebut dalam segi hubungan antara frekuensi
tumbuhan sebagai bahan makanan dengan frekuensi pemakanan oleh kedua hewan tersebut, nampak
adanya perbedaan baik pada pilihan hewan terhadap suatu jenis tumbuhan maupun pada intensitas
pemakanan tumbuhan tertentu oleh hewan tersebut.
Begitu pula di Australia, di negara tersebut hujan sangat tidak menentu waktunya, sehingga
penggembalaan mempengaruhi perubahan komposisi tumbuhan. Akibatnya biri-biri sangat
menekankan plihan makanannya kepada tumbuhan yang mempunyai pertumbuhan vegetatif di luar
musim hujan. Dengan demikian spesies tumbuhan yang masa pertumbuhannya di musim hujan tidak
begitu terpengaruh oleh biri-biri. Semua itu menyebabkan penggembalaan yang berlangsung
sepanjang tahun mengubah komposisi tumbuhan ke arah spesies yang mempunyai periode
pertumbuhan yang pendek dan akar yang tidak begitu dalam, yaitu cirri-ciri tumbuhan di luar musim
penghujan, sehingga tumbuhan musim penghujan makin-lama makin unggul (dominan).

46

Konsekuensi penggembalaan biri-biri tersebut, maka kanguru terusir dari lingkungan hidup aslinya,
yaitu padang rumput. Meskipun demikian akibat sebaliknya, kanguru bukit turun ke padang rumput
karena menemukan makanan yang cocok dengan adanya perubahan komposisi tumbuhan di padang
rumput tersebut. . Perubahan serupa ini menyebabkan kerugian besar pada manusia karena
perbuatannya sendiri, yaitu dengan menurunnya kapasitas bawa di daerah tersebut sebesar 25%. Jadi
penggembalaan yang terlalu intensif tadi, yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan yang cukup
besar dalam jangka yang pendek, ternyata menngakibatkan kerugian yang sangat besar dalam waktu
yang relatif pendek dan merupakan kerugian dalam jangka panjang.
Pengaruh Perubahan Distribusi Umur Hewan Ternak terhadap Komposis Tumbuhan di
Padang Rumput
Perubahan komposisi spesies tumbuhan di padang rumput tidak hanya disebabkan oleh perubahan
komposisi spesies hewan saja, tetapi juga oleh distribusi umur hewan dalam spesies yang sama.
Contohnya di Inggris barat laut (kawasan biri-biri). Di daerah ini masalah yang paling serius adalah
terdapatnya penyebaran jenis rumput matgrass. Jenis rumput ini biasanya sebagai indikator jenis
tanah miskin, sebagai akibat menurunnya kesuburan tanah di bukit. Tetapi kemudian jenis rumput ini
menjadi umum dijumpai di padang rumput. Analisis kadar zat makanan yang terdapat pada matgrass
dibandingkan dengan spesies rumput yang lain dalam padang rumput itu menunjukkan lebih rendah
kadarnya hampir pada setiap zat makanan. Pada saat musim dingin, biri-biri dewasa memakan
rumput ini hampir seluruh tumbuhan dapat tercabut sampai ke akar-akarnya, namun demikian sisa
penyebaran rumput ini masih dapat terlihat di sela-sela batu atau di tepi dinding.
Sementara itu kebutuhan daging domba makin meningkat, menyebabkan distribusi dan komposisi
umur domba itu berubah. Perubahan ini menunjukkan bahwa dalam populasi biri-biri itu terdapat
lebih banyak biri-biri muda dan anak-anak dari pada yang dewasa, dan mereka ini memilih rumput
lain sebagai bahan makanannya, tidak memilih matgrass. Akibatnya matgrass justru mendesak
rumput lain yang mempunyai mutu makanan lebih baik, hasilnya matgrass tumbuh menyebar yang
sebenarnya tidak diingini oleh manusia karena menurunkan produksi ternak.
Hal ini sebenarnya sudah diramalkan pada asas ke 13, apabila manusia terlalu banyak mengambil
hasil ternak, maka akan terjadi perubahan distribusi umur dalam populasi biri-biri itu, yang berakibat
pada ketidak mantapan dalam lingkungan padang rumput. Hasilnya dapat menurunkan
keanekaragaman distribusi umur dan ratio jantan/betina dalam populasi itu, dan akibat terakhir
adalah menimbulkan ketidak mantapan pada populasi tumbuhan yang menjadi makanannya dan
mengalami suksesi dari stabil menjadi tidak stabil.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka dilakukan pemupukan tanah padang rumput dengan
penambahan fosfat, hasilnya terjadi kenaikan produksi enam kali lipat.
Dari kenaikan produksi tersebut, timbul sebuah polemik, karena untuk meningkatkan produksi harus
diperlukan energi baik di sektor pertanian ataupun peternakan, kemudian timbul masalah baru karena

47

adanya ketergantungan penambahan energi, sehingga menambah beban, karena sumber energi habis
dalam perjalanan waktu.

48

BAB.V SUMBERDAYA ALAM DAN


PENGELOLAAN LINGKUNGAN
KOMPETENSI DASAR : Setelah selesai mengikuti perkuliahan pada BAB V ini, diharapkan
mahasiswa mampu menjelaskan tentang konservasi sumberdaya alam dan pengelolaan lingkungan.
MATERI :
PENDAHULUAN :
Dalam bab ini akan dibahas hal-hal mengenai konservasi sumberdaya alam dan pengelolaan
lingkungan, yang akan diberikan dalam dua kali pertemuan.
PENYAJIAN :
Pengertian Konservasi
Akhir-akhir ini telah terjadi pengeksplotasian dan pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan
tanpa memperhatikan kelestariannya. Contoh kecil adalah penggunaan dan pengolahan lahan yang
berlebihan tanpa nenperhatikan kaidah-kaidah pelestarian atau konservasi. Kaidah-kaidah konservasi
sumber daya alam pada umumnya adalah penghematan penggunaan sumber daya alam dan
memperlakukannya berdasarkan hukum alam.
Pengertian konservasi itu sendiri suatu upaya atau tindakan untuk menjaga keberadaan sesuatu
secara terus menerus berkesinambungan baik mutu maupun jumlah. Menurut Wartaputra (1990) titik
tolak konservasi sumberdaya alam hayati bersumber dari strategi konservasi dunia yang pada tahun
1980 diumumkan di Indonesia (bersama dengan 30 negara lain di dunia) oleh empat orang menteri:
Menteri Pertanian, Menteri Penerangan, Menteri RISTEK dan Menteri PPLH yang mengandung tiga
aspek yaitu:
1.
Perlindungan sistem penyangga kehidupan
Yaitu perlindungan proses ekologis yang penting sebagai sistem penyangga kehidupan (yang
mendukung sistem penyangga kehidupan), karena sistem penyangga kehidupan harus dalam keadaan
yang seimbang. Disini ada perbedaan antara lingkungan asli (sudah dalam keseimbangan yang
optimal/stabil) dan lingkungan buatan (dalam keadaan tidak stabil). Siklus udara, air, tanah dan hara
merupakan sub sistem penyangga kehidupan.
2.
Pengawetan/pelestarian aneka ragam genetik yang ada
Kegunaan pelestarian genetik adalah untuk kesinambungan pembangunan. Hampir dari seluruh
industri tergantung dari kelestarian jenis unggul untuk keperluan kehidupan manusia. Misalnya padi
yang terus menerus diteliti sampai ditemukan jenis unggul.
3.
Pelestarian manfaat

49

Pemanfaatan spesies flora dan fauna sudah banyak dilakukan. Pemanfaatan spesies-spesies yang
tidak dilindungi dapat terjamin dalam keseimbangan alam. Sedangkan pemanfaatan spesies-spesies
yang dilindungi diperlukan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan CITES (Convention
International Trade of Dangered Flora and Fauna Species).
Perkembangan prinsip konservasi, semula pendekatan konservasi jenis menjadi konservasi dengan
pendekatan ekosistem. Disini ada beberapa masalah dalam menangani konservasi sumber daya alam:
1. Jumlah penduduk dengan penyebaran yang tidak merata, yang sebagian besar berada di P. Jawa
2. Pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi
3. Mata pencaharian yang bersifat agraris akan memerlukan lahan, dan terjadi tumpang tindih
kepentingan antara konservasi dan eksploitas
4. Sumber daya alam adalah modal dasar pembangunan yang harus dimanfaatkan baik sebagai
obyek maupun subyek pembangunan
Oleh karena itu untuk melestarikan sumber daya alam terutama sumberdaya alam hayati, sebagai
benteng terakhir oleh pemerintah adalah ditetapkannya kawasan konservasi sebagai perwakilan
berbagai ekosistem (di Indonesia terdapat kurang lebih 80 ekosistem)
Pengertian Sumberdaya Alam
Sumberdaya alam berdasarkan manfaat yang diperoleh dapat dibagi menjadi:
1. Sumberdaya alam Stock atau non-renewable
Yaitu sumberdaya alam yang apabila tidak dimanfaatkan ketersediaanya tidak bervariasi secara nyata
menurut waktu. Dengan kata lain menurut waktu keadaannya tidak bertambah atau berkurang.
Dengan demikian setiap bentuk pemanfaatan sumberdaya alam tersebut saat ini akan menurunkan
ketersediaannya (dalam bentuk penggunaan yang sama) di masa mendatang contohnya minyak
bumi, batubara, emas, dan barang tambang lainnya.
2. Sumberdaya alam flow atau renewable
Yaitu sumberdaya alam yang ketersediaannya bervariasi menurut waktu, walaupun tidak
dimanfaatkan laju ketersediaannya mungkin meningkat atau menurun menurut waktu. Sumberdaya
alam ini terbagi menjadi :
a.
Sumberdaya alam dengan zona kritis (with critical zone)
Seperti hutan, ikan satwa liar, dan tanah yang semuanya dapat menjadi habis jika pemanfaatannya
melebihi produksinya, disini aspek pengelolaan merupakan hal yang penting mengingat sumberdaya
alam ini dapat diperbaharui
b.
Sumberday alam flow yang tidak mempunyai zona kritis (with no critical zone).
Misalnya sinar matahari, angin dan ombak. Untuk sumberdaya alam ini dapat diperoleh menurut
waktu asal terdapat flow yang permanen.
Konservasi Tanah

50

Tujuan utama dari konservasi tanah adalah untuk mendapatkan tingkat keberlanjutan produksi lahan
dengan menjaga laju kehilangan tanah tetap di bawah ambang batas yang diperkenankan, yang
secara teoritis dapat dikatakan bahwa laju erosi harus lebih kecil atau sama dengan laju pembentukan
tanah. Erosi merupakan proses alam yang sama sekali tidak dapat dihindari, khususnya untuk lahan
pertanian, maka yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi laju erosi, untuk itu maka
diperlukan strategi konservasi tanah:
1. Melindungi tanah dari hantaman air hujan dengan penutup permukaan tanah
2. Mengurangi aliran permukaan dengan meningkatkan kapasitas infiltrasi
3. Meningkatkan stabilitas agregat tanah
4. Mengurangi kecepatan aliran permukaan dengan meningkatkan kekasaran permukaan lahan
Secara garis besar metode konservasi tanah dapat digolongkan menjadi 3, yaitu:
1. Konservasi secara agronomis
2. Konservasi secara mekanis
3. Konservasi secara kimiawi
Konservasi secara Agronomis
Konservasi tanah secara agronomis adalah penggunaan tanaman atau tumbuhan atau sisa tumbuhan
dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi laju erosi dengan cara mengurangi daya
rusak hujan yang jatuh dan jumlah daya rusak aliran permukaan. Konservasi ini dapat dilakukan
dengan berbagai cara yaitu:
1. Penanaman tanaman tumbuhan penutup tanah secara terus menerus (permanent plant cover)
2. Penanaman dalam strip (strip cropping)
3. Penanaman berganda (multilple cropping)
4. Penanaman bergilir (rotation cropping)
5. Pemanfaatan mulsa (residue management)
6. Sistem pertanian hutan (agroforestry)
Tanaman Penutup Tanah
Yang dimaksud tanaman penutup tanah adalah tanaman yang dengan sengaja ditanam untuk
melindungi tanah dari erosi, menambah bahan organic tanah dan sekaligus meningkatkan
produktivitas tanah. Tanaman penutup tanah ini dapat dikelompokkan menjadi:
1. Tanaman penutup tanah rendah, jenis rumput-rumputan dan tanaman merambat atau menjalar
yang dipergunakan pada pola penanaman rapat, dalam barisan, untuk keperluan khusus dalam
perlindungan tebing, talud, teras, dinding saluran irigasi maupun drainase

51

2. Tanaman penutup tanah sedang berupa semak, digunakan dalam pola penanaman teratur diantara
barisan tanaman pokok, digunakan dalam barisan pagar, dan ditanam di luar tanaman pokok yang
merupakan sumber mulsa atau pupuk hijau
3. Tanaman penutup tanah tinggi, dipergunakan dalam pola penanaman teratur diantara barisan
tanaman pokok, ditanam dalam barisan, dan dipergunakan khusus untuk melindungi tebing dan
penghutanan kembali
4. Tumbuhan rendah alami (semak dan belukar)
5. Tumbuhan pengganggu
Penanaman dalam strip
Adalah cara bercocok tanam dengan beberapa jenis tanaman yang ditanam berselang seling dalam
strip-strip pada sebidang tanah dan disusun memotong lereng atau kontur. Cara ini ada beberapa tipe
yaitu:
1. Penanaman dalam strip menurut garis kontur (Contour strip cropping) susunan stripstrip harus
tepat sejajar dengan kontur dengan urutan pergiliran yang tepat pula
2. Penanaman dalam strip lapangan (field strip contour) terdiri dari stripstrip tanaman yang tidak
perlu sejajar, namun lebarnya seragam dan disusun melintang/memotong arah lereng
3. Penanaman dalam strip penyangga (buffer strip cropping) terdiri dari strip-strip rumput atau
leguminosae yang dibuat diantara strip-strip tanaman pokok, strip lebarnya dapat seragam atau tidak.
Penanaman berganda
Penanaman ini berguna untuk meningkatkan produktivitas lahan sambil menyediakan proteksi
terhadap tanah dari erosi. Sistem ini dapat dilakukan baik dengan cara penanaman beruntun,
tumpang sari atau tumpang gilir
1. Penanaman beruntun (sequential cropping)
Yaitu sistem bercocok tanam dengan menggunakan dua atau lebih jenis tanaman pada sebidang
tanah, dimana tanaman kedua dan ketiga ditanam pada saat tanaman pertama panen yang bertujuan
untuk meningkatkan intensitas penggunaaan lahan
2. Penanaman tumpangsari (inter cropping)
Yaitu sistem bercocok tanaman dengan menggunakan dua atau lebih jenis tanaman yang ditanam
serentak atau bersamaan pada sebidang tanah baik secara campuran ataupun terpisah dalam baris
yang teratur, sistem ini mampu menekan laju erosi dan aliran permukaan
3. Penanaman tumpang gilir (relay cropping)
Yaitu sistem bercocok tanam dengan menggunakan dua atau lebih jenis tanaman pada sebidang
tanah, dimana tanaman kedua atau berikutnya ditanam setelah tanaman pertama berbunga, sehingga
apabila tanaman pertama dipanen, tanaman kedua sudah tumbuh, sistem ini bertujuan untuk
meningkatkan intensitas penggunaan lahan sekaligus meningkatkan frekuensi tanam.

52

4. Penanaman lorong (allay cropping)


Yaitu sistem bercocok tanam dengan menggunakan dua atau lebih jenis tanaman pada sebidang
tanah, dimana salah satu jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman non pangan, tanaman pokok
ditanam di lorong diantara tanaman non pokok sebagai pagar, sedangkan fungsi tanaman pagar
adalah sebagai sumber pupuk hijau, dapat mengurangi erosi, sumber kayu bakar dan sumber
makanan ternak.
Penggunaan mulsa
Mulsa adalah sisa-sisa tanaman yang disebarkan di atas permukaan tanah. Dari segi konservasi
penggunaan mulsa mempunyai beberapa keuntungan yaitu memberi pelindung terhadap permukaan
tanah dari hantaman air hujan sehingga mengurangi laju erosi, mengurangi volume dan kecepatan
aliran permukaan, memelihara temperatur dan kelembaban tanah, meningkatkan kemantapan
struktur tanah, meningkatkan kandungan bahan organic tanah dan mengendalikan tanaman
pengganggu. Bahan mulsa yang paling baik adalah tanaman yang sukar lapuk seperti batang jagung,
jerami, sorgum.
Penghutanan kembali (reboisasi)
Penghutanan kembali merupakan cara yang cocok untuk menurunkan erosi dan aliran permukaan,
terutama jika dilakukan pada bagian hulu daerah tangkapan air untuk mengatur banjir, secara lebih
luas, penghutanan kembali dapat diartikan sebagai usaha untuk memulihkan dan menghutankan
kembali tanah yang mengalami kerusakan fisik, kimia, maupun biologi, baik secara alami maupun
oleh ulah manusia. Tanaman yang digunakan biasanya tanaman yang bisa mencegah erosi, baik dari
segi habitus maupun umur, juga tanaman keras yang bernilai ekonomi. Dari segi konservasi,
tanaman yang dipilih harus mempunyai perakaran yang kuat, dalam dan luas sehingga membentuk
jaringan akar yang rapat, mempunyai pertumbuhan yang cepat, mempunyai nilai ekonomi dan dapat
memperbaiki kualitas kesuburan tanah.
Konservasi secara Mekanis
Prinsip dasar konservasi tanah adalah mengurangi banyaknya tanah yang hilang akibat erosi. Dalam
hal ini konservasi secara mekanis mempunyai fungsi, yaitu:
1. memperlambat aliran permukaan
2. menampung dan mengalirkan aliran permukaan sehingga tidak merusak tanah
3. memperbesar kapasitas infiltrasi air ke dalam tanah dan memperbaiki erosi tanah
4. menyediakan air bagi permukaan.
Adapun usaha konservasi tanah termasuk kedalam metode mekanis adalah prngolahan tanah,
pengolahan tanah menurut garis kontur, pembuatan teras, pembuatan saluran air, pembuatan dam.

53

Pengolahan tanah
Konservasi mekanis dengan cara pengolahan tanah bertujuan untuk menciptakan kondisi tanah yang
baik bagi pertumbuhan tanaman, menyiapkan tempat untuk tumbuh bagi benih, menggemburkan
tanah pada daerah perakaran, membalikan tanah sehingga sisa-sisa tanaman bisa terbenam di dalam
tanah dan memberantas gulma. Untuk mencapai hasil pengolahan yang baik bagi pertanian dan
usaha konservasi, maka yang dilakukan adalah
1. Tanah diolah seperlunya saja
2. Pengelolaan tanah dilakukan pada saat kandungan air yang tepat
3. Pengolahan tanah dilakukan menurut garis kontur
4. Merubah kedalaman pengolahan tanah
5. Pengelolaan tanah sebaiknya dilakukan dengan pemberian mulsa
Pengolahan tanah menurut kontur
Pengolahan tanah dan penanaman menurut kontur dapat mengurangi laju erosi. Efektifitas
pengolahan tanah dan penanaman menurut kontur tergantung pada kemiringan dan panjang lereng.
Keuntungan utama mengolah tanah menurut kontur adalah terbentuknya penghambat aliran
permukaan air, terjadinya tempat penampungan air sementara sehingga memungkinkan penyerapan
air dan dapat mengurangi terjadinya erosi.
Pengolahan tanah menurut guludan
Guludan adalah tumpukan tanah yang dibuat memanjang memotong kemiringan lahan (lereng).
Fungsi guludan untuk menghambat aliran permukaan, menyimpan air di bagian atas dan untuk
memotong panjang lereng

Terras
Terras adalah timbunan tanah yang dibuat melintang atau memotong kemiringan lahan, yang
berfungsi untuk menangkap aliran permukaan yang memungkinkan terjadinya penyerapan air dan
berkurangnya erosi. Fungsi teras adalah terras pengelak (diversion terrace), teras retensim (retention
terrace), terras bangku (bench terrace).
Terras pengelak berfungsi untuk menangkap aliran permukaan dan mengalirkannya memotong
kontur melalui outlet yang tepat, bentuk ini cocok untuk kemiringan kecil. Sedangkan terras retensi
diperlukan untuk penyimpanan air dengan menampungnya di bagian bukit, dalam hal ini diperlukan
bagian tanah yang datar yang mampu menyimpan aliran permukaan dengan periode ulang sampai 10
tahunan dengan tanpa terjadi luapan, biasanya untuk tanah dengan kemiringan 4,5 0. Terras bangku

54

dibuat dengan jalan memotong lereng dan meratakan tanah di bagian bawah sehingga terbentuk
suatu deretan anak tangga atau bangku yang dipisahkan oleh talud.
Konservasi Air
Konservasi air penting untuk kehidupan manusia. Konservasi air bertujuan untuk meningkatkan
volume air tanah, meningkatkan efisiensi penggunaannya sekaligus memperbaiki kualitasnya sesuai
dengan peruntukannya. Konservasi air mempunyai efek ganda, diantaranya mengurangi kerugian
akibat banjir, mengurangi biaya pengolahan air, mengurangi ukuran jaringan pipa. Dalam dua decade
terakhir, konservasi air telah menjadi kunci untuk meningkatkan suplai air bersama dengan
meningkatkan memanajemen kebutuhan. Konservasi air yaitu menyimpan air dikala berlebihan dan
menggunakannya sehemat mungkin untuk keperluan tertentu yang produktif. Sehingga konservasi
air secara domestik, berarti menggunakan air sehemat mungkin untuk keperluan rumah tangga, dan
konservasi air untuk industri berarti menggunakan air sehemat mungkin untuk kepentingan produksi.
Konservasi air untuk pertanian berarti menggunakan air sehemat mungkin untuk menghasilkan hasil
pertanian yang sebanyak-banyaknya.
Konservasi Hutan
Konservasi hutan bukan hanya melalui penghutanan kembali lahan kritis, hutan lindung, hutan yang
rusak, dengan jalan penghiajuan, tetapi lebih dari itu harus memperhatikan kaidah-kaidah ekologi di
dalam mengeksploitasi hutan produksi, dan hutan rawa. Pada usaha konservasi di kawasan hutan
lindung dan hutan suaka
Pengelolaan Lingkungan
Usaha melestarikan lingkungan dari pengaruh pembangunan di berbagai bidang adalah salah satu
usaha yang perlu dijalankan. Pengelolaan lingkungan yang baik dapat mencegah kerusakan
lingkungan sebagai akibat pembangunan. Tujuan pengelolaan lingkungan terutama untuk mencegah
kemunduran populasi sumber daya alam yang dikelola dan sumber daya alam lain yang ada di
sekitarnya dan mencegah pencemaran limbah atau polutan yang membahayakan lingkungan.
Pengelolaan sumber daya alam mencakup beberapa upaya yang dilakukan secara terpadu dan
bertahap. Upaya ini disebut upaya terpadu karena dalam pengelolaan terdapat beberapa kegiatan
yang dilakukan bersama-sama diantaranya kegiatan pemanfaatan, pengendalian, pengawasan,
pemulihan, dan pengembangan lingkungan. Dengan melaksanakan urutan kegiatan tersebut, maka
kualitas lingkungan dapat dijaga kelestariannya, agar selanjutnya dapat tetap mendukung
kesejahteraan manusia. Disini harus pula disertai dengan mental si pengelola yang dengan segala
tanggung jawab dan kesadaran harus berusaha memelihara sumber daya alam yang tersedia untuk
mengelola hingga masa yang akan datang.

55

Pengelolaan lingkungan merupakan upaya yang dilakukan secara bertahap karena tindakan yang
dilakukan dalam pengelolaan diawali dengan penyusunan rencana, disusul dengan tahap pelaksanaan
yang berupa pemanfaatan, pengendalian dan pengawasan. Tahap selanjutnya berupa pemulihan dan
pengembangan lingkungan untuk menjaga kelestarian kualitas lingkungan.
Pengelolaan Lahan
Pengelolaan lahan disini termasuk pengelolaan lahan pertanian, pengelolaan lahan untuk pemukiman
maupun industri. Dengan makin berkembangnya ilmu dan teknologi, maka manusia semakin
berupaya untuk mendapatkan strategi baru dalam bidang penggunaan lahan. Strategi tersebut
bertujuan untuk meningkatkan hasil yang maksimal dengan menggunakan waktu, tenaga dan biaya
yang semaksimal mungkin untuk memperoleh:
1. hasil atau produksi yang maksimum dari setiap unit lahan
2. memilih tata cara pengelolaan lahan yang memberi keuntungan maksimum
3. menekan sekecil mungkin ketidakmantapan kondisi lahan potensial sehingga dapat meningkatkan
hasil maksimal
4. mencegah menurunnya potensi lahan potensial
Pengelolaan Hutan
Hutan mempunyai fungsi dan pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan dan kelangsungan
lingkungan, terutama berpengaruh terhadap iklim mikro yaitu iklim yang berlaku pada daerah dalam
hutan tersebut. Dikenal suatu pengelolaan hutan yang merupakan campuran kegiatan kehutanan
dengan kegiatan perkebunan, pertanian dan peternakan. Pengelolaan tersebut disebut agroforestry
yang menganut sistem diversifikasi usaha berbagai macam komoditi, tetapi dengan tetap menjaga
pemeliharaan hutan secara optimal. Adapun strategi agroforestry adalah:
1. Meningkatkan produktivitas lahan hutan secara keseluruhan antara produktivitas hutan dengan
pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan
2. Mengatasi sempitnya lahan pertanian
3. Pemerataan penduduk ke daerah pinggiran hutan dengan meningkatkan taraf hidupnya
Hutan serbaguna merupakan hutan yang dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan, antara lain sebagai
sumber plasma nutfah, sarana penelitian, sarana pendidikan, serta tempat wisata.
Pengelolaan Air
Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh manusia dan mahluk hidup lainnya.
Manusia memerlukan air baik untuk proses kimia dan fisika tubuh maupun untuk aktifitas kehidupan
lainnya.

56

Sekalipun air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tetapi kualitas air sangat
dipengaruhi oleh peranan manusia dalam pengelolaannya. Pengelolaan air disini termasuk
pengelolaan perairan pantai dan ekosistem danau.
Strategi pengelolaan air meliputi:
1. Melindungi perairan agar tetap terjaga kebersihannya sehingga dapat menjaga kelangsungan flora
dengan menjaga perakaran tanaman dari gangguan fisik maupun kimiawi
2. Mengusahakan cahaya matahari dapat menembus dasar perairan, sehingga proses fotosintesis
dapat berjalan dengan lancar
3. Menjaga agar fauna mangsa dan predator selalu seimbang dengan mempertahankan rantai
makanan
4. Mempergunakan sumber daya alam berupa air seefisien mungkin, sehingga zat hara yang ada
dapat tersimpan dengan baik yang berarti sebagai penyimpan energi dan materi
Pada prinsipnya pengelolaan sumberdaya alam air ini sangat bergantung bagaimana kita
mempergunakan dan memelihara sumber air itu menjadi seoptimal mungkin, tetapi tanpa merusak
ataupun mencemarinya dan mempertahankan keadaan lingkungan sebaik-baiknya.
Usaha Mencegah Pencemaran Air
Usaha pencegahan ini bukan merupakan proses yang sederhana, tetapi melibatkan berbagai faktor
sebagai berikut:
1. Air limbah yang akan dibuang ke perairan harus diolah terlebih dahulu sehingga memenuhi
standar air limbah yang telah ditetapkan pemerintah
2. Menentukan dan mencegah terjadinya interaksi sinergisme antar polutan satu dengan yang
lainnya.
3. Menggunakan bahan yang dapat mencegah dan menyerap minyak yang tumpah di perairan
4. Tidak membuang air limbah rumah tangga langsung ke dalam perairan, untuk mencegah
pencemaran air oleh bakteri.
5. Limbah radioaktif harus diproses terlebih dahulu agar tidak mengandung bahaya radiasi
6. Mengeluarkan atau menguraikan deterjen atau bahan kimia lain dengan menggunakan aktifitas
mikroba tertentu sebelum dibuang ke perairan umum.
Pengelolaan Lahan
Pencemaran tanah mempunyai hubungan yang erat dengan pencemaran air dan udara. Air yang
terbuang ke tanah akan masuk ke dalam tanah dan menimbulkan pencemaran tanah.
Usaha Pencegahan Pencemaran Tanah
Untuk menanggulangi sampah plastik, maka sebelum dibuang, sampah plastik dibakar terlebih
dahulu

57

1. Limbah yang mengandung radioaktif hendaknya dibiarkan dahulu dalam waktu lama sebelum
dibuang
2. Sampah radioaktif yang berbentuk padat harus dibungkus dengan bahan yang terbuat dari Pb
untuk menahan sinar radioaktif, lalu dimasukkan dalam tromol baja anti karat sebelum dibuang
3. Pembuangan sampah berbahaya dilakukan ke dasar laut, ke pulau karang kosong, dibuang ke
dalam bekas tambang kosong atau ke dalam sumur yang dalam dan jauh dari pemukiman penduduk
Pengelolaan Udara
Secara umum pencemaran udara diartikan sebagai udara yang mengandung satu atau beberapa zat
kimia dalam konsentrasi tinggi, sehingga mengganggu manusia, hewan dan tumbuhan serta mahluk
hidup lain di dalam suatu lingkungan. Berdasarkan terjadinya polusi, udara dikategorikan menjadi
dua tipe utama pencemar udara yaitu:
1. Polutan primer
Yaitu zat kimia yang mengandung toksik dan masuk secara langsung ke udara dalam konsentrasi
yang merugikan manusia. Zat kimia tersebut dapat berupa komponen alami udara yang
konsentrasinya meningkat misalnya CO2
2. Polutan sekunder
Yaitu zat kimia yang merugikan manusia yang terbentuk dalam atmosfir melalui reaksi kimia
diantara komponen udara yang ada
Usaha Pencegahan Pencenaran Udara
1. Mengurangi pemakaian bahan bakar fosil terutama yang mengandung asap serta gas-gas polutan
lainnya agar tidak mencemarkan lingkungan
2. Melakukan penyaringan asap sebelum asap dibuang ke udara dengan cara memasang bahan
penyerap polutan atau saringan
3. Mengalirkan gas buangan ke dalam air atau dengan cara penurunan suhu sebelum gas dibuang ke
udara bebas
4. Membangun cerobong asap yang cukup tinggi sehingga asap dapat menembus lapisan inversi
thermal agar tidak menambah polutan yang terperangkap di atas suatu pemukiman atau kota
5. Mengurangi sistem transportasi yang efisien dengan menghemat bahan bakar dan mengurangi
angkutan pribadi
6. Memperbanyak tanaman hijau di daerah polusi udara tinggi, karena salah satu kegunaaan
tumbuhan adalah sebagai indikator pencemar udara, selain sebagai penahan debu dan bahan partikel
lain.
Pengelolaan Sumberdaya Manusia

58

Sumberdaya manusia penting untuk menunjang pembangunan. Pencemaran sebagai akibat


pembangunan dapat pula mempengaruhi manusia atau masyarakatnya. Dalam hal ini selain dengan
menghilangkan atau memperkecil resiko penularan, masyarakat dapat diberi sekedar ganti rugi dan
ganti rugi ini dalam bentuk:
1. memberikan uang
2. mengangkat mereka menjadi karyawan proyek
3. meningkatkan pengetahuan mereka agar dapat menghindari bahaya limbah
4. menciptakan hubungan yang baik dan saling menguntungkan antara proyek dan masyarakat di
sekitarnya agar tidak terjadi konflik dan kecemburuan sosial
5. sebagai bapak asuh terhadap proyek-proyek kecil yang diselenggarakan masyarakat
Disamping itu terhadap karyawan proyek yang dapat secara langsung terkena pencemaran, selain
dilakukan tindakan perlindungan sebagai usaha memperkecil pencemaran, juga diadakan pendidikan
ketrampilan khusus, sehingga kalau suatu saat mereka tidak dapat dipekerjakan di tempat dimana
mereka bekerja karena berbagai alasan, khususnya yang menyangkut bahaya pencemaran kepada
dirinya, selanjutnya mereka dapat bekerja sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan khusus yang
diperolehnya. Dengan demikian menghindari terjadinya pengangguran, bahkan berarti menciptakan
sumber pekerjaan baru di luar proyek dan meningkatkan ekonomi.

59

BAB.VI LINGKUNGAN HIDUP MANUSIA DAN PENYAKIT MENULAR


KOMPETENSI DASAR : Setelah selesai mengikuti perkuliahan pada BAB VII ini,
diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan tentang lingkungan hidup manusia dan penyekit
menular.
MATERI :
PENDAHULUAN :
Dalam bab ini akan dibahas hal-hal mengenai lingkungan hidup manusia dan penyakit
menular yang akan diberikan dalam dua kali pertemuan.
PENYAJIAN :
Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan
Sanitasi lingkungan sangat penting bagi masyarakat terutama dalam penyediaan air bersih,
pembuangan kotoran, pemberantasan nyamuk, lalat, tikus dan pencegahan penyakit menular agar
tetap terjamin kesehatan lingkungan yang baik, pemeliharaan rumah tangga yang baik, keadaan
perumahan yang baik dan sehat dalam kehidupan bermasyarakat.
Kebersihan sangat bermanfaat bagi kesehatan yang meliputi :
1. Penyediaan air yang baik dan bersih untuk keperluan minum, memasak, dan mencuci.
2. Penyediaan tempat pembuangan kotoran, baik itu berupa sampah atau tinja dengan membuat
kakus dan tempat membuang kotoran yang baik sehingga tidak bisa dipakai untuk sarang nyamuk
dan bibit penyakit.
3. Keadaan perumahan dan halaman yang terawat
4. Keadaan yang tidak menimbulkan bersarangnya nyamuk dan parasit lain.
Selain itu sanitasi harus membantu usaha pemberantasan penyakit menular dengan jalan:
1. Memberantas dan mengontrol penularan penyakit menular
2. Mengadakan tindakan-tindakan efektif untuk mencegah masuknya atau bersarangnya seranggaserangga parasit lain.
3. Mengadakan immunisasi dari penyakit-penyakit menular
4. Menaikkan gizi masyarakat.
Kesehatan Lingkungan pada Pendudukan atau Masyarakat
Sedikit sekali masyarakat yang menyadari bagaimana pentingnya lingkungan yang baik dan bersih
untuk kesehatan. Banyak sekali timbul berbagai penyakit di masyarakat yang berjangkit secara
epidemi, yang sebetulnya hal ini dapat kalau kesehatan lingkungan cukup baik. Penyakit usus yang

60

berbahaya seperti tipus dan kolera yang masih membawa kematian, dapat dicegah atau dikurangi
kalau masyarakat membiasakan diri untuk makan atau minum makanan atau minuman bersih yang
telah dimasak terlebih dahulu, membiasakan diri untuk tidak membuang kotoran di sembarang
tempat dan membiasakan diri membuang kotoran besar seperti di kolam, sungai atau tegalan, tetapi
di tempat-tempat yang telah disediakan untuk itu yang tidak merusak lingkungan. Demikian juga
kebiasaan jelek lainnya yang harus dihilangkan, seperti meludah di sembarang tempat, minum bekas
orang lain penderita tuberkulosa. Untuk mendapatkan kesehatan lingkungan yang baik, setiap
anggota masyarakat harus hidup bersih dan teratur.
Untuk menciptakan manusia Indonesia yang sehat dengan lingkungan yang sehat dan bersih, maka
pemerintah melaksanakan berbagai program kesehatan, yang mengharapkan masyarakat turut aktif
melaksanakan program-program pemerintah seperti penyedaaan air bersih, pemberantasan nyamuk,
pemberantasan penyakit menular, perumahan sehat, peningkatan gizi masyarakat dll. untuk program
kesehatan lingkungan.
Penyediaan Air Bersih
Yang dimaksud dengan air bersih adalah air yang jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
dan tidak mengandung mineral atau kuman yang membahayakan tubuh. Dalam penyediaan air bersih
ini pertama-tama harus memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang perlunya air bersih
untuk menunjang kehidupan yang sehat. Mengingat masih banyaknya masyarakat kita yang belum
memahami betul akan hal ini terutama di pedesaan yang menggunakan air sungai, air kolam untuk
keperluan mandi, mencuci bahkan untuk keperluan memasak, makan dan minum, sementara di
sungai dan kolam tersebut mereka buang air besar. Sedangkan kita tahu bahwa di dalam tinja
manusia terdapat bibit penyakit seperti bakteri tipus, kolera dan bakteri patogen lainnya.
Untuk menjamin kehidupan yang sehat, maka penyediaan air bersih untuk keperluan sehari-hari
merupakan hal yang penting dan perlu diusahakan sebaik-baiknya. Usaha ini meliputi :
1. Pemanfaatan sumber mata air yang perlu dikelola dengan baik dan dijaga terhadap adanya
kemungkinan pencemaran yang dapat mengganggu kesehatan
2. Pembuatan sumur bor dan artesis serta sumur gali yang sesuai dengan persyaratan untuk
kesehatan seperti jangan terlalu dekat dengan tempat pembuangan kotoran minimal jaraknya 10 m
dan pinggir sumur ditembok
3. Penyediaan air ledeng (terutama untuk masyarakat kota)
Pemberantasan Nyamuk, Tikus dan Serangga lain
Beberapa penyakt seperti demam berdarah, malaria, dan beberapa penyakit virus lainnya,
penularannya dapat melalui gigitan nyamuk. Tikus dapat menyebabkan penyebaran penyakit pes dan
leptospirosis. Oleh karena itu penanggulangan penyakt dan pemberantasannya dengan memberantas
binatang-binatang tersebut. Misalnya dengan penyemprotan rumah-rumah dengan insektisida,

61

menghindari adanya genangan air yang bisa dipakai untuk sarang, tidur dengan berkelambu dan
menjaga kebersihan rumah dan pekarangan yang baik. Untuk pemberantasan tikus dapat
menggunakan hama tikus dan membuat konstruksi rumah sedemikian rupa sehingga tidak dapat
untuk bersarang tikus.
Pemberantasan Penyakit Menular
Berbagai penyakit menular seperti dipteri, tuberkulose, batuk rejan, tipus, kolera dan influenza serta
yang lainnya, masing-masing sering menyerang masyarakat bahkan diantaranya masih sering
menimbulkan endemik atau epidemi. Untuk menghindari penyakit-penyakit tadi, yang penyebabnya
adalah jasad renik, maka disini diperlukan pengertian dan kesadaran masyarakat, mengingat
berjangkitnya penyakit tersebut pada umumnya akibat kelalaian masyarakat yang kurang
memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan.
Usaha terpenting dalam rangka pemberantasan dan penanggulangan penyakit menular ini adalah:
1. Sanitasi lingkungan yang sehat dan baik, antara lain rumah dan halaman yang bersih, tersedianya
tempat pembuangan tinja, tidak menumpuknya sampah dan kotoran lain, sikap hidup yang bersih
dan teratur
2. Pemberian kekebalan terhadap penyakit-penyakit tersebut dengan jalan vaksinasi. Namun perlu
diingat bahwa vaksinasi ini tidak memberikan kekebalan 100%, karena itu yang terpenting adalah
menjaga diri agar terhadap hal-hal yang dapat menularnya penyakit tersebut.
3. Memberikan pengobatan yang cepat terhadap orang-orang yang terserang penyakit ini dan
kepada orang-orang yang dianggap sebagai carier dari penyakit ini.
Peningkatan Gizi Masyarakat
Gizi dapat mempertinggi daya tahan tubuh manusia sehingga tidak mudah terserang penyakit.
Masalah kekurangan gizi tidak semata-mata oleh kemiskinan, banyak faktor yang dapat
mempengaruhi kekurangan gizi pada seseorang. Salah satu faktor adalah ketidaktahuan akan
manfaat gizi bagi kesehatan, contohnya adalah masyarakat di pedesaaan. Masyarakat di pedesaaan
yang kurang berpendidikan mempunyai pola makan banyak nasi dengan sedikit lauk bahkan cukup
dengan garam saja, ditambah pula ada anggapan bahwa ada jenis-jenis lauk tertentu dapat
menimbulkan penyakit, misalnya makan telur dapat menimbulkan borok atau bisul. Sebetulnya
mereka cukup mampu untuk membeli lauk pauk, namun karena keterbatasan pengetahuan tentang
manfaat gizi yang baik. Faktor-faktor lain yang berperan terhadap terjadinya kekurangan gizi adalah:
1. Nutrisi yang kurang dalam konsumsi makanan sehari-hari, ini tergantung pada nilai gizi (cara
mengolah, memasak, menyimpan makanan) dan jumlah makanan yang masuk
2. Gangguan yang terjadi pada tubuh masing-masing individu, seperti gangguan pencernaan,
absorpsi, metabolisme dan pengeluaran kembali dari tubuh
3. Meningkatnya kebutuhan nutrisi tubuh oleh suatu sebab, misalnya pada orang hamil

62

4. Faktor yang mempengaruhi konsumsi makanan, seperti faktor social, ekonomi, budaya,
lingkungan jumlah penduduk, produksi bahan makanan dan politik pemerintah.
Menurut Supardi (2003) berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan pada Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi menyebutkan beberapa penyakit kekurangan gizi:
a. Kurang Kalori Protein (KKP), KKP ini biasa diderita oleh anak-anak usia prasekolah dan ibu
hamil serta ibu menyusui
b. Kurang vitamin A banyak diderita oleh anak-anak prasekolah
c. Gondok endemik sebagai akibat kekurangan yodium
d. Kekurangan zat besi mengakibatkan anemia gizi
Penderita rentan terhadap kekurangan zat gizi adalah anak-anak prasekolah, ibu hamil dan ibu
menyusui serta golongan masyarakat yang kurang mampu.
Menyadari hal tersebut di atas, untuk membentuk jiwa dan jasmani masyarakat Indonesia yang sehat
dan penuh vitalitas, maka pemerintah berusaha meningkatkan gizi masyarakat dengan jalan :
1. Untuk jangka pendek
a.
Mengadakan penyuluhan dan penerangan kepada segenap masyarakat
b.
Penanggulangan gondok endemik dengan yodisasi garam
c.
Mengintensifkan dan memperluas program perbaikan gizi keluarga (UPGK)
d.
Diversivikasi bahan makanan
e.
Peningkatan pemakaian dan pemanfaatan air susu ibu
f.
Pemanfaatan halaman rumah untuk penanaman tanaman bergizi seperti sayur mayur
2. Untuk jangka panjang
a.
Meningkatkan penyediaan pangan yang merata dan mencukupi kebutuhan gizi serta
terjangkau oleh daya beli masyarakat
b.
Penganekaragaman pola konsumsi pangan masyarakat dengan mengusahakan agar konsumsi
bahan pangan selain beras terus meningkat
c.
Meningkatkan keadaan gizi rakyat dengan mengusahakan langkah-langkah yang dapat
mengurangi penyakit-penyakit akibat kekurangan gizi
Klasifikasi Penyakit
Penyakit dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, berdasarkan sifat jalur sebab-akibatnya
yang berhubungan dengan pengaruh keadaan lingkungan, yaitu:
1. Penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri, protozoa, cacing, jamur dan virus
2. Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran alam seperti kanker, bronchitis
3. Penyakit yang disebabkan oleh tekanan keadaan, kesibukan dan kekhawatiran (lingkungan social
manusia) misalnya tekanan darah tinggi, jantung
4. Penyakit yang disebabkan karena pengaruh ekonomi, cara mengolah makanan seperti kekurangan
gizi

63

5. Penyakit yang diakibatkan oleh faktor lingkungan seperti alergi


6. Penyakit yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan sehingga mempengaruhi janin pada ibu
yang sedang hamil contohnya kelainan bentuk sehingga anak yang dilahirkan cacat.
Penyakit menular menurut seorang ahli dapat dibedakan menjadi:
1. Penyakit menular kompleks dua faktor yaitu menyangkut patogen dan hostnya saja seperti
influenza dan penyakit yang disebabkan oleh virus lainnya
2. Penyakit menular kompleks tiga faktor yaitu penyakit malaria, demam berdarah, yang
memerlukan patogen-host dan vektor
3. Penyakit menular kompleks empat faktor yaitu yang menyangkut host-vektor-host perantarapatogen seperti tipus, pes dll.
Asal Mula Epidemi (Penyakit Menular)
Sejarah kedokteran banyak menerangkan tentang dinamika epidemi, ternyata interaksi berbagai
faktor dapat menjadi cirri epidemi, yaitu:
1. Faktor yang berhubungan dengan kepadatan populasi (density dependent faktor), misalnya
berhubungan dengan kepadatan populasi manusia sebagai tuan rumah (host) penyakit menular.
Epidemi tergantung pada faktor ini, hal ini dapat diartikan bahwa orang yang sakit dapat diatur oleh
orang yang sehat dan manusia sebetulnya memiliki motif yang kuat untuk tidak terlalu padat, sebab
makin padat manusia apabila terjadi wabah penyakit semakin banyak yang sakit dan mati.
2. Faktor yang berhubungan dengan sifat biologi dari patogen, tuan rumah dan patogen kaitannya
dengan daya tahan atau daya resisten.
3. Faktor yang tidak tergantung pada kepadatan populasi misalnya naik turunnya perubahan cuaca,
sanitasi lingkungan manusia
Poin kedua dan ketiga tidak dapat dipisahkan satu sama lain, contohnya penyebaran penyakit
influenza. Penyakit ini sewaktu-waktu dapat menyerang anggota keluarga yang mempunyai daya
tahan tubuh yang kurang bagus. Namun penyakit ini juga dapat menjadi wabah secara meluas dan
dapat mematikan contohnya adalah penyakit flu burung yang mematikan sekitar tahun 2001-2002
yang menyerang sebagian besar Asia dan beberapa negara Eropa. Kekebalan tubuh manusia terhadap
virus influenza ini berlainan, artinya kebal terhadap virus jenis A belum tentu kebal terhadap virus
jenis B. Cuaca juga sangat berpengaruh terhadap kondisi seseorang. Di Indonesia khususnya pada
musim pancaroba atau pergantian musim dari kemarau ke penghujan atau sebaliknya seringkali
banyak dijumpai orang dewasa maupun anak-anak yang terkena influenza, batuk dan pilek. Penyakit
ini mudah sekali ditularkan karena pengaruh cuaca yang buruk.

64

BAB.VII PENGEMBANGAN TATAKOTA, TATAWILAYAH, DAN


PERENCANAAN NASIONAL
KOMPETENSI DASAR : Setelah selesai mengikuti perkuliahan pada BAB VII ini,
diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan mengenai pengembangan tatakota, tatawilayah
dan perencanaan nasional.
MATERI :
PENDAHULUAN :
Dalam bab ini akan dibahas hal-hal mengenai pengembangan tatakota, tatawilayah dan
perencanaan nasional, yang akan diberikan dalam satu kali pertemuan.
PENYAJIAN :
Hubungan antara Ilmu Lingkungan dengan pengembangan wilayah semakin penting dan nyata,
karena banyak gejala yang harus dipertimbangkan dalam melakukan perencanaan dan perancangan

65

pengembangan wilayah memiliki dampak secara ekologis. Contohnya banyak ciri penting dari
materi dan energi yang mengalir dalam sebuah kota raya atau wilayah yang mempunyai dasar serta
pengaruh pada faktor demografi. Modal dan energi yang berkembang di suatu wilayah erat
hubungannya dengan pertumbuhan populasi, penyebaran struktur umur penduduk, dan hal lain yang
menyangkut penggunaan ruang sebagai sumber alam. Juga banyak asas yang telah dibicarakan
muncul dalam kejadian yang timbul di banyak kota. Kota secara wujudnya adalah sebuah sistem,
demikian pula secara sosial dan ekonomi.
Oleh karena itu tidaklah heran kalau kota juga mempunyai pengaruh terhadap lingkungan fisik
misalnya cuaca.. Pengaruh tersebut tentunya tergantung dari bagaimana sebuah kota itu dirancang
yang terkait erat dengan asas 1 dan 2, waktu, ruang, materi, energi dan berbagai informasi adalah
sumberalam (asas 3). Semua sumber alam mengalami pengurangan dan penjenuhan (asas 4) hal ini
berlaku untuk semua, tidak hanya terjadi pada komunitas atau ekosistem hutan, ataupun masalah
pencemaran alam saja, tetapi juga pada sebuah kota yang padat penjenuhan waktu dan tempat pada
sistem transportasi. Semua ini merupakan peringatan yang penting pada sistem pengembangan kota,
wilayah bahkan yang berskala nasional.
Pengembangan kota, wilayah harus tetap selalu mengingat asas-asas dasar ilmu lingkungan, karena
sistem perkotaan sama halnya dengan sistem yang terjadi di dalam komunitas alam. Komunitas
biologi nampaknya cenderung untuk berevolusi menuju ke arah efisiensi penggunaan energi (asas
10). Berdasarkan pada asas ini, apabila manusia mengabaikan contoh secara biologis tersebut dan
mengabaikannya untuk mempertahankan kemantapannya, kemudian apa yang terjadi? Sistem yang
mantap dapat mengeksploitasi sistem yang rawan (asas 11) juga merupakan hal yang penting untuk
diterapkan pada sistem perkotaan, bagaimana pajak, modal, dan energi mengalir dari kota ke kota.
Hubungan antar kemantapan dan keanekaragaman dalam biologi (asas 13) nampaknya juga
berhubungan dengan kelesuan dan kesegaran ekonomi wilayah kota.
Pengembangan Kota
Sebuah kota dapat bertambah tua dan mati, disamping itu juga dapat tumbuh dan berkembang.
Sebuah kota tidak akan dapat akan mati apabila kota tersebut masih mempunyai sumber alam,
kerusakan yang menimpa kota seperti karena kebakaran, peperangan, banjir, dan bencana alam
sekalipun tidak dapat menyebabkan kota akan mati. Sebuah contoh nyata kota Bandung yang
menjadi lautan api pada saat terjadinya masa perang, kota tersebut tidak mati, bahkan sekarang
hidup, tumbuh dan berkembang menjadi kota besar.
Sumber alam ternyata menjadi nyawa dari hidupnya sebuah kota. Kota kuno seperti Persepolis,
Palmyra, dan Babylon yang dulunya menjadi kota impian kini hanya tinggal puing-puing belaka
yang ditandai dengan reruntuhan. Kota-kota di lembah sungai Efrat dan Tigris yang sekarang dikenal
dengan negara Irak, dulunya juga merupakan kota-kota yang subur, namun kota-kota tersebut hancur
karena hancurnya sumber alam yang dapat menghambat perkembangan kota. Tanah-tanah pertanian

66

menjadi tidak berfungsi karena kadar garam tanah naik di atas ambang batas untuk tanaman
pertanian, ini disebabkan karena air sebagai penunjang kehidupan menjadi asin, sehingga merusak
sistem irigasi di daerah sekitarnya, hal ini menyebabkan kota tersebut hancur.
Sebuah kota dapat dikatakan berkembang secara sehat apabila di dalam kota tersebut terdapat
dinamika keseimbangan dari berbagai fenomena seperti keadaan penduduk seimbang baik dalam
umur, pekerjaan, kekayaan, kesehatan, kepandaian dsb. Adanya proporsi keseimbangan kegiatan
antara usaha memperbesar modal bagi kehidupan kota dan keperluan biaya untuk memenuhi
kebutuhan masyarakatnya. Dinamika keseimbangan juga dibutuhkan dalam penggunaan tanah untuk
berbagai keperluan, misalnya sebuah kota memanfaatkan tanahnya untuk keperluan lalu lintas,
sarana pelabuhan, sehingga terlalu banyak tanah yang dimanfaatkan untuk sarana tersebut juga tidak
baik. Pendek kata semua aspek harus dalam kondisi yang seimbang agar kotanya dapat tumbuh dan
berkembang. Sebaliknya ketidakseimbangan yang mencolok pada proporsi keadaan penduduk, maka
kota tersebut menunjukkan gejala yang buruk. Perluasan kota mengurangi efisiensi penggunaan
energi, energi akan terhambur karena jarak antara satu simpul kegiatan dengan yang lain di kota
tersebut terlalu jauh. Lalu lintas yang banyak memakan energi dan waktu yang meningkat di kota
yang besar, kehidupan erat hubungannya dengan perpajakan. Kejahatan, pencemaran alam,
kependudukan juga meningkat, sehingga memerlukan banyak energi.
Rasa aman, nyaman dan tentram menjadi menurun ketika terjadi suatu kejahatan. Contohnya kota
Jakarta, yang merupakan kota metropolitan, keseimbangan menjadi semakin berkurang, karena kota
tersebut tumbuh dengan pesat, wilayah kota yang dulu terletak di Jakarta Kota kini telah berubah
menjadi pusat perniagaan, perbankan. Pusat keramaian, kebudayaan, kesenian, taman hiburan
menjauh dari tempat yang dulu menjadi pusat kota.
Apabila kota serupa dengan komunitas tumbuhan atau hewan di alam, maka apabila kota semakin
besar, maka ada sistem yang meregulasi komunitas kota tersebut. Pertumbuhan komunitas tumbuhan
atau hewan alam yang terlalu besar akan mengurangi kemampuan sumber alam untuk
mendukungnya, sehingga akan terjadi persaingan perebutan bahan makanan, yang kuat akan
menang, dan yang lemah akan mati, artinya akan menghambat kelahiran, dan meningkatkan
kematian bagi yang lemah, sehingga akan terjadi keseimbangan dan komunitas menjadi seimbang
dengan kemampuan lingkungan. Namun kenyataannya kota sangat berlainan dengan komunitas
tumbuhan atau hewan di alam. Apabila kota berkembang diluar kemampuan sumber alam untuk
mendukungnya, maka terjadi spekulasi pertumbuhan kota. Penentuan batas kota menjadi semakin
meluas dengan terusirnya golongan yang lemah ke daerah tepi, dan diganti oleh golongan yang kuat.
Kemudian kota terus berkembang, apabila sumber alam sebagai energi habis, maka akan
mendatangkan dari kota di sekitarnya yang lebih kecil sehingga berlaku asas 11 yaitu sistem yang
mantap akan mengeksploitasi sistem yang tidak mantap. Perkembangan sebuah kota seharusnya
direncanakan dengan matang karena menyangkut berbagai aspek kehidupan masyarakatnya.

67

Menurut Cartenese (1988) pola perencanaan kota klasik di zaman purba harus dibangun berdasarkan
empat dasar yaitu:
1. Dasar fisik
Sebuah kota adalah wujud yang kelihatan berupa bangunan-bangunan, jalan, taman dan benda-benda
lain yang menciptakan bentuk kota tersebut.
2. Dasar ekonomi
Sebuah kota memberikan alasan bagi eksistensinya
3. Dasar sosial
Sebuah kota dibangun supaya mempunyai arti bagi penduduknya
4. Dasar politik
Sebuah kota penting bagi ketertiban
Pola perencanaan kota klasik tersebut tetap bertahan sampai lama, dengan ciri pola jaringan jalan
yang teratur selalu diterapkan, berbeda dengan kota non klasik dengan jalan yang berkelok-kelok.
Pusat kota biasanya didominasi oleh bangunan ibadah, pemerintah (kekuasaan), dan bisnis.
Perumahan menempati bagian yang lain dan jarang sekali perumahan memberikan bobot. Perencana
kota klasik menciptakan berbagai desain yang sesuai dengan pihak penguasa bukan berdasarkan
kepuasan artistik dan kepentingan pribadi.
Patrick Geddes berpendapat bahwa dalam merancang sebuah kota perencanaan fisik saja tidak akan
meningkatkan kondisi kehidupan di kota-kota, kecuali jika diterapkan secara terpadu dengan
perencanaan sosial, ekonomi yang berkaitan dengan lingkungan. Seorang perencana pengembangan
kota Burnham pada tahun 1909 telah membangun kota ideal di pantai Chicago, dalam membangun
kota haruslah merupakan satu kesatuan tujuan rasional maupun keindahan. Di bidang transportasi
dapat diciptakan kota yang lebih efisien dengan mengadakan konsolidasi jalan kereta api dan
terminal, memisahkan pengangkutan barang dan orang pada tingkat yang berbeda, dan membuat
jalan-jalan besar yang mampu menampung arus lalu lintas dengan baik sampai masa yang akan
datang.
Tempat-tempat penting di kota untuk kesenangan akan sama pentingnya yaitu dengan menciptakan
jalan-jalan besar yang dihiasi dengan pancuran dan patung-patung serta jalur taman untuk
menggugah rasa nyaman setiap lingkungan pemukiman dan memberikan kesan sebagai kota besar.
Pengendalian pembangunan yang cukup mampu meyakinkan bahwa bangunan pribadi merupakan
latar belakang bangunan umum yang megah dan bentuk fisik lain yang merupakan kebanggaan
masyarakat kota. Burnham juga mengemukakan bahwa nilai rencana kota yang indah untuk
lingkungan pemukiman penduduk, taman dan jalan taman, dan pembaharuan menyeluruh wilayah
kota yang tidak sedap dipandang (perkembangan kota di abad kedua puluh). Mudahnya pengenalan
bentuk kota (teratur secara geometric), dengan memperlihatkan daerah hijau, menciptakan kawasan
umum yang mencerminkan symbol usaha kolektif, dan menggambarkan secara jelas bentuk kota
yang akan datang.

68

Tatakota dan Lingkungan Fisik


Kota mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap lingkungan fisik. Duckworth dan Sanbergh
(1954) mencatat adanya penelitian yang sudah lama mengenai kesan suhu udara kota yang lebih
panas darpada lingkungan di sekelilingnya, seolah-olah sebuah pulau panas yang tetapung di atas
media yang lebih dingin. Penelitian selanjutnya menunjukkan, bahwa suhu udara maksimum di
sebuah kota biasanya dicapai di daerah padat penduduk yang merupakan pusat kota yang terpanas.
Yang terendah suhunya dicapai di tepi kota, yaitu di pinggir pulau panas terhadap wilayah di tepi
kota bergantung pada berapa besar dan luasnya kota itu. Sifat pengaruh panas kota terhadap daerah
pinggiran ini dapat dicatat dan diperhatikan melalui berbagai cara. Misalnya:
1. mengukur langsung suhu udara kota di berbagai tempat dan waktu;
2. mengambil foto-udara kota tersebut dengan menggunakan film yang mempunyai kepekaan
terhadap spektrum energi;
3. menggunakan model simulasi komputer.
Dalam sebuah penelitian yang menggunakan simulasi komputer, Myrup (1969) mencoba mencarai
pelbagai faktor yang mempengaruhi suhu udara kota. Kesimpulannya adalah sebagai berikut:
1. Beberapa proses fisik yang berlainan, berinteraksi dalam menentukan pengaruh terhadap suhu
udara di beberapa bagian kota selama 24 jam. Pada umumnya, pelbagai proses itu cenderung untuk
saling meniadakan semua kesan yang terjadi. Akibatnya kesan bersih dari seluruh faktor itu lebih
kecil pengaruhnya daripada kalau hanya satu faktor saja beroperasi. Jadi, daya penguapan air yang
rendah pada permukaan daun tanaman di tengah kota, yang kesannya meninggikan suhu lingkungan,
dikompensasi oleh tinggi gedung di pusat kota yang lebih banyak memancarkan panas ke atas.
2. Salah satu faktor penting, untuk mengurangi panas dalam kota, ialah bertambahnya permukaan
dalam kota, yang memudahkan proses penguapan (evaporasi). Penambahan luas permukaan bagi
proses penguapan dari 0,0 menjadi 0,5 dapat menurunkan suhu maksimunm udara dari 34 oC ke
26,2oC, menurut simulasi komputer. Implikasi kesimpulan ini adalah, bahwa taman, air mancur, jalur
hijau, dan pohon di tepi jalan mempunyai kesan yang lebih daripada hanya sebagai penghias kota
belaka. Semua ini turut memberikan kesan sejuk dalam kota. Hal ini jelas dapat dibuktikan oleh
siapa saja yang berjalan kaki pada tengah hari di tempat terbuka. Ia akan merasa sejuk dan nyaman
pada waktu mendekati dan memasuki sebuah taman atau jalan dengan pohon peneduh yang bereret
di tepinya. Padahal, jalan aspal yang tak berpohon pelindung memancarkan panas yang sangat kuat.
3. Pembangunan gedung tinggi dan bertingkat menurunkan suhu maksimum dalam kota sampai
kurang-lebih 6oC. gedung yang relatif rendah dan terbuat dari bahan yang menyerap panas dapat
menimbulkan lingkungan yang panas dalam kota. Hal inilah yang mendorong perencana kota di
negara yang sudah maju untuk membangun tempat parkir mobil dalam bentuk bangunan bertingkat.
Gejala suhu udara kota yang lebih panas di pusatnya daripada suhu di sekeliling kota itu menjadi
masalah yang sangat penting di kota yang terletak di daerah tropik atau subtropik.

69

Dari uraian di atas dapatlah kiata menyadari, bahwa di dalam perencanaan pengembangan kota,
peranan taman, tanaman, dan pohon cukup besar, bukan saja berguna sebagai penghias kota, tetapi
juga untuk menciptakan suasana lingkungan yang nyaman.
Keanekaragaman dan Kemantapan dalam Kota
Asas 13 yang menyinggung hubungan antara keanekaragaman dan kemantapan mempunyai
implikasi terhadap organisasi ekonomi kota. Kota dengan satu jenis industri mempunyai kecermatan
penggunaan energi yang tinggi, karena kota yang serupa itu mampu menghasilkan produksi yang
besar dengan pembiayaan yang sekecil-kecilnya. Tetapi kota semacam itu mempunyai tingkat
keanekaragaman yang rendah, sebab seluruh kota telah dikuasai oleh hampir satu jenis industri saja.
Ekonomi kota menjadi sangat rawan terhadap segala bentuk stagnasi ekonomi, misalnya apabila
terjadi hambatan pemasaran hasil industri, maka kota tersebut menjadi lumpuh. Ada kesamaan yang
menarik antara komunitas alam dan industri besar, keduanya merupakan suatu lingkungan dengan
keanekaragaman hidup yang rendah, sehingga apabila terjadi perubahan yang drastis pada
perusahaan tersebut, maka perusahaan tersebut tidak dapat bereaksi dengan perubahan, akibatnya
perusahaan akan bangkrut dan banyak karyawan yang di rumahkan, karyawan banyak yang
kehilangan pekerjaan dan tidak dapat berbuat apa-apa karena tidak dapat mencari pekerjaan lain
(pekerjaan sudah terspesialisasi). Meskipun kesamaan antara alam dan dunia industri tidak
sempurna.
Untuk mengatasi hal tersebut, sebaiknya kota-kota mempunyai industri kecil serta industri-industri
rumah tangga yang dapat menyokong kelangsungan hidup kota tersebut, apabila salah satu industri
terkena goncangan masih ada industri lain yang dapat menopang kelangsungan hidup sebuah kota.
Perencanaan Pengembangan Wilayah
Telah diketahui sejak dahulu, semakin jauh jarak antara dua daerah, biaya angkutan produksi
semakin mahal. Sejak tahun 1826, Thunen mengetahui adanya hubungan antara harga hasil pertanian
dan pola pelaksanaan tataguna tanah. Artinya, terdapat suatu cara yang optimum untuk menentukan
tanah pertanian dalam hal jaraknya dari pusat pemakaian dan pemasaran hasil pertanian. Jelasnya,
ialah, makin dekat tanah itu kepada pusat penyebaran penduduk yang padat, makin tinggi nilai tanah
itu, karena produksi bersih (setelah diambil biaya angkutan) memang makin tinggi. Asas ini memang
benar baik untuk hubungan jarak antara kota, wilayah, maupun negara. Ini berarti pula penduduk di
kampung, di kota kecil, atau di kota besar cenderung untuk sedapat mungkin berusaha menekan
pengeluaran biaya angkutan.
Oleh karena itu, dalam perencanaan pengembangan wilayah patut diperhatikan, bahwa penekanan
biaya angkutan dalam membangun wilayah perlu dipertimbangkan secara khusus dan dilaksanakan
sebesar mungkin. Terutama dengan makin sukarnya bahan energi untuk angkutan, di masa yang akan
datang maslah pengangkutan akan membawa akibat yang semakin berat. Kalau angkutan pupuk ke

70

daerah pertanian ternyata semakin mahal, hasil produksi pun akan didukung oleh pembiayaan
pengolahan yang mahal pula. Hal ini akan mengakibatkan pula naiknya harga hasil pertanian itu.
Adanya kenyataan, berkembangnya pusat pertanian di daerah pertanian yang subur seperti yang
nampak sekarang dihindarkan di mas yang akan datang. Kita harus mempunyai pandangan yang
baru dalam merencanakan pengembangan wilayah di hari kemudian, dengan efisiensi penggunaan
energi menjadi dasar pertimbangan nyata.
Perencanaan Nasional
Dalam membahas pertimbangan yang menyangkut perencanaan nasional pertama sekali memang
perlu diingat adanya kenyataan, bahwa bahan bakar (minyak dan gas bumi) akan semakin mahal dan
semakin susah diperoleh di kemudian hari. Jadi sistem angkutan di dalam negeri dan di luar negeri
harus diatur serasional mungkin. Perencanaan yang rasional diperlukan pula dalam hal penggunaan
bahan pangan. Ekosistem yang paling memenuhi harapan untuk menghasilkan bahan pangan di masa
yang akan datang adalah daerah di sekitar daratan dan lepas pantai. Setiap bentuk pengrusakan
daerah ini di masa sekarang akan mempunyai pengaruh fatal di masa yang akan datang. Misalnya,
pengrusakan dalam bentuk pengaliran sisa bahan pestisida, metal, dan bahan buangan dari daerah
pertanian dan industri ke muara sungai, kemudian ke daerah subur di tepi pantai. Hal ini akan
mengakibatkan timbulnya pengaruh pada sumber alam biologi di sekitar daerah lepas pantai.
Persoalan paling berat yang dihadapkan kepada ilmu lingkungan, ialah yang menyangkut tujuan
nasional. Apakah sebaiknya tujuan akhir sebuah negara itu? Apakah perkembangan ekonomi yang
maksimum ataukah kecermatan ekonomi yang sebaik mungkin? Perlukah dipertimbangkan
penggunaan energi secermat mungkin dalam usaha pembangunan dan perkembangan di sebuah
negara. Menarik sekali adalah cara Jepang meningkatkan Penghasilan Nasional Kotor, antara lain
dengan jalan menekan jumlah serta kecepatan kelahiran. Dalam bab sebelumnya memang
dikemukakan, bahwa kecepatan kelahiran bayi yang terlalu tinggi akan mengubah struktur-umur
dalam populasi manusia. Hal ini akan mengurangi keuntungan ekonomi yang sepatutnya diperoleh
suatu negara. Sebabnya, ialah karena biaya banyak diserap bagi kepentingan memelihara dan
mendidik anak serta bentuk pelayanan sosial yang lain. Dalam waktu yang sama, sebuah negara baru
dapat meningkatkan penghasilan ekonominya, kalau penduduk memang sedemikian rupa, sehingga
berada dalam batas kemampuan sumber alam dalam negara itu, untuk mendukung peningkatan
tersebut. Patut diharapkan, bahwa suatu negara memahami pentingnya sumber alam sebagai penentu
vitalitas bangsa, dan kemudian akan mengelola sumber daya alam secara wajar dan sepantasnya.
Baik sumber alam itu merupakan materi, energi, ruang, waktu, maupun keanekaragaman.

71

72

BAB.VIII TRATEGI UMUM BAGI UMAT MANUSIA


KOMPETENSI DASAR : Setelah selesai mengikuti perkuliahan pada BAB VIII ini,
diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan tentang strategi umum bagi umat manusia.
MATERI :
PENDAHULUAN :
Dalam bab ini akan dibahas mengenai strategi umum bagi umat mamusia, yang akan
diberikan dalam satu kali pertemuan.
PENYAJIAN :
Penduduk dunia sudah terlampau penuh dihuni oleh manusia, hal ini menjadi perbincangan bagi
pihak-pihak yang merasa optimis dan yang sudah merasa pesimis kalau bumi ini sudah terlampau
penuh sesak dengan manusia.
Pandangan Pihak Optimis
Pandangan ini berpendapat bahwa dunia sama sekali tidak kritis karena adanya kepadatan manusia
yang tinggi. Hal yang menyokong pendapat ini adalah:
1. Banyak bagian di muka bumi ini yang masih belum dihuni oleh manusia secara padat, bagian
yang padat adalah di perkotaaan, sementara itu di luar kota atau di desa-desa penduduknya masih
jarang
2. Banyak bagian di bumi ini yang memiliki penduduk yang lebih padat di masa lampau
dibandingkan dengan di masa sekarang, bagian bumi yang masih kosong tersebut dapat menampung
penduduk bumi di masa yang akan datang.
Adanya hubungan yang erat antara peningkatan populasi dan perkembangan serta kemajuan bangsa
menurut Clark (1967) ada empat macam pendapat:
1. Ekonomi skala
Dalam sektor non pertanian suatu sistem ekonomi, peningkatan input buruh pada suatu usaha akan
meningkatkan hasil per unit buruh itu. Populasi yang tinggi justru akan menurunkan biaya per unit
dalam melatih orang untuk memiliki profesi tertentu. Ekonomi skala menunjukkan bahwa pada skala
populasi yang besar akan nampak dibutuhkan modal yang lebih kecil per unit produksi dibandingkan
dengan populasi kecil, demikian pula biaya hidup perkapita akan menurun apabila populasi itu naik.
Meskipun demikian pasti ada aspek yang menurun yaitu aspek social.
2. Alasan daya peningkatan

73

Dalam populasi yang sedang meningkat dengan pesat, suatu kekeliruan dalam menanamkan modal
mempunyai kesempatan baik untuk ditukarkan ke usaha yang lebih tepat. Dalam ekonomi yang
cepat tumbuhnya, suatu hambatan pertumbuhan usaha akan menimbulkan kerugian yang berat.
3. Lokasi berbagai kemudahan
Pengeluaran biaya upah buruh tinggi dalam negara yang padat penduduknya, namun demikian kota
besar dengan berbagai perusahaan tersebut mempunyai kompensasi upah buruh dengan cara buruh
mendapatkan barang adalah mudah
4. Hubungan antara pertumbuhan populasi dengan kebebasan pribadi
Populasi yang menurun di Eropa pada abad 14-15 ternyata menimbulkan kekakuan dalam kehidupan
ekonomi. Sebaliknya kemungkinan orang mendapatkan posisi yang lebih tinggi pada perusahaan
yang sedang maju memang lebih besar dari pada perusahaan yang sedang mengalami kemunduran.
Pihak optimis ini merasa yakin bahwa manusia akan dapat mengatasi hampir semua masalah ,
selama masih dapat memperoleh energi dan teknologi. Kecerdikan manusia akan selalu dapat
menemukan cara untuk memperoleh energi yang murah serta inovasi teknologi yang dikehendaki.
Pandangan Pihak Pesimistis
Pandangan pihak optimis ditentang oleh pihak pesimis dalam hampir semua alasan yang
dikemukakan. Perikemanusiaan dihadapkan pada berbagai masalah yang berbeda-beda karena
peningkatan populasi. Masalah social, kekeliruan pengelolaaan faktor lingkungan dan demografi,
masalah sanitasi dan kesehatan masyarakat, penurunan jumlah persediaaan sumberalam, degradasi
sifat fisika dan kimia bumi, semua itu akibat meningkatnya populasi manusia di dunia.
Penentang teori optimisme beranggapan bahwa pihak optimis itu bergantung pada kebingungan yang
didasarkan atas empat perkiraan mutlak dan tegas, tetapi rapuh. Keempat perkiraan tersebut adalah:
1. Manusia sebagai suatu spesies jasad hidup tak akan mampu menghancurkan peradaban
2. Sumber alam tak pernah akan habis oleh karena itu tidak perlu dilindungi dan diawetkan
pemakaiannya.
3. Penambahan ilmu pengetahuan manusia beserta penemuan teknologinya tidak akan kunjung
habis, oleh karena itu kehadirannya di muka bumi dapat dijamin.
4. Oleh sebab itu populasi manusia dapat terus meningkat setinggi-tingginya menurut keinginan
manusia itu sendiri
Suatu fakta yang diabaikan oleh manusia bahwa manusia di tempat dimana dia tinggal telah merusak
alam misalnya adanya kebakaran hutan. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia telah mampu
merusak kehidupan planet bumi. Hal lain lagi bahwa daerah tapak kebudayaaan manusia yang
hancur sekarang disebabkan karena kerusakan lingkungan berupa penggundulan hutan sehingga
terjadi kebanjiran, eksploitasi sumberalam tanpa mengindahkan kebijakan akan berakibat pada
degradasi tanah pertanian.

74

Ditinjau dari Ilmu Lingkungan bahwa sejarah manusia memang didasari pada cirri nomaden.
Manusia mampu mengembangkan peradaban sampai pada tingkat tertinggi di muka bumi ini, selama
disana terdapat cukup sumber alam. Dalam rangka mengembangkan peradabannya itu sumberalam
dalam lingkungan nya akan semakin habis dan rusak, pada saat itu kekayaan peradaban akan
semakin menurun, dan pada saat itu mereka akan meninggalkan daerah tersebut dan kemudian
mencari tempat yang baru.
Keadaan Demografi
Pertambahan penduduk dunia meningkat dengan pesat tanpa kecuali dimanapun termasuk darah
tropik dan subtropik. Menurut Holdrigde daerah ini peningkatan populasi manusia meningkat
dengan cepat sehingga kebutuhan akan tanah untuk pemukiman dan pertanian makin meningkat
pula.
Sedangkan di Indonesia kepadatan penduduk ditandai oleh beberapa karakteristik:
1. Laju pertambahan penduduk yang besar dan cepat
2. Penyebaran penduduk yang tidak merata
3. Komposisi penduduk menurut umur
4. Arus urbanisasi yang tinggi
Cepatnya perkembangan penduduk tersebut, disamping tingginya tingkat kelahiran, juga
menurunnya tingkat kematian karena makin banyaknya sarana-sarana kesehatan. Penyebaran
penduduk yang tidak merata ini seperti telah disebutkan pada bab sebelumnya bahwa antara pulau
yang satu dengan yang lainnya penyebaran penduduk tidak merata, Pulau Jawa merupakan daerah
yang paling padat penduduknya. Komposisi penduduk menurut umur dan kelamin penduduk
Indonesia adalah 0 14 tahun berjumlah 44,1%; kelompok umur 15 64 tahun berjumlah 53,4%
dan kelompok umur diatas 65 tahun berjumlah 2,5%. Perbedaan kelompok umur ini mempunyai arti
sangat penting, karena kelompok umur dibawah 15 tahun ini merupakan kelompok yang belum
produktif dan merupakan beban. Kelompok produktif adalah berumur antara 15 64 tahun,
sedangkan diatas 65 tahun juga termasuk usia tidak produktif. Besarnya proporsi menurut golongan
umur ini akan menentukan produksi nasional dan beban pemeliharaan di bidang pendidikan,
kesehatan, dan proteksi sosial lainnya. Arus urbanisasi terjadi akibat bertambahnya penduduk di
pedesaan . Sarana desa yang tidak mungkin memberikan penghidupan yang layak kepada
penduduknya, sehingga dapat menurunkan tingkat kehidupannya. Tingginya tingkat kelahiran di
pedesaan, menurunnya lahan pertanian, menyebabkan banyak penduduk desa yang pindah ke kota.
Arus perpindahan penduduk ini menyebabkan cepatnya perkembangan penduduk di daerah
perkotaan disamping penambahan alami penduduk perkotaan itu sendiri. Pertambahan penduduk
yang cepat ini mempengaruhi berbagai masalah di bidang tenaga kerja, pendidikan, kesehatan,
penyediaan pangan, perumahan dan lingkungan.

75

Dalam rangka penekanan laju pertambahan penduduk dan menaikkan taraf hidup masyarakat, maka
dilakukan berbagai usaha seperti mendorong masyarakat ke arah pembentukan keluarga kecil
melalui program Keluarga Berencana, usaha perbaikan di bidang pendidikan dan kesehatan untuk
mendapatkan masyarakat yang berkwalitas tinggi baik fisik maupun mental spiritual untuk
menopang pembangunan nasional.
Bahan Mineral
Dalam jangka waktu yang pendek kita akan menghabiskan bahan mineral. Kaum optimis menentang
pendapat ini, karena kaum ini beranggapan bahwa dalam waktu singkat kita akan menemukan
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang dapat dimanfaatkan untuk mengeruk bahan mineral
dari dasar laut, atau dapat digunakan untuk membuat bahan mineral sebagai pengganti yang habis.
Ada sebuah ramalan bahwa PLTN akan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia pada
tahun 2010.
Namun ada hambatan yang cukup berat karena harga uranium oksida sebagai bahan bakunya terlalu
mahal, sehingga era nuklir menjadi sesuatu yang mahal. Kebutuhan akan nuklir meningkat dengan
pesat sedemikian rupa di masa datang, sehingga keperluan akan energi nuklir akan berlipat dua kali
dalam kurun waktu 2,4 tahun; lain dengan kebutuhan minyak bumi yang berlipat dua kali dalam 10
tahun.
Pengadaan energi bagi kebutuhan manusia semakin hari semakin memprihatinkan, sehingga
diperlukan strategi untuk mendapat sumber energi baru yang lain (misalnya energi geothermal) dan
penghematan pemakaian energi, kondisi ini harus ditempuh dengan penuh kesadaran.
Pengaruh Peningkatan Populasi terhadap Penghidupan Ekonomi
Untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia, faktor ekonomi menjadi faktor yang paling
dominan, sehingga dibutuhkan pengelolaan. Pengelolaan perekonomian ini berhubungan erat
dengan berbagai masalah lingkungan tempat yang bersangkutan tinggal. Dalam hal-hal tertentu
pembangunan perekonomian terjadi tanpa langsung berpengaruh pada lingkungan seperti pendirian
perbankan, lembaga-lembaga pendidikan. Akan tetapi pembangunan perekonomian yang meliputi
penggalian sumberalam bumi, pembangunan proyek-proyek industri jelas akan mempengaruhi
keseimbangan lingkungan. Tanpa penggarapan dan pengelolaan yang bijaksana
Pengaruh Kepadatan Populasi terhadap Sifat Kimia - Fisika Bumi
Manusia mendapatkan unsur-unsur yang diperlukan dalam hidupnya dari lingkungan. Semakin
tinggi kebudayaan manusia, semakin beranekaragam kebutuhan hidupnya, maka semakin besar
jumlah kebutuhan hidupnya yang diambil dari lingkungan. Oleh sebab itu semakin besar pula
perhatian manusia terhadap lingkungan.

76

Perhatian dan pengaruh manusia terhadap lingkungan semakin meningkat pada zaman teknologi
yang maju. Kegiatan manusia ternyata mulai mempengaruhi kseimbangan berbagai gas planet bumi,
mempengaruhi siklus nitrogen serta komponen lain yang dinamis. Mekanisme tentang bagaimana
cara manusia mempengaruhi sifat kimia dan sifat fisika bumi pada dasarnya serupa untuk berbagai
gejala. Contohnya adalah bagaimana manusia mempengaruhi lingkungan secara kimiawi dengan
kata lain bagaimana manusia mencemari lingkungan ?.
Pencemaran lingkungan adalah perubahan lingkungan yang tidak menguntungkan, sebagian karena
tindakan manusia, disebabkan karena perubahan pola penggunaan energi dan materi, tingkatan
radiasi bahan-bahan fisika dan kimia. Perbuatan ini dapat mempengaruhi langsung kepada
manusia, atau tidak langsung melalui air, , hasil pertanian-peternakan, perilaku manusia di alam
bebas.
Mahluk hidup seperti manusia selalu mencemari lingkungan karena tingkat lakunya, karena
membuang kotoran akibat proses pencemaran dan metabolisme. Kepadatan penduduk dan
peningkatan kebudayaan mensyaratkan kenaikan standar hidup. Hal ini terjadi dengan
mengorbankan sumber-sumber alam dengan membuang sisa-sisa (limbah ) ke alam. Manusia telah
menguasai lingkungan baik karena jumlahnya yang banyak maupun karena ulahnya yang semakin
cerdas. Seberapa besar bahaya di Teluk Jakarta, para ahli memang belum sepakat, tetapi gejala
penyakit Minamata memang ada di perkampungan di wilayah itu (Sastrawijaya, 1991). Penyakit
yang melumpuhkan pusat jaringan syaraf, karena penderita keracunan air raksa. Logam berat
tersebut masuk melalui ikan-ikan, ikan-ikan tersebut dikonsumsi oleh masyarakat disana. Hal yang
sama terjadi di teluk Buya Minahasa yang baru-baru ini diributkan orang.
Gambaran di atas adalah sekelumit mengenai pengaruh kimia terhadap lingkungan besar sekali., apa
yang harus dilakukan oleh instansi terkait khususnya pemerintah?. Untuk mengelola bahan kimia
beracun agar ramah lingkungan dan mempunyai derajat keamanan tinggi diperlukan peningkatan
upaya pengelolaan baik di tingkat nasional, regional maupun internasional.
Pada tahun 1987 Indonesia melalui Departemen Kesehatan dan Menteri Negara Lingkungan Hidup
telah membuat Undang-Undang mengenai bahan berbahaya. Anonim pada dasarnya ada dua masalah
pokok :
1. Kurangnya informasi ilmiah yang memadai untuk menilai resiko penggunaan bahan kimia
2. Kurangnya sumberdaya manusia untuk menilai bahan kimia yang datanya telah ada.
Untuk mengatasi hal tersebut dan guna tercapainya sasaran pengelolaan bahan kimia beracun dalam
menunjang pembangunan, maka strategi pengelolaan bahan kimia beracun dibagi kedalam empat
bidang, yaitu:
1. Peningkatan kemampuan dan kapasitas nasional dalam pengelolaan bahan-bahan kimia
2. Penyerasian klasifikasi dan pelabelan bahan-bahan kimia beracun
3. Penyebarluasan informasi tentang bahan-bahan kimia beracun dan resiko-resiko kimia
4. Penurunan resiko dan pencegahan lalu lintas domestik maupun internasional yang tidak sah.

77

Tercapainya strategi di atas tidak akan terlepas dari partisipasi semua pihak, baik itu melalui
komitmen pribadi, kapasitas intelektual, perilaku dari struktur legalisasi yang mengatur dan
mendorong guna tercapainya sasaran di atas.

78

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1997, Ringkasan Agenda 21 Indonesia (Strategi Nasional untuk Pembangunan
Berkelanjutan), Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, United Nations Development Program.
Catenese, A.J. and Sayder, J.C., 1988, Perencanaan Kota, Wahyudi (Ed.), Edisi ke-II, Erlangga,
Jakarta.
Sastrawijaya, A.T., 2000, Pencemaran Lingkungan, Cet. II, Rineka Cipta, Jakarta.
Sipardi, I, 2003, Lingkungan Hidup dan Kelestariannya, Cet. II, Alumni, Jakarta.
Soeriaatmadja, R.E., 1989, Ilmu Lingkungan, Edisi ke-IV, ITB, Bandung.
Suripin, 2002, Pelestarian Sumber Daya tanah dan Air, ANDI, Yogyakarta.
Tandjung, S.D., 1999, Pengantar Ilmu Lingkungan, Laboratorium Ekologi, Fakultas Biologi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Wartasaputra, S., 1990, Prioritas Pelestarian Hidupan Liar, dalam Majalah Hidupan Liar Indonesia,
Vol. I No. 1, Masyarakat Pelestarian Hidup Liar Indonesia.

79

Anda mungkin juga menyukai