Bahkan presiden Jokowi adalah salah satu sosok yang tak lepas
dari gejala ini. Para pengamat meyakini, kesuksesan karir politik Jokowi
didukung oleh media sosial. Konsultan public relations dari Fortune
Indonesia, Indira Abidin menulis bahwa Jokowi adalah sosok yang
melek media sosial. Ia termasuk politisi yang pertama kali melakukan
komunikasi secara efektif melalui media sosial4. Ross Tapsel, peneliti
media dan pengajar studi Asia di Australian National University, di dalam
tulisannya tentang Jokowi di masa pemilihan gubernur DKI 2012,
menekankan bahwa saat kebanyakan politisi di Indonesia berkampanye
menggunakan iklan televisi dan poster, Jokowi-Ahok secara tidak lazim
memanfaatkan pesan Blackberry dan situs video YouTube 5. Pernyataan
ini didukung oleh data yang dipublikasikan oleh lembaga riset media
sosial, Politicawave (2012) yang melakukan pengamatan terhadap lalu
lintas percakapan di media sosial, pada masa itu. Topik mengenai
pasangan calon gubernur (cagub) Joko Widodo-Basuki Tjahja Purnama
mendominasi sebanyak 54,9 persen, sedangkan tentang cagub Fauzi
Bowo-Nachrowi Ramli 45,1 persen rekapitulasi topik6. Dan seperti kita
tahu kemudian, pasangan Jokowi-Ahok berhasil memenangkan pilgub
DKI dengan 53,81 persen suara, mengalahkan Fauzi Bowo-Nachrowi
yang memperoleh 46,19 persen suara. Perbandingan hasil ini tidak jauh
berbeda dengan dengan rekapitulasi topik percakapan di media sosial.
Gambaran-gambaran tersebut mengindikasikan bahwa media sosial bisa
menjadi gambaran kecenderungan agenda khalayak yang bisa
berorientasi kepada sikap dan perilaku sosial politik masyarakat.
Media tradisional pun memanfaatkan situasi ini dengan
menjadikan agenda media sosial (trending topic) sebagai acuan bagi
media-media nasional untuk menentukan agenda pemberitaan mereka.
Mucullah kemudian istilah media darling yang disematkan kepada sosoksosok seperti Jokowi, Dahlan Iskan, termasuk Norman Kamaru, maupun
lembaga seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Mereka yang
muncul dari trending topic di media sosial kemudian berlanjut menjadi
sumber berita favorit bagi media-media berita tradisional dengan
memberikan porsi ulasan yang menonjol. Sebuah lembaga riset dari
Singapura, Purengage mencoba memberikan penilaian terhadap sosoksosok media darling yang banyak dibicarakan di media sosial dan diulas
di media pemberitaan online di Indonesia. Hasilnya mengindikasikan
hubungan positif antara sosok-sosok yang paling sering dibicarakan di
media sosial dengan penilaian sosok tersebut pada media pemberitaan
online7.
12 Lihat Rogers, Everett M, 1986, Communication Technology: The New Media in Society,
New York: The Free Press, hal. 21.
13 Lihat Pengguna Internet di Indonesia Capai 82 Juta, 8 Mei 2014, artikel berita
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo):
http://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3980/Kemkominfo
%3A+Pengguna+Internet+di+Indonesia+Capai+82+Juta/0/berita_satker#.VEpftOcWHZs
14Chaffee, S.H. dan Metzger, M J, 2001, The End of Mass Communication?, Jurnal Mass
Communication & Society, volume 4, number 4, pp. 365379.
15 Delli Carpini, M X, 2004. Monica and Bill All the Time and Everywhere.
American Behavioral Scientist, 47 (9), 1208-1230, http://dx.doi.org/10.1177/0002764203262344
17 Delwiche, Aaron, 5 December 2005, Agenda-setting, opinion leadership, and the world
of Web logs, laporan penelitian dimuat di jurnal online vol. 10, no. 12 http://ojs-prodlib.cc.uic.edu/ojs/index.php/fm/article/view/1300/1220.
18 Bode, L., Sayre, B., Shah, C., Shah, D., & Wilcox, D. 2010. Agenda Setting in a Digital
Age: Tracking Attention to California Proposition 8 in Social Media, Online News, and
Conventional News. Policy & Internet: Vol. 2: Iss. 2, Article 1.
19Groshek, Jacob dan Groshek, Megan Clough, 2013, Agenda Trending: Reciprocity and the
Predictive Capacity of Social Networking Sites in Intermedia Agenda Setting across Topics over
Time, dimuat di Media and Communication edisi summer 2013, Volume 1, Issue 1, Pages 1527
20 Bruns, Axel, 2009, Blogs,Wikipedia, Second Life, and beyond: From production to
produsage. New York, NY, USA: Peter Lang.
21 Bruns, Axel, 2011, Gatewatching, Gatekeeping, Realtime Feedback: News Challenges
for Journalism, bisa diakses di http://snurb.info/files/2011/Gatekeeping,%20Gatewatching,
%20Real-Time%20Feedback.pdf
22 Matei, Sorin Adam dan McDonald, Danielle, 28 Juli 2010, Does agenda setting theory still apply
to social media?, dimuat di http://matei.org/url/8m
23 Davis, Richard, 2008,A Symbiotic Relationship Between Journalists and Bloggers, Shorenstein
Center, musim semi 2008, President and Fellows of Harvard College.
24 Saffer, Adam J, 15 Juni 2013, Intermedia Agenda Building of the Blogosphere: Public Relations
Role in the Network, University of Oklahoma
25 Wu,Yanfang, Atkin, David ,Mou, Yi, . Lin, Carolyn A,& Lau,TY, 2013, Agenda Setting and Microblog Use: An Analysis of the Relationship betweenSina Weibo and Newspaper Agendas in China,
The Journal of Social Media in Society 2(2), musim gugur 2013.
26 Huang, Jing-Rong Sonia, 8 April 2006, The Agenda-Setting Effects Exist on the Internet,
McCombs Confirms, https://online.journalism.utexas.edu/detail.php?story=152&year=2006
27 Althaus dan Tewksburry melakukan pengukuran untuk menguji perbedaan kekuatan pengaruh
agenda-setting surat kabar News York Times cetak dengan edisi online, lihat Althaus, Sott L dan
Tewksbury, David, 2002, Agenda Setting and the New News, jurnal Communication
Research, Vol. 29 No. 2, April 2002, hal. 180-207.