kesulitan
yang
dihadapinya.
Hamid
menanggapi,
Ia
ANALISIS:
Di Indonesia, perkawinan campuran yang terjadi dapat dalam dua bentuk
yaitu pertama, Wanita Warga Negara Indonesia (WNI) yang menikah dengan pria
Warga Negara Asing (WNA) dan kedua, Pria Warga Negara Indonesia (WNI)
menikah dengan wanita Warga Negara Asing (WNA). Faktor perbedaan
Undang-Undang
Nomor
62
Tahun
1958
tentang
ganda.
Dalam
Pasal
huruf
Undang-Undang
sosial
budaya
yang
harus
terus
diperpanjang.
Dan
untuk
memperpanjang paspor harus ada persetujuan atau surat dari Ghislain, ayah Jean,
melalui Kedutaan Besar Belgia di Jakarta. Tetapi Ghislain tidak menyetujui dan
tidak memberikan surat, tanda tangan, atau apa pun, sehingga Jean akhirnya harus
dideportasi. Masih banyak kasus-kasus yang merugikan wanita WNI serta anakanaknya dalam suatu perkawinan campuran, namun kasus tersebut di atas sudah
cukup menggambarkan bahwa Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tidak
akomodatif terhadap perempuan WNI dan anak-anaknya dalam perkawinan
campuran.
Dan setelah Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 diganti oleh UndangUndang Nomor 26, tepatnya pada tanggal 1 Agustus 2006, untuk untuk anak-anak
yang lahir sebelum Undang-Undang ini diundangkan, mereka dapat memperoleh
kewarganegaraan ganda atau dapat menjadi WNA. Mereka dapat memperoleh
kewarganegaraan ganda, bila orangtua atau walinya mendaftarkan mereka kepada
Menteri melalui Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia paling lambat 4
tahun setelah Undang-Undang ini diundangkan. Dengan didaftarkannya anak-
anak tersebut, maka mereka memperoleh Surat Keputusan dari Menteri Hukum
dan HAM bahwa mereka adalah WNI. Mendengar kabar tersebut, Dewi Chyntia,
ibu Jean, mengirim surat kepada Menteri Hamid Awaludin yang merupakan
Menteri Hukum dan HAM pada waktu itu. Setelah mendapatkan surat dari Dewi,
Hamid mengeluarkan surat penetapan kewarganegaraan Indonesia untuk Jean.
Status kewarganegaraan di Indonesia adalah masalah yang memang sudah
sering terjadi.Dalam kasus di atas kewarganegaraan Indonesia dapat hilang jika
adanya perkawinan campuran. Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006
disebutkan hilangnya suatu kewarganegaraan dapat disebabkan beberapa hal,
salah satunya disebutkan perempuan Warga Negara Indonesia yang kawin dengan
laki-laki Warga Asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia jika
menurut hukum negara asal suaminya. Kewarganegaraan istri mengikuti
kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut. Jika dalam
perkawinan tersebut terdapat kehadiran seorang anak, maka anak tersebut akan
berkewarganegaraan asing mengikuti ayahnya. Sebelum diberlakukannya
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 di Indonesia masih berlaku UndangUndang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan tapi Undang-Undang
tersebut dianggap kurang efektif sehingga wacana dalam Undang-Undang tersebut
diganti. Setelah diberlakukannya undang-undang tersebut banyak pihak yang
merasa beruntung karena akhirnya mereka memperoleh status kewarganegaraan
Republik Indonesia salah satu contohnya adalah dalam kasus di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal:
Bakarbessy, Leonora dan Handajani, Sri. Januari 2012. Kewarganegaraan Ganda Anak
dalam
Perkawinan
Internasional.
Campuran
Perspektif.
dan
Implikasinya
Volume
dalam
XVII
Hukum
Perdata
No.
1.