Anda di halaman 1dari 6

TATA CARA PENGURUSAN RUMAH SAKIT

SEBAGAI SALAH SATU PUBLIK MODERN


MARWAN ARHAS
Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Negara adalah termasuk kategori Badan Hukum Publik, begitu juga
Propinsi, kabupaten dan badan-badan lain yang berbadan hukum berdasarkan
Hukum Publik. Konsekwensinya mereka dapat mempunyai Hak Milik dan hakhak lainnya. Sebagaimana Badan Hukum Perdata, mereka juga boleh menjual,
menyewakan maupun memanfaatkan sendiri barang miliknya.
Barang milik negara dapat dibagi dua yaitu :
1. Barang milik pribadi negara (Privaat Domein)
2. Barang milik Publik (publik domein).
Indonesia sebagai negara yang berdasarkan atas Hukum, sebagaimana
ditegaskan dalam kunci pokok Sistem Pemerintahan Rrepublik Indonesia,
disamping berusaha melindungi hak-hak warganya juga senantiasa berusaha
untuk mensejahterakan warganya, sesuai dengan teori negara hukum modern
yang berintikan Welfare State.
Salah satu usaha pemerintah untuk menjalankan fungsi diatas adalah
dapat digunakan oleh umum, yang dalam Hukum Administrasi Negara hal ini
dikenal dengan Publik Domein, atau barang milik Publik. Contoh konkrit dari
publik domein ini adalah Rumah Sakit Pemerintah.
Di bidang Pembangunan Kesehatan, peran Pemerintah lebih dititik
beratkan pada pembinaan, pengaturan, dan pengawasan untuk terciptanya
pemerataan pelayanan kesehatan, dan juga keseimbangan antara pelayanan
kesehatan yang diberikan pemerintah dan oleh swasta.
Dalam karia ilmiah ini, digambarkan secara sederhana tata kerja dan
pengurusan Rumah Sakit sebagai Publik Domein

BAB II
PERMASALAHAN
Mengenai Barang Milik Negara, adalah merupakan hal yang sangat
minim diketahui oleh masyarakat. Namun sebenarnya adalah merupakan
masalah yang esensi, dalam pembahasan karya
ilmiah ini ada beberapa
permasalahan yang diangkat yaitu :
1. Apa saja kekayaan dapat dimiliki negara dan sejauh mana hak milik dari
negara tersebut.
2. Kenapa dalam mendapat pelayanan daru Rumah Sakit Pemerintah sebagai
salah satu Publik Domein, masih harus mengeluarkan biaya.
3. Bagaimana organisasi dan tata kerja Rumah Sakit, siapa yang berhak
mengurusnya dan kepada siapa ia bertanggung jawab.
Demikian beberapa persoalan yang dikupas dalam karya ilmiah ini.

2004 Digitized by USU digital library

BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Barang Milik Publik
Barang milik publik yang menjadi hak negara dalam pelaksanaannya
dibagi dua, yaitu Pemakaian biasa dan pemakaian umum. Pada pemakaian biasa,
pemerintah harus memperkenankan begitu saja kepada umum tanpa memungut
pembayaan dari penggunaannya, dalam hal ini pemerintah hanya bisa membuat
aturan demi kelancaran dan ketertiban penggunaan barang tersebut.
Lain halnya dengan Milik Publik dengan pemakaian khusus, disini
pemerintah dapat memakai hak keperdataannya dan menetapkan syarat-syarat
finansial, dan dapat pula hanya diberikan kepada seseorang. Menurut pandangan
modern, dalam sistem ini Pemerintah tunduk pada pembatasan-pembatasan
berdasarkan asas pemerintahan yang baik.
Menurut INPRES No. 3 tahun 1971 tentang Inventarisasi Barang-Barang
Milik Negara, yang dikatakan Barang Milik Negara/kekayaan Negara itu adalah
meliputi semua barang-barang milik negara atau kekayaan negara yang berasal
atau dibeli dengan dana yang bersumber seluruhnya atau sebagiannya dari
Anggaran Belanja Negara yang dibawah Pengurusan/Penguasaan DepartemenDepartemen, lembaga-lembaga negara, Lembaga Pemerintah non departemen
serta unit-unit dalam lingkungan yang terdapat di dalam maupun diluar negeri.
Defenisis diatas, belum membedakan antara Privat Domein maupun
Publik Domein. Khususnya mengenai Publik Domein masih perlu dikaji mengenai
status kepemilikannya oleh negara.
Apakah benar negara menjadi Pemilikdari Publik Domein tersebut.
Kalau kita lihat Pasal 33 UUD 1945 disebutkan bahwa Cabang-cabang Produksi
yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
negara, disamping itu dalam ayat yang lain disebutkan juga bahwa Bumi, Air,
dan Kekayaan Alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara.
Makna menguasai dalam pasal 33 UUD 1945 tidak sama dengan makna
memiliki dalam Inpres 3/1971 yang telah disebutkan sebelumnya. Untuk
melihat makna menguasai, kita harus merujuk pada UUPA No. 5 Tahun 1960,
pasal 2 ayat (1) menyebutkan makna menguasai adalah :
a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan persediaan dan
pemeliharaan BAR
b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang
dengan BAR
c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang
dan perbuaan-perbuatan hukum yang mengenai BAR
Disamping ketentuan diatas masih ada persyaratan lain yang harus dipenuhi
yakni penggunaannya untuk mencapai sebesar-besarnya bagi kemakmuran
rakyat.
Penggunaan istilah memiliki dengan menguasai memang berbeda
namun tidak berarti bertentangan, karena harus disadari disamping Publik
Domein ada Privat Domein, yaitu kepemilikan negara secara keperdataan.
SK Menteri Keuangan Nomor : Kep-225/MK/4/1971 tertanggal 12 April
1971 sebagai Pelaksanaan dari Inpres No. 3/1971 masih belum membedakan
antara Privat Domein dengan Publik Domein, hanya membedakan dari segi
barang bergerak dengan tidak bergerak.

2004 Digitized by USU digital library

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan tersebut, penggolongan


Barang-barang Milik Negara adalah sebagai beikut :
1. Barang-barang tidak bergerak yakni antara lain :
a. Tanah kehutanan, pertanian, jalan, jembatan, rel kereta api, waduk,
lapangan terbang, pelabuhan dan lain sebagainya
b. Gedung untuk kantor, pabrik, bengkel, sekolah, studio, rumah sakit dan
lain sebagainya
c. Gedung tempat tinggal tetap maupun sementara
d. Monumen-monumen sejarah dan lain sebagainya.
2. Barang-barang bergerak, yakni antara lain :
a. Alat-alat besar seperti traktor
b. Peralatan dalam pint (B) diatas
c. Peralatan kantor dan sejenisnya
d. Inventaris Perpustakaan
e. Alat-alat pengangkutan seperti kapal terbang, bus, truk, sepeda motor
dan lain sebagainya
f. Inventaris perlengkapan Rumah Sakit, sonatorium dan lain-lain.
3. Hewan-hewan.
4. Barang-barang persediaan.
Pengurusan barang milik Publik (Publik Domein) sangat penting
mengingat banyak dari barang tersebut pemakaiannya ditujukan untuk
kepentingan umum. Pada prinsipnya setiap Departement, lembaga negara,
lembaga Pemerintahan non Departement bertanggung jawab mengurus barangbarang milik publik yang terdapat dalam pengawasan depertemen atau lembaga
yang bersangkutan.
Istilah Depertement, lembaga negara mencakup pula pengertian
Pemerintahan Daerah, sehingga disini hak kepemilikan PEMDA hampir sama
dengan Hak Kepemilikan Pemerintah Pusat, hanya untuk daerah diawasi oleh
Inspektorat Wilayah.
B. Rumah Sakit Umum Sebagai Barang Milik Publik
Salah satu milik negara yang dipergunakan untuk kepentingan umum
adalah Rumah Sakit. Dan hal ini sifatnya khusus, yakni pemerintah dapat
menerapkan syarat-syarat finansial bagi masyarakat yang ingin mendapatkan
pelayanan dari Rumah Sakit tersebut.
Dahulu masyarakat yang sakit dirawat di Rumah Sakit Pribadi. Di
Amerika ada dikenal Doktrin Charitable Community, dimana rumah sakit tidak
dapat dituntut ganti rugi apabila dalam perawatannya menimbulkan cedera bagi
pasiennya. Keadaan ini berlangsung hingga tahun 1957, yakni dalam perkara
Bing V. Thuning, dimana mulai diterapkan azas Respondent Supperior, artinya
Rumah Sakit bertanggung jawab terhadap semua tindakannya.
Peranan Rumah Sakit yang semula tidak mencari keuntungan berobah
dengan cepat, Rumah Sakit menjadi suatu lembaga yang berperan sebagai
organisasi pelayanan kesehatan. Namun untuk mengantisipasi melonjaknya tarif
pelayanan kesehatan, pemerintah membuat aturan-aturan untuk membatasinya,
bahkan mendirikan Rumah Sakit Umum sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan Milik
Pemerintah, dan karena peruntukannya untuk umum maka ia masuk kategori
Domein Publik.
Di Belanda menurut MAEIJER, Rumah Sakit merupakan badan usaha
yang mempunyai ciri tersendiri, usahanya tertuju pada pemeriksaan medis dan

2004 Digitized by USU digital library

perawatan medis pasien yang masuk Rumah sakit, Rumah Sakit bukan
merupakan Badan Usaha dalam arti Perusahaan yang bertujuan mencari untung,
atau keuntungan dibidang harta kekayaan.
Secara tekhnis organisasi, keberadaan Rumah sakit adalah dibawah
naungan Menteri Kesehatan. Sehingga peraturan pelaksanaan mengenai rumah
sakit sebagian besar adalah Keputusan Menteri Kesehatan.
Tahun 1972, keluar SK Menteri Kesehatan RI, tentang Rumah Sakit
Pemerintah. Dan untuk Rumah Sakit Swasta harus menyesuaikan diri dengan
peraturan ini. Dalam peraturan ini dibedakan antara Rumah Sakit Umum dengan
Rumah Sakit Khusus, yang hanya menangani bidang-bidang penyakit khusus
seperti Mata, Paru-paru, Kusta dan lain-lain.
Menurut Keputusan ini, rumah sakit dapat juga diklasifikasikan kedalam
beberapa tipe, yaitu :
1. Rumah sakit kelas A : Pelayanan kesehatan spesialistis dan sub spesialistis.
2. Rumah sakit kelas B : Pelayanan kesehatan spesialistis luas.
3. Rumah sakit kelas C : RSU yang minimal empat cabang spesialisasi yaitu
penyakit dalam, bedah, kandungan & kesehatan anak.
4. Rumah sakit kelas D : Yaitu rumah sakit khusus.
Mengenai pertanggung jawaban rumah sakit secara Administratif
Finansial adalah sebagai berikut :
1. Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo bertanggung jawab kepada Menteri
Kesehatan.
2. Rumah Sakit Umum yang berada di Ibukota Propinsi secara administratif
finansial bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Dinas Kesehatan
Propinsi.
3. Rumah Sakit Kabupaten secara administratif finansial bertanggung jawab
kepada Bupati melalui Dinas Kesehatan Kabupaten.
Dari pertanggung jawaban Administratif finansial inilah kita dapat
melihat, sebenarnya rumah sakit pemerintah itu merupakan Publik Domein dari
siapa, apakah Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah atau lembaga negara non
Depertement. Dengan jelas kita lihat bahwa tanggung jawab Rumah Sakit adalah
kepada Kepala Daerah baik itu DATI I maupun DATI II, hal ini menunjukkan
bahwa Rumah Sakit adalah Publik Domein dari Pemerintah Daerah.
Berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No. 134/Men.Kes/SK/IV/ 1978
tentang susunan organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Umum, disebutkan
bahwa ia merupakan unit organik dilingkunganDepertement Kesehatan dan
bertanggung jawab langsung kepada Dirjen Pelayanan Kesehatan, dan dipimpin
seorang Direktur.
Untuk rumah sakit kelas A, seperti Rumah Sakit Umum dr. Cipto
Mangunkusumo, terdapat beberapa personil organisasi dari suatu Rumah Sakit
antara lain :
1. Direktur
2. Wakil Direktur
3. Bidang Sekretariat
4. Bidang Penunjang Medis
5. Bidang Pelayanan Medis
6. Bidang Perawatan
7. Unit pelaksana fungsional (terdiri dari 17 unit)
8. Instalasi (terdiri atas 7 Instalasi).

2004 Digitized by USU digital library

Mengenai standarnisasi ketenangan Rumah Sakit pemerintah diatur oleh


Peraturan Menkes RI No. 262/Men.K/Per/VII/1979. Ketenagaan dirumah sakit
dibedakan atas empat kelompok yaitu :
1. Tenaga medis : yakni lulusan Fak. Kedokteran/FKG antara lain Dokter
Umum, Dokter Gigi dan lain sebagainya.
2. Tenaga para medis perawatan : lulusan sekolah atau Akdemi Perawatan
Kesehatan.
3. Tenaga Para Medis non Keperawatan : lulusan
sekolah atau akademi
kesehatan lainnya.
4. Tenaga Non Medis : yaitu diluar butir 1, 2, dan 3 seperti Apoteker, Sarjana
Kesehatan Masyarakat.
Untuk menentukan ketenagaan minimum bagi setiap kategori diatas,
dapat mempergunakan angka perbandingan antara jumlah tempat tidur dengan
jumlah ketenagaan di butuhkan. Misal untuk rumah sakit kelas A dan B sebagai
berikut :
1. Tempat tidur : tenaga medis (4-6 : 1)
2. Tempat tidur : tenaga para medis perawatan (2 : 3 - 4)
3. Tempat tidur : tenaga para medis nonperawatan adalah ( 3: 1)
4. Tempat tidur : tenaga non medis ( 1 : 1 )
Suatu masalah organisatoris yang timbul, terutama pada Rumah Sakit
Umum yang berkerja sama dengan Perguruan Tinggi khususnya Fakultas
Kedokteran seperti Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo dengan Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia (UI) ataupun antara Rumah Sakit Umum dr.
Pirngadi Medan
dengan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Masalah yang dihadapi adalah terjadinya dualisme antara lain :
1. Kepala unit pelaksana harus bertanggung jawab kepada dua atasan, masalah
pelayanan kesehatan kepada rumah sakit dan masalah pendidikan ke
pimpinan Fakultas .
2. Tenaga medis unit pelaksana fungsional mempunyai status kepegawaian di
Depdikbud yang sekarang menjadi Depdiknas.
Terhadap hal ini menurut Roekmono akan mudah terjadi ketidak jelasan antara
tugas dan wewenang rumah sakit dan fakultas.
Demikian kondisi yang ada pada rumah sakit Pemerintah sebagai salah
satu Publik Domein milik negara.

BAB IV
PEN UTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :
1. Bahwa barang milik negara, terdiri dari Milik Pribadi Negara dan Milik Publik.
Barang milik publik dalam pemanfaatannya bisa dengan sistem biasa dan
bisa dengan sistem khusus.
2.

Rumah Sakit Pemerintah sebagai salah satu Publik Domein berada di bawah
pengurusan Depertemen Kesehatan, namun secara administratif finansial

2004 Digitized by USU digital library

bertanggung jawab kepada Pemerintah Daerah dimana Rumah Sakit tersebut


berada.
3.

Keberadaan Rumah Sakit Pemerintah bukanlah sebagai badan usaha untuk


mencari keuntungan seperti BUMN-BUMN lainnya, tetapi adalah bersifat
pelayanan medis.

B. Saran-saran
Melihat uraian sebelumnya maka, penulis dapat memberikan saran
antara lain :
1. Dalam mengatur dan menyelenggarakan Publik Domein terutama yang
bersifat khusus, pemerintah harusbenar-benar mengindahkan azas-azas
pemerintah yang baik.
2.

Harus ada kejelasan yang tegas bahwa rumah sakit bukan lah Badan Usaha
yang mencari keuntungan tetapi yang memberikan pelayanan medis kepada
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Hadjon, Philipus M.ed, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gajah
Mada University Press, 1993.
Lopa, Baharuddin, Mengenal Peradilan Tata Usaha Negara, Sinar Grafika,
1993.
Soekanto, Soerjono, Pengantar Hukum Kesehatan, CV, Remadja Karya,
Bandung, 1987.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1993 Tentang Kesehatan,
Arkola, Surabaya.
Roekmono, Beberapa Hal Yang Berpengaruh Pada Manajemen Rumah
Sakit Pemerintah Yang Dimanfaatkan Untuk Pendidikan,
1987.

2004 Digitized by USU digital library

Anda mungkin juga menyukai