Anda di halaman 1dari 37

RISET DAN

PENGEMBANGAN
KEPENDIDIKAN1
TINJAUAN UMUM
Bab ini menjelaskan strategi untuk mengembangkan produk-produk
kependidikan yang terbukti efektivitasnya. Strategi ini disebut Riset
dan Pengembangan (R & P). Terdiri dari suatu siklus di mana suatu
versi produk dikembangkan, diuji secara lapangan dan direvisi
berdasarkan data uji lapangan. Walaupun pengembangan produk
kadang-kadang terjadi dalam studi-studi riset dasar dan terapan,
tujuan utamanya adalah untuk menemukan pengetahuan baru.
Sebaliknya, tujuan R & P adalah untuk menjembatani kesenjangan
yang

sering

ada

di

antara

riset

kependidikan

dan

praktik

kependidikan. Berbagai langkah dari siklus R & P diuraikan dalam bab


ini serta beberapa masalah dan isu yang dihadapi para pengembang
saat mereka merancang produk baru.

TUJUAN
Setelah mempelajari bab ini, Anda akan dapat:
1. Mengemukakan dua kekurangan dari riset dasar dan terapan
sebagai strategi-strategi untuk pengembangan produk-produk
kependidikan.
2. Menguraikan sepuluh langkah dari siklus R & P.
3. Menerangkan empat kriteria yang dapat digunakan untuk memilih
produk kependidikan untuk dikembangkan.
Berdasarkan materi dari The Minicourse: A Microteaching Approach to
Teacher Education oleh Walter R. Borg, Marjorie L. Kelley, Philip Langer, dan
Meredith Gall (New York: Macmillan, 1970).
1

34

4. Mempertahankan pentingnya menjelaskan tujuan-tujuan perilaku


dalam R & P kependidikan.
5. Menjabarkan mengapa penting untuk menguji lapangan suatu
produk dalam sebuah lingkungan yang sama dengan yang
nantinya akan digunakan pada waktu dikembangkan seluruhnya.
6. Memberi pendapat untuk dan terhadap perbaikan materi-materi
kependidikan selama tahap-tahap awal pengembangan.
7. Menjabarkan dua kesempatan bagi mahasiswa tingkat sarjana
untuk mengerjakan proyek R & P.

APA YANG DIMAKSUD DENGAN RISET DAN


PENGEMBANGAN KEPENDIDIKAN
Riset dan pengembangan kependidikan (kadang-kadang disebut
pengembangan berbasis riset) tampaknya menjadi strategi paling
menjanjikan yang sekarang kita miliki dalam pendidikan, kami akan
menjabarkan istilah itu dan menunjukkan bagaimana itu berbeda dari
riset kependidikan, yang di masa silam dipertimbangkan oleh banyak
orang menjadi metode terbaik untuk memperbaiki sekolah-sekolah
kita.
Riset dan pengembangan (R & P) kependidikan adalah
suatu

proses

yang

digunakan

untuk

mengembangkan

dan

mengesahkan produk-produk kependidikan.1 Langkah-langkah proses


ini biasanya mengacu pada siklus R & P, yang terdiri dari
mempelajari temuan-temuan riset terkait dengan produk yang akan
dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan pada temuantemuan ini, mengujinya di lapangan dalam lingkungan di mana
produk ini akan dikembangkan pada akhirnya, dan merevisinya untuk
memperbaiki beberapa kekurangan yang ditemukan dalam tahap
pengujian lapangan. Dalam program-program R & P yang lebih kaku,
Penggunaan istilah produk termasuk bukan hanya objek-objek material,
seperti buku teks pelajaran, film-film instruksional, dan lain sebagainya,
tetapi juga dimaksudkan untuk mengacu pada beberapa prosedur dan
proses yang tercipta seperti metode pengajaran atau metode pengelolaan
pengajaran.
1

34

siklus ini diulangi hingga data uji-lapangan menunjukkan bahwa


produk itu memenuhi tujuan-tujuan yang ditentukan secara perilaku.
Sebaliknya, sasaran riset kependidikan adalah bukan untuk
mengembangkan

produk-produk,

tetapi

untuk

menemukan

pengetahuan baru (melalui riset dasar) atau untuk menjawab


beberapa pertanyaan spesifik tentang masalah-masalah praktis
(melalui riset terapan). Tentu saja, banyak proyek riset terapan
melibatkan pengembangan produk-produk kependidikan. Misalnya,
dalam suatu proyek yang terkait dengan membandingkan efektivitas
dua metode pengajaran membaca, peneliti dapat mengembangkan
materi-materi yang menggabungkan tiap etode karena materi-materi
yang sesuai tidak tersedia. Namun, secara tipikal, materi-materi ini
dikembangkan dan diperbaiki hanya pada pokok persoalan di mana
materi tersebut dapat digunakan untuk menguji hipotesis peneliti.
Untuk alasan ini maka jarang bagi riset kependidikan terapan yang
menghasilkan

produk-produk

siap

sedia

untuk

penggunaan

operasional di sekolah-sekolah.
Walaupun keduanya memiliki banyak kontribusi penting terhadap
pendidikan, riset dasar dan terapan pada umumnya merupakan
metodologi lemah untuk mengembangkan produk-produk baru yang
dapat digunakan di sekolah-sekolah. Dalam riset terapan khususnya,
peneliti sering kali mendapati dirinya membandingkan produk-produk
yang dirancang dengan buruk, tidak terbukti, atau tidak lengkap
untuk menentukan manakah yang memadai. Metodologi ini umumnya
menghasilkan hasil-hasil negatif atau tidak meyakinkan, dan yang
paling baik membawa perbaikan dalam pendidikan pada tingkat yang
lambat. Bahkan ketika hasil-hasil itu diperoleh, beberapa temuan
positif biasanya signifikan hanya dalam arti statistik dan tidak
memiliki signifikansi praktis untuk kelas reguler. Kekurangan lain dari
banyak studi riset dasar dan terapan adalah bahwa situasi-situasi
yang mereka pelajari terlalu terpisah dari kelas biasa yang banyak
berpengaruh langsung terhadap praktik pendidikan. Tentu saja
memang benar, bahwa riset dasar dan terapan menghasilkan

34

beberapa temuan yang akhirnya digunakan untuk meningkatkan


praktik pendidikan. Namun, kesenjangan antara temuan-temuan ini
dan praktek pendidikan sering begitu besar sehingga banyak pakar
telah mengabdikan seumur hidup untuk masalah riset dasar dan
terapan yang bermanfaat tanpa memperbaiki sekolah-sekolah itu
sedikit pun.

Para

pendidik

dan

peneliti

telah

mencari

cara

untuk

menjembatani kesenjangan di antara riset dan praktik selama


bertahun-tahun. Inilah kontribusi R & P kependidikan. Dibutuhkan
beberapa temuan yang dihasilkan oleh riset dasar dan terapan dan
menggunakannya untuk menciptakan produk-produk teruji yang siap
sedia untuk penggunaan operasional di sekolah-sekolah. Namun,
kami harus menekankan di sini, bahwa R & P kependidikan bukan
merupakan pengganti untuk riset dasar atau terapan. Ketiga strategi
risetdasar, terapan, dan R & Pdiwajibkan untuk menghasilkan
perubahan pendidikan. Bahkan, R & P meningkatkan dampak
potensial dari hasil-hasil riset dasar dan terapan pada praktik sekolah
dengan menerjemahkannya menjadi produk-produk pendidikan yang
dapat digunakan.
Bidang evaluasi kependidikan berkaitan erat dengan riset dan
pengembangan pendidikan. Teknik-teknik evaluasi berperan utama
dalam R & P, meskipun evaluasi juga digunakan untuk keperluan lain
di bidang pendidikan. Siswa disarankan untuk membaca ulang bab 17
setelah menyelesaikan bab ini.
R

&

kependidikan

kadang-kadang

disamakan

dengan

pengembangan kurikulum. Ini adalah gagasan keliru. Pengembangan


kurikulum tidak selalu melibatkan penggunaan metodologi R & P.
Sebagai contoh, pengembangan kurikulum sering dipandu oleh filosofi
kurikulum atau disiplin akademis bukan oleh temuan-temuan riset
empiris.

Juga,

pengembangan

panduan

dan

materi

kurikulum

biasanya tidak mencakup siklus revisi uji lapangan. Studi oleh

34

Educational Products Information Exchange menunjukkan bahwa


kurang dari 1 persen dari setengah juta atau lebih materi kurikulum
yang dijual oleh industri penerbitan sudah pernah diuji lapangan
dengan siswa-siswa dan direvisi sebelum publikasi. 2 Namun, makin
banyak pengembang kurikulum menggunakan beberapa elemen
metodologi R & P kependidikan dalam pekerjaan mereka. Karena lebih
banyak unsur yang digunakan, pengembangan kurikulum mendekati
R & P kependidikan.

Metodologi R & P tidak memiliki hubungan erat dengan bidang


teknologi instruksional. Teknologi Instruksional dapat didefinisikan
sebagai penggunaan teknik-teknik riset divalidasi untuk memberikan
hasil-hasil pembelajaran tertentu. Bidang teknologi instruksional
digunakan untuk berfokus terutama pada perangkat keras audiovisual
dan materi, tetapi dalam beberapa tahun terakhir telah banyak
dipengaruhi oleh R & P kependidikan dan oleh kemajuan dalam
psikologi pembelajaran. Para pekerja R & P pada tahun 1960-an dan
70-an adalah para teknolog pembelajaran di masa kini.
Jika Anda berencana mengerjakan tesis atau disertasi R & P, kami
sarankan

Anda

mempelajari

teknologi

instruksional

untuk

menentukan apakah beberapa metode sesuai dengan proyek Anda.


Desain produk R & P tidak perlu didasarkan pada trial and error; ada
banyak metode teknologi instruksional yang divalidasi. Metodemetode ini mencakup berbagai aspek desain R & P: analisis awal dan
akhir (penilaian kebutuhan, analisis sistem, analisis tugas, analisis
hierarki kecakapan, dll); tipologi hasil pembelajaran; kesamaan teknik
instruksional untuk hasil belajar; kesamaan karakteristik peserta didik
dengan

metode

pengajaran;

proses

meta-kognitif

dalam

pembelajaran, pengajaran individual (KellerPlan, pengajaran autotutorial, penguasaan pembelajaran, dll); dan penilaian yang mengacu
pada domain. Metode-metode ini dan yang lain yang dijabarkan
How to Tell Whether Your Schools are Being Gypped, American School
Board Journal 162 (1975): 36-40.
2

34

dalam

beberapa

buku

teks

disebutkan

dalam

Daftar

Pustaka

Beranotasi di akhir bab ini. Juga, hal ini berguna untuk mengenal
beberapa organisasi profesional dalam teknologi pengajaran dan
publikasi mereka: Lembaga Nasional untuk Kinerja dan Pengajaran
(Jurnal NSPI, Kinerja Manusia Triwulan), Asosiasi Komunikasi dan
Teknologi Kependidikan (Inovator Instruksional, Jurnal Komunikasi dan
Teknologi Kependidikan), dan American Society for Training dan
Development (Pelatihan).

SIKLUS R & P
Dalam sisa bab ini kami akan membahas setiap langkah-langkah
utama dalam siklus R & P. Siklus R & P spesifik yang akan disajikan
dikembangkan oleh staf Program Pendidikan Guru di Laboratorium Far
West untuk Riset dan Pengembangan Kependidikan, di mana penulis
tadinya bergabung. Laboratorium Far West merupakan salah satu dari
10 laboratorium regional yang didanai oleh Kantor Pendidikan
Amerika Serikat untuk menghasilkan perbaikan pendidikan melalui R
& P.3 Program Pendidikan Guru mengembangkan produk-produk yang
disebut minicourses atau kursus singkat, yang dirancang untuk
meningkatkan penggunaan keterampilan kelas tertentu oleh guru.
Karena kami akan menggunakan pengembangan minicourse
pertama untuk menggambarkan siklus R & P, kami akan menjelaskan
secara singkat di sini mengenai karakteristik produk ini. Setiap
minicourse mencakup sekitar 15 jam pelatihan guru baik dalam masa
prajabatan ataupun dalam dinas. Selama waktu ini, guru yang dilatih
diperkenalkan

pada

sejumlah

keterampilan

kelas

tertentu.

Keterampilan ini pertama kali dijelaskan dan digambarkan dalam film


instruksional. Peserta latihan kemudian menyaksikan keterampilanketerampilan

ini

ditayangkan

dalam

film

model,

yaitu,

film

mengenai situasi kelas singkat yang dilaksanakan oleh guru model.


Untuk informasi lebih lanjut mengenai laboratorium-laboratorium regional,
lihat Bab 2.
3

34

Kemudian peserta latihan merencanakan pelajaran singkat di mana ia


berusaha menerapkan keterampilan yang telah disajikan, memberi
pelajaran kepada sekelompok kecil murid, dan merekam pelajaran itu
pada rekaman video. Segera setelah pelajaran, peserta latihan
menyaksikan

rekaman

video,

memfokuskan

perhatiannya

pada

keterampilan tertentu yang berusaha dipelajarinya.


Pelajaran ini disebut pelajaran microteach karena situasi kelas
reguler diperkecil dari segi waktu dan jumlah murid. Setelah
menyaksikan dan mengevaluasi rekaman video pelajarannya, guru
kemudian

merencanakan

kembali

pelajaran

yang

sama

dan

mengajarkannya kembali keesokan harinya kepada kelompok kecil


murid lainnya. Pelajaran ini juga direkam pada rekaman video, dan
sekali lagi ia menyaksikan dan mengevaluasi kinerjanya segera
setelah pelajaran selesai. Guru kemudian melanjutkan ke urutan
berikutnya dari pelajaran instruksional, pelajaran model, microteach,
dan pengajaran ulang.
Langkah-langkah utama dalam siklus R & P yang digunakan
untuk mengembangkan minicourses adalah sebagai berikut:
1. Riset dan pengumpulan informasiTermasuk tinjauan literatur,
observasi kelas, dan penyusunan laporan terkini.
2. PerencanaanTermasuk menentukan keterampilan, menyatakan
tujuan

untuk

menentukan

kelayakan skala kecil.


3. Mengembangkan bentuk

urutan

awal

kursus,

dan

pengujian

produktermasuk

persiapan

bahan ajar, buku panduan, dan perangkat evaluasi.


4. Pengujian lapangan awaldilaksanakan dalam 1 sampai 3
sekolah, dengan menggunakan 6 sampai 12 subjek. Wawancara,
pengamatan dan data kuesioner dikumpulkan dan dianalisis.
5. Revisi produk utamarevisi produk seperti yang disarankan
melalui hasil-hasil uji lapangan awal.
6. Pengujian lapangan utamaDilakukan dalam 5 sampai 15
sekolah dengan 30 sampai 100 subjek. Data kuantitatif pada
kinerja prakursus dan pascakursus subyek dikumpulkan. Hasilnya

34

dievaluasi sehubungan dengan tujuan program dan dibandingkan


dengan data kelompok kontrol, bila perlu.
7. Revisi produk operasionalrevisi produk seperti yang disarankan
melalui hasil uji lapangan utama.
8. Pengujian lapangan operasionaldilaksanakan dalam 10 sampai
30 sekolah yang melibatkan 40 hingga 200 subjek. Wawancara,
pengamatan dan data kuesioner dikumpulkan dan dianalisis.
9. Revisi produk akhirrevisi produk seperti yang disarankan
melalui hasil uji lapangan operasional.
10. Penyebaran dan implementasilaporan mengenai produk pada
beberapa pertemuan profesional dan dalam jurnal. Bekerja
dengan penerbit yang mengatur distribusi komersial. Memantau
distribusi untuk memberikan kontrol kualitas.
Urutan
menghasilkan

sepuluh
produk

langkah

ini,

pendidikan

jika

diikuti

berdasarkan

dengan
penelitian,

benar,
yang

sepenuhnya siap sedia untuk penggunaan operasional di sekolahsekolah. Meskipun masing-masing dari sepuluh langkah ini akan
dibahas secara rinci, kami harus menunjukkan di sini bahwa sebagian
besar langkah-langkah ini juga termasuk dalam proyek-proyek riset
pendidikan. Hal ini terutama berlaku dari langkah 6, pengujian
lapangan utama, di mana data kuantitatif dikumpulkan untuk
menentukan apakah produk tersebut memenuhi tujuan kinerjanya.
Bagian dari siklus R & P ini pada dasarnya sama dengan proyek riset
evaluasi (lihat bab 17).

Seleksi Produk
Sebelum proses pendidikan R & P dapat diterapkan, maka penting
sekali menjabarkan secara khusus produk pendidikan yang akan
dikembangkan. Ulasan ini harus mencakup: (1) deskripsi keseluruhan
narasi dari produk yang diusulkan, (2) garis besar tentatif dari produk
apa yang akan mencakup dan bagaimana akan digunakan, dan yang
paling penting, (3) pernyataan spesifik tentang tujuan produk. Dalam
hal program studi seperti minicourse, tujuan itu harus menyatakan

34

tingkat

kinerja

spesifik

yang

harus

dicapai

oleh

guru

dalam

menyelesaikan kursus, yaitu, berapa kali mereka akan menunjukkan


keahlian masing-masing dalam jangka waktu tertentu.
Dalam kebanyakan kasus, sifat produk akan berubah secara
substansial selama proses pengembangan. Ini tidak berarti bahwa
perencanaan

awal

harus

dianggap

enteng.

Perencanaan

ini

memberikan fondasi terhadap revisi yang dibuat selanjutnya. Tanpa


perencanaan yang matang di awal, kemungkinan menciptakan produk
yang baik jauh berkurang.
Karena sangat sedikit produk yang berkembang baik tersedia
dalam pendidikan, pengembang memiliki kemungkinan produk yang
hampir tak terbatas yang dapat dikembangkan. Namun, ada sejumlah
kriteria yang dapat diterapkan dalam memilih suatu bidang yang
akan

dikerjakan.

Kriteria

seleksi

produk

yang

digunakan

di

Laboratorium Far West meliputi:


1. Apakah produk yang diusulkan memenuhi kebutuhan pendidikan
utama?
2. Apakah produk mutakhir itu yang cukup maju sehingga ada
kemungkinan logis bahwa produk yang berhasil itu dapat
diciptakan?
3. Apakah
personil
pengetahuan,

dan

yang

tersedia

pengalaman

memiliki
yang

keterampilan,

diperlukan

untuk

menghasilkan produk ini?


4. Dapatkah produk dikembangkan dalam waktu yang layak?
Jelas bagi staf Program Pendidikan Guru bahwa ada kebutuhan
mendesak

untuk

mengembangkan

produk

yang

efektif

bagi

pendidikan guru dinas. Distrik sekolah umumnya menyelenggarakan


sangat sedikit pendidikan dalam masa dinas, dan yang tersedia
umumnya kurang bagus. Program pendidikan guru konvensional
memiliki empat kelemahan serius: (1) guru diberitahu apa yang harus
dilakukan sebagian besar waktu daripada diberi kesempatan untuk
mempraktikkan teknik-teknik pengajaran yang baik; (2) sebagian
besar program pelatihan memperlengkapi guru dengan generalisasi

34

yang tidak jelas, seperti bedakan pengajaran Anda tetapi gagal


melatih mereka secara spesifik dalam keterampilan kelas yang
ditentukan secara perilaku; (3) guru peserta kekurangan model yang
efektif yang dapat dicontoh; dan (4) program pelatihan konvensional
memberikan sedikit atau tidak ada umpan balik kepada guru tentang
kinerja kelasnya. Minicourse dirancang untuk mengatasi kelemahankelemahan dari program pelatihan guru yang ada.

Tinjauan Literatur
Begitu sifat produk pendidikan telah diidentifikasi secara tentatif,
tinjauan literatur dilakukan untuk mengumpulkan hasil-hasil riset dan
informasi

lain

yang

berkaitan

dengan

pengembangan

yang

direncanakan. Seperti dalam riset dasar atau terapan, salah satu


tujuan

tinjauan

literatur

adalah

untuk

menentukan

kondisi

pengetahuan dalam lingkup perhatian. Dalam proyek-proyek R & P,


peneliti juga harus berfokus pada bagaimana pengetahuan ini dapat
diterapkan pada produk yang ingin dikembangkannya.
Suatu

tinjauan

awal

literatur

tentang

metode

pengajaran

menyatakan bahwa teknik-teknik bertanya dalam diskusi kelas akan


menjadi pilihan yang baik untuk minicourse pertama kami. Judul yang
akhirnya diberikan pada Minicourse 1 adalah Pertanyaan Efektif
Tingkat Dasar. Karena Minicourse 1 adalah produk pertama yang
dikembangkan oleh Program Pendidikan Guru, maka perlu melakukan
dua

tinjauan

literatur.

Tujuan

dari

tinjauan

pertama

adalah

menemukan riset yang dapat digunakan guna mengembangkan


model pengajaran dasar untuk pelatihan guru. Riset dalam empat
bidang dipelajari: microteaching, pembelajaran dari film, umpan balik
dalam pembelajaran, dan pemodelan dalam pembelajaran. Melalui
tinjauan

ini

kami

mampu

mengidentifikasi

beberapa

teknik

instruksional yang meningkatkan pembelajaran. Sebagai contoh,


ditemukan

bahwa

memperlengkapi

guru

dengan

umpan

balik

rekaman video tentang kinerja mengajarnya adalah teknik yang

34

efektif untuk mengembangkan keterampilan kelas yang baru. Teknik


yang efektif lainnya adalah memberikan model keterampilan yang
harus dipelajari. Menariknya, hasil penelitian menunjukkan bahwa
kehadiran seorang supervisor tidak perlu membawa perbaikan guru
ketika model dan umpan balik rekaman video tersedia.4 Bahkan ,
Bruce Tuckman dan W. F. Oliver 5 menemukan bahwa umpan balik
supervisor menyebabkan perubahan dalam perilaku yang dinilai guru
selama

interval

tiga

bulan

ke

arah

berlawanan

dari

yang

direkomendasikan oleh supervisor. Namun banyak pendidik percaya


bahwa supervisor merupakan elemen penting dalam pelatihan guru.
Contoh ini menunjukkan bahwa pendapat dan praktik yang berlaku
sering kali merupakan panduan yang buruk untuk mengembangkan
produk pendidikan yang bekerja sesuai yang dimaksudkan.
Tinjauan literatur kedua kami berkaitan dengan keterampilan
bertanya dan berdiskusi. Kami menemukan bahwa penelitian di
bidang ini diperpanjang kembali hingga studi Stevens pada tahun
1912 tentang ruang kelas SMA. 6 Stevens menemukan bahwa dua
pertiga dari pertanyaan guru mewajibkan siswa untuk mengingat
fakta daripada berpikir tentang fakta-fakta. Lebih lanjut, guru
berbicara dua pertiga dari waktu diskusi, sehingga memungkinkan
siswa untuk berpartisipasi hanya sepertiga dari waktu itu. Beberapa
hasil yang sama telah diperoleh dalam studi yang lebih baru. 7
Tampaknya meskipun mereka telah mengetahui tentang kelaziman
M. E. Orme, The Effect of Modeling and Feedback Variables on the
Acquisition of a Complex Teaching Strategy (disertasi Ph.D., Stanford
University, 1966).
5
Bruce W. Tuckman dan W. F. Oliver, Effectiveness of Feedback to Teachers
as a Function of Source, Journal of Educational Psychology, August 1968,
297-301.
6
R. Stevens, The Question as a Measure of Efficiency in Instruction,
Teachers College Contributions to Education 48 (1912).
7
Arno A. Bellack, Herbert M. Kliebard, Ronald T. Hyman, dan Frank L. Smith,
Jr., The Language of the Classroom (New York: Teachers College Press,
1966); Ned Flanders; Teacher Influence in the Classroom," dalam
Interaction Analysis: Theory, Research, and Application, ed. Edmund Amidon
dan John B. Hough (Reading, Mass.: Addison-Wesley, 1967), hal. 103-18; W.
D. Floyd, An Analysis of the Oral Questioning Activity in Selected Colorado
Primary Classrooms (disertasi Ph.D., Colorado State College, 1960).
4

34

praktik pengajaran yang tidak diinginkan seperti itu untuk waktu yang
lama,

pendidik

belum

berhasil

mewujudkan

perbaikan

yang

diperlukan dalam keterampilan kelas oleh guru. Kami memutuskan


bahwa tujuan utama dari Minicourse 1 akan mengurangi percakapan
guru serta meningkatkan pembicaraan siswa, dan meningkatkan
persentase pertanyaan pemikiran guru.
Pada

tahap

tinjauan

literatur

berikutnya,

perlu

sekali

mengidentifikasi teknik-teknik khusus yang dapat digunakan guru


dalam mencapai tujuan tersebut. Meskipun beberapa studi penelitian
bersangkutan, penting juga bagi kita untuk memberikan perhatian
kepada pendapat dan pengalaman para praktisi. Contohnya, Groisser
mendukung beberapa strategi mengajar yang termasuk dalam
Minicourse 1, tetapi ia tidak menyajikan bukti efektivitasnya. 8 Karena
pengalaman

lapangan

kami

berikutnya

dengan

Minicourse

menunjukkan bahwa sebagian besar strategi itu membawa perbaikan


diskusi kelas, maka strategi itu dimasukkan dalam bentuk akhir
kursus itu.
Wawancara dan observasi langsung di lapangan juga menjadi
suplemen berguna bagi sastra penelitian dalam memperlengkapi kita
dengan

dasar

pengetahuan

untuk

mengembangkan

produk

pendidikan tertentu. Sebagai contoh, dalam Minicourse 5, yang


berkaitan dengan ketrampilan bimbingan pelajaran matematika, kami
tidak dapat menemukan hasil penelitian mengenai apa yang terjadi
antara murid dan guru dalam urutan bimbingan seperti biasanya.
Untuk mengisi kesenjangan ini secara parsial, laboratorium mengirim
para pengamat ke sejumlah ruang kelas untuk mempelajari interaksi
bimbingan

belajar

antara

guru

dan

murid.

Kami

belajar

dari

pengamatan ini bahwa biasa kontak bimbingan belajar antara guru


dan individu murid cukup singkat, rata-rata hanya 15 detik. Konten
dari kontak bimbingan ini menunjukkan bahwa guru biasanya
memberi jawaban kepada murid atau menunjukkan kesalahannya dan
P. Croisser, How to Use the Fine Art of Questioning (New York: Teachers
Practical Press, 1964).
8

34

kemudian terus berjalan. Upaya-upaya membimbing murid menuju


identifikasi kesalahannya atau untuk mengembangkan pemahaman
tentang

konsep-konsep

matematika

dan

prosedur

pemecahan

masalah merupakan hal langka. Meskipun tidak dikumpulkan dalam


lingkungan riset yang dikontrol ketat, data-data ini memperlengkapi
kita dengan informasi dasar tentang sifat bimbingan pelajaran
matematika di kelas-kelas menengah dan menunjukkan kepada kita
bahwa guru bisa mendapat manfaat dari mempelajari urutan
bimbingan belajar di mana murid dibimbing menuju penemuan
kesalahannya dan pemahaman tentang konsep-konsep matematika
dan prosedur pemecahan masalah.
Dalam

mengembangkan

produk

pendidikan

menggunakan

pendekatan R & P, peneliti akan sering memiliki pertanyaan tertentu


yang tidak dapat dijawab dengan mengacu pada penelitian yang
bersangkutan. Dengan demikian peneliti akan merasa terbantu untuk
melaksanakan satu atau lebih studi-studi skala kecil sebelum
mengembangkan produk. Juga , seperti yang kami sebutkan pada
bagian selanjutnya , siklus R & P memungkinkan beberapa peluang
untuk mengumpulkan data penelitian dan merevisi produk itu. Fasefase dari siklus R & P ini dapat digunakan untuk menjawab
pertanyaan riset mendesak yang terlibat dalam pengembangan dan
penggunaan produk.

Perencanaan
Begitu

ia

telah

mengumpulkan

menyelesaikan

informasi

yang

tinjauan

berkaitan

literaturnya

lainnya,

dan

pengembang

melanjutkan ke langkah perencanaan siklus R & P.


Mungkin

aspek

paling

penting

dari

perencanaan

produk

pendidikan berbasis riset adalah pernyataan tentang beberapa tujuan


spesifik yang ingin dicapai oleh produk. Sering kali beberapa kritik
terhadap praktik pendidikan yang ada yaitu bahwa tidak ada tujuan
atau kriteria yang tersedia untuk menilai efektivitas mereka. Program-

34

program kurikulum baru sering direkomendasikan untuk konten,


format, filosofi pendidikan, dan penerimaannya oleh guru dan siswa.
Namun yang hilang adalah pernyataan tentang tujuan program dalam
hal hasil-hasil siswa. Sebagai contoh, tujuan program studi sosial
dapat dinyatakan sebagai, Setidaknya 75 persen siswa yang
menyelesaikan program ini akan memperoleh skor 90 atau lebih baik
pada tes yang mengukur berbagai keterampilan peta. Tujuan-tujuan
berbasis

murid

tersebut

memungkinkan

para

pendidik

untuk

menentukan secara kuantitatif apakah program tersebut bekerja.


Tujuan-tujuan juga memberikan dasar terbaik untuk mengembangkan
program pembelajaran, karena program ini dapat menjadi diuji
lapangan dan direvisi sampai memenuhi tujuannya. Spesifikasi yang
tepat dari hasil-hasil pendidikanatau tujuan perilaku, disebut juga
demikianmemerlukan keahlian dari pihak pengembang.9 Dalam
beberapa

hal

mengembangkan

tujuan

perilaku

untuk

produk

pendidikan sama dengan mengembangkan kriteria bagus dalam studi


penelitian.
Selama tahap perencanaan, tujuan-tujuan perilaku biasanya
dinyatakan

agak

bebas.

Misalnya,

dalam

perencanaan

awal

Minicourse 1, salah satu tujuan kami menyatakan bahwa setelah


kursus

itu

kebanyakan

guru

akan

meningkatkan

penggunaan

pertanyaan pemikiran dalam situasi diskusi. Namun, kami tidak


memiliki pengetahuan yang memadai dalam tahap perencanaan,
untuk menentukan persentase pertanyaan pemikiran sehingga kami
akan mengharapkan guru untuk bertanya agar kursus dianggap
efektif. Saat kami melanjutkan siklus R & P dan data riset terkumpul,
kami mampu memperbaiki pernyataan tujuan perilaku sehingga
mengambil bentuk sebagai berikut: Mengingat pelajaran diskusi 20
menit, setidaknya setengah dari semua pertanyaan yang diajukan
oleh guru akan diklasifikasikan sebagai pertanyaan pemikiran. Kriteria
Sumber informasi yang bagus tentang tujuan-tujuan perilaku yaitu Norman
E. Gronlund, Stating Objectives for Classroom Instruction, ed. 2 (New York:
Macmillan, 1978).
9

34

ini akan dipenuhi oleh sekurang-kurangnya 75 persen dari guru yang


menyelesaikan Minicourse 1.
Elemen penting lainnya dari tahap perencanaan adalah estimasi
uang, tenaga, dan waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan
produk. Umumnya sumber daya yang cukup diperlukan untuk
melaksanakan satu proyek R & P. Pengalaman kami adalah bahwa
biaya pengembangan satu minicourse, yang memberikan sekitar 15
jam pengajaran, yaitu lebih dari $ 100.000. Sebuah proyek kurikulum
utama akan menelan biaya beberapa juta dolar. Kebutuhan tenaga
kerja

yang

cukup

besar

juga.

Pengembangan

minicourse

membutuhkan rata-rata 104 orang-minggu bekerja profesional, 50


orang-minggu pekerjaan administratif, dan 50 orang-minggu kerja
produksi.

Sebaliknya,

sebagian

besar

proyek

riset

melibatkan

sejumlah kecil uang, sering kurang dari seribu dolar, dan upaya-upaya
seorang peneliti dengan mungkin beberapa asisten sarjana paruh
waktu.
Dalam pekerjaan R & P, kecuali perencanaan yang cermat
dilakukan, para peneliti mungkin menemukan bahwa sumber daya
mereka telah habis sebelum produk tersebut telah sepenuhnya
dikembangkan. Perencanaan diperlukan dalam rangka mengantisipasi
materi-materi yang dibutuhkan, bantuan profesional, dan lokasi uji
lapangan. Pertimbangan lokasi uji lapangan sangat penting ketika
pengujian dilakukan di sekolah-sekolah, yang umumnya bersifat
reseptif terhadap pengujian hanya pada waktu tertentu dalam
setahun. Misalnya, jika produk siap sedia untuk pengujian pada bulan
Juni, kita mungkin harus menunggu sampai September atau Oktober
kecuali produk dapat diuji selama sesi sekolah musim panas. Juga,
para

pengurus

sekolah

umumnya

memerlukan

pemberitahuan

beberapa bulan sebelumnya sebelum menyetujui sekolah mereka


berfungsi sebagai lokasi pengujian.
Meskipun spesialis R & P harus mencurahkan cukup banyak
waktu hingga awal perencanaan, fungsi perencanaan tidak pernah

34

benar-benar berakhir. Selama pekerjaan berlangsung ia cenderung


menemukan beberapa lingkup di mana perencanaan awal tidak
mencukupi atau memiliki kesalahan. Perencanaan ulang kemudian
harus

dilakukan.

Meskipun

demikian,

sangat

bijaksana

untuk

mengabdikan upaya besar untuk menyusun rencana awal yang cukup


bagus. Sebuah rencana yang baik dapat membantu pengembang
menghindari banyak pekerjaan terbuang selama fase-fase selanjutnya
dari siklus R & P.

Pengembangan Bentuk Awal Produk


Setelah perencanaan awal selesai, langkah besar berikutnya dalam
Siklus R & P adalah menyusun sebuah bentuk awal dari produk
pendidikan yang dapat diuji di lapangan. Dalam kasus Minicourse 1,
ini mencakup berbagai tugas. Beberapa catatan menggambarkan
keterampilan khusus yang harus dipelajari guru yang ditulis untuk
setiap urutan instruksional. Catatan-catatan itu kemudian diciptakan
pada rekaman video dan diedit untuk memasukkan klip yang
menunjukkan beberapa keterampilan yang digunakan dalam situasi
kelas. Guru model prospektif ditempatkan, diamati, dan dilatih untuk
melakukan

pelajaran

model

yang

dirancang

agar

lebih

menggambarkan keterampilan minicourse. Pelajaran model kemudian


direkam pada rekaman video dan diedit. Sebuah buku pegangan guru
yang dirancang untuk melengkapi pelajaran instruksional yang
direkam pada video disusun, direvisi, dan dicetak. Seberkas formulir
untuk guru yang akan digunakan dalam evaluasi diri dari pelajaran
microteach

dan

pengajaran

ulang

dikembangkan

dan

dicetak.

Kuesioner dan panduan wawancara yang digunakan dalam uji


lapangan awal dikembangkan, dan anggota staf laboratorium dilatih
dalam penggunaannya. Satu prinsip penting yang harus diperhatikan
dalam mengembangkan bentuk awal dari produk kependidikan adalah
menyusun produk sehingga memungkinkan untuk mendapatkan
sebanyak mungkin umpan balik dari uji lapangan. Dengan demikian,

34

bentuk awal harus mencakup lebih banyak prosedur untuk evaluasi


daripada dimasukkan dalam produk akhir.
Pembaca

yang

telah

mencoba

melakukan

upaya

&

kependidikan utama akan menyadari bahwa langkah-langkah ini,


yang dinyatakan begitu sederhana, jauh dari sederhana untuk
dilaksanakan. Pengembang harus mengharapkan banyak permulaan
yang

salah

dan

kemunduran

dalam

mengembangkan

produk

pendidikan yang baru. Karena beberapa prosedur aktual yang terlibat


dalam pengembangan produk sangat bervariasi tergantung pada sifat
produk, ada sedikit panduan khusus yang dapat diberikan dalam fase
siklus R & P ini. Namun, satu hal yang berlaku pada sebagian besar
pekerjaan R & P di bidang pendidikan, adalah bahwa pengembang
harus berusaha dari awal untuk mengembangkan produk yang
sepenuhnya siap sedia untuk digunakan di sekolah-sekolah. Produkproduk

yang

sebagian

dikembangkan

memaksa

praktisi

lokal

membuat penambahan dan perubahan untuk menggunakan produk


tersebut. Karena beberapa sekolah diperlengkapi dalam melakukan
penyesuaian tersebut, produk yang sebagian dikembangkan tidak
dapat

digunakan

secara

efektif

dan

sering

kali

sangat

disalahgunakan.

Uji Lapangan Pendahuluan dan Revisi Produk


Tujuan dari uji lapangan awal adalah untuk mendapatkan evaluasi
kualitatif awal dari produk pendidikan baru. Untuk minicourse evaluasi
ini didasarkan terutama pada umpan balik dari sekelompok kecil guru
yang mengambil kursus itu dan pengamatan personil laboratorium
yang mengoordinasikan uji lapangan. Sebagai aturan, dari 4 8 guru
sudah memadai untuk uji lapangan pendahuluan, karena penekanan
dari evaluasi ini adalah pada penilaian kualitatif dari konten kursus
daripada penilaian kuantitatif dari hasil-hasil kursus.
Dalam semua tahap dari siklus R & P yang melibatkan evaluasi
produk, penting sekali menetapkan lokasi lahan yang sama dengan

34

lokasi

di

mana

produk

itu

akan

digunakan

bila

sepenuhnya

dikembangkan. Jika jenis lokasi lapangan yang berbeda digunakan,


peneliti menghadapi masalah generalisasi temuan yang diperoleh
dalam satu lingkungan ke lingkungan lain. Sebagai contoh, Minicourse
1 ini dirancang untuk digunakan oleh para guru sekolah dasar selama
hari sekolah reguler. Oleh karena itu, uji lapangan pendahuluan
dilakukan dengan enam guru dari dua sekolah dasar. Daripada
prosedur ini, kita mungkin telah mengundang para guru dan
beberapa siswa mereka ke laboratorium kita untuk mengambil kursus
itu, mungkin atas dasar gerak cepat. Masalah utama dengan prosedur
ini adalah bahwa kita mungkin telah memperoleh kesan yang sangat
tidak realistis dari kursus itu. Beberapa elemen kursus yang tidak
meningkatkan
menciptakan

masalah

dalam

kekacauan

bila

lingkungan

laboratorium

digunakan

di

dapat

sekolah-sekolah,

menyebabkan efek buruk pada hasil-hasil kursus.


Selama uji lapangan pendahuluan dari Minicourse 1, dua wakil
lapangan dari laboratorium itu bekerja sama dengan enam guru
untuk mendapatkan sebanyak mungkin umpan balik guru dan data
pengamatan. Setiap guru diwawancarai secara individual tiga kali
selama uji lapangan. Wawancara ini berfokus pada masalah-masalah
tertentu dan kekurangan kursus serta saran untuk perbaikan. Pada
akhir kursus, setiap guru menyelesaikan kuesioner tentang kursus itu
dan

berpartisipasi

dalam

diskusi

kelompok

dengan

personil

laboratorium. Selain kontak formal ini, setiap guru memiliki kontak


informal dengan salah satu wakil laboratorium setiap hari.
Kebutuhan untuk mendapatkan umpan balik yang lebih luas dari
guru selama uji lapangan pendahuluan dapat menciptakan masalah.
Mendapatkan umpan balik yang diperlukan menyebabkan guru
menerima banyak perhatian dari para peneliti. Perhatian ini dapat
menghasilkan
pengembang

Efek

Hawthorne,

melebih-lebihkan

yang

efektivitas

akan

menyebabkan

produknya. 10

Dengan

demikian, pengembang harus berusaha menuju keseimbangan yang


Efek Hawthorne dibahas dalam Bab 6.

34

10

bagus di mana umpan balik diperoleh tanpa memberikan jumlah


perhatian yang tidak semestinya kepada guru peserta.
Mengamati

guru

peserta

mendekati

akhir

uji

lapangan

pendahuluan dari Minicourse 1 menunjukkan bahwa para guru


umumnya tidak dapat menggunakan keterampilan kursus secara
efektif baik dalam kelas reguler atau dalam pelajaran micro-teach
mereka.

Dengan

demikian,

dari

sudut

pandang

menghasilkan

perubahan tertentu dalam perilaku kelas guru-guru ini, bentuk awal


kursus

ini

kuesioner

adalah
di

sebuah

akhir

kursus

kegagalan.
yang

Namun

diperoleh

wawancara

dari

dan

guru-guru

ini

menunjukkan bahwa mereka menganggap kursus sangat efektif dan


memperlengkapi

mereka

dengan

banyak

bantuan

dalam

meningkatkan pengajaran mereka. Respons ini menunjukkan bahwa


guru sebagai kelompok yang tidak terlalu penting dan cenderung
bersikap toleran dalam evaluasi mereka terhadap praktik-praktik
pendidikan baru.
Secara umum, kami telah menemukan bahwa penilaian global
adalah nilai yang kecil dalam mengevaluasi tujuan pendidikan
tertentu.

Selain

pengembangan

itu,

penilaian

pendidikan

karena

tersebut
dapat

dapat

merugikan

menyesatkan

peneliti

hingga percaya bahwa produk pendidikan memenuhi tujuan dan siap


digunakan padahal sebenarnya tidak. Dalam kasus
tersebut,

kesaksian

yang

menguntungkan

minicourse

sebagian

mungkin

merupakan hasil dari kualitas yang sangat buruk sebelumnya dalam


program pendidikan guru dinas yang digunakan guru sebagai standar
perbandingan.

Namun

demikian,

pengalaman

kami

telah

memperjelas bahaya membuat penilaian pengguna terhadap dasar


untuk mengukur keberhasilan suatu produk pendidikan. Produkproduk pendidikan harus memiliki tujuan yang diungkapkan dalam hal
perilaku akhir dan harus dievaluasi berdasarkan keberhasilannya
dalam menghasilkan perilaku akhir ini. Meskipun kami kurang
menaruh

percaya

dalam

evaluasi

guru

global,

kami

sangat

bergantung pada uji lapangan awal pada umpan balik guru spesifik

34

dalam

membantu

mengembangkan

dan

meningkatkan

produk

pendidikan kami. Kami memperoleh banyak kritik dan saran tertentu


selama uji lapangan awal dari Minicourse 1 yang mengarah langsung
terhadap perubahan dan perbaikan dalam struktur program. Bahkan,
sepanjang siklus pengembangan, sumber utama informasi kami untuk
merevisi minicourse adalah guru-guru kelas yang berpartisipasi dalam
uji lapangan.
Setelah uji lapangan pendahuluan dari Minicourse 1, semua data
dikumpulkan dan dianalisis. Tim pengembangan menggunakan hasil
ini untuk merencanakan kembali kursus dan kemudian melanjutkan
melakukan beberapa revisi yang diperlukan.

Uji Lapangan Utama dan Revisi Produk


Tujuan uji lapangan utama dalam siklus minicourse R & P adalah
untuk menentukan apakah produk pendidikan dalam pengembangan
memenuhi

tujuan

kinerjanya.

Umumnya

desain

eksperimental

digunakan untuk menjawab pertanyaan ini. Dalam kasus Minicourse


1, desain satu kelompok prajabatan (lihat bab 15) digunakan untuk
menentukan apakah guru akan secara signifikan meningkatkan
penggunaan

keterampilan

diskusi

mereka.

Sekitar

50

guru

berpartisipasi dalam percobaan ini. Sesaat sebelum kursus dimulai,


setiap guru diminta melakukan diskusi 20 menit di kelas reguler, dan
diskusi ini direkam video. Setelah kursus selesai, masing-masing guru
kembali melakukan diskusi 20 menit yang direkam video.
Setiap rekaman video yang disaksikan oleh para penilai terlatih
membuat observasi kuantitatif penggunaan keterampilan dan pola
perilaku guru yang disajikan dalam minicourse tersebut. Karena
setiap rekaman video diberi kode dan diserahkan kepada para penilai
dalam urutan acak, para penilai tidak tahu mana yang prarekam dan
pascarekam. Tabel 18.1 menyajikan temuan-temuan utama dari
penelitian ini untuk menentukan efektivitas Minicourse 1. Sebagian
besar perubahan dalam perilaku guru dan siswa yang dihasilkan oleh
Minicourse 1 tidak hanya signifikan secara statistik, tetapi juga

34

signifikan dalam implikasinya terhadap praktik pendidikan. Walaupun


kelompok kontrol tidak digunakan dalam uji lapangan utama,
beberapa penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa guru-guru yang
mengambil

kursus

itu

menghasilkan

keuntungan

yang

secara

substansial lebih besar dari guru-guru yang tidak mengikuti kursus


atau yang menerima beberapa bentuk penanganan minimal.
Selain tujuan utama dari uji lapangan utama, yang menentukan
keberhasilan produk baru dalam memenuhi tujuannya, tujuan kedua
adalah

mengumpulkan

informasi

yang

dapat

digunakan

untuk

meningkatkan kursus dalam revisi berikutnya. Oleh karena itu, data


kuesioner dan wawancara harus diperoleh dari semua peserta dalam
uji lapangan utama.
Jika temuan uji lapangan utama menunjukkan bahwa produk
baru secara substansial gagal mencapai pemenuhan tujuannya, maka
perlu merevisi produk itu dan melakukan lagi uji lapangan utama.
Siklus pengujian lapangan dan revisi ini akan berlanjut sampai produk
tersebut

memenuhi

sejumlah

tujuan

kinerja

minimum

yang

ditetapkan untuk itu. Dalam praktiknya, produk itu mungkin akan


ditinggalkan jika kemajuan substansial tidak dibuat di uji lapangan
utama kedua.

Uji Lapangan Operasional dan Revisi Produk Akhir


Tujuan dari uji lapangan operasional adalah untuk menentukan
apakah suatu produk pendidikan sepenuhnya siap untuk digunakan di
sekolah-sekolah tanpa kehadiran pengembang atau stafnya. Dalam
rangka untuk sepenuhnya siap untuk penggunaan operasional, paketusia harus lengkap dan benar-benar teruji dalam segala hal. Dalam
kasus

minicourse,

semua

materi

yang

dibutuhkan

untuk

mengkoordinasikan kursus biasanya mencoba selama uji lapangan


awal dan utama. Namun karena uji lapangan ini dilaksanakan oleh
petugas laboratorium, tes yang memuaskan tentang seberapa baik
total paket kursus bekerja sendiri tidak dapat diperoleh. Uji

34

lapangan operasional diatur dan dikoordinasikan oleh personil sekolah


reguler dan harus lebih memperkirakan penggunaan operasional
reguler. Umpan balik dari koordinator dan para guru yang mengambil
kursus dikumpulkan dengan cara kuesioner dikirim ke laboratorium.
Penggunaan utama dari data ini adalah untuk menentukan apakah
paket kursus itu lengkap. Pewawancara berfokus pada bagian-bagian
kursus yang gagal melakukan pekerjaan mereka atau pada materimateri yang diperlukan untuk membuat operasi kursus lebih mudah
atau lebih efektif. Kaset video prakursus dan pascakursus tidak
diperoleh selama uji lapangan operasional.

34

TABEL 18.1
Hasil-hasil Uji Lapangan Utama dari Minicourse 1
Perbandingan Perilaku

Kenaikan yang
dipertimbangkan diinginkan
1. Jumlah waktu guru
menggunakan arahan ulang
2. Jumlah waktu guru
menggunakan dorongan
3. Jumlah waktu guru
menggunakan klarifikasi lebih
lanjut.
4. Jumlah waktu guru
menggunakan fokus ulang.
5. Lamanya respons murid
dalam bicara (berdasarkan
sampel 5 menit dari pra- dan
pascarekaman).
6.Panjang jeda guru setelah
pertanyaan (berdasarkan
sampel 5 menit dari pra- dan
pasca rekaman).
7. Proporsi dari total
pertanyaan memerlukan
respons kognitif murid yang
lebih tinggi.

Rata-rata
Prarekaman
(N = 48)

Rata-rata
Pascarekam
an
(N = 48)

Tingkat
Signifikan
si

26,69

40,92

4,98

0,001

4,10

7,17

3,28

0,001

4,17

6,73

3,01

0,005

0,10

0,02

0,00

NSa
0,001

5,63

11,78

5,91
0,05

1,93

2,32

1,90

37,30

52,00

2,94

0,005

0,001
Penurunan yang
dipertimbangkan diinginkan
8. Jumlah waktu guru
mengulangi pertanyaan
sendiri.
9. Jumlah waktu guru
mengulang jawaban murid.
10. Jumlah waktu guru
menjawab pertanyaan sendiri.
11. Jumlah satu kata murid
tanggapan (berdasarkan
sampel 5 menit pra- dan
pascarekaman).
12. Frekuensi reaksi hukuman
guru atas jawaban murid yang
salah.
13. Proporsi waktu diskusi
yang
diambil
oleh
pembicaraan guru.

0,001
13,68

4,68

7,26
0,001

30,68

4,36

11,47

4,62

0,72

6,88

5,82

2,57

0,12

0,10

51,64

27,75

3,61
0,00

0,001
NS
0,001

8,95

Tidak signifikan.
Rata-rata menjadi sekitar empat kali lebih besar jika seluruh
rekaman telah dianalisis; tes t akan menjadi lebih tinggi.
a

34

Setelah uji lapangan operasional selesai dan data telah dianalisis,


revisi akhir dari total paket kursus dilakukan. Dalam kasus program
minicourse, laboratorium membuat revisi akhir dari semua naskah dan
materi cetak dan menyerahkan ini ke penerbit komersial untuk produksi
akhir. Kursus ini kemudian dijual atau disewakan kepada sekolah untuk
penggunaan operasional dalam program pelatihan prajabatan mereka. 11
Selama

penggunaan

operasional

kursus

itu,

penerbit

membekali

koordinator kursus dengan kuesioner evaluasi dan formulir wawancara


sehingga laboratorium dapat mempertahankan penilaian terus-menerus
terhadap efektivitas kursus dan dapat mengidentifikasi masalah baru
yang timbul dalam penggunaan operasionalnya. Namun, langkah
terakhir pada dasarnya adalah prosedur kontrol kualitas dan tidak akan
dianggap sebagai pengujian lapangan lebih lanjut dari kursus itu.

Penyebaran dan Implementasi


Siklus R & P sering kali merupakan proses yang memakan waktu dan
mahal.

Cara

memberikan

harga

adalah

dengan

menunjukkan

penyebaran hasil produk yang efektif kepada audiensi yang dimaksud.


Penyebaran mengacu pada proses membantu pengguna potensial
menjadi sadar akan produk R & P. Juga, perlu sekali menunjukkan bahwa
produk R & P dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi pengembang
sehingga menghasilkan efek-efek yang diinginkan. Implementasi
mengacu pada proses membantu pemakai produk R & P untuk
menggunakannya dengan cara yang dimaksudkan oleh pengembang.
Meskipun mengingat pentingnya penyebaran dan implementasi R &
P, proses ini jarang dipelajari sampai pertengahan 1970-an. Perhatian
pada personil R & P kependidikan sebelum waktu ini adalah pada
konseptualisasi dan pengembangan produk-produk kurikulum berskala
besar menggunakan siklus R & P dari mengembangkanmenguji
merevisi. Sedikit dana yang tersedia untuk memantau produk ini setelah
Minicourse 1 dipasarkan secara komersial oleh Macmillan Company.

34

11

dikembangkan.

Namun

prioritas

bergeser

secara

dramatis

pada

pertengahan 1970-an. Banyak pendidik yang berhenti menggunakan


istilah riset dan pengembangan, lebih senang berbicara tentang riset,
pengembangan, dan penyebaran (R, P, & P). Riset, pengembangan dan
penyebaran mengacu pada pengembangan berbasis riset produkproduk

yang

memenuhi

tujuan

dan

kriteria

penyebaran

dan

implementasi secara behavioral yang telah ditetapkan.


Rasio 1 : 10 : 10 kadangkala digunakan dalam industri untuk
memperkirakan

kebutuhan

dana

untuk

R,

P,

&

P.

Misalnya,

membutuhkan $1 juta untuk melakukan riset dasar terhadap produk


baru. Ini kemudian akan membutuhkan $10 juta untuk mengembangkan
produk melalui revisi uji lapangan operasional. Sepuluh kali jumlah itu
($100 juta) akan diperlukan untuk memproduksi dan menyebarluaskan
produk itu.
Para pendidik tidak terbiasa berpikir tentang sejumlah besar uang
yang tersirat dari rasio 1 : 10 : 10 untuk penyebaran produk R & P.
Penerbit pendidikan komersil mengeluarkan sejumlah besar uang untuk
fasilitas produksi, penyimpanan inventori dan departemen pengiriman,
kantor cabang, periklanan, tenaga penjualan, dan pelatih penataran.
Namun bahkan sekarang, fasilitas-fasilitas dan personil ini sebagian
besar tidak ada dalam sistem-sistem pendidikan federal dan negara
bagian. Sebagai contoh, ketika minicourse pertama menyelesaikan
siklus pengembangan mereka pada awal tahun 1970, tidak ada rencana
pejabat baik di Laboratorium Far West atau di Kantor Pendidikan
Amerika Serikat untuk penyebarannya. Sebuah rencana penyebaran
dikembangkan sedikit demi sedikit dengan penerbit komersial. Rencana
ini sebagian besar didasarkan pada prosedur distribusi yang telah
ditetapkan penerbit dan bukan pada analisis rasional dari persyaratan
penyebaran dan implementasi untuk produk tertentu.
Kemampuan penyebaran dan implementasi untuk produk R & P
perlahan-lahan berkembang di negeri ini. Sebagai contoh, National
Diffusion Network (NDN) didirikan oleh Kantor Pendidikan Amerika

34

Serikat untuk menyebarkan produk-produk R & P yang berhasil. 12 Agen


penyebaran ini menghubungkan produk-produk yang berhasil dengan
sistem-sistem sekolah yang mungkin memperoleh manfaat darinya.
Sebuah produk R & P tidak secara otomatis diterima untuk disebarkan
oleh NDN. Produk ini pertama-tama harus dinilai keteladanannya oleh
sebuah kelompok yang disebut Joint Dissemination Review Panel (JDRP).
Panel ini menerima produk-produk R & P untuk disebarkan oleh NDN jika
efek-efek signifikan yang mendidik telah terbukti dan jika efek-efek
tersebut telah direplikasi di beberapa lokasi sekolah. Salah satu layanan
yang diberikan oleh NDN adalah katalog proyek dan laporan berkala
yang disetujui tentang kegiatan NDN. 13 NDN juga memberikan bantuan
teknologi terhadap sistem-sistem sekolah yang tertarik memakai dan
menerapkan proyek yang telah disetujui. Para fasilitator NDN yang
ditugaskan untuk setiap negara bagian siap sedia untuk tujuan ini.
Kemampuan penyebaran dan implementasi nasional lainnya adalah
Research and Development Exchange (RDx). RDx menyebarkan
informasi tentang produk inovatif R & P bagi para pendidik lokal. Agen
ini juga mengumpulkan dan meneruskan informasi tentang kebutuhan
lokal bagi para peneliti dan pembuat kebijakan. Ada 8 kantor regional,
yang bekerja dengan 50 departemen pendidikan negara bagian. Nama ,
alamat , dan negara bagian yang dilayani oleh kantor itu adalah:
AEL Regional Exchange. Appalachia Educational Laboratory, P. O.
Box 1348, Charleston, WV 23525. Melayani: Alabama, Florida, Georgia,
Kentucky, North Carolina, Tennessee, Virginia, dan West Virginia.

Alamat National Diffusion Network adalah Departemen Pendidikan Amerika


Serikat, 1832 M Street NW, Suite 802, Washington, DC 20036.
13
Katalog (disebut Educational Program That Work) dan laporan berkala (ED
Newsletter dan NDN Reporter) tersedia dari Order Departement, laboratorium
Far West untuk Riset dan Pengembangan Kependidikan, 1855 Folsom Street,
San Francisco, CA 94103. Proyek-proyek R & P saat ini sedang dilaksanakan
oleh beberapa laboratorium dan pusat pendidikan daerah seperti yang
dijelaskan dalam Educational R & D Report secara berkala yang diterbitkan
oleh Dewan Riset dan Pengembangan Kependidikan, 1518 K Street NW,
Washington, DC 20005.
12

34

Midwest Regional Exchange. CEMREL, 3120 59th Street, St Louis,


MO 63139. Melayani: Illinois, Indiana, Iowa, Michigan, Minnesota,
Missouri, Ohio, dan Wisconsin.
McREL Regional Exchange. McREL, 4709 Belleview Avenue, Kansas
City, MO 64112. Melayani: Colorado, Kansas, Nebraska, North Dakota,
South Dakota, dan Wyoming.
Northeast Regional Exchange. 101 Mill Road, Chelmsford, MA
01824. Melayani: Connecticut, Maine, Massachusetts, New Hampshire,
New York, Rhode Island, dan Vermont.
Northwest Regional Exchange. NWREL, 300 SW Sixth Avenue,
Portland, OR 97204. Melayani: Alaska, Hawaii, Idaho, Montana, Oregon,
dan Washington.
RBS Regional Exchange. Riset untuk Sekolah-sekolah yang Lebih
Baik, 444 N. Third Street, Philadelphia, PA 19123. Melayani: Delaware,
Maryland, New Jersey, dan Pennsylvania.
SEDL Regional Exhange. Laboratorium Pengembangan Pendidikan
Southwest, 211 E. Seventh Street, Austin, TX 78701. Melayani:
Arkansas, Louisiana, Mississippi, New Mexico, Oklahoma, dan Texas.
Western Regional Exchange. SWREL, 4665 Lampson Avenue, Los
Alamitos, CA 90720. Melayani: Arizona, California, Nevada, dan Utah.
Perencanaan disertasi R & P mahasiswa mungkin memilih untuk
berfokus pada penyebaran dan implementasi beberapa tahapan proses
R & P. Sebagai contoh, mahasiswa mungkin mengembangkan dan
mengudi

metode-metode

untuk

meningkatkan

penyebaran

dan

implementasi produk R & P tertentu. Kemungkinan lain adalah


mengadakan penelitian tentang proses penyebaran dan implementasi.
Jenis riset ini berfokus pada pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana
para pendidik akhirnya mengetahui tentang produk R & P yang baru?
Mengapa sejumlah produk R & P lebih baik diterapkan daripada yang
lain? Mengapa beberapa guru menerapkan kurikulum atau strategi-

34

strategi pembelajaran sampai jumlah tertentu daripada guru-guru


lain?14

BEBERAPA MASALAH DAN ISU DALAM R & P


KEPENDIDIKAN
Karena nyaris tidak ada panduan yang tersedia pada proses R & P
kependidikan ketika Laboratorium Far West memulai programnya pada
tahun 1966, maka penting bagi kami untuk mengembangkan beberapa
prosedur

saat

menemukan

kami

beberapa

mengerjakannya.
masalah

dan

Dengan
isu

yang

demikian

kami

mendasar

bagi

pendekatan R & P. Karena isu-isu ini mungkin akan dihadapi oleh para
peneliti lain yang mengadakan riset dan pengembangan pendidikan,
kami akan menjelaskan beberapa di antaranya.

Pembelajaran Versus Pemolesan


Masalah pertama menyangkut seberapa jauh pengembang pendidikan
harus bekerja dalam menghasilkan bentuk awal produk yang melibatkan
komponen mahal, seperti film atau kaset instruksional. Pengembangan
bentuk awal dari Minicourse 1 menyajikan dilema yang menarik. Di satu
sisi, lebih diinginkan untuk menghabiskan uang sesedikit mungkin pada
pengembangan awal, karena umpan balik yang diperoleh dari uji
lapangan pendahuluan hampir pasti memerlukan revisi secara ekstensif.
Di sisi lain, sejumlah materi yang dikembangkan dengan buruk bisa
memberikan hasil-hasil yang buruk bahkan meskipun ide-ide yang
mendasari

pengembangan

itu

bagus.

Resolusi

yang

paling

dipertahankan dari dilema ini adalah dengan mencurahkan sebagian


besar upaya pengembangan awal menjadi produk sederhana yang
Riset yang berkaitan dengan pertanyaan ini adalah ditinjau dalam Michael
Fullan
dan
Allan
Pomfret,
Research
Curriculum
and
Instruction
Implementation, Review of Educational Research 47 (1977): 355-97. Contoh
terbaru dari implementasi riset adalah: Georgea G. Mohlman, Theodore
Coladarci, dan N. L. Gage, Comprehension and Attitude as Predictors of
Implementation of Teacher Training, Journal of Teacher Training 33 (1982): 3136.
14

34

menghasilkan

penggunaan

prinsip-prinsip

pembelajaran

secara

maksimal, yaitu produk yang secara teoritis bagus. Sedikit atau tidak
ada

upaya

harus

dicurahkan

untuk

kegiatan-kegiatan

seperti

memperbaiki kesalahan kecil dalam narasi, membuat grafik menarik di


mana

grafik-grafik

sederhana

akan

memenuhi

tujuannya,

atau

mengambil ulang rekaman film karena kerja kamera yang buruk.


Singkatnya, strategi kami perlu memberikan secara esensial upaya
terbaik kami dan melakukan segala sesuatu yang lain semurah dan
secepat mungkin. Akibatnya, pendekatan ini berjumlah sama dengan
aplikasi logis dan perluasan temuan M. A. May dan A. A. Lumsdaine dan
para peneliti lainnya yang telah mempelajari hasil belajar media
audiovisual.15 Studi-studi ini secara umum menunjukkan bahwa variasi
dalam kualitas teknis materi visual memiliki pengaruh yang kecil pada
hasil belajar.
Pengalaman kami menunjukkan bahwa pengembang pendidikan
tidak akan mendapati jalan ini mudah untuk diikuti. Para spesialis media
dalam tim pengembangan, seperti artis, aktor, dan personil produksi
televisi, dapat menggunakan tekanan besar untuk meningkatkan aspekaspek produk yang tidak penting. Jika tekanan ini tidak dikendalikan
oleh pengembang pendidikan, ia akan melihat proporsi peningkatan
sumber dayanya menjadi pemolesan yang tidak perlu.
Alasan yang lebih halus untuk menolak upaya dalam menerapkan
pemolesan

selama

siklus

pengembangan

adalah

bahwa

jika

pengembang bergantung pada tekanan ini, ia mungkin menciptakan


sebuah monster yang tidak mampu dihancurkannya. Sangat sulit untuk
mengesampingkan produk polesan bahkan jika data uji lapangan
menunjukkan bahwa produk itu tidak mencapai tujuannya. Pertama,
pengembang telah menghabiskan banyak uang yang tidak mau
diakuinya telah terbuang percuma. Kedua, produk itu terlihat bagus dan
ia tahu bahwa sebagian besar konsumen dari produk kependidikan tidak
terlalu peduli dengan bukti sukar menurut efektivitasnya. Akhirnya,
M. A. May dan A. A. Lumsdaine, eds., Learning from Films (New Haven: Yale
University Press, 1958).
15

34

meskipun produk pendidikan gagal mencapai tujuannya, mudah sekali


untuk merasionalisasi bahwa ini mungkin lebih baik, atau pasti tidak
lebih buruk, daripada matari-materi bersaing yang sedang digunakan.

Realisme Versus Ketepatan


Pertanyaan kedua dari strategi pengembangan itu menyangkut sejauh
mana

pengembang

pendidikan

harus

bekerja

dengan

guru

sebenarnya dalam ruang kelas sebenarnya yang mengajar pelajaran


sebenarnya. Pekerjaan kami dengan pelajaran-pelajaran model dalam
model pembelajaran minicourse membawa kami berhadapan dengan
masalah ini. Karena penggunaan guru model tampaknya menawarkan
banyak

janji

sebagai

metode

yang

membantu

guru

lain

mengembangkan keterampilan kelas yang efektif, pengalaman kami


dalam

mengembangkan

pelajaran

model

selama

Minicourse

tampaknya layak ditinjau.


Awalnya, kami berfokus pada gagasan bahwa pelajaran model kami
akan serealistis mungkin. Kami merasa bahwa jika kami bisa mengatur
peralatan rekaman video dan merekam guru dan murid-muridnya tanpa
kesadaran mereka tentang apa yang terjadi, kami akan mendekati
pembelajaran model yang ideal. Dalam prakteknya kami menemukan
bahwa ide ini sering tidak sesuai dengan tujuan pelajaran model yang
akan

digunakan

dalam

minicourse

tersebut.

Dalam

minicourse,

pelajaran model memiliki dua fungsi utama. Yang pertama adalah


memberikan contoh yang jelas dari keterampilan yang diinginkan dalam
konteks pelajaran. Yang kedua adalah memberikan peserta didik yang
mengambil praktik minicourse dalam mengidentifikasi keterampilan ini
dan membedakan di antara beberapa keterampilan yang sedang
dipelajari. Dalam upaya awal kami untuk mengembangkan pelajaran
model, kami mengawali dengan memilih guru-guru yang dilaporkan
memiliki keterampilan mengajar yang luar biasa oleh kepala sekolah
dan tenaga pengawas. Kami kemudian bekerja secara individual dengan
guru,

menggambarkan

keterampilan

yang

akan

34

masing-masing

ditampilkan dalam pelajaran model tersebut dan membahas istilah


umum metode-metode untuk mengaitkan keterampilan ini dengan
pelajaran dan pemodelan secara efektif. Kami kemudian membawa
peralatan

rekaman

kaset

video

itu

ke

dalam

kelas,

dan

guru

melangsungkan pelajaran yang telah mereka rencanakan.


Hasil khas dari upaya awal ini adalah pelajaran model yang sangat
panjang yang berisi sangat sedikit contoh dari keterampilan yang kami
harapkan diperagakan guru. Sebagai contoh, salah satu pelajaran model
pertama kami berlangsung selama satu jam penuh. Selama waktu ini
keterampilan khusus yang diperagakan guru didemonstrasikan kurang
dari lima menit. Meskipun memberikan gambaran realistis tentang
pengajaran kelas khusus, model ini sangat tidak efisien dalam hal tujuan
yang telah kami tetapkan untuk pelajaran model. Selain itu, jika
pelajaran realistis ini telah diedit untuk mengurangi jumlah waktu yang
diharuskan bagi pengamat untuk menyaksikan perilaku yang tidak
relevan, pelajaran ini akan menjadi sangat tidak realistis, karena
beberapa segmen besar akan dihilangkan. Akan semakin jelas jika
model pembelajaran memberikan banyak contoh keterampilan yang
harus dipelajari dan memuat minimal perilaku pengajaran yang tidak
bersangkutan, maka penting sekali merencanakan pelajaran model yang
sangat rinci dengan guru model. Jadi, meskipun pelajaran model untuk
Minicourse 1 tidak ditulis dalam naskah (guru dan murid melangsungkan
pelajaran

menggunakan

kata-kata

mereka

sendiri),

mereka

menghadirkan situasi yang kurang alami daripada yang kita dapati di


kelas biasa. Dalam mengembangkan minicourse lain, kami telah
mendapati penting sekali bila ada kesempatan untuk mempersiapkan
naskah lengkap sehingga pelajaran model yang akan memberikan
cukup banyak contoh jelas mengenai beberapa keterampilan yang harus
dipelajari

dalam

jangka

waktu

yang

layak.

Saat

kami

telah

meningkatkan kesempurnaan dalam bekerja dengan guru-guru selama


perencanaan dan perekaman pelajaran model, lamanya secara bertahap
telah

berkurang

sedangkan

jumlah

contoh

keterampilan

yang

dimodelkan telah meningkat.

34

Gagasan menciptakan situasi kelas yang kurang realistis untuk


mendapatkan kejelasan dan menghemat waktu adalah hal sulit diterima
bagi banyak pendidik. Di Minicourse 5, yang melatih guru menggunakan
strategi khusus untuk membimbing siswa dalam matematika, kami
menemukan bahwa perlu bagi guru bekerja dari naskah lengkap untuk
memberikan

gambaran

yang

jelas

tentang

strategi

bimbingan.

Pertanyaannya kemudian muncul: Haruskah kami menggunakan guru


atau aktor untuk memainkan peran mengajar dalam pelajaran model?
Sebagai kompromi kami menggunakan guru dalam dua pelajaran model
dan aktor di dua lainnya. Dalam uji lapangan utama dari program ini
kami meminta para guru yang berpartisipasi apakah actor harus
digunakan. (Guru-guru ini tidak mengetahui identitas guru model.) Dari
27 yang menanggapi, 18 mengatakan bahwa hanya guru sekolah
sebenarnya yang harus digunakan. Namun demikian, dalam menilai
pelajaran model, kedua pelajaran model yang dilakukan oleh aktor
secara konsisten dinilai lebih tinggi daripada yang diperankan oleh guru.
Temuan

ini

jelas

mempertanyakan

perlunya

menggunakan

guru

sebenarnya dalam ruang kelas sebenarnya, mengajar pelajaran


sebenarnya untuk tujuan pelatihan guru.

Pelajaran lain
Pengalaman

kami

dalam

mengembangkan

Minicourse

juga

mengajarkan kami pelajaran lain tentang riset dan pengembangan


kependidikan. Pertama, kami belajar bahwa aturan itu begitu sering
dinyatakan oleh para penelitijika apa pun yang mungkin bisa salah
dalam sebuah proyek riset, maka akan demikiantampaknya juga
berlaku bagi riset dan pengembangan. Misalnya, selama pengembangan
awal Minicourse 1 pada tahun 1966, peralatan rekaman video portabel
masih berada pada tingkat pengembangan yang agak primitif. Karena
kami sedang menciptakan sebuah produk yang sangat menitikberatkan
pada penggunaan peralatan tersebut untuk menyajikan pelajaran model
dan instruksional dan memberikan umpan balik selama sesi microteach

34

dan pengajaran ulang, keterbatasan dalam peralatan itu sangat penting.


Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mencurahkan upaya besar
dalam mengembangkan beberapa prosedur yang akan mengurangi
kadar sejauh mana rencana kami bisa terganggu oleh kekurangan atau
kegagalan dalam peralatan rekaman video tersebut.
Akhirnya, kami mulai memahami bahwa mengembangkan produk
pendidikan jauh lebih sulit dan tugas yang memakan waktu daripada
yang

kami

pendidikan

perkirakan.
membutuhkan

Pekerjaan
sejumlah

pengembangan
besar

staf

utama

profesional

dalam
yang

kompeten dan dukungan keuangan jangka panjang yang signifikan.


Pengalaman kami sampai saat ini menunjukkan bahwa sejumlah besar
dana dan tenaga kerja diperlukan untuk mengadakan minicourse
melalui seluruh siklus pengembangan. Namun kami sering menjumpai
para

pengurus

sekolah

setempat

yang

ingin

mengembangkan

minicourse mereka sendiri. Mungkin ada sedikit sekali distrik sekolah


yang memiliki sumber daya untuk mencoba tugas pembangunan
sebesar ini. Tampaknya saat ini program-program pengembangan
pendidikan utama harus diserahkan kepada beberapa organisasi seperti
laboratorium regional dan pusat-pusat riset dan pengembangan, yang
memiliki personil, peralatan, dan dukungan keuangan untuk pekerjaan
tersebut.

CONTOH R & P SKALA KECIL


Kami telah membahas sumber daya cukup besar yang diperlukan untuk
melaksanakan bahkan satu proyek R & P pendidikan. Sangat tidak
mungkin bila seorang mahasiswa sarjana akan dapat menemukan
dukungan keuangan dan tenaga kerja untuk menyelesaikan proyek R &
P yang besar. Bahkan, R & P pendidikan berada di luar kemampuan
sebagian besar distrik sekolah. Makin disadari bahwa sebagian besar
upaya R & P pendidikan bersifat ekonomis hanya apabila produk baru
dikembangkan di satu tempat dan kemudian didistribusikan secara
nasional.

34

Jika Anda berencana mengerjakan proyek R & P untuk tesis atau


disertasi, Anda harus tetap mengingat hal ini. Cara terbaik adalah
mengerjakan proyek skala kecil yang melibatkan jumlah terbatas dari
desain pembelajaran orisinal. Juga, kecuali jika Anda memiliki sumber
daya keuangan yang cukup besar: Anda perlu menghindari media
instruksional yang mahal seperti film 16-mm dan pita slide yang
disinkronisasi. Cara lain untuk menurunkan proyek ini adalah membatasi
pengembangan hanya beberapa langkah dari siklus R & P.
Sebuah contoh dari disertasi R & P adalah proyek yang dikerjakan
oleh Dan Isaacson.16 Tujuan dari proyek ini adalah mengembangkan
kursus instruksional senditi pada penggunaan komputer mikro sebagai
perangkat kelas. Kursus ini ditujukan bagi para guru prajabatan dan
guru dinas K-12.
Setiap bab dalam disertasi ini menjelaskan langkah dari proses R &
P yang digunakan untuk mengembangkan kursus, yang berjudul
Discover the Microcomputer. Bab 2 melaporkan mengenai tinjauan
literatur tersebut. Ulasan ini difokuskan pada topik-topik seperti status
teknologi dan ketersediaan komputer mikro saat ini, proyek-proyek
besar mengenai penggunaan pendidikan komputer mikro, dan status
pelatihan guru saat ini untuk menggunakan komputer mikro di kelas.
Salah satu kesimpulan Isaacson yang berkaitan dengan proyek R & P ini
adalah

bahwa

meskipun

pelatihan

dalam

penggunaan

media

pembelajaran telah menjadi kebutuhan yang diakui oleh sebagian besar


lembaga pendidikan guru untuk waktu yang lama... anehnya literatur itu
tampaknya tidak berbicara mengenai pengakuan oleh sekolah-sekolah
pendidikan dari kebutuhan untuk membuka diri setiap guru prajabatan
dan guru dinas kepada komputer, bukan sebagai keterampilan khusus
untuk bersiap mengajarkan tentang komputer, tetapi sebagai alat media
pembelajaran dalam mempersiapkan diri untuk mengajar menggunakan
komputer (hal. 25).
Dan Isaacson, Discovering the Microcomputer as an Instructional Media Tool
in Teaching: A Laboratory for Elementary and Secondary Educators (Disertasi
Ph. D., University of Oregon, 1980).
16

34

Bab berikutnya menjabarkan proses memilih tujuan dan parameter


desain instruksional untuk produk tersebut. Delapan tujuan produk
akhirnya dipilih berdasarkan kajian dan analisis literatur dari konteks di
mana produk tersebut akan digunakan. Tujuan sampel adalah:
1. Peserta didik harus secara tepat mengoperasikan komputer mikro,
menggunakan

courseware

(perangkat

lunak

pendidikan)

dari

perpustakaan courseware yang dilengkap dengan materi-materi


pelajaran. (Perpustakaan ini memasukkan materi komputer untuk
latihan dan praktik, permainan, simulasi , pengajaran yang dikelola
komputer, dll).
2. Peserta didik harus mampu mengubah jalur data dalam program
courseware sehingga membuat program yang lebih baik sesuai
dengan pelajaran saat ini atau situasi instruksional spesifik lainnya.
3. Peserta
didik
harus
mampu
mengevaluasi
courseware
menggunakan

formulir

Courseware

Review

and

Rating

yang

dikembangkan untuk digunakan dengan produk ini.


Sebuah contoh parameter desain instruksional adalah pilihan
courseware komputer yang tersedia yang akan diekspos oleh guru.
Isaacson

memutuskan

supaya

guru-guru

memiliki

pengalaman

courseware berkualitas tinggi dan berkualitas rendah sehingga mereka


akan mengembangkan keterampilan evaluasi.
Bab 4 dari disertasi tersebut menjabarkan pengembangan versi
pendahuluan dari produk itu. Upaya pengembangan utama adalah buku
teks

instruksional

diri

yang

memandu

guru

melalui

berbagai

pengalaman komputer mikro. Desain teks dan materi-materi terkait


dipandu oleh tujuan produk.
Bab berikutnya menjelaskan uji lapangan awal dari produk itu, di
mana 33 guru prajabatan dan dalam dinas ikut berpartisipasi. Isaacson
menggunakan

perangkat

berikut

ini

sebagai

salah

satu

cara

mendapatkan umpan balik pengguna untuk merevisi materi kursus:


Dalam buku teks untuk kursus tersebut, bahan tertulis dicetak
hanya pada dua pertiga dari lebar halaman.... Yang sepertiga

34

selebihnya disisakan untuk catatan dan komentar mengenai


materi

tersebut.

Mahasiswa

menyerahkan

catatan

dan

komentar ini yang menunjukkan kesalahan ejaan dan tata


bahasa, dan kalimat-kalimat dan paragraf yang tidak jelas.
Koreksi dan klarifikasi terhadap buku teks itu terutama
didasarkan pada umpan balik ini. (hal. 63)
Umpan balik dari peserta juga diperoleh dengan bertemu peserta
sebagai suatu kelompok dan dengan kuesioner.
Bab 6 menyajikan revisi produk berdasarkan uji lapangan awal.
Revisi utama adalah untuk mengurangi jumlah program komputer di
perpustakaan courseware produk itu. Beberapa program dihilangkan
karena tidak akan berjalan di komputer atau karena kualitas terlalu
buruk. Perubahan juga dilakukan dalam buku teks, misalnya:
Beberapa

penambahan

diperlukan

dalam

Bab

untuk

mengingatkan peserta didik mengenai perbedaan antara huruf


o dan angka 0 (nol), waktu yang dibutuhkan untuk
memasukkan kaset (2 sampai 3 menit apabila pemula
mengharapkan

pemasangan

sesegera

mungkin),

dan

bagaimana menghentikan program jika kita merasa bosan


sebelum program itu berakhir secara normal. (hal. 72)
Produk yang direvisi diuji lagi dengan sampel kecil dari para guru
prajabatan, dan kemudian dimasukkan ke dalam program reguler dari
lembaga di mana produk ini dikembangkan. Sebuah penerbit komersial
untuk produk tersebut dicari pada waktu disertasi selesai.
Perencanaan siswa untuk mengerjakan proyek R & P harus
memberikan pertimbangan saksama pada waktu yang diperlukan.
Disertasi yang dijelaskan di atas membutuhkan lebih dari satu tahun
untuk menyelesaikan pengembangan produk melalui tahap uji lapangan
pendahuluan. Sebuah proyek penelitian untuk tesis master atau
disertasi doktor biasanya dapat diselesaikan dalam waktu lebih sedikit.
Meskipun demikian waktu tambahan yang dibutuhkan untuk proyek R &
P sangat berharga, jika siswa tertarik untuk memberikan kontribusi yang

34

akan mengarah pada perbaikan nyata secara langsung dalam praktek


pendidikan nasional.

34

Anda mungkin juga menyukai